Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

OTOT RANGKA I & OTOT RANGKA II

KELOMPOK A5

AHMAD FAUZAN PRAWIRA 1102007012


ALFATHIR YULIANDA 1102007018
AMALYA NURDAYANI F 1102007024
ASTRI AMELIA 1102008045
ATIKA ANDRIANI PUTRI 1102008047
AULYA NOVALDY 1102008048
AVISENA PRATAMA 1102008049
AWALIYAH WAHDAH 1102008050
AYU ASTARI SASMI 1102008051
BELLANY DWI D 1102008052

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2009
DASAR TEORI

Otot adalah spesialis kontraksi pada tubuh. Kontraksi otot rangka menyebabkan
tulang tempat otot tersebut melekat bergerak. Kontraksi otot yang menghasilkan
panas penting untuk mengatur suhu. Karena kemampuan yang tinggi untuk
kontraksi, sel-sel otot mampu memendek dan membentuk tegangan yang
memungkinkan mereka menghasilkan gerakan dan melakukan kerja.
Sebagai respon terhadap sinyal listrik, otot mengubah energi kimia ATP menjadi
energi mekanis yang dapat bekerja pada lingkungan. Otot digolongkan sebagai
volunter atau involunter bergantung pada apakah dipersarafi oleh sistem saraf
somatik dan berada dibawah pengaruh kesadaran atau oleh sistem saraf otonum
dan tidak dibawah kontrol kesadaran.
Otot rangka dirangsang untuk berkontraksi melalui pengeluaran asetil kolin
( Ach) di neuromuscular junction antara ujung-ujung akhir neuron motorik dan sel
otot. Salah satu ciri menonjol otot rangka adalah banyaknya nukleus di sel otot,
banyaknya mikokondria karena tingginya kebutuhan energi suatu jaringan
seaktif otot rangka. Ciri struktural yang paling menonjol pada serat otot rangka
adalah banyaknya neofibril. Setiap nefibril terdiri dari susunan teratur unsurunsur sitoskeleton yang sangat terorganisasi yaitu filamen tebal dan filamen
tipis. Filamen tebal adalah susunan khusus dari protein miosin. Dalam filamen
tebal tersebut, terdapat pita gelap ( anisotrop ) ato lebih dikenal dengan pita A.
Didaerah yang lebih terang didalam bagian tengah pita A, terdapat filamenfilamen tipis yang tidak bertemu dikenal sebagai zona H. Pita terang ( isotorp I)
hanya berisi filamen tipis. Garis tengah setiap pita i yang memadat terlihat
sebuah garis Z vertikal. Daerah antara dua garis Z disebut Sarkomer.
Setiap serat otot dipersarafi oleh neuron motorik. Setiap serat otot memiliki
ambang rangsang yang berbeda-beda. Oleh karena itu apabila seberkas otot
dirangsang dalam arus tertentu yang relatif kecil maka tidak dari semua
myofilamen otot berkontraksi karena mempunyai batas treshold dan sub
threshold yang berbeda-beda.
Serat otot dalam keadaan relaksasi, tidak terjadi kontraksi. Aktin tidak mampu
berikatan dengan jembatan silang karena posisi 2 jenis protein di dalam molekul
aktin tropomiosin dan troponin. Molekul tropomiosin adalah protein berbentuk
benang disepanjang alur spiral aktin yang menutupi bagian-bagian aktin yang
berikatan dengan jembatan silang, sehingga molekul ini menghambat interaksi
yang akan menghasilkan kontraksi otot. Tropomiosin distabilisasi dalam posisi
menghambat ini oleh molekul troponin, troponin adalah suatu kompleks protein
yang terdiri dari 3 jenis polipeptida :

Yang mengikat tropomiosin adalah troponin T

Yang menghambat ikatan aktin dengan miosisn troponin I

Yang berikatan dengan ion Ca2+ troponin C

Urutan peristiwa yang terjadi pada kontraksi dan relaksasi otot rangka, tahaptahap kontraksi:

1. Pelepasan muatan oleh ion motorik


2. Pelepasan transmitter (aseltilkolin) di end-plate motorik
3. Pengikatan asetilkolin ke reseptor asetilkolin nikotinik
4. Peningkatan konduktansi Na dan K di membran end plate
5. Pembentukan potensial di end plate
6. Pembentukan potensial aksi di serabut-serabut otot
7. Penyebaran depolarisasi ke dalam sepanjang tubulus T
8. Pelepasan Ca dari sisterna terminalis retikulum sarkoplasma serta difusi Ca
ke filamen tebal dan tipis
9. Pengikatan Ca ke troponin C sehingga membuka tempat pengikatan miosin
di molekul aktin
10.Pembentukan ikatan silang (cross linkage) antara aktin dan miosin dan
pergeseran filamen tipis pada filamen tebal. Sehingga menghasilkan gerakan
Pada tahap relaksasi:
1.

Ca di pompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma

2. Pelepasan Ca dari troponin


3. Penghentian interaksi antara aktin dan miosin
Berdasar teori Sliding-filament Mechanism, filament-filamen tipis dikedua sisi
sarkomer bergeser masuk kearah pusat pita A selama kontraksi. Keika bergeser
kearah pusat tersebut, filament-filamen tipis menarik garis-garis Z ke tempat
filament-filament tersebut melekat mendekat satu sama lain, sehingga sarkomer
memendek. Karena

semua sarkomer diseluruh serat memendek secara

simultan, keseluruhan serat menjadi lebih pendek dan terjadilah kontraksi otot.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN KONTRAKSI OTOT
1. Suhu
Suhu meningkat suhu atau semakin menurun
reaksi

enzimatik

terganggu

dan

terjadi

maka akan menyebabkan

denaturasi

protein,

hal

ini

menyebabkan kekuatan kontraksi menurun.Bila kekuatan kontraksi menurun


terjadi penigkatan masa laten, masa kontraksi & masa relaksasi pada
mekanomiogram.
2. Initial Length

Panjang otot sebelum berkontraksi juga mempengaruhi kekuatan kontraksi


otot. Untuk setiap serat otot terdapat panjang optimal.yg pada panjang
tersebut dapat dicapai gaya maksimum pada kontraksi tetanus berikutnya.
Hubungan

panjang-ketegangan

ini

dapat

dijelaskan

oleh

mekanisme

pengglinciran filament pada kontraksi otot.


3. Jenis Pembebanan
a. Pembebanan langsing, beban diberikan langsung pd ujung otot yg bebas
.Otot di regang sebelum berkontraksi
b. Pembebanan tak langsung, Beban diberikan pd ujung otot yg terfiksasi
dengan penumpu .Otot tidak diregang sebelum berkontraksi
4. Cara Perangsangan
a. Rangsang langsung, rangsang langsung pd otot tidak melalui syaraf
motoriknya.Serat otot yg berkontraksi adalah serat otot yg secara mekanik
langsung dipengaruhi oleh stimulator.
b. Rangsang tak langsung, perangsangan otot melalui syaraf motoriknya
Semua serat otot dgn ambang rangsang terendah dlm 1 motor unit akan
berkontraksi.
Berbagai faktor mempengaruhi tingkat ketegangan yang dapat dihasilkan.
Faktor-faktor tersebut mencakup :
1.
2.
3.
4.

Frekuensi rangsangan
Panjang serat pada permulaan kontraksi
Tingkat kelelahan
Ketebalan serat

OTOT RANGKA I
TUJUAN
1. Membuat sediaan otot katak sesuai dengan petunjuk umum praktikum.
2. Menggunakan alat stimulator induksi sehingga dapat merangsang sediaan
otot dengan berbagai macam kekuatan yaitu arus tunggal buka dan arus
tunggal tutup
3. Membuat pencatatan kontraksi otot (mekaniomiogram) pada kimograf dan
memfiksasinya
4. Merangsang otot katak dengan beberapa macam kekuatan rangsang yakni
rangsang:
- Bawah ambang (subthreshold)
-submaksimal
- Ambang (threshold)
-supramaksimal
5. Menarik kesimpulan dari hasil latihan ini tentang pengaruh kekuatan
rangsang terhadap kekuatan kontraksi otot.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Alat dan binatang yang diperlukan:
1. Kimograf + kertas + perekat
2. Statip + klem + pencatat otot + klem femur + batang kuningan
3. 2 buah sinyal magnet : 1 untuk mencatat waktu,1 untuk mencatat tanda
rangsang
4. Stimulator induksi + elektroda perangsang + sakelar + kawat-kawat listrik
5. Papan fiksasi + jarum pentul = penusuk katak + katak
6. Benang + kapas + gelas arlogi
7. Botol plastik berisi larutan Ringer + pipet + Waskom kecil.
TATA KERJA
Hubungan antara kekuatan rangsang dan tinggi mekanomiagram akibat kerutan
otot
1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar
2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum. Sebelum digunakan
bungkuslah sediaan otot tersebut dengan kapas yang dibasahi dengan
larutan Ringer dan letakkanlah di gelas arloji
3. Pasanglah sediaan otot sesuai dengan gambar.
P.II.1.1 Manakah yang harus diselesaikan lebih dahulu, pemasangan alat atau
pembuatan sediaan otot? Jawaban, pemasangan alat dulu, karena sediaan
otot harus digunakan sesegera mungkin.
4. Dengan tromol tetap diam, otot dirangsang sehingga terdapat suatu kerutan
P.II.1.2 Bila hasil pencatatan kontraksi otot sangat kecil, bagaimana
memperbesarkannya? jawaban, menambah voltase supaya otot dapat
berkontraksi secara lebih optimal

P.II.1.3 Bila hanya sebagian kontraksi yang tercatat, apa yang harus
diperhatikan atau diperbaiki? jawaban, Sediaan otot, tidak boleh dibiarka
terlalu lama dan pada waktu tertentu harus diberi cairan Ringer.
5. Pencatatan selalu
istirahat selama 15
sepanjang cm pada
pada tiap kali sesudah

dilakukan pada tromol yang diam. Berilah waktu


detik sesudah tiap rangsangan. Putarlah tromol
tiap kali sesudah pemberian rangsang tutup dan 2 cm
rangsang buka.

P.II.1.4 Mengapa harus diberi waktu untuk istirahat?jawaban, agar tidak


terjadi kelelahan otot (fatigue)dan juga memberika waktu buat otot untuk
relaksasi.
6. Rangsanglah sediaan otot dengan rangsang tutup dan rangsang buka
berturut-turut dengan kekuatan rangsang yang setiap kali diperbesar v,
sehingga didapatkan mekaniomiogram sebagai hasil perangsangan bawah
ambang, ambang, submaksimal, maksimal, dan supramaksimal.
P.II.1.5 Apa yang disebut rangsang bawah ambang (subthreshold)?jawaban,
rangsang terkecil yang belum mampu menimbulkan respons kontraksi.
P.II.1.6 Mengapa efek fisiologis arus buka lebih besar daripada arus tutup
walaupun voltase sama? Jawaban, Karena pada arus buka otot tidak sempat
melakukan relaksasi dan terjadi kontraksi yang terus menerus yang
membutuhkan energi yang lebih besar.
P.II.1.7 Bagaimana kita dapat membedakan rangsang maksimal dengan
supramaksimal?jawaban, maksimal: rangsangan dengan intensitas terbesar,
hasil respon maksimal, supramaksimal : rangsangan dengan intensitas yang
lebih besar, hasil respon sama dengan rangsang maksimal.
HASIL PRAKTIKUM
Pada percobaan otot katak tanpa beban, kami mencatat:
Kuat arus rangsang
<2,5 V

Intensitas Rangsangan
Sub
Rangsang
bawah

Threshold/
ambang

2,5 V

Threshold/ Ambang
rangsang

3,5 V

Sub Maksimal

4V

Maksimal

5V

Supra maksimal

Diskusi:

Rangsang di bawah 2,5 V merupakan sub threshold, karena ketika otot katak
di rangsang pada rangsangan tertentu di bawah 2,5V otot tidak
menimbulkan respons pada kimograf.
Rangsang 2,5 V merupakan rangsang ambang otot karena pada rangsang
tersebut merupakan rangsang terkecil yang dapat menimbulkan kontraksi
otot sekaligus pergerakan pada kimograf.
Rangsang 3,5 V merupakan rangsang sub maksimal karena dalam rentangan
dari 2,5-4 V terdapat variasi rangsang yang makin meninngi rangsang makin
meningkat kontraksi otot.
Rangsang 4 V merupakan rangsang maksimal karena pada angka tersebut
merupakan rangsang terbesar yang kami berikan sehingga menimbulkan
respon yang maksimal.
Rangsang 5 V merupakan rangsang supra maksimal karena dengan
intensitas rangsang yang lebih besar dari rangsang maksimal otot tetap
memberikan konraksi yang sama ketika diberikan rangsang maksimal.
3
2.5
2
1.5

Column2

1
0.5
0
1V

2V

2,5V

3,5V

4V

5V

KESIMPULAN
Semakin besar arus yang diberikan ke otot maka akan semakin besar pula
kontraksi otot, tetapi kontraksi yang supramaksimal ketika ditambah arus yang
lebih tinggi otot tetap akan berkontraksi sebagaimana pada arus yang diberikan
ketika terjadi kotraksi maksimal.

OTOT RANGKA II
TUJUAN
Pada Akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Merangsang sediaan otot katak dengan arus faradic dengan pelbagai
kekuatan rangsang.
2. Membebani sediaan otot katak dengan cara pembebanan langsung dan
tidak langsung
3. Mendemonstrasikan hubungan antara panjang awal otot dengan kekuatan
konstrasi
4. Menghitung sediaan otot katak
5. Mendemonstrasikan hubungan antara panjang awal otot dengan kerja otot
6. Mengukur kekuatan konstraksi otot ekstensor dan fleksor dalam pelbagai
sikap tubuh
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Alat dan binatang percobaan yang diperlukan
1. Kimograf + kertas + perekat
2. Statit + klem +pencatat otot + klem femur
3. Stimulator induksi + elektroda perangsang
4. Papan fiksasi + jarum-jarum pentul + penusuk katak + katak
5. Beban-beban dan penggantungnya
6. Benang + kapas +gelas arloji
7. Botol plastik berisi + pipet +baskom + kelas beker
8. Dinamometer
TATA KERJA

I.

Pengaruh panjang awal (Initial Length) otot katak terhadap kekuatan


kerutan
1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar.
2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum. Sebelum digunakan,
bungkuslah sediaan otot tersebut dengan kapas yg dibasahi dengan
larutan Ringer dan letakkanlah digelas arloji
3. Pasanglah sediaan otot sesuai dengan gambar.
P.II.2.1. Manakah yang harus di selesaikan lebih dahulu, pemasangan alat
atau pemasangan sediaan otot? jawaban, pemasangan alat karena ketika
didahulukan sediaan otot, cenderung otot akan lemah/ mati ketika
menunggu persiapan alat.
4. Bebanilah otot dengan beban seberat 20 gram. Kendorkan sekrup
penumpu sehingga terjadi pembebanan langsung. Dengan memutar
tombol, buatlah garis sepanjang 10 cm dan tulislah : garis dasar 20
pada ujung akhir garis tersebut.
P.II.2.2. Apa yang di maksud dengan pembebanan langsung?jawaban,
pemberian beban yang diberikan secara langsung tanpa penumpu.
5. Angkatlah seluruh pembebanan sehingga otot kembali ke panjang semula.
Buatlah sekali lagi garis sepanjang 10 cm tepat diatas garis yg pertama
dan tulislah garis dasar 0 pada ujung akhir garis tersebut.
P.II.2.3. Mengapa setelah beban diangkat otot kembali lagi ke panjang
semula?jawaban, karena saat pemberian beban, otot meregang dan bila
beban di angkat, kontraksi otot tidak sebesar saat meregang sehingga
otot kembali ke panjang semula.
6. Gantungkanlah lagi beban 20 gram dan dengan sekrup penumpu
kembalikan ujung pencatat otot ke garis dasar 0, sehingga terjadi
pembebanan tidak langsung
P.II.2.4. Apa yang di maksud dengan pembebanan tidak langsung?
jawaban, pemeberian beban yang di berikan secara langsung namun
mendapat tumpuan .
7. Dengan melakukan pencatatan pada awal garis dasar 0, carilah kekuatan
rangsang faradic maksimal sub.6. untuk perangsangan selanjutnya
P.II.2.5. Mengapa harus diberi waktu untuk istirahat?jawaban agar tidak
terjadi kelelahan otot dan otot dapat melakukan relaksasi terlebih dahulu.
P.II.2.6. Apa yang dimaksud dengan rangsang faradic maksimal?
jawaban,rangsangan maksimal yang diberikan secara terus menerus.
8. Gunakan selalu kekuatan rangsang faradic maksimal sub.6 untuk
perangsangan selanjutnya.
9. Putarlah tromol sejauh 1 cm setiap kali sesudah perangsangan. Carilah
besar pembebanan yang pada perangsangan menghasilkan mekaniogram
setinggi 1 cm. Untuk percobaan selanjutnya tetap digunakan beban ini.

10.Putarlah tromol sejauh 2 cm dan catatlah sekali lagi mekaniogram yang


terakhir
11.Putarlah tromol sejauh 1 cm dan kemudian turunkanlah ujung pencatat
otot sehingga terletak tepat ditengah-tengah antara garis dasar 20 dan
garis dasar 0 (gunakan sekrup penumpu). Putarlah lagi sejauh 1 cm dan
ulangilah perangsangan dan pencatatan.
P.II.2.7. Apa yang kita harapkan terjadi akibat tindakan tersebut? Jawab,
untuk membuktikan apakah panjang awal berpengaruh terhadap kontraksi
otot.
12.Putarlah tromol sejauh 1 cm dan turunkanlah ujung pencatat otot sampai
garis dasar 20, putar tromol lagi sejauh 1 cm dan ulangilah sekali lagi
perangsangan dan pencatatan
II. Pengaruh beban terhadap kerja otot
1. Buatlah garis dasar 0 yg baru sepanjang mungkin
2. Dengan menggunakan kekuatan rangsang sebesar

ad.I.6.

buatlah

mekaniogram pada tromol yg diam. Pencatatan selalu dimulai pada garis


dasar 0 dengan mengatur sekrup penumpu.
3. Ulangi perangsangan dan pencatatan,dimulai dengan pembebanan 10
gram, sehingga dicapai beban maksimal. Setiap kali setelah pencatatan,
putarlah tromol sepanjang 1 cm dan berilah otot istirahat selama 30 detik.
P.II.2.8. Apa yang dimaksud dengan berat maksimal?jawaban, beban
terbesar yang diberikan yang dapat membuat pencacatan kimograf yang
paling tinggi.
4. Hitunglah kerja sediaan otot pada setiap pembebanan yg saudara berikan,
P.II.2.9. Bagaimana saudara menghitung besar kerja sediaan otot?5. Simpulkan pengaruh beban kerja terhadap otot.
Karena
disebabkan
keterbatasan
waktu
kelompok
kami
tidak
berkesempatan untuk melakukan percobaan ini.
III.

Pengaruh regangan terhadap kekuatan kerutan otot ekstensor

dan fleksor pada manusia


A. Mengukur kekuatan kerutan otot ekstensor
1. Suruh o.p duduk dipinggir meja alat tersebut dengan membelakangi
timbangan dan dengan tungkai bawahnya tergantung secara bebas
2. Pasanglah ban kulit pada salah satu pergelangan kaki dan huungkanlah
ban kulit tersebut, dengan kawat baja yg dapat menarik timbangan
melalui katrol
3. Suruhlah o.p meluruskan tungkainya sekuat tenaga dan catatlah
kekuatan kerutan otot ekstensor untuk tiap-tiap sikap berikut ini :
a. Duduk tegak
b. Duduk sambil membungkukkan badan sejauh-jauhnya

c. Berbaring telentang
B. Mengukur kekuatan kerutan otot fleksor
1. Suruhlah o.p duduk dipinggir meja alat tersebut dengan menghadapi
timbangan dan dengan tungkai bawah tergantung secara bebas
2. Pasanglah ban kulit seperti pada A.2
3. Suruhlah o.p membengkokkan tungkainya sekuat tenaga dan catatlah
kekuatan kerutan otot fleksor untuk tiap-tiap sikap seperti pada A.3
P.II.2.10. Apakah terdapat perbedaan kekuatan kerutan otot ekstensor
dan fleksor pada sikap tersebut? Jawaban, ada karena sikap duduk,
nunduk, dan tidur memberikan tegangan kontraksi otot yang berbeda.
HASIL PRAKTIKUM
OP
Flexor

Ekstensor

Nunduk

21

16

26

Duduk

16

30

22

Tidur

14

40

10

Nunduk

11

13

16

Duduk

30

31

13

34

Tidur

40

25

16

46

Posisi fleksor
Kekuatan kontraksi otot fleksor paling tinggi adalah pada posisi nunduk (21),
karena pada posisi nunduk otot sudah melakukan fleksi yang mendekat ke
arah sumbu tubuh, oleh karena itu akan semakin besar juga kekuatan otot
fleksornya. Sedangkan pada posisi tidur otot cenderung bekerja lebih kecil
(14). Terdapat pula perbedaan jangkauan otot kaki op dalam melakukan
fleksor, hal ini karena dipengaruhi oleh jenis kelamin dari op dan juga
kekuatan dan besar otot. (mengambil data yang paling mendekati benar, op
A).
Posisi ekstensor
Kekuatan kontraksi otot ekstensor paling tinggi adalah pada posisi tidur (40),
karena pada posisi tidur otot tubuh berekstensi sehingga ketika kaki op ketik
melakukan posisi ekstensi kontraksi ototpun akan lebih besar. Sedangkan
sebaliknya pada posisi nunduk ketika otot melakukan posisi fleksi, kekuatan
untuk posisi ekstensi juga akan cenderung lebih kecil (11). (mengambil data
yang paling mendekati benar, op A).

50
40

30

20

10
0
Nunduk

D
Duduk

Tidur

Bagan 1. Kekuatan kontraksi otot kaki OP pada posisi fleksor dalam berbagai posisi
dimana yang paling mendekati ditunjukkan pada op A dan op D.

50
40
A

30

20

10
0
Nunduk

D
Duduk

Tidur

Bagan 2 Kekuatan kontraksi otot kaki OP pada posisi fleksor dalam berbagai posisi.

KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan kami dapat menyimpulkan bahwa ekuatan dari
otot fleksor maupun ekstensor kaki dipengaruhi oleh posisi tubuh dimana dalam
percobaan dilakukan posisi nunduk, duduk, tidur. Untuk otot fleksor akan
berkontraksi secara maksimal ketika dalam posisi nunduk, sedangkan untuk otot
ekstensor akan berkontraksi secara maksimal ketika dalam posisi tidur.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Penuntun Praktikum Mahasiswa Blok Muskuloskeletal.2009.Jakarta:Fakultas Kedokteran


Universitas Yarsi.
Ganong, WF.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22.2008.Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee.Human Physiology From Cells to Systems 5th ed.2004.

Anda mungkin juga menyukai