Abstrak
Pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari limbah cair
berbagai industri khususnya industri migas dan
pertambangan saat ini menjadi isu sosial. Secara alamiah
limbah cair yang dihasilkan dari berbagai kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi mengandung berbagai macam
unsur dan senyawa bersifat hazard dan toxic (beracun),
contohnya antara lain H2S, NH3, Hg, Sulphur slurry.
Upaya dalam meminimalisasi dampak yang dapat
ditimbulkan oleh limbah tersebut dengan metode
penginjeksian. Metode ini dapat mengurangi beban
pencemaran lingkungan di permukaan. Sedangkan
penentuan luas daerah kajian di lokasi sumur injeksi dan
kelayakan sebuah sumur menjadi sumur injeksi dilakukan
melalui tahapan diantaranya adalah melakukan survey
lapangan dan pemetaan terhadap lokasi sumur
injeksi,menentukan sumur yang depleted yaitu sumur yang
tidak mempunyai potensi di masa depan untuk
menghasilkan minyak dan gas. Hal ini didasarkan atas studi
reservoar terhadap zona-zona yang sudah tidak potensial
dan diverifikasi ketidakpotensialnya pada sumur lain yang
berhubungan di zona yang sama.Data-data geologis di zona
injeksi tentang kapasitas tampung, bottom hole pressure,
permeabilitas, keberadaan zona confinement dan
containment (impermeable layer), sumur injeksi secara
geologi harus terlindung dari sumber air tanah.
Injeksi limbah cair merupakan alternatif pembuangan
limbah yang cukup efektif sehingga dapat mengurangi
beban pencemaran perairan di permukaan, pemanfaatan
sumur kering yang tepat dan sumur yang tidak potensial
untuk pembuangan limbah.
Kata kunci : limbah, sumur, injeksi.
I.
Pendahuluan
Kegiatan ekploitasi dan produksi minyak dan gas
konvensional dan kegiatan eksplorasi lainnya seperti Coal
Bed Methane akan menimbulkan limbah cair yaitu air
terproduksi, yang merupakan air formasi atau air yang
secara natural ada di reservoar, yang terikut dengan fluida
ke atas permukaan bumi. Air didalam reservoar atau
formasi (terlebih mekanisme pendorong keluarnya produksi
migas dengan menggunakan dorongan air yang kuat
strong water drive mechanism) akan terikut didalam
produksi migas dan makin lama jumlahnya cenderung
semakin besar yang ditunjukkan dengan water cut yang
makin tinggi seiring dengan bertambahnya waktu produksi.
Secara alamiah kandungan kimiawi didalam gas, minyak
dan air yang terproduksi akan berbeda dari masing-masing
lapangan namun dibeberapa tempat air terproduksi akan
mengandung senyawa-senyawa toxic yang akan mencemari
II.
Tinjauan Geologi
II.1 Geologi Regional Cekungan Kutai
Cekungan Kutai dibatasi oleh Paternoster platform,
Barito Basin, dan Pegunungan Meratus ke selatan, dengan
Schwaner Blok ke barat daya, lalu Tinggian Mangkalihat di
sebelah utara - timur laut, dan Central Kalimantan
Mountains (Moss dan Chambers, 1999) untuk barat dan
utara (Gambar 3.1.1). Cekungan Kutai memiliki sejarah
yang kompleks (Moss et al., 1997), dan merupakan satusatunya cekungan Indonesia yang telah berevolusi dari
internal rifting fracture/foreland basin ke marginal-sag..
Sebagian besar produk awal pengisi Cekungan Kutai telah
terbalik dan diekspos (Satyana et al., 1999), pada Miosen
Tengah sampai Miosen Akhir sebagai akibat dari terjadinya
tumbukan / kolusi block Micro Continent. Dari peristiwa ini
menyebabkan adanya pengangkatan cekungan, perubahan
sumbu antiklin dan erosi permukaan yang mengontrol
sedimentasi pada Delta Mahakam. Delta Mahakam
terbentuk di mulut sungai Mahakam sebelah timur pesisir
pulau Kalimantan. Dengan garis pantainya berorientasi arah
NE-SW dan dibatasi oleh Selat Makasar, selat yang
memisahkan pulau Kalimantan dan Sulawesi.
Basic Teori
Deep Well Injection adalah metode pembuangan
limbah cair berbahaya maupun limbah cair yang tidak
berbahaya. Sebagian berpendapat bahwa limbah cair
diinjeksikan dekat dengan permukaan atau formasi batuan
dasar (bedrock) yang cukup dalam dan merupakan wadah
sebagi tempat penyimpanan. Umumnya limbah yang
diinjeksikan adalah limbah dengan toksisitas tinggi
(beracun) dan tanpa perlakuan (treatment). Teknologi ini
memanfaatkan sumur injeksi yang terdiri dari pipa
konsentris yang memanjang ribuan meter dari permukaan
bumi ke zona injeksi, dan zona tersebut pada umumnya
sebagai zona reservoar hidrokarbon yang tidak produktif
lagi. Zona target injeksi secara umum berada pada
kedalaman 5000 feet (1500 m), dimana lapisan yang
bersifat impermabel (kedap air) sehingga tidak
memungkinkan akan terjadinya migrasi dari air terproduksi
ke permukaan. Lapisan-lapisan kedap yang ada antara lain
merupakan 2 lapisan kedap atas dan atau lapisan kedap
bawah dari Zona Target Injeksi yang dikatakan sebagai
Zona Confinement dan Zona Containment.
Metode Penelitian
Dalam menentukan luas daerah kajian di lokasi
sumur injeksi dan menentukan kelayakan sebuah sumur
menjadi sumur injeksi digunakan metoda pendekatan
sebagai berikut:
1. Melakukan survey lapangan dan pemetaan terhadap
lokasi sumur injeksi mulai dari penentuan titik koordinat
Daftar Pustaka
Allen,G.P, Chambers, J.L.C,1998, Sedimentation in the
Modern and Miocene Mahakam Delta, IPA.
Anonim,1993. Water Disposal Study East Kalimantan,
Jakarta :PPPTMGB LEMIGAS
Dinata, Fransica Vinda. 2011. Analisis Fasies batubara dan
Karakteristik Petrofisik Formasi Balikpapan,
lapangan X, Cekungan Kutai Berdasarkan data
Log Sumur dan Inti batuan. Skripsi Jurusan
Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta.
Grobbel, Christopher.2010.Deep Well Injection: A Position
Paper, For Friends of the Jordan River Watershed,
Inc., and with support of the Freshwater Future,
Inc.
Supriyadi, 2001. ASPEK LEGALITAS PELAKSANAAN
PEMBUANGAN LIMBAH FLUIDA INDUSTRI
MIGAS DI BAWAH PERMUKAAN,PPPTMGB
Lemigas
PERTAMINA, PROCEEDING
SIMPOSIUM
NASIONAL
IATMI
2001
Yogyakarta, 3-5 Oktober 2001