Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PORTOFOLIO KASUS MEDIK

Oleh :
dr. Gilang Irwansyah
Pendamping :
dr. Moh. Jasin. M.Kes

RUMAH SAKIT UMUM dr. H. KOESNADI


BONDOWOSO
2015

PORTOFOLIO KASUS MEDIK


Nama
: dr. Gilang Irwansyah
Wahana
: RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso
Topik
: Ca. Cervix
Tanggal Kasus
: 22 juli 2015
Nama Pasien
: Ny. S
No. RM : x-xx-xx-xx
Tanggal Presentasi : Agustus 2015
Pendamping : dr. Gede. Sp.OG
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSU dr. H. Koesnadi - Bondowoso
Obyektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
DESKRIPSI :
Ny. S, , 41 tahun, Perdarahan pervaginam sejak 4 bulan yang lalu.
Tujuan :
-

Menegakkan diagnosis

Memberikan terapi yang sesuai

Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit, pengobatan serta

prognosisnya
Bahan Bahasan :
Tinjauan Pustaka
Cara Membahas :

Diskusi

Data Pasien
Nama Klinik : RSU dr. H.
Koesnadi Bondowoso

Riset
Presentasi &

Diskusi
Nama : Ny. S

: Ny. S

Jenis kelamin : Perempuan


Umur

: 41 Tahun

Alamat

: Sumber Wringin Bondowoso

Suku/Bangsa : Madura

Audit

Email

Pos

Telp : (0332) 421263, 421974

IDENTITAS PASIEN
Nama

Kasus

No. RM : x-xx-xx-xx
Terdaftar sejak : 2015

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Tanggal MRS : 22 Juli 2015


No.RM

: x-xx-xx-xx

ANAMNESIS
Autoanamnesa
Keluhan utama : Perdarahan pervaginam.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak 4 bulan yang
lalu, sejak jam 10.00 keluar darah banyak berwarna merah kehitaman bergumpal.
Perdarahan sempat berhenti sampai jam 17.00 tapi darahnya keluar lagi jam
17.55, selain itu juga pasien mengeluhkan lemas, lesu dan lunglai karena
perdarahan.
Riwayat penyakit dahulu
Pernah di rawat di RSU Dr. H. Koesnadi dengan diagnosis Ca. Cervix
tahun 2013.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada
Riwayat kontak
Tidak ada kontak dengan penderita kutil kelamin.
Riwayat pengobatan
Tidak ada
Riwayat sosial
Pasien merupakan istri dari seorang petani, setiap hari makan seadanya,
pasien tidak merokok dan minum alcohol namun suami pasien merokok
Riwayat imunisasi
Pasien tidak pernah diimunisasi
Riwayat menstruasi
Pasien mengatakan tidak pernah mentruasi sejak ikut kb suntik 3 bulan
lamanya sudah sekitar 20 tahun
Riwayat perkawinan

Pasien sudah menikah 2 kali, menikah pertama pada usia 13 tahun selama
26 tahun dan menikah kedua baru setahun yang lalu
Riwayat persalinan
Jumlah anak 4 semuanya lahir cukup bulan, BBLC, pervaginam, anak
terkecil usia 18 tahun
Riwayat PMS
Pasien mengatakan sering mengalami keputihan tapi tidak pernah diobati
Riwayat Operasi
Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Status Antropometri
Berat Badan

: 62 kg

Tinggi Badan

: 160 cm

Keadaan umum
Tampak sakit sedang
Tanda-tanda vital
Kesadaran

: CM

Tekanandarah

: 90/50 mmHg

Nadi

: 100 x/menit

Pernapasan

:22 x/menit

Suhu

:36 oC

Kepala dan Leher


Pupil bulat isokor +|+, reflek cahaya +|+, konjungtiva anemis + | +, sclera
ikterik - | -, sianosis -|Thorax
Jantung

: S1S2 single murmur (-) gallop (-)

Paru

: gerakan nafas simetris, stem fremitus D=S, SDV +/+, R-/-, W-/-

Abdomen
Soefl, striae gravidarum +, tidak teraba massa, bising usus positif normal,
shifting dullness(-), nyeri tekan abdomen Ekstremitas
Akral dingin, edema - , CRT > 2 detik, Ptekie (-)
Status lokalis

Inspekulo : Vulva vagina tampak pucat, fluxus +, portio tampak


berbenjol-benjol ukuran variatif paling besar di arah jam 11 ukuran sekitar 4 cm,
paling kecil di sekitar jam 5 dengan ukuran sekitar 1cm
VT : liang vagina menyempit disertai adanya benjolan ukuran variatif
paling besar di arah jam 11 ukuran sekitar 4 cm, paling kecil di sekitar jam 5
dengan ukuran sekitar 1cm, parametrium tidak teraba.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah tanggal 22 Juli 2015
Jenis Tes
Hasil Test
Hemoglobin
4,7 g/dL
Leukosit
Eritrosit

10.300 /cmm
4.020.000 /cmm

Trombosit
Hematokrit

238.000 /cmm
39%

Biopsi jaringan
Squamous cell carcinoma
DIAGNOSIS KERJA
Anemia e.c Ca cervix
PENATALAKSANAAN

IFVD RL 500 cc 20 tpm/ jam

Injeksi Asam tranexamat 3x500 mg

Solvitron 1x1 tablet

Transfusi PRC 1 kolf/hari

Pemeriksaan lanjutan

Evaluasi keadaan umum

Evaluasi TTV

Evaluasi nilai Hb

Hasi Tes Normal


P : 13-17 g/dL
W : 11,5-16 g/dL
4.000-11.000 /cmm
P : 4,5-6,5 jt /cmm
W : 4-5 jt /cmm
150.000-400.000 /cmm
P : 40-70%
W : 37-48 %

HASIL PEMBELAJARAN
1. Tentang diagnosis Ca cervix
2. Manifestasi klinis Ca cervix
3. Terapi Ca cervix
4. Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarganya mengenai prognosis
dan pencegahan penyakit Ca cervix
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO

Subjektif
a. Keluhan utama : Perdarahan pervaginam
b. Riwayat penyakit sekarang : Perdarahan pervaginam sejak 4
bulan yang lalu disertai dengan gejala letih, lemas dan lunglai
c. Riwayat penyakit dahulu : Pernah dirawat dengan diagnosis ca
cervix tahun 2013
d. Riwayat social : Pasien merupakan istri dari seorang petani, setiap
hari makan seadanya, pasien tidak merokok dan minum alcohol
namun suami pasien merokok
e. Riwayat imunisasi : Pasien tidak pernah diimunisasi
f. Riwayat perkawinan : Pasien sudah menikah 2 kali, menikah
pertama pada usia 13 tahun selama 26 tahun dan menikah kedua
baru setahun yang lalu
g. Riwayat persalinan : Jumlah anak 4 semuanya lahir cukup bulan,
BBLC, pervaginam, anak terkecil usia 18 tahun
h. Riwayat PMS : Pasien mengatakan sering mengalami keputihan
tapi tidak pernah diobati

Objektif
Hasil dari pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (laboratorium) yang
mendukung untuk menegakkan diagnosis yaitu:
a. Gejala klinis
b. Pemeriksaan fisik :

Keadaan umum : sakit sedang

Tanda-tanda vital : tensi 90/50 mmHg, nadi 100 x/m,


respiration rate 22x/m

Mata : Konjunctiva anemis

Abdomen : Striae gravidarum +, NT -, massa

Ektremitas : akral dingin, CRT > 2 detik

Inspekulo : Vulva vagina tampak pucat, fluxus +, portio


tampak berbenjol-benjol ukuran variatif paling besar di
arah jam 11 ukuran sekitar 4 cm, paling kecil di sekitar
jam 5 dengan ukuran sekitar 1cm

VT : liang vagina menyempit disertai adanya benjolan


ukuran variatif paling besar di arah jam 11 ukuran sekitar
4 cm, paling kecil di sekitar jam 5 dengan ukuran sekitar
1cm, parametrium tidak teraba.

c. Pemeriksaan penunjang

Hb 4,7 g/dL

Biopsi jaringan : Squamous cell carcinoma

Assessment (Penalaran Klinis)


Menurut hasil anamnesa, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang yang dilakukan kepada pasien mengarah pada diagnosa Ca.
Cervix. Berdasarkan dari beberapa faktor resiko yaitu menikah pada usia
muda, tidak pernah imunisasi, multiparitas, sosioekonomi rendah,
kebersihan daerah kewanitaan yang kurang, sering terkena PMS. Dan juga
dari keluhan berupa perdarahan pervaginam. Pada pemeriksaan pasien
tampak anemis akibat perdarahan dan didapatkan adanya benjolan di
vagina. Dan dari pemeriksaan penunjang didukung dengan adanya nilai hb
yang rendah dan hasil biopsy squamous cell carcinoma.

TINJAUAN PUSTAKA
Batasan

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal di sekitarnya. 1 Kanker yang terjadi pada lapisan
endometrium (servik uterus), yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita
yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus)
dengan liang senggama (vagina).2

Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, tetapi tampaknya penyakit ini
melibatkan peningkatan kadar estrogen. Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah
merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang
disuntikkan kepada hewan percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia
endometrium dan kanker.1,2 Beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara
lain :
1. Usia
Kanker uterus terutama menyeranga wanita berusia 50 tahun keatas. 1,2,3,4
2. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda
3. Jumlah kehamilan dan partus1,2,3
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
4. Jumlah perkawinan1,2
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
5.

Infeksi virus1,2,3,4
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.

Umumnya 90%-

100% dari keseluruhan invasive kanker serviks memiliki keterkaitan pada infeksi
Human Papilloma Virus (HPV).
6. TerapiSulihHormon(TSH)1
TSH

digunakan

osteoporosis

dan

untuk

mengatasi

mengurangi

gejala-gejala

resiko

penyakit

menopause,
jantung

atau

mencegah
stroke.

Wanita yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki resiko yang


lebih tinggi. Pemakaian estrogen dosis tinggi dan jangka panjang tampaknya
mempertinggi resiko ini.Wanita yang mengkonsumsi estrogen dan progesteron
memiliki resiko yang lebih rendah karena progesteron melindungi rahim. 2
7. Obesitas1
Tubuh membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga wanita yang
gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Tingginya kadar estrogen
merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker serviks pada wanita obesitas. 2
8. Diabetes (kencing manis)2
9. Hipertensi (tekanan darah tinggi)2
10. Tamoksifen Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau
mengobati kanker payudara memiliki resiko yang lebih tinggi. Resiko ini
tampaknya berhubungan dengan efek tamoksifen yang menyerupai estrogen
terhadap rahim. Keuntungan yang diperoleh dari tamoksifen lebih besar daripada
resiko terjadinya kanker lain, tetapi setiap wanita memberikan reaksi yang
berlainan.2
11. Ras1,2
Kanker serviks lebih sering ditemukan pada wanita kulit putih. 2
12. Kanker kolorektal (mengenai kolon atau rektum)2
13. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun.2
14. Menopause setelah usia 52 tahun.2
15. Kemandulan.2
16. Penyakit ovarium polikista.2

17. Polip endometrium (pertumbuhan yang menonjol pada lapisan endometrium). 2


18. Sosial Ekonomi1,5
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
19. Hygiene dan sirkumsisi1
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
20. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) 1,3,4,5,7
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

Patofisiologi
Squamous cell carcinoma

pada serviks secara khusus timbul pada

squamocolumnar junction dari lesi displastik yang telah ada sebelumnya, yang pada
kebanyakan kasus diawali dengan adanya infeksi HVP. Walaupun para wanita telah bersih
dari virus ini, namun bagi yang memiliki infeksi persisten dapat menyebabkan
perkembangan menjadi penyakit servik dispasia preinvasif. Pada umumnya, progresi dari
dysplasia menjadi kanker invasive membutuhkan waktu beberapa tahun. Perubahan
molecular yang terlibat dalam karsinogenesis serviks kompleks dan tidak sepenuhnya
dimengerti. Karsinogenesis diduga akibat efek interaktif antara pengaruh lingkungan,
imunitas host, dan variasi gen sel somatik. HVP memegang peranan penting dalam
perkembangan kanker serviks. Beberapa bukti mendukung bahwa oncoprotein HVP
meripakan komponen kritikal yang meneruskan proliferasi sel kanker. 2

Klasifikasi Pertumbuhan Sel1,5


Mikroskopis

1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi
pada dua pertiga epidermi hampir tdk dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
2. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks,
peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh
tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk
sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks
dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan
parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat
mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini
mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas
ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi
berubah bentuk menjadi ulkus.
Makroskopis
1. Stadium preklinis : tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2. Stadium permulaan: sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut: telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio

4. Stadium lanjut: terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya


seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

Manifestasi klinis
Pada beberapa penderita, tidak muncul gejala yang berarti (asimtomatis). Namun
beberapa gejala mengarah kepada infeksi HPV yang berkembang menjadi kanker servik
yang patut diwaspadai, gejalanya bisa berupa:

Perdarahan rahim yang abnormal.2

Siklus menstruasi yang abnormal.2

Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami

menstruasi).1,2,7

Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause.2

Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40
tahun).2

Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul.2

Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause). 1,2,7

Nyeri atau kesulitan dalam berkemih.2

Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.2

Pada keadaan lanjut gejala dapat berupa penurunan nafsu makan, berat badan,
fatigue, nyeri pelvis, punggung, dan tungkai, pembengkakan 1 tungkai, perdarahan
yang berat dari vagina, dan urin serta feces yang keluar dari vagina, dan fraktur
tulang.1

Pemeriksaan

PapSmearTest.1,2,3,4,5
Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel rahim dan kemudian
diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi
dari sel tersebut. Perubahan sel-sel leher rahim yang terdeteksi secara dini akan
memungkinkan dilakukannya beberapa tindakan pengobatan sebelum sel-sel
tersebut dapat berkembang menjadi sel kanker.1 Tes ini hanya memerlukan
waktu beberapa menit saja. Dalam keadaan berbaring terlentang, sebuah alat
yang dinamakan spekulum akan dimasukan kedalam liang senggama.3,4,5
Kolposkopi.1,2,5
Koloskopi adalah suatu prosedur pemeriksaan rahim dan leher rahim. Dengan
memeriksa permukaan leher rahims, dokter akan menentukan penyebab
abnormalitas dari sel-sel leher rahims seperti yang dinyatakan dalam
pemeriksaan 'Pap Smear'.1 Dokter akan memasukkan suatu cairan kedalam
vagina dan memberi warna saluran leher rahim dengan suatu cairan yang
membuat permukaan leher rahim yang mengandung sel-sel yang abnormal
terwarnai. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahim melalui
sebuah alat yang disebut kolposkop. Kolposkop adalah suatu alat semacam
mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan
pembesaran yang tinggi.1
Servikografi.5,8
Sebuah kamera khusus yang digunakan untuk mengambil gambar dari servik
setelah servik tersebut diberi asam asetat. Kemudian dibawa ke laboratorium
untuk dilihat apakah teridentifikasi kanker atau tidak.8

Stadium

Keterangan

Karsinoma Pra-invasif
O

Karsinoma in situ, karsinoma intraepitelial

Karsinoma invasif

Karsinoma terbatas pada serviks

Ia

Karsinoma invasif preklinis, yang hanya dapat didiagnosa


secara mikroskopik
Dapat terlihat secara klinis

Ib
Ib1 tumor primer diameter <4 cm
Ib2 tumor primer diameter >4 cm

II

Karsinoma meluas kebawah serviks tetapi tidak sampai ke


dinding panggul; melibatkan duapertiga atas vagina.
Tanpa adanya invasi ke parametrium

IIa
Perluasan ke parametrium tapi belum sampai ke dinding pelvis
Iib

III

Karsinoma meluas ke dinding panggul;


bawah vagina.

melibatkan sepertiga

Belum meluas ke dinding pelvis


IIIa
IIIb

Meluas sampai dinding pelvis, dan atau menyebabkan disfungsi


ginjal atau hidronefrosis akibat invasi ke ureter

IVa

Karsinoma meluas ke mukosa kandung kemih dan rektum.

Ivb

Menyebar keluar pelvis dan atau metastase ke organ-organ yang


jauh

Tabel 1. Stadium karsinoma serviks (FIGO (Federation internationale de Gynecologic et


Obstetrique.dari Gusberg SB et al: Female genital cancer, new york, 1988,Churchill
Livingstone.))1,2,8

Manajemen & Penatalaksanaan


Pemilihan pengobatan tergantung kepada ukuran tumor, stadium, pengaruh
hormon terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan pertumbuhan tumor serta
usia dan keadaan umum penderita.

Metode pengobatan :
a. Metode pengobatan pada stadium awal
1. Pemanasan
Diathermy atau dengan sinar laser.1,3
2.

Cone biopsi
Mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk sel yang mengalami
perubahan. Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk
memastikan adanya sel-sel yang mengalami perubahan.1,3
b. Metode pengobatan pada stadium Pre-kanker
1. Pembedahan.2,3,4
Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat sebanyak mungkin penyakit
ini bila memungkinkan. Terdapat beberapa jenis pembedahan yang berbeda
yang dapat dilakukan. Pada stadium awal Ia terkadang dapat hanya dengan
histerektomi (mengangkat uterus dan serviks). Stadium yang lebih lanjut
pada Ia dan Ib, dan kadang-kadang stadium IIa dapat dilakukan histerektomi
yang lebih luas bersama dengan lymphadenectomy (prosedur mengangkat
lymfonodi di pelvis). Tergantung dari luasnya penyakit, mungkin harus
dilakukan pengangkatan jaringan sekitar uterus, begitu juga dengan bagian
dari vagina dan tuba falopii. Stadium yang lebih tinggi biasanya diterapi
dengan radiasi dan kemoterapi.
2. Terapi penyinaran2,3,4
Terapi penyinaran merupakan terapi lkal, hanya menyerang sel-sel kanker
pada daerah yangdikenainya. Pada stadium I, II, dan III dilakukan terapi
penyinaran dan pembedahan.2 Penyinaran bisa dilakukan sebelum
pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah pembedahan
(untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa).3

3. Kemoterapi (terapi hormonal)2,3,4


Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah sampainya
hormon ke sel kanker dan mencegah pemakaian hormon oleh sel kanker.
Hormon bisa menempel pada reseptor hormon dan menyebabkan perubahan
di dalam jaringan rahim. Terdapat banyak macam obat-obat kemoterapi,
biasanya diberikan kombinasi selama beberapa seri dalam beberapa bulan.
Regimen yang paling sering digunakan adalah Cisplatin, obat lain juga yang
sering digunakan seperti 5-FU, hydroxyurea, Ifosfamide, dan Paclitaxel.

Tingkat

Penatalaksanaan

Biopsi kerucut,Histeroktomi transvaginal

Ia

Biopsi kerucut,Histeroktomi transvaginal

Ib, IIa

Histeroktomi radikal dengan dengan limfadenoktomi panggul


dan evaluasi kelenjar limfa para aorta (bila terdapat metastatis
dilakukan radioterapi pasca pembedahan)

IIb, III, dan IV

Histeroktomi transvaginal

Iva dan Ivb

Radioterapi, Radiasi paliatif, kemoterapi

Tabel 2. Penatalaksanaan pengobatan kanker rahim tiap stadium. 5

Pencegahan
1. Jauhi rokok.7
2. Penggunaan vaksin Gardasil yang dibuat dari virus like particles (VLPs)
capsid L1 dari HPV untuk mengurangi resiko terkena kanker rahim.6,7
3. Wanita-wanita yang memiliki faktor resiko terkena kanker rahim
sebaliknya lebih sering menjalani pemeriksaan panggul dan Pap smear.2

4. Jangan terlalu sering mencuci vagina dengan obat antiseptik tertentu tanpa
resep dari dokter ataupn dengan menaburi bedak talk.7
5. Diet rendah lemak.7

Prognosis
Prognosis setelah pengobatan kanker servik akan makin baik jika lesi
ditemukan dan diobati lebih dini. Tingkat harapan kesembuhan dapat mencapai
85% untuk stadium I, 50-60% untuk stadium II, 30% untuk stadium III, dan 510% untuk stadium IV.9 Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak
memberikan respons terhadap pengobatan. 95% akan mengalami kematian dalam
2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histeroktomi dan memeiliki
resiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini
dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histeroktomi radikal terjadi 80%
rekurensi dalam 2 tahun.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, H.,et all. (editor). Serviks Uterus. Ilmu Kandungan. Edisi
Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono. 2009;380-387.
2. Cunningham FG. Mcdonald PC. Karsinoma serviks. Obstetric Williams.
Edisi 21. Vol 2. Jakarta. EGC. 2007;1622-1625.
3. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi 7 nd ed , Vol. 1.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007 : 189-1
4. American Cancer Society. 2012. Cervical Cancer. At lanta. American
Cancer Society.

Anda mungkin juga menyukai