tempat yang tidak ada dokter ahli tersebut, maka pemeriksaan harus
dilakukan oleh dokter umum.
Sebaiknya korban kejahatan seksual dianggap sebagai orang yang telah
mengalami cedera fisik dan atau mental sehingga lebih baik dilakukan
pemeriksaan oleh dokter di klinik. Penundaan pemeriksaan dapat
memberi hasil yang kurang memuaskan.
2.1 Persetubuhan yang Merupakan Kejahatan
Persetubuhan yang merupakan kejahatan seperti yang dimaksudkan oleh
undang-undang , tertera pada pasal-pasal yang terdapat pada Bab XIV
KUHP, tentang Kejahatan Terhadap Kesusilaan; yang meliputi
persetubuhan di dalam perkawinan maupun di luar perkawinan.
Pasal 288 KUHP
(1) Barang siapa dalam perkawinan bersetubuh dengan seorang wanita
yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa yang
bersangkutan belum waktunya untuk dikawin, apabila perbuatan
mengakibatkan luka-luka diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana
penjara paling lama delapan tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.
Dengan demikian dari Visum et Repertum yang dibuat oleh dokter
diharapkan dapat membuktikan bahwa korban memang belum pantas
dikawin, memang terdapat tanda-tanda persetubuhan, tanda-tanda
kekerasan dan dapat menjelaskan perihal sebab kematiannya.
Di dalam upaya menentukan bahwa seseorang belum mampu dikawin
dapat timbul permasalahan bagi dokter karena penentuan tersebut
mencakup dua pengertian, yaitu pengertian secara biologis dan
pengertian menurut undang-undang. Secara biologis seorang perempuan
dikatakan mampu untuk dikawin bila ia telah siap untuk dapat
memberikan keturunan, dimana hal ini dapat diketahui dari menstruasi,
apakah ia belum pernah mendapat menstruasi atau sudah pernah.
Sedangkan menurut undang-undang perkawinan, maka batas umur
termuda bagi seorang perempuan yang diperkenankan untuk
melangsungkan perkawinan adalah 16 tahun. Dengan demikian dokter
diharapkan dapat menentukan berapa umur dari perempuan yang diduga
merupakan korban seperti yang dimaksud dalam pasal 288 KUHP.
Dalam kasus-kasus persetubuhan di luar perkawinan yang merupakan
kejahatan, dimana persetubuhan tersebut memang disetujui oleh si
perempuan maka dalam hal ini pasal-pasal dalam KUHP yang dimaksud
adalah pasal 284 dan 287.
Pasal 284 KUHP
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
1. a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel),
padahal diketahui bahwa pasal 27 BW (Burgerlyk Wetboek) berlaku
baginya.
b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel),
padahal diketahui bahwa pasal 27 BW (Burgerlyk Wetboek) berlaku
baginya.
2. a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal
diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin.
b.
seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan
perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah
kawin dan pasal 27 BW (Burgerlyk Wetboek) berlaku baginya.
(2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/isteri
yang tercemar,dan bila bagi mereka berlaku pasal 27 BW (Burgerlyk
Wetboek), dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan
bercerai atau pisah meja da pisah ranjang karena alasan itu juga.
(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.
(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang
peradilan belum dimulai.
(5) Jika bagi suami-isteri berlaku pasal 27 BW (Burgerlyk Wetboek),
pengaduan tidak diindahkan selama perkawinan belum diputuskan karena
perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan pisah meja dan
tempat tidur menjadi tetap.
Pasal 27 BW
Dalam waktu yang sama seorang laki hanya diperbolehkan mempunyai
satu orang perempuan sebagai isterinya, seorang perempuan hanya satu
orang laki sebagai suaminya.
Pasal 287 KUHP
(1) Barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan,
padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya
belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas bahwa belum
waktunya untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur
wanita belum sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal
berdasarkan pasal 291 dan pasal 294.
atau
tidak
berdaya
disamakan
dengan
Kejahatan seksual yang dimaksud dalam KUHP pasal 286 adalah pelaku
tidak melakukan upaya apapun; pingsan atau tidak berdayanya korban
bukan diakibatkan oleh perbuatan si pelaku kejahatan seksual.
2.2 Psikologi Pelaku Perkosaan
Sejak awal tahun 1960 tumbuh kesadaran terhadap tindakan
pemerkosaan sebagai suatu tindakan yang didasari banyak hal dan
pemerkosa itu tidaklah sama dalam hal: latar belakang, karakter
psikologis, tingkat bahaya.
Gebhard dkk : Pemerkosa adalah pria yang dengan kekerasan merampas
apa yang mereka mau, baik uang, materi, ataupun kehormatan wanita,
tindakan pemerkosaan tersebut merupakan akibat dari tindakan kriminal
mereka.
Brown-Miller menyatakan perkosaan adalah perilaku yang didasari pada
keadaan sosial, keadaan masa lalu, dan faktor ekonomi. Ingin menjadikan
kaum wanita kurang dihargai, yang ditunjukkan dengan adanya
kekerasan terhadap mereka. Jadi tindakan ini bukanlah hal yang
patologis tetapi hal yang patologis itu sendiri sudah ada dalam lingkungan
maka bercak pada pakaian bukan bercak air mani, asam fosfatase yang
terdapat berasal dari sumber lain.
Pembuatan reagensia:
Reagensia 1: sodium alpha naphthyl phosphate dan Brentamine fast blue
B, dilarutkan dalam larutan buffer citrat dengan pH. 4,9.
Reagensia 2: sodium alpha naphthyl phosphate dan Brentamine fast blue
B, dilarutkan dalam larutan yang terdiri dari 9 bagian larutan buffer
citrat pH.4,9 dan 1 bagian larutan 0,4 M. L(+) tartaric acid dengan
pH.4,9.
Reaksi dengan asam fosfatase
Kertas saring yang sudah dibasahi dengan aquades diletakkan pada
pakaian atau bahan yang akan diperiksa selama 5-10 menit, kemudian
kertas saring diangkat dan dikeringkan,
Semprot dengan reagensia, jika timbul warna ungu berarti pakaian atau
bahan tersebut mengandung air mani,
Bila kertas saring tersebut diletakan pada pakaian atau bahan seperti
semula, maka dapat diketahui letak dari air mani pada bahan yang
diperiksa.
Sinar ultra violet; visuil; taktil dan penciuman
Pemeriksaan dengan sinar-UV: bahan yang akan diperiksa ditaruh dalam
ruang yang gelap, kemudian disinari dengan sinar ultra violet bila
terdapat air mani, terjadi fluoresensi.
Pemeriksaan secara visual, taktil dan penciuman tidak sulit untuk
dikerjakan.
7. Tujuan : menentukan adanya kuman Neisseria gonorrhoeae (GO)
Bahan pemeriksaan : sekret uretra dan sekret serviks uteri
Metoda : pewarnaan Gram
Hasil yang diharapkan: kuman Neisseria gonorrhoea.
8. Tujuan : menentukan adanya kehamilan
Bahan pemeriksaan : urin
Metoda :
Hemagglutination inhibition test (Pregnosticon)
Agglutination inhibition test (Gravindex )
Hasil yang diharapkan: terjadi aglutinasi pada kehamilan.
9. Tujuan : menentukan adanya racun (toksikologi )
Bahan pemeriksaan : darah dan urine
Metoda :
TLC
Mikrodiffusi, dsbnya.
Hasil yang diharapkan : adanya obat yang dapat menurunkan atau
menghilangkan kesadaran.
10. Tujuan : penentuan golongan darah
Bahan pemeriksaan : cairan vaginal yang berisi air mani dan darah.
Metoda : serologi (ABO grouping test)
Hasil yang diharapkan : golongan darah dari air mani berbeda dengan
golongan darah dari korban.
Pemeriksaan ini hanya dapat dikerjakan bila tersangka pelaku kejahatan
termasuk golongan "sekretor".
2.8.2 Pemeriksaan Laboratorium Pelaku Kejahatan Seksual
1. Tujuan : menentukan adanya sel epithel vagina pada penis
Bahan pemeriksaan : cairan yang masih melekat di sekitar corona
glandis
Metoda : dengan gelas objek ditempelkan mengelilingi korona glandis,
kemudian gelas objek tersebut diletakan di atas cairan lugol.
Hasil yang diharapkan : epithel dinding vagina yang berbentuk
heksagonal tampak berwarna coklat atau coklat kekuningan.
2. Tujuan : menentukan adanya kuman Neisseria gonorrhoeae (GO)
Bahan pemeriksaan : sekret urethrae
Metoda : sediaan langsung dengan pewarnaan Gram
Hasil yang diharapkan : ditemukan kuman Neisseria gonorrhoeae.
2.8.3 Pemeriksaan Pada Kasus Homoseksual
Tujuan pemeriksaan : untuk menentukan adanya sperma dalam dubur
pasangannya dan mendapatkan adanya unsur-unsur yang terdapat dalam
anus.
Bahan pemeriksaan : anal swab
Metoda : sama seperti di atas untuk menentukan sperma atau air mani,
sedangkan untuk melihat unsur-unsur yang ada dalam dubur yang
terbawa atau melekat pada penis, dapat dibuat sediaan langsung
dengan atau tanpa pewarnaan.
2.8.4 Pemeriksaan Air Mani Dari Rambut Dan Kulit
Para pelaku kejahatan seksual tidak jarang di dalam melampiaskan hasrat
seksualnya itu, melalui cara yang tidak lazim, seringkali korban dipaksa
untuk melakukan "fellatio" atau sodomy.
Di dalam menghadapi kemungkinan yang demikian tadi, maka selain
pemeriksaan yang rutin dilakukan, harus pula dikerjakan pemeriksaan
terhadap rambut dan kulit korban, untuk mencari air mani yang tercecer.
Daerah yang diperiksa tergantung dari peristiwanya, kepala, bulu-bulu
atau rambut di wajah, kulit di daerah perioral (sekitar mulut), paha
bagian dalam, dan daerah pantat,
Rambut kepala dicabut dan direndam dalam larutan NaCl,
Pemeriksaan dilakukan dengan pap smear dan penentuan asam
fosfatase,