KELOMPOK A5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2009
DASAR TEORI
Otot adalah spesialis kontraksi pada tubuh. Kontraksi otot rangka menyebabkan
tulang tempat otot tersebut melekat bergerak. Kontraksi otot yang menghasilkan
panas penting untuk mengatur suhu. Karena kemampuan yang tinggi untuk
kontraksi, sel-sel otot mampu memendek dan membentuk tegangan yang
memungkinkan mereka menghasilkan gerakan dan melakukan kerja.
Sebagai respon terhadap sinyal listrik, otot mengubah energi kimia ATP menjadi
energi mekanis yang dapat bekerja pada lingkungan. Otot digolongkan sebagai
volunter atau involunter bergantung pada apakah dipersarafi oleh sistem saraf
somatik dan berada dibawah pengaruh kesadaran atau oleh sistem saraf otonum
dan tidak dibawah kontrol kesadaran.
Otot rangka dirangsang untuk berkontraksi melalui pengeluaran asetil kolin
( Ach) di neuromuscular junction antara ujung-ujung akhir neuron motorik dan sel
otot. Salah satu ciri menonjol otot rangka adalah banyaknya nukleus di sel otot,
banyaknya mikokondria karena tingginya kebutuhan energi suatu jaringan
seaktif otot rangka. Ciri struktural yang paling menonjol pada serat otot rangka
adalah banyaknya neofibril. Setiap nefibril terdiri dari susunan teratur unsurunsur sitoskeleton yang sangat terorganisasi yaitu filamen tebal dan filamen
tipis. Filamen tebal adalah susunan khusus dari protein miosin. Dalam filamen
tebal tersebut, terdapat pita gelap ( anisotrop ) ato lebih dikenal dengan pita A.
Didaerah yang lebih terang didalam bagian tengah pita A, terdapat filamenfilamen tipis yang tidak bertemu dikenal sebagai zona H. Pita terang ( isotorp I)
hanya berisi filamen tipis. Garis tengah setiap pita i yang memadat terlihat
sebuah garis Z vertikal. Daerah antara dua garis Z disebut Sarkomer.
Setiap serat otot dipersarafi oleh neuron motorik. Setiap serat otot memiliki
ambang rangsang yang berbeda-beda. Oleh karena itu apabila seberkas otot
dirangsang dalam arus tertentu yang relatif kecil maka tidak dari semua
myofilamen otot berkontraksi karena mempunyai batas treshold dan sub
threshold yang berbeda-beda.
Serat otot dalam keadaan relaksasi, tidak terjadi kontraksi. Aktin tidak mampu
berikatan dengan jembatan silang karena posisi 2 jenis protein di dalam molekul
aktin tropomiosin dan troponin. Molekul tropomiosin adalah protein berbentuk
benang disepanjang alur spiral aktin yang menutupi bagian-bagian aktin yang
berikatan dengan jembatan silang, sehingga molekul ini menghambat interaksi
yang akan menghasilkan kontraksi otot. Tropomiosin distabilisasi dalam posisi
menghambat ini oleh molekul troponin, troponin adalah suatu kompleks protein
yang terdiri dari 3 jenis polipeptida :
Urutan peristiwa yang terjadi pada kontraksi dan relaksasi otot rangka, tahaptahap kontraksi:
simultan, keseluruhan serat menjadi lebih pendek dan terjadilah kontraksi otot.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN KONTRAKSI OTOT
1. Suhu
Suhu meningkat suhu atau semakin menurun
reaksi
enzimatik
terganggu
dan
terjadi
denaturasi
protein,
hal
ini
panjang-ketegangan
ini
dapat
dijelaskan
oleh
mekanisme
Frekuensi rangsangan
Panjang serat pada permulaan kontraksi
Tingkat kelelahan
Ketebalan serat
OTOT RANGKA I
TUJUAN
1. Membuat sediaan otot katak sesuai dengan petunjuk umum praktikum.
2. Menggunakan alat stimulator induksi sehingga dapat merangsang sediaan
otot dengan berbagai macam kekuatan yaitu arus tunggal buka dan arus
tunggal tutup
3. Membuat pencatatan kontraksi otot (mekaniomiogram) pada kimograf dan
memfiksasinya
4. Merangsang otot katak dengan beberapa macam kekuatan rangsang yakni
rangsang:
- Bawah ambang (subthreshold)
-submaksimal
- Ambang (threshold)
-supramaksimal
5. Menarik kesimpulan dari hasil latihan ini tentang pengaruh kekuatan
rangsang terhadap kekuatan kontraksi otot.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Alat dan binatang yang diperlukan:
1. Kimograf + kertas + perekat
2. Statip + klem + pencatat otot + klem femur + batang kuningan
3. 2 buah sinyal magnet : 1 untuk mencatat waktu,1 untuk mencatat tanda
rangsang
4. Stimulator induksi + elektroda perangsang + sakelar + kawat-kawat listrik
5. Papan fiksasi + jarum pentul = penusuk katak + katak
6. Benang + kapas + gelas arlogi
7. Botol plastik berisi larutan Ringer + pipet + Waskom kecil.
TATA KERJA
Hubungan antara kekuatan rangsang dan tinggi mekanomiagram akibat kerutan
otot
1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar
2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum. Sebelum digunakan
bungkuslah sediaan otot tersebut dengan kapas yang dibasahi dengan
larutan Ringer dan letakkanlah di gelas arloji
3. Pasanglah sediaan otot sesuai dengan gambar.
P.II.1.1 Manakah yang harus diselesaikan lebih dahulu, pemasangan alat atau
pembuatan sediaan otot? Jawaban, pemasangan alat dulu, karena sediaan
otot harus digunakan sesegera mungkin.
4. Dengan tromol tetap diam, otot dirangsang sehingga terdapat suatu kerutan
P.II.1.2 Bila hasil pencatatan kontraksi otot sangat kecil, bagaimana
memperbesarkannya? jawaban, menambah voltase supaya otot dapat
berkontraksi secara lebih optimal
P.II.1.3 Bila hanya sebagian kontraksi yang tercatat, apa yang harus
diperhatikan atau diperbaiki? jawaban, Sediaan otot, tidak boleh dibiarka
terlalu lama dan pada waktu tertentu harus diberi cairan Ringer.
5. Pencatatan selalu
istirahat selama 15
sepanjang cm pada
pada tiap kali sesudah
Intensitas Rangsangan
Sub
Rangsang
bawah
Threshold/
ambang
2,5 V
Threshold/ Ambang
rangsang
3,5 V
Sub Maksimal
4V
Maksimal
5V
Supra maksimal
Diskusi:
Rangsang di bawah 2,5 V merupakan sub threshold, karena ketika otot katak
di rangsang pada rangsangan tertentu di bawah 2,5V otot tidak
menimbulkan respons pada kimograf.
Rangsang 2,5 V merupakan rangsang ambang otot karena pada rangsang
tersebut merupakan rangsang terkecil yang dapat menimbulkan kontraksi
otot sekaligus pergerakan pada kimograf.
Rangsang 3,5 V merupakan rangsang sub maksimal karena dalam rentangan
dari 2,5-4 V terdapat variasi rangsang yang makin meninngi rangsang makin
meningkat kontraksi otot.
Rangsang 4 V merupakan rangsang maksimal karena pada angka tersebut
merupakan rangsang terbesar yang kami berikan sehingga menimbulkan
respon yang maksimal.
Rangsang 5 V merupakan rangsang supra maksimal karena dengan
intensitas rangsang yang lebih besar dari rangsang maksimal otot tetap
memberikan konraksi yang sama ketika diberikan rangsang maksimal.
3
2.5
2
1.5
Column2
1
0.5
0
1V
2V
2,5V
3,5V
4V
5V
KESIMPULAN
Semakin besar arus yang diberikan ke otot maka akan semakin besar pula
kontraksi otot, tetapi kontraksi yang supramaksimal ketika ditambah arus yang
lebih tinggi otot tetap akan berkontraksi sebagaimana pada arus yang diberikan
ketika terjadi kotraksi maksimal.
OTOT RANGKA II
TUJUAN
Pada Akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Merangsang sediaan otot katak dengan arus faradic dengan pelbagai
kekuatan rangsang.
2. Membebani sediaan otot katak dengan cara pembebanan langsung dan
tidak langsung
3. Mendemonstrasikan hubungan antara panjang awal otot dengan kekuatan
konstrasi
4. Menghitung sediaan otot katak
5. Mendemonstrasikan hubungan antara panjang awal otot dengan kerja otot
6. Mengukur kekuatan konstraksi otot ekstensor dan fleksor dalam pelbagai
sikap tubuh
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Alat dan binatang percobaan yang diperlukan
1. Kimograf + kertas + perekat
2. Statit + klem +pencatat otot + klem femur
3. Stimulator induksi + elektroda perangsang
4. Papan fiksasi + jarum-jarum pentul + penusuk katak + katak
5. Beban-beban dan penggantungnya
6. Benang + kapas +gelas arloji
7. Botol plastik berisi + pipet +baskom + kelas beker
8. Dinamometer
TATA KERJA
I.
ad.I.6.
buatlah
c. Berbaring telentang
B. Mengukur kekuatan kerutan otot fleksor
1. Suruhlah o.p duduk dipinggir meja alat tersebut dengan menghadapi
timbangan dan dengan tungkai bawah tergantung secara bebas
2. Pasanglah ban kulit seperti pada A.2
3. Suruhlah o.p membengkokkan tungkainya sekuat tenaga dan catatlah
kekuatan kerutan otot fleksor untuk tiap-tiap sikap seperti pada A.3
P.II.2.10. Apakah terdapat perbedaan kekuatan kerutan otot ekstensor
dan fleksor pada sikap tersebut? Jawaban, ada karena sikap duduk,
nunduk, dan tidur memberikan tegangan kontraksi otot yang berbeda.
HASIL PRAKTIKUM
OP
Flexor
Ekstensor
Nunduk
21
16
26
Duduk
16
30
22
Tidur
14
40
10
Nunduk
11
13
16
Duduk
30
31
13
34
Tidur
40
25
16
46
Posisi fleksor
Kekuatan kontraksi otot fleksor paling tinggi adalah pada posisi nunduk (21),
karena pada posisi nunduk otot sudah melakukan fleksi yang mendekat ke
arah sumbu tubuh, oleh karena itu akan semakin besar juga kekuatan otot
fleksornya. Sedangkan pada posisi tidur otot cenderung bekerja lebih kecil
(14). Terdapat pula perbedaan jangkauan otot kaki op dalam melakukan
fleksor, hal ini karena dipengaruhi oleh jenis kelamin dari op dan juga
kekuatan dan besar otot. (mengambil data yang paling mendekati benar, op
A).
Posisi ekstensor
Kekuatan kontraksi otot ekstensor paling tinggi adalah pada posisi tidur (40),
karena pada posisi tidur otot tubuh berekstensi sehingga ketika kaki op ketik
melakukan posisi ekstensi kontraksi ototpun akan lebih besar. Sedangkan
sebaliknya pada posisi nunduk ketika otot melakukan posisi fleksi, kekuatan
untuk posisi ekstensi juga akan cenderung lebih kecil (11). (mengambil data
yang paling mendekati benar, op A).
50
40
30
20
10
0
Nunduk
D
Duduk
Tidur
Bagan 1. Kekuatan kontraksi otot kaki OP pada posisi fleksor dalam berbagai posisi
dimana yang paling mendekati ditunjukkan pada op A dan op D.
50
40
A
30
20
10
0
Nunduk
D
Duduk
Tidur
Bagan 2 Kekuatan kontraksi otot kaki OP pada posisi fleksor dalam berbagai posisi.
KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan kami dapat menyimpulkan bahwa ekuatan dari
otot fleksor maupun ekstensor kaki dipengaruhi oleh posisi tubuh dimana dalam
percobaan dilakukan posisi nunduk, duduk, tidur. Untuk otot fleksor akan
berkontraksi secara maksimal ketika dalam posisi nunduk, sedangkan untuk otot
ekstensor akan berkontraksi secara maksimal ketika dalam posisi tidur.
DAFTAR PUSTAKA