1.
Mulut
a.
Anatomi
Mulut terbuka kearah belakang menuju cavum pharyngis. Bagian atas dibatasi
olehpalatum, bagian bawah oleh dinding dasar mulut, bagian samping oleh pipi.
Dasar mulut bertumpu pada ligamen otot.
b.
Fisiologi
Mukosa
Permukaan bagian dalam mulut lebih sempit, ditutupi oleh lapisan mukosa
yang sangat tipis, bening dan agak melekat : adanya ayaman kapiler tight junction
pada mukosa yang tipis tersebut memudahkan penyerapan. Selanjutnya prinsip ini
digunakan untuk pemberian zat aktif per lingual.
Pengeluaran air liur (saliva)
Air liur terutama mengandung enzim ptyalin yang merupakan suatu amylase
dengan pH aktivitas optimum 6,7. Proses hidrolisa ptyalin terhadap amilum akan
berlanjut sekitar 30 menit didalam lambung, walaupun pH-nya menurun karena
bercampur dengan cairan lambung.
2.
Lambung
a.
Anatomi
Fisiologi
Pengeluaran cairan lambung terjadi karena tiga proses yaitu : proses mekanik
(kontak makanan dengan dinding lambung), proses hormonal (sekresi lambung) dan
persarafan.
3.
Usus halus
a.
Anatomi
Usus halus merupakan lanjutan lambung yang terdiri atas 3 bagian yaitu
duodenum yang terfiksasi, jejunum dan ileum yang bebas bergerak. Diameter usus
halus tergantung pada letaknya (2-3 cm) dan panjang keseluruhan antara 5-9 cm.
b.
Fisiologi
Usus halus terdiri atas 5 lapisan melingkar, berupa jaringan otot (musculus) dan
lapisan lender (mukosa). Lapisan yang paling dalam (lapisan mukosa) sangat
berperan pada proses penyerapan obat.
4.
a.
Anatomi
Ileum
dipisahkan
dari
usus
besar
oleh valvula
ileocaecal atauvalvula
Usus besar menaik (Colon ascendens) dimulai dari caecum, segmen yang
membesar dengan bentukan vertikel berupa appendix/ usus buntu. Colon
ascendens ini pendek berukuran sekitar 15 cm dan berdiameter cukup besar (6
b.
Fisiologi
Bila usus halus merupakan organ penyerapan maka usus besar merupakan agen
Darah vena dari daerah mulut mengalir ke jantung dan selanjutnya mengalir
ke organ-organ tubuh lainnya dan kemudian memasuki hati. Jadi semua zat aktif
yang diserap pada jalur ini tidak segera mengalami metabolism hepatic yang
dapat berakibat inaktivasi sebelum diedarkan ke seluruh tubuh atau yang kita
kenal sebagai efek lintasan pertama hepatik.
b. Vaskularisasi getah bening
Pembuluh getah bening berasal dari semua bagian mulut. Pembuluh ini dapat
mencapai limfonoduli yang sangat tersebar dan dengan demikian membantu
penyerapan dan pembagian zat aktif tertentu.
2. Lambung
a. Vaskularisasi darah
Debit darah pada lambung adalah 250 ml/menit. Pembuluh darah arteri yang
mengalir ke lambung berasal dari arteria coeliaca yang mengikuti dua lekukan
lambung. Sejalan dengan vena,darah arteri tersebut menuju hati dengan
perantaraan vena porta, sehingga dengan demikian darah akan mengaliri lambung.
Jadi zat aktif yang diserap di lambung akan melewati hati lalu di metabolism dan
hal ini sering menyebabkan ketidakaktifan obat (efek lintasan hepar pertama).
b. Vaskularisasi getah bening (limfe)
Pembuluh getah bening pada saluran cerna berasal dari jaringan sub mukosa
dan sub serosa. Pembuluh tersebut berkumpul lagi dalam limfonoduli di sekitar
pembuluh arteri besar dan dalam simpul yang lebih kecil di dekat collateral.
3. Usus halus
a.
Vaskularisasi darah
Usus halus mendapatkan aliran darah dari pembuluh nadi (arteri) yang berasal
dari ketiga cabang aorta abdominal dan kolateralnya. Pembuluh nadi balik (vena)
berada pada batasan yang kurang lebih sama dengan pembuluh nadi.
Jadi semua darah vena yang mengalir dari usus mengumpul pada vena aorta
seperti saat mengalir dari lambung. Jadi zat aktif yang diberikan melalui mulut,
penyerapannya pasti akan melewati hati (lintasan pertama hepatik) dan mengalami
perubahan.
b.
Usus halus mempunyai struktur anatomi yang menunjang fungsi penyerapan tersebut.
4.
a.
Vaskularisasi darah
Usus besar mendapatkan aliran darah dari arteria mesentericum superior dan inferior.
Pembuluh darah balik pada usus besar adalah :
-
Vena mesentericum superior yang mengalirkan darah daricaecum dan usus besar
sebelah kanan.
-
Bila akan dirancang suatu obat per oral dengan penyerapan efektif pada saluran cerna,
maka harus dipertimbangkan kemungkinan lewatnya obat melalui hati dan akibatakibat yang ditimbulkan.
b.
Seperti pada semua saluran cerna , terdapat dua rangkaian pembuluh getah bening
yaitu yang sub mukosa dan sub serosa. Jaringan ini dikeluarkan oleh limfonoduli
coeliaca sub mukosa. Disamping kanan terdapat ileocoeliaca yang sangat penting.
C.
PERSARAFAN
Pengeluaran empedu akan dirangsang oleh system saraf otonom, sehingga semua
gangguan terhadap saraf dapat berpengaruh pada pengeluaran empedu. Jadi transit
usus yang sangat cepat akan mengacau kesempunaan penyerapan zat aktif tertentu
yang terionkan atau yang penyerapannya terjadi dengan cara aktif.
D.
Permukaan Penyerap
terjadi pada daerah tertentu. Suatu alkaloida yang kuat dan terionkan dalam cairan
lambung, secara teori kurang sediserap. Bila pH menjadi netral atau alkali, bentuk
basanya akan mengendap pada pH. Bentuk basa tersebut kadang-kadang sangat tidak
larut untuk dapat diserap dalam jumlah yang cukup. Leh sebab itu harus dirancang
suatu bentuk sediaan dengan perlepasan dan pelarutan zat aktif yang cepat.
2.
Umur
difusi pasif zat aktif dengan sifat lipofil tertentu dari bentuk yang tak terionkan
dilambung dan terutama diusus besar. Semua jenis transpor zat aktif diusus halus
yang meliputi:
Transpor dengan pembentukan pasangan ion
Transpor sederhana
Transpor aktif
Pinositosis
Adanya berbagai mekanisme tersebut menyebabkan pelipat ganda kemampuan
penyerapan usus halus dibandingkan dengan kemampuan usus besar.
4.
Laju Perlewatan
Laju transit dan waktu tinggal dilambung merupakan salah satu faktor yang sangat
penting, yang mempengaruhi intensitas penyerapan. Suatu zat aktif yang sukar
diserap lambung seharusnya tidak tinggal lama dilambung. Oleh sebab itulah waktu
pengosongan lambung sebaiknya diusahakan terjadi lebih cepat. Sebaliknya bila
transit diusus berjalan lambat, hal tersebut menguntungkan bagi zat aktif yang hanya
diserap pada bagian tertentu saluran cerna, terutama dalam hal transpor aktif. Contoh
yang klasik adalah riboflavin yang diserap pada bagian atas usus halus. Bila obat
dalam
keadaan
terlarut
melewati
daerah
penyerapan
terlalu
cepat
maka
penyerapannya menjadi sangat sedikit. Fenomena yang sama juga terjadi pada
tetrasiklina, fenisilina, seofulvin dan garam-garam besi (fe).
Kecepatan transit dilambung tak dapat dikontrol selama waktu makan dan gumpalan
makanan meninggalkan lambung bertahap dalam waktu yang lama ataupun singkat.
Faktor yang meningkatkan waktu pengosongan lambung
Faktor yang dapat meningkatkan waktu pengosongan lambung, daiantaranya adalah:
Volume
dan refleks vagus pada dinding lambung yang meningkatkan aktivitas pompa pilorus.
Pada umumnya, kecepatan pengosongan makanan dari lambung kira-kira sebanding
dengan akar kuadrat volume makanan yang tertinggal dalam lambung pada waktu
tertentu.
Konsistensi isi lambung
Kekentalan cairan lambung sangat berperan dan pemberian obat saat puasa
bersamaan dengan segelas airakan menngkatkan secara nyata laju pelarutan tersebut
lebih encer dari sop encer.
Keasaman
Keasaman (pH) cairan lambung selama mendekati satu, tetapi karena adanya
pengenceran biasanya pH dapat berada antara 1 dan 3.
Pengukuran pH sekresi lambung pada umumnya dilakukan dengan pengambilan
melalui pipa, sedangkan pengukuran pH pada binatang dilakukan dengan menusukan
fistula ke lambung melalui kulit. Tehnik yang pertama dapat menimbulkan trauma
dan komposisi cairan lambung setelah eksitasi mekanik mungkin berada dengan
komposisi yang dihasilkan pada keadaan fisiologi. Hal yang sama terjadi bila
lambung dirangsang oleh bahan-bahan tertentu seperti histamin. Bila penggunaan
fistula pada hewan mempunyai masalah ekstrapolasi klasik, maka hal yang sama
berlaku pula pada manusia.
Pengukuran pH cairan lambung dengan elektroda gelas yang dimasukan kedalam
lambung memberikan hasil yang baik.
Keadaan emosi
kegembiraan dapat mempercepat pengosongan lambung dan sebaliknya ketakutan
dapat memperlambat pengosongan lambung.dan dapat menyebabkan penutupan
pylorus.
Para peneliti menyimpulkan bahwa gerakan lambung tidak sangat kuat dan terjadi
secara peristaltik. Gerakan tersebut merupakan gelombang kontraksi yang dimulai
dari daerah fundus bagian tengah dan berpindah menuju pylorus. Gerakan dimulai 510 menit sesudah makanan masuk kedalam lambung dan terjadi selama 4-6 gerakan
setiap menit dan selanjutnya mencapai pylorus dalam waktu 20 detik. Dengan
demikian makanan tertimbun pada lapisan berikutnya tanpa energi pengadukan.
Adanya pengadukan di permukaan menjamin pencampuran yang lebih baik antara
cairan lambung dan bahan yang akan diserap kecuali pada daerah pylorus yang
gelombang geraknya lebh kuat. Hanya campuran isi lambung yang cukup encer yang
dapat melewati pylorus secara bertahap.
Sediaan obat yang diserap tercampur dengan masa makanan tanpa benar-benar
teraduk bila ia berada dalam daerah pylorus. Perlepasan, pelarutan dan penyerapan
dilambung terjadi dengan hambat bila obat digunakan bersamaan atau setelah makan.
Sebaliknya saat puasa dan disertai dengan segelas air, ketiga fase tahapan predisposisi obat akan terjadi secara efektif. Tetapi cairan dengan cepat memasuki
duedenum, terutama bila yang ditelan berbentuk cairan dan diminum bersama segelas
air. Dengan demikian saat puasa pylorus akan terbuka atau terbuka sedikit dan
pembukaan lambung pertama menyebabkan obat segera memasuki duedenum dan
pylorus segera menutup kembali.
Mekanisme pembukaan dan penutupan pylorus sesungguhnya masih kabur. Proses
tersebut merupakan fungsi pH cairan duedenum (pylorus hanya dapat membuka bila
pH di ddeudenum
Faktor yang mempercepat pelewatan dilambung
Semua faktor yang berlawanan dengan yang telah disebutkan sebelumnya seperti
keasaman, pengenceran, posisi berbaring pada sisi kiri akan mengaktifkan
pengosongan lambung.
Bila akan dibuat sediaan obat dengan waktu tinggal dilambung yang relatif singkat
maka harus dicoba menetralkan keassaman lambung dengan senyawa dapar pada pH
yang lebih tinggi.
Pelewatan diusus halus
Adanya makanan mengaktifkan proses pelewatan diusus halus dan pada pagi hari
diwaktu puasa pelewatan tersebut menjadi lambat. Pengeluaran empedu akan
dirangsang oleh sistem saraf otonom, sehingga semua gangguan terhadap saraf dapat
berpengaruh pada pengeluaran empedu.
5.
keasaman (pH) dan laju transit merupakan faktor penting yang mempengaruhi proses
pelarutan dan penyerapan. Derajat keasaman pH cairan saluran cerna berbatas 1-8
sehingga memungkinkan terjadinya pelarutan sebagian besar zat aktif pada daerah
tertentu disaluran cerna. Jadi pH merupakan faktor yang mempengaruhi seluruh
proses penyerapan.
Perbedaan pH disepanjang saluran cerna memungkinkan berkembangnya pembuatan
sediaan yang tahan cairan lambung atau sediaan dengan aksi terkendali. Penyalut
selulosa atau amilum asetoftalat mempunyai sifat polielektrolit dan akan melarut
sesuai dengan fungsi pH, misalnya jenis Eudragit.
Perubahan pH dengan formulasi
Hampir tidak mungkin membuat formula yang sesuai dengan keseragaman pH
seluruh usus, sebaliknya hal tersebut dapat dilakukan pada cairan lambung dengan
tujuan untuk :
meningkatkan ketersediaan hayatizat aktif yang tak larut pada pH lambung (asam
salisilat menjadi lebih larut).
Mengurangi iritasi bentik asam dari zat aktif (salisilat),
Mencegah peruraian yang disebabkan oleh keasaman cairan lambung.
pH cairan lambung dapat di tingkatkan dengan pemberian suatu senyawa asam
(natrium bikarbonat, kalsium karbonat, dan lain- lain), tetapi cara lebih klasik adalah
dengan mengubah pH daerah difusi di sekitar partikel oleh dapar yang ada basa atau
dengan menggunakan garam yang larut dari zat aktif asam.
6.
Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan pada cairan usus menurun karna adanya garam empedu.Hal
yang sama terlihat paada cairan lambung yang mendapatkan masukan garam empedu.
Tegangan permukaan cairan lambung berkisar antara 38-47 /dyne/cm2. Pengurangan
tegangan permukaan akan memudahkan pembasahan dan pelarutan partikel yang
semula belum larut. Senyawa senyawa choleretie merangsang pengeluaran cairan
empedu, sehingga akan meningkatkan pelarutan dan mempermudah pengemulsian
dan penyerapan bahan lemak dan vitamin yang larut lemak.
7.
Kekentalan
Kekentalan juga menghambat proses bahwa kekentalan menghambat proses
a.
Musim
Senyawa ini merupakan mukopolisakarida alami yang melapisi saluran cerna, dapat
membentuk kompleks dengan zat aktif dan menghambat proses penyerapan. Hal
tersebut terjadi pada streptomisina, dihidrosterpromisina, antikolinergik dan
penurunan tekanan darah golongan amonium kuarterner yang bentuk kompleksnya
sangat kuat. Pemberian senyawa amonium kuartener yang inert secara farmakologik,
dapat memperbaiki penyerapan zat aktif amonium kuartener dengan cara inhibisi
kompetitif pada tempat aksi musim.
b.
Garam empedu
Molekul-molekul tertentu dengan ion-ion bervalensi dua atau tiga, seperti kalsium
atau magnesium akan membentuk kelat yang tak terserap.
d.
Flora Usus
Flora usus mengeluarkan enzim, misalnya penisilinase yang menginaktifkan zat aktif
tertentu.
e.
Enzim
Enzim dapat merusak zat aktif tertentu, misalnya zat aktif peptida akan merusak oleh
enzimproteolitik (insulin, ositosin). Dalam hal tertentu, enzim tersebut menyebabkan
peningkatan perlepasan obat dan mempengaruhi sifat sediaan yang tahan asam atau
sediaan lepas lambat, lipase usus akan menghidrolisa lemak tahan asam.
v FAKTOR PATOLOGI
Faktor patologi berpengaruh pada 3 hal utama, yaitu pengetahan, pergerakan dan
penyerapan.
1.
Psikis merupakan satu faktor yang dapat meningkatkan atau menghambat proses
pengeluaran getah. Pada orang pemarah akan terjadi peningkatan pengeluaran getah
dan sebaliknya akan terjadi hambatan pengeluaran getah pada seseorang yang
depresif.
Pengeluaran getah lambung meningkat pada keadaan tukak duedenum yang mana
berlebihan asam dapat merusak aktivitas enzim pankreatik. Sebaliknya pengeluaran
getah lambung berkurang pada keadaan pH yang meningkat akibat tukak lambung,
gastritis kronis, penyakit beimer dan diabetes.
Tidak cukupnya pengeluaran getah empedu yang disebabkan oleh pembuntuan
(obstruksi) saluran empedu akan menghambat penyerapan lemak dan vitamin yang
larut dalam lemak.
2.
Gangguan Transit
Waktu tinggal dalam lambung pada umumnya akan meningkat pada keadaan:
Penyempitan pilorus (stenose pylorus)
Tukak lambung (ulkus ventriculi) pada bagian juxta pylorus
Kelainan pembuluh darah tertentu
Sprue
Myxcodemia (salah satu bentuk peradangan kelenjar)
Gerakan usus halus tergantung pada sistem simpatik dan
Semua hal yang berpengaruhi gerakan tersebut juga akan mempengaruhi waktu
transit. Tukak duedenal menyebabkan gerakan duodenum yang berlebihan sedangkan
sprue dan colitis ulcerosa (keradangan usus besar yang bersifat seperti tukak)
umumnya menghambat gerakan usus.
3.
Gangguan Penyerapan.
a.
pada
luas
permukaan
penyerap,
Penambahan senyawa anti mikroba atau anti parasit dapat memutuskan ikatan
konjugasi garam empedu (akibat terjadi kesalahan penyerapan lemak dan vitamin
yang larut lemak), dan merusak zat aktif sebelum diserap (vitamin B12).
Adanya
bahan
obat
antimikroba
berspektrum
luas
dapat
mengganggu