Anda di halaman 1dari 2

Algoritma Depresi

Description

Sering kali depresi diawali dengan adanya masalah yang sedang dihadapi, entah hubungan dengan
pasangan, keluarga, atau pekerjaan dan lain sebagainya. Lalu kita memikirkan masalah tersebut dengan
cara yang kurang tepat (Depressive thinking style).

Cara kita berpikir menentukan cara kita menyelesaikan masalah. Ada beberapa orang yang sensitif,
membesar-besarkan masalah kecil, menyalahkan diri sendiri, dan berbagai cara berpikir lain yang pada
akhirnya membuat ia merasa putus harapan (hopeless) dan semakin cemas (anxiety).

Orang dengan depresi memiliki kecenderungan untuk memikirkan masalah itu terus menerus dan
berulang kali serta akhirnya menjadi emosi karenanya (Emotionally arousing rumination).
Akibatnya, saat tidur ia menjadi sering bermimpi. Mimpi terjadi ketika seseorang sedang berada dalam
fase tidur REM ( Rapid Eye Movement). Sehingga karena ia bermimpi, ia menjadi kurang tidur dalam.

Akibat dari tidur dalam yang kurang, stres hormon (contohnya kortisol) banyak diproduksi dan akan
mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang. Tidur yang kurang membuat ia merasa capai, lelah dan
akhirnya menjadi malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari, kehilangan semangat dan semua menjadi
tidak menyenangkan.

Ketika seseorang mengalami depresi, kadar neurotransmiter serotonin menurun. Ini sebabnya para ahli
mengembangkan obat anti depresi yaitu golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (contoh :
lexapro, cipralex, prozac, zoloft, antiprestin, zerlin) yang mana dapat meningkatkan kadar serotonin di
dalam tubuh dan membantu mengatasi keluhan depresi di atas tadi.

Kadar serotonin yang rendah, dapat meningkatkan sensitivitas terhadap nyeri, sehingga seringkali orang
depresi memiliki keluhan berupa sakit kepala atau nyeri di tubuhnya.

Nah, setelah mempelajari algoritma depresi, pada poin mana anda dapat mencegah timbulnya depresi?
Semakin banyak poin yang dapat diperbaiki, maka depresi akan semakin mudah diatasi.

Anda mungkin juga menyukai