Anda di halaman 1dari 7

FAKTOR IKLIM DAN ANGKA INSIDEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI

KABUPATENG SERANG

KETUA:
ANNISAK FITRIYANA 1102011039
SEKERTARIS:
ARIANE N. RAHMADHANI 1102011042
ANGGOTA:
EVA AMANDA 1102007103
A. DEZA FARISTA 1102011001
ABIA NEBULA 1102011002
ACHMAD RISARYO 1102011003
ADEPRITA PRATIWI H 1102011004
ARDI YUDHA 1102011040
ARIA KAPRIYATI 1102011041
DINIESKA I. 1102011081

Salah satu dampak dari perubahan iklim adalah kemungkinan peningkatan


kejadian yang terus menerus dari vector borne disease. Demam berdarah
dengue (DBD) merupakan penyakit berbasis vector yang menjadi penyebab
kematian utama di banyak Negara tropis. Penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa variasi iklim (jumlah hari hujan, lama penyinaran matahari, kelembapan)
memiliki hubungan bermakna dengan insiden DBD di Bogor. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara factor iklim (suhu,
curah hujan, hari hujan, lama penyinaran matahari, kelembapan, dan kecepatan
angin) dengan kejadian DBD di Kabupaten Serang tahun 2007-2008. Data yang
dikumpulkan meliputi data sekunder factor iklim dan jumlah kasus DBD. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
factor iklim suhu, curah hujan, hari hujan, lama penyinaran matahari,
kelembapan dan kecepatan angina dengan angka insiden DBD di Kabupaten
Serang tahun 2007-2008. Hal ini disebabkan karena kurang lamanya durasi data
yang diambil, kurang lengkapnya data iklim yang didapat, dan kurangnya
frekuensi dara insiden DBD yang diambil.

ABSTRAK

Salah satu dampak dari perubahan iklim adalah kemungkinan


peningkatan kejadian yang terus menerus dari vector borne disease.
Penularan beberapa penyakit menular sangat dipengaruhi oleh
factor iklim khususnya suhu, curah hujan, kelembapan, permukaan
air, dan angina. DBD menjadi penyebab kematian utama di banyak
Negara tropis. DBD terus menyebar luas di Negara tropis dan
subtropics. DBD masuk ke Indonesia pada tahun 1980. Pada tahun
2007, Departemen Kesehatan menyatakan angka insiden KLB
terjadi di Banten dan Jawa Barat. Status tersebut didasarkan atas
peningkatan kasus DBD sepanjang Januari hingga pertengahan
Februari di Banten dan JaBar meningkat dua kali lipat.

PENDAHULUAN

Penelitian ini bersifat kuantitatif dan merupakan studi deskriptif


yang menggunakan desain studi ekologi atau pendekatan
lingkungan. Studi ini dapat mengetahui hubungan antara factor
iklim (suhu, curah hujan, hari hujan, lama penyinaran matahari,
kelembapan udara, dan kecepatan angina). Pengumpulan data
DBD dilakukan di Serang dengan waktu pelaksanaan pengambilan
data pada tahun 2007-2008, alasisi dilakukan pada bulan Mei
2009, yaitu data univariat dan bivariate. Univariat adalah
gambaran distribusi angka insiden DBD dan fluktuasi factor iklim.
Sedangkan bivariate memakai uji korelasi-regresi untuk melihat
hubungan antara variable independen dengan variabel dependen.

METODE PENELITIAN

Angka Insidensi : rata-rata angka untuk periode 2007-2008


adalah 5,4/10.000 pendukuk.
Factor Iklim : tidak memiliki hubungan yang bermakna.
Suhu & Insidensi : gagasan pada tahun 2001 bahwa terdapat
hubungan yang bermaksa dengan DBD terutama dengan
suhu udara, namun
terdapat gagasan baru pada tahun 2004
yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang
bermakna antara DBD
dengan suhu udara, karena suhu
udara rata- rata perbulan di Serang tidak mendukung
perkembangan Aedes aegypti (25,9^-27.3^)
Curah Hujan : tidak ada hubungan yang bermakna. Karena
jika curah hujan tinggi maka akan
menyebabkan banjir,
sehingga tempat tinggal nyamuk ikut hanyut banjir.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hari Hujan
: tidak ada hubungan yang bermakna.
Lama Penyinaran : tidak ada hubungan yang bermakna.
Nyamuk Aedes aegypti senang hidup di
tempat yang gelap dan yang terlindungi
sinar
matahari.
Kelembapan
: tidak ada hubungan yang bermakna.
Kecepatan Angin : tidak ada hubungan yang bermakna.
Karena angin dapat menghambat
pertumbuhan nyamuk, akan mengganggu
arah
terbang terbang nyamuk dan
membuat nyamuk
sulit terbang apabila
kecepatan angin bertambah.

Tidak ada salah satupun dari factor iklim yang memiliki


hubungan yang bermakna terhadap angka insiden DBD.
Namun penelitian ini kurang akurat, yaitu karena kurang
lamanya waktu pengambilan dara, kurangnya frekuensi data
insiden DBD, dan mungkin pemberantasan DBD yang
dilakukan di Kabupaten Serang berhasil.

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai