Margarita Masneno
Pendahuluan
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan ditambah organ-organ pencernaantambahan
(aksesori).Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat giziatau nutrien, air,
dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internaltubuh.Makanan
sebagai sumber ATP untuk menjalankan berbagai aktivitas bergantungenergi, misalnya
transportasi aktif, kontraksi, sintesis dan sekresi.Makanan juga merupakanmakanan sumber
bahan untuk perbaikan, pembaruan dan penambahan jaringan tubuh.Sistem pencernaan tidak
dapat melaksanakan fungsinya jika dalam keadaan terganggu.Walaupun sistem pencernaan
mempunyai manfaat yang sangat besar dalam kehidupan kita, akan tetapi tidak jarang juga
kelainan pada sistem ini juga dapat mengakibatkan kematian.Salah satunya adalah apendisitis,
Penyakit ini merupakan penyakit bedah mayor yang palingsering terjadi dan tindakan bedah
segera mutlak diperlukan pada apendisitis akut untuk menghindari komplikasi yang umumnya
berbahaya seperti peritonitis generalisata. Padalaporan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
sistem pencernaan dan gangguannya apendisitis.
Skenario
Seorang perempuan berusia 35 tahun diantar oleh keluarganya ke UGD RS dengan keluhan nyeri
hebat pada perut kanan bawahnya sejak 6 jam yang lalu. Pasien mengeluh sejak 3 hari yang lalu,
ulu hatinya terasa sakit disertai mual, akan tetapi keluhan tersebut tidak berkurang setelah pasien
mengkonsumsi obat maag.
102013317
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna utara No.6 Jakarta Barat
E-mail: itha.masneno@yahoo.co.id
Pembahasan
Anamnesis
Berdasarkan kasus didapat data mengenai pasien secara auto anamnesis (anamnesa
yangdilakukan secara langsung kepada pasien), yaitu:1
Identitas pasien:
Nama lengkap :Ny. NN
Umur : 35 tahun
Keluhan utama: Pasien merasakan demam dan nyeri lebih dominan pada daerah perut kanan
bawahyang sebelumnya merasakan nyeri pada ulu hati.
Riwayat sekarang:
Demam
Nyeri pada daerah perut kanan bawah
Lokalisasi : perut kanan bawah
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
Pada
appendisitis
akut
dengan
pengamatan
akan
tampak
adanya
Palpasi: Palpasi dilakukan dengan dimulai pada kuadran kiri bawah dilanjutkan ke
kuadrankiri atas, kuadran kanan atas dan diakhiri di kuadran kanan bawah. Kadangkadang pada appendiitis lanjut, teraba suatu massa. Nyeri tekan kuadran kanan bawah
dengan spasme ototmerupakan indikasi untuk melakukan operasi kecuali ada indikasi lain
yang menunjukkan bahwaappedisitis bukan WD. Pada daerah perut kanan bawah apabila
ditekan akan terasa nyeri. Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan
perut kanan bawah merupakan kuncidiagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri
bawah akan dirasakan nyeri pada perutkanan bawah. Ini disebut tanda Rovsing ( Rovsing
Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawahdilepaskan juga akan terasa nyeri pada
perut kanan bawah.Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign) yang mana merupakan
kunci dari diagnosis apendisitis akut.2
Ha. 2
menentukan letak apendiks apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan
pemeriksaan ini dan terasanyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang terletak
didaerah pelvis. Pemeriksaan inimerupakan kunci diagnosis pada apendisitis pelvika.2
Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator: Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk
mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot
psoaslewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan
kemudian pahakanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m. psoas
mayor, maka tindakantersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator
dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila
apendiks yang meradang kontak denganm.obturator internus yang merupakan dinding
panggul kecil, maka tindakan ini akanmenimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan
pada apendisitis pelvika. Suhu dubur (rectal)yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla),
lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.2
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium.
- Pemeriksaan laboratorium darah: yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari seldarah
putih
(leukosit)
hingga
sekitar
10.000-18.000/mm3
(normal
adalah
5.00-
inflamasi padaapendiks.
Pemeriksaan CT-scan: ditemukan bagian yang menyilangdengan apendikalit serta
perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran
sekum.Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (timbunan tinjayang
keras).2
Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis.
Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (7197 %), terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling
tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93-98 %).Dengan CT scand apat terlihat
Ha. 3
Working Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pasien tersebut di diagnosa menderita
Appendisitis.
Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada appendisitis vermiformis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Appendisitis pula boleh dibagikan kepada dua yaitu
apendisitis akut dan kronik:3
Akut: Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, mual-muntah,
nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak
semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini bisa juga hanya bersifat meriang, atau
mual-muntah saja.
Kronik: Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana
terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang
timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual bahkan kadang muntah kemudian nyeri itu
akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis
akut yaitu nyeri pada titik Mc Burney (istilah kesehatannya). Namun, terdapat enam DD
(differential diagnosis) yang memiliki gejala mirip yaitu penyakit Crohn, salphigitis, kista
ovarium, kehamilan ektopik terganggu, kolik ureter dan perintonitis. DD dibedakan
dengan lebih lanjut berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan.
Different Diagnosis
Kehamilan Etopik
Ada riwayat terhambat menstruasi dengan keluhan yang tidak menentu. Jika terjadi ruptur tuba
atau abortus diluar rahim dengan perdarahan akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah
Ha. 4
pelvis dan mungkin akan terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan colok vaginal didapatkan
nyeri dan penonjolan kavum Douglas, dan pada kuldosentesis akan didapatkan darah.4
Pemeriksaan
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain
dengan melihat:1
Pemeriksaan fisik
-
Pemeriksaan ginekologis.
Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
Pemeriksaan Penunjang
-
Laboratorium :
Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah
sel darah merah dapat meningkat.
USG:
Ha. 5
Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas
ada darah.
Ultrasonografi berguna pada 5 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus
Etiologi
Tidak dapat dipastikan penyebab kehamilan ektopik tetapi faktor resikonya adalah:4
-
merokok
Gejala Klinis
1. Gejalanya mirip dengan gejala keguguran. Biasanya segera setelah terlambat haid
yang
pertama,
sang
wanita
merasa
nyeri
kram
dan
tampak
adanya
spotting(perdarahan).
2. Kadang kala perdarahan dapat membahayakan kesehatan maupun nyawa wanita
hamil tersebut.
3. Saat terjadi perdarahan berulang-ulang yang menyebabkan nyeri dan tekanan tapi bila
perdarahannya cepat dapat menimbulkan shock atau hipotensi.
Ha. 6
4. Jika terjadi nyeri pada perut bawah pada kehamilan sekitar 6-8 minggu dan ini
disertai adanya pingsan, biasanya berarti terjadi rupture (robekan) tuba yang disertai
perdarahan intra abdominal.
5. Terjadi pembesaran uterus (rahim) tapi lebih kecil daripada yang seharusnya pada
usia kehamilan dan adanya nyeri gerak pada servix.
6. Nyeri kencing dan buang air besar juga terjadi.4
Komplikasi
1. Anemia
Merupakan suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
(protein pengangkut oksigen) kurang dari normal.Selama hamil, volume darah
bertambah sehingga penurunan konsentrasi sel darah merah dan hemoglobin yang
sifatnya menengah adalah normal.Selama hamil, diperlukan lebih banyak zat besi
(yang diperlukan untuk menghasilkan sel darah merah) karena ibu harus memenuhi
kebuhan janin dan dirinya sendiri.
Jenis anemia yang paling sering terjadi pada kehamilan adalah anemia karena
kekurangan zat besi, yang biasanya disebabkan oleh tidak adekuatnya jumlah zat besi
di dalam makanan.Anemia juga bisa terjadi akibat kekurangan asam folat (sejenis
vitamin B yang diperlukan untuk pembuatan sel darah merah). Diagnosis ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan darah yang menentukan jumlah sel darah merah, kadar
hemoglobin dan kadar zat besi dalam darah.
Anemia karena kekurangan zat besi diobati dengan tablet besi. Pemberian tablet besi
tidak berbahaya bagi janin tetapi biasa menyebabkan gangguan lambung dan sembelit
pada ibu, terutama jika dosisnya tinggi.4
2. Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang tertanam di atas atau di dekat serviks (leher
rahim), pada rahim bagian bawah.Di dalam rahim, plasenta bisa menutupi lubang
serviks secara keseluruhan atau hanya sebagian.Plasenta previa biasanya terajdi pada
wanita yang telah hamil lebih dari 1 kali atau wanita yang memiliki kelainan rahim.
Pada akhir kehamilan, tiba-tiba terjadi perdarahan yang jumlahnya bisa semakin
banyak.Darah yang keluar biasanya berwarna merah terang.Untuk memperkuat
Universitas Kristen Krida Wacana
Ha. 7
Ha. 8
jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 14,6%.
Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%.4
Salpingitis
Salpingitis atau radang tuba fallopi merupakan bagian dari penyakit radang panggul atau
pelviksitis.Salpingitis adalah terjadinya inflamasi pada tuba fallopi.Tuba fallopi perpanjangan
dari uterus, salpingitis adalah salah satu penyebab umum terjadinya infertilitas pada wanita.
Apabila salpingitis tidak ditangani dengan segera, maka infeksi ini akan menyebabkan kerusakan
pada tuba fallopi secara permanen sehingga sel telur yang dikeluarkan dari ovarium tidak dapat
bertemu dengan sperma.5
Ada dua jenis salpingitis:5
Salpingitis Akut : pada salpingitis akut, tuba fallopi menjadi merah dan bengkak, dan
keluar cairan berlebih sehingga bagian dalam dinding tuba sering menempel secara
menyeluruh. Tuba bisa juga menempel padabagian intestinal yang terdekat.Kadangkadang tuba fallopi penuh dengan pus. Hal yang jarang terjadi, tuba rupture dan
menyebabkan infeksi yang sangat berbahaya pada kavum abdominal (Peritonitis).
Salpingitis Kronis : Biasanyamengikuti gejala akut. Infeksi terjadi ringan, dalam waktu
yang panjang dantidak menunjukan banyak tanda dan gejala.
Pemerikasaan
Pemeriksaan umum:1
Hasil pemeriksaannya:
Suhu meningkat
Ha. 9
Pemeriksaan abdomen
Nyeri lepas
Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit meningkat
Etiologi
Kondisi ini tidak diketahui, kemungkinan penyebabnya adalah karena seperti proses pascainflamasi distorsi dan adenomiosis. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan nodul tersebar
kelenjar epitel tuba dikelilingi oleh area-area muskularis.Pada hysterosalpingography, diagnosis
mungkin bingung dengan endometriosis tuba, bagaimanapun adanya epitel tuba yang melapisi
kelenjar pada aturan pemeriksaan histopatologi yang keluar adalah endometriosis.Hiperplasia
endometrium kompleks terlihat pada kasus dapat yang dikaitkan dengan pengobatan hormonal
yang digunakanuntuk infertilitas.Komplikasi salpingitis isthmica nodosa adalah infertilitas dan
berulang kehamilan ektopik dan karenanya, salpingitis isthmica nodosa merupakan penyebab
penting untuk dikesampingkan dalam kasus tersebut.Salpingitis disebabkan oleh bakteri
penginfeksi.
Jenis-jenis
bakteri
yang
biasanya
menyebabkan
Salpingitis:Mycoplasma,
staphylococcus dan steptococus.Selain itu salpingitis bisa juga disebabkan penyakit menular
seksual seperti gonorrhea, Chlamydia, infeksi puerperal dan postabortum.Kira-kira 10% infeksi
disebabkan oleh tuberculosis.Selanjutnya biasa timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan
(keroksn, laparatomi, pemasangan IUD, dan sebagainya) dan perluasan radang dari alat yang
letaknya tidak jauh seperti appendiks.3,5
Patofisiologi
Universitas Kristen Krida Wacana
Ha. 10
Infeksi biasanya berawal pada bagian vagina dan menyebar ke bagian tuba fallopi. Infeksi dapat
menyebar melalui pembuluh getah bening, infeksi pada salah satu tuba fallopi biasanya
menyebabkan infeksi yang lain. Pada beberapa kasus, salpingitis disebabkan oleh infeksi bakteri
seperti Mycoplasma, Staphylococcus dan Streptococcus.Selain itu salpingitis dapat disebabkan
oleh penyakit menular seksual seperti gonore dan kalmidia. 5
Gejala Klinis
Ada pun gejala salphingitis:5
-
Demam
Mual muntah
Kelainan pada vagina seperti perubahan warna yang tidak seperti orang normal atau
berbau
Sering kencing
Disminorhoe
Penatalaksanaan
Perawatan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:5
1. Antibiotik untuk menghilangkan infeksi dengan tingkat keberhasilan 85% dari kasus.
2. Perawatan di rumah sakit memberikan obat antibiotic melalui intravena (infuse)
Universitas Kristen Krida Wacana
Ha. 11
Adneksitis
Adneksitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi
bersamaan.Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus, walaupun
infeksi ini bisa berasal dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari jaringan
sekitarnya.6
Pemeriksaan Penunjang
USG
UKG
Etiologi
Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi puerperal dan
postpartum.Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis.Selanjutnya bisa timbul radang
Universitas Kristen Krida Wacana
Ha. 12
adnexa sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang
dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.6
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara traktus
genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh:6
Adapun bakteri yang biasanya menyebabkan terjadinya penyakit ini adalah Baktery Gonorrhea
dan Bakteri Chalmydia.6
Patofisiologi
Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan.Radang itu kebanyakan
akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari
tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan jaringan sekitarnya.6
Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa.Pada endosalping
tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan epitel masih utuh,
tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi epitel yang kemudian menghilang pada
daerah yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa.Dalam hal yang akhir ini
dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan
peradangan di sekitarnya.6
Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke
parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik.Disini timbul salpingitis
interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi
mukosa seringkali normal.6
Gejala Klinis
Universitas Kristen Krida Wacana
Ha. 13
Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan haid(bukan pre
menstrual syndrome)
Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina
Nyeri saat berhubungan intim
Demam
Nyeri punggung
Leukosit tinggi
Setelah beberapa hari dijumpai tumor dengna batas yang tidak jelas dan nyeri tekan
Penatalaksanaan
Penyakit ini dapat diterapi dengan pemberian antibiotika.Tergantung dari derajat penyakitnya,
biasanya diberikan suntikan antibiotik kemudian diikuti dengan pemberian obat oral selama 1014 hari.Beberapa kasus memerlukan operasi untuk menghilangkan organ sumber infeksi, ini
dilakukan jika terapi secara konvensional(pemberian antibiotik) tidak berhasil.Jika terinfeksi
penyakit ini melalui hubunganseksual, maka pasangannya juga harus mendapat terapi
pengobatan, sehingga tidak terinfeksi terus menerus. Operasi radikal ( histerektomi dan salpingo
ooforektomi bilateral ) pada wanita yang sudah hampir menopause. Pada wanita yang lebih muda
hanya adnexia dengan kelainan yang nyata yang diangkat.6
Etiologi
Penyebab apendisitis belum sepenuhnya dimengerti tapi pada kebanyakan kasus, peradangan dan
infeksi usus buntu mungkin didahului oleh adanya penyumbatan di dalam usus buntu.Bila
peradangan berlanjut tanpa pengobatan, usus buntu bisa pecah.6
Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi ini
biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan
limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula
menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun, diantara penyebab obstruksi lumen yang telah
disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi yang
paling sering terjadi. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi
mukosa apendiks oleh parasitE. histolytica.6
Ha. 14
Epidemiologi
Apendisitis paling sering ditemukan pada usia 20 sampai 40 tahun. Penyakit ini jarangditemukan
pada usia yang sangat muda atau orang tua, dikarenakan bentuk anatomis apendiks yangberbeda
pada usia tersebut.7
Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaanmengkonsumsi makanan rendah serat
dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakitapendisitis.Tinja yang keras dapat
menyebabkan terjadinya konstipasi.Kemudian konstipasiakan menyebabkan meningkatnya
tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatanfungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akanmempermudah timbulnya apendisitis.7
Patofisiologi
Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruhlapisan
dinding
apendiks.Jaringan
mukosa
pada
apendiks
menghasilkan
mukus
(lendir)
tersebut
akan
menyebabkan
terhambatnya
aliran
limfe,
sehingga
mengakibatkantimbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi
apendisitisakut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus.1
Universitas Kristen Krida Wacana
Ha. 15
Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini
akanmenyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dindingapendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum
setempat,sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah.Keadaan ini disebut
denganapendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark
dinding apendiks yang disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut denganapendisitis
ganggrenosa.Jika dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti
apendisitis berada dalam keadaan perforasi.1
Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradanganini.
Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus halus sehinggaterbentuk
massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Didalamnya
dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Namun, jika tidak
terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjaditenang dan
selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.6
Pada anak-anak dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang dandinding
apendiks yang lebih tipis serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkanterjadinya
perforasi.Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena adanya gangguan pembuluh
darah.Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapiakan
membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan
sekitarnya.Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan
bawah.Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakanmengalami
eksaserbasi.6
Gejala klinis
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari mual, muntah dannyeri yang
hebat di perut kanan bagian bawah.Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perutsebelah atas atau
di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah.Setelah beberapa jam, rasa mualhilang dan nyeri
berpindah ke perut kanan bagian bawah.Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan
nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambahtajam. Demam bisa dialami
oleh pasien dan boleh mencapai 37,8C-38,8C.9
Universitas Kristen Krida Wacana
Ha. 16
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh di semua bagian perut.Pada orang tua
dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnyatidak terlalu
terasa.Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat dan bisa menyebabkan syok.9
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar (nyeri
tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya
disertai
dengan
rasa
mual
bahkan
terkadang
muntah
dan
pada
umumnya
nafsu
makanmenurun.Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah ke
titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan
nyerisomatik setempat.Namun terkadang tidak dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium,
tetapiterdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.Tindakan ini
dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang apendisitis juga
disertaidengan demam derajat rendah sekitar 37,5C -38,5C.9
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dariapendisitis.
Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang.Berikutgejala yang timbul
tersebut:9
1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung
olehsekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda
rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat
melakukan gerakanseperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan.Nyeri ini
timbul karena adanya kontraksim psoas mayor yang menegang dari dorsal.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis
- Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala
danrangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan
-
Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukandiagnosis, dan
akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya barudiketahui
setelah terjadi perforasi.Berikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis tidak jelasdan tidak
khas.9
Universitas Kristen Krida Wacana
Ha. 17
1. Pada anak-anak
Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan.Seringkali anak tidak bias
menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi muntah- muntah
dan anak menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan gejala ini, sering apendisitis
diketahui setelah perforasi.Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui
setelah terjadi perforasi.
2. Pada orang tua berusia lanjut
Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh penderita
barudapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.
3. Pada wanita
Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya
serupadengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi),
radang panggul,atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia
kehamilan trimester, gejalaapendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan
dengan gejala serupa yang biasatimbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada
kehamilan lanjut, sekum dan apendiksterdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak
dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih keregio lumbal kanan.
Penatalaksanaan
Bila diagnosis sudah pasti, maka penatalaksanaan standar untuk penyakit radang usus buntu
(appendicitis) adalah operasi. Pada kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosa
kemungkinan pemberian obat antibiotika dapat saja dilakukan, namun demikian tingkat
kekambuhannya mencapai 35%.4
Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan
pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 -10 hari. Selanjutnya adalah perawatan luka
operasi yang harus terhindar dari kemungkinan infeksi sekunder dari alat yang terkontaminasi
dan lain-lain.4
Prognosis
Mortalitas
adalah
0,1%
jika
apendisitis
akut
tidak
pecah
dan
15%
jika
pecah
padaorang tua. Kematian biasanya dari sepsis, emboli paru, atau aspirasi; prognosismembaik
dengan diagnosis dini sebelum rupture dan antibiotic yang lebih baik.3
Universitas Kristen Krida Wacana
Ha. 18
Morbiditas
meningkat
dengan
ruptur
dan
usia
tua.
Komplikasi
dini
adalah
septik.Infeksi luka membutuhkan pembukaan kembali insisi kulit yang merupakan predisposisi
terjadinya robekan.Abses intraabdomen dapat terjadi dari kontaminasi peritonalis setelah
ganggren dan perforasi.Fistula fekalis timbul dari nekrosis suatu bagian dari sekum oleh abses
atau konstriksi dari jahitan kantong atau dari pengikatanyang tergelincir.Obstruksi usus dapat
terjadi dengan abses lokulasi dan pembentukanadhesi.Komplikasi lanjut mencakup pembentukan
adhesi dengan obstruksi mekanisdan hernia.3
Kesimpulan
Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada appendisitis vermiformis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri
dan obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. penatalaksanaan standar untuk penyakit radang
usus buntu (appendicitis) adalah operasi. Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semitertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 -10
hari.
Daftar Pustaka
1. Alwi L, Aru S. Ilmu penyakit dalam anamnesis dan pemeriksaan fisik umum. Jakarta:
Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit dalam FKUI 2006.hal.20,38
2. Morris AJ, Sawyers LJ. Abdomen Akuta. Dalam: Buku ajar bedah. Sabiston DC. Jakarta:
3.
4.
5.
6.
2009.hal.607-11
7. Hartman EG. Apendisitis akut. Dalam: Ilmu kesehatan anak. Behrman, Kliegman. Edisi
15. Jakarta: EGC 2007.hal.289-90
8. Gunawan SG, Setiabudy R, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Penerbit
FKUI 2009.hal.664-8
9. Sjamsuhidajat, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah apendisitis akut. Jakarta: EGC
2013.hal.7-10
Ha. 19