DI SUSUN OLEH
DINA AMALIA
5215095035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JANUARI 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga proposal penelitian ini telah selesai meskipun jauh
dari sempurna. Peneliti berharap proposal penelitian ini, dapat diterima dan
bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam bidang pendidikan.
Proposal penelitian ini disusun untuk menjelaskan tentang PENERAPAN
KOLABORASI
MODEL
PEMBELAJARAN
PETA
KONSEP
DAN
PERMASALAHAN
PENGOPERASIAN
PERSONAL
Proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kelengkapan
proposal penelitian ini. Akhir kata semoga proposal penelitian ini dapat
bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca umumnya.
Jakarta, Januari 2012
Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat dan segala informasi
menjadi berlipat ganda setiap detiknya. Hal ini erat kaitannya dengant
eknologi yang memberikan peluang berkembangnya sains. Berbagai macam
penemuan dalam bidang teknologi banyak bermunculan selaras dengan
perkembangan sains. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan untuk menyesuaikan dengan
perkembangan sains. Solusi untuk meningkatkan sumber daya manusia
adalah melalui pendidikan.
Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dirasa mampu
untuk meningkatkan semangat peserta didik dalam mengikuti proses belajar
mengajar, karena dengan pembelajaran secara kooperatif semaksimal
mungkin partisipasi siswa dalam memperoleh pengetahuan sangat
diperlukan.
Metoda pengajaran yang akan diterapkan harus memperhatikan
sasaran atau subyek pelaku tindakan. Subyek penelitian ini adalah siswa
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dimana mereka termasuk dalam
kategori remaja. Menurut Arikunto (2008:38) siswa pada kategori remaja
cenderung bersifat mandiri, ingin segala sesuatunya serba bebas, menuntut
kreativitas, ingin dihargai sebagai anak gede yang tidak mau dikungkung
tetapi ingin bebas. Oleh karena itu, metoda pembelajaran yang menjadi
alternative pilihan dan dapat diterapkan pada siswa SMK adalah
pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran KKPI di
SMK Negeri 26 Jakarta, dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran mata
pelajaran KKPI masih menggunakan metode ceramah, pembelajaran masih
didominasi oleh guru dan kurang terpusat pada siswa. Siswa hanya diberi
tugas dan berdiskusi pada bagian materi tertentu saja. Hal ini menyebabkan
siswa kurang merespon selama kegiatan pembelajaran berlangsung karena
siswa merasa bosan, jenuh,
pada
materi
mendiagnosis
permasalahan
pengoperasian
personal
Computer?
C. TujuanPenelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan pembelajaran
Peta Konsep & Numbered Head Together agar dapat meningkatkan hasil
belajar pada materi mendiagnosis permasalahan pengoperasian personal
computer pada siswa X program keahlian TKJ SMK Negeri 26 Jakarta.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian tindakan ini adalah Jika siswa kelas X
SMK Negeri 26 Jakarta diajar menggunakan kolaborasi model pembelajaran
Peta Konsep & Numbered Head Together maka hasil belajar siswa pada
materi mendiagnosis permasalahan pengoperasian personal computer akan
meningkat.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada berbagai pihak sebagai
berikut:
1. Bagi SMK Negeri 26 Jakarta
Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah untuk meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah tersebut.
2. Bagi Guru
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
perubahan-perubahan
perbuatan
belajar,
perubahan-
belajar itu dilakukan semakin banyak dan semakin baik perubahan yang
diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak
terjadi dengan sendirinya melainkan karena suatu usaha invidu sendiri.
Keempat, Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara,
perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk
beberapa saat saja seperti berkeringat, keluar air mata tidak dapat
digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan terjadi karena
proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti tingkah laku yang
terjadi setelah belajar bersifat tetap.
Kelima, Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah perubahan
tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan
belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.
Keenam, Perubahan mencakup semua aspek tingkah laku, yaitu
perubahan yang diperoleh seseorang setelah proses belajar meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu,
sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh dan sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.
Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
adalah proses usaha yang dilakukan oleh individu dalam konteks
memahami suatu hal serta memperoleh keterampilan nilai dan sikap untuk
mencapai sebuah perubahan tingkah laku dalam diri individu tersebut yang
terkait dengan interaksi lingkungan. Meskipun demikian, tidak semua
perubahan yang terjadi dalam diri individu dapat dikatakan sebagai proses
belajar, perlu digaris bawahi bahwa kondisi belajar adalah ketika individu
terlibat atau melibatkan diri secara sadar dan secara emosional dengan
Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Ibrahim, dkk (2002:2) pembelajaran kooperatif ditandai
dengan adanya struktur tugas, tujuan, dan struktur penghargaan
(reward). Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajran kooperatif
didorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas
bersama, mereka harus mengkoordinasikan usahanya ini melalui
penggunaan pembelajaran.
Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola secara baik dapat
menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya.
Agar manusia terhindar dari hal-hal tersebut maka diperlukan interaksi
yang saling asuh atau tenggang rasa dan saling menyayangi. Menurut
Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi 2004:61) pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar
sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.
Menurut Nurhadi, dkk (2004:61)pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi
yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman
yang dapat menimbulkan permusuhan.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu cara pembelajaran yang dilakukan
saling
membutuhkan
inilah
yang
dimaksud
dengan
saling
ketergantungan positif.
b. Intekasi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat
saling bertatap muka sehingga dapat melakukan dialog, tidak hanya
dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa.
c. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok,
meskipun
demikian,
penelitian
ditujukan
untuk
Tahap I
Tahap II
Numbering
Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang dengan masing-masing
anggota diberi nomor 1-5
Questioning
Guru member pertanyaan atau masalah yang akan
dibahs oleh siswa
Numbering
Tahap III
Tahap IV
susun (CTS), yaitu teknik mencatat yang mampu mensinergikan kerja otak
kiri dengan otak kanan, sehingga konsentrasi belajar dapat meningkat
sepuluh kali lipat. CTS menghubungkan apa yang didengar menjadi poinpoin utama dan menuliskan pemikiran dan kesan dari materi pelajaran
yang telah dipelajari (Bobbi de Porte dan Hernacki, 1999: 152).
Teknik mencatat kedua, pemetaan pikiran (Mind Mapping), yaitu
cara yang paling mudah untuk memasukkan informasi ke dalam otak dan
untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Tommy dan Bary
Buzzan (dalam Rostikawati hal 4) menjelaskan peta pemikiran merupakan
teknik yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara
teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran
manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal
sehingga membuka potensi otak.
Bobbi de Porter Hernacki (1999: 152) menjelaskan, peta pikiran
merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan
citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan
yang lebih dalam.
2. Perbedaan Catatan Tradisonal dan Peta Konsep
Berikut ini perbedaan antara catatan tradisional (catatan biasa)
dengan catatan pemetaan pikiran (Mind Mapping/ Peta konsep)
Catatan biasa:
1) Hanya berupa tulisan-tulisan saja
2) Hanya dalam satu warna
3) Untuk mereview ulang memerlukan waktu yang lama
4) Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama
5) Statis
Peta pikiran (Mind Mapping)
1) Berupa tulisan, simbol atau gambar
2)
3)
4)
5)
Berwarna-warni
Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
Membuat individu menjadi lebih kreatif.
1.
2.
3.
4.
5.
E.
Hasil Belajar
Penilaian
dilakukan
untuk
memperoleh
informasi
tentang
F.
Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir duhubungkan pada tujuan hipotesis yaitu jika
siswa kelas X SMK Negeri 26 Jakarta diajar menggunakan kolaborasi
model pembelajaran Peta Konsep & Numbered Head Together maka hasil
belajar siswa pada materi mendiagnosis permasalahan pengoperasian
personal computer akan meningkat. Model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam
mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar,
siswa,
mengajak
siswa
untuk
berfikir
kritis
dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
pengajar
yang
membuat
rancangan
pembelajaran
sekaligus
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksi makna
dalam suatu topic tertentu. Teknik wawancara dilakukan di awal dan akhir
pemberian tindakan pada penelitian ini. Peneliti melakukan wawancara
awal untuk mengetahui bagaimana pelaksannaan pembelajaran pada
kompetensi mendiagnosis permasalahan pengoperasian personal computer
di SMK Negeri 26 Jakarta, dan peneliti melakukan wawancara di akhir
pemberian tindakan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap penerapan
kolaborasi model pembelajaran Peta Konsep & Numbered Head Together
pada kelas X bidang keahlian TKJ. Wawancra dilakukan dengan guru mata
pelajaran.
3. Soal Tes
Menurut Arikunto (2006: 150) menyatakan tes merupakan
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang akan dilakukan
dalam penelitian ini berupa tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Test
awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai
bahasan atau materi yang akan disampaikan atau diajarkan, sedangkan tes
akhir dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah pemberian tindakan dalam proses pembelajaran. Instrument yang
digunakan yaitu soal-soal yang berbentuk tes obyektif dan tes subyektif.
4. Dokumentasi
kepercayaan
(credibility),
keteralihan
(transfererability),
teknik
merupakan
pemeriksaan
yang
G. Tahap-tahap Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu Penerapan Kolaborasi
Mosel Pembelajaran Peta Konsep dan Numbered Head Together Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mendiagnosis Permasalah Pengoperasian
Personal Komputer Pada Siswa Kelas X Program Keahlian TKJ SMK Negeri
26 Jakarta, maka pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Researgh). Secra garis besar alur pelaksanaan penelitian
tindakan kelas terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu 1)
perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, 4) refleksi.
Secara operasional langkah-langkah penelitian adalah sebagi berikut:
a. SIKLUS I
1. Perencanaan
1) Menentukan tujuan pembelajaran
2) Menyusun scenario dan rencana pembelaaran dengan menerapkan
kolaborasi model pembelajaran Peta Konsep & Numbered Head
3)
4)
5)
6)
7)
Together
Menyiapkan media yang dibutuhkan
Menyiapkan lembar observasi, dan menyusun pedoman wawancara
Membuat soal-soal tes tulis untuk mengukur hasil belajar siswa
Menyusun daftar kelompok kecil mata pelajaran NHT
Berkoordinasi dengan guru mata pelajaran dan rekan sejawat
tentang pelaksanaan tindakan yang dilakukan
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan penerapan kegiatan pembelajaran yang telah
disusun dalam perencanaan. Proses dalam tindakan ini mengikuti urutan
Together
Menyiapkan media yang dibutuhkan
Menyiapkan lembar observasi, dan menyusun pedoman wawancara
Membuat soal-soal tes tulis untuk mengukur hasil belajar siswa
Menyusun daftar kelompok kecil mata pelajaran NHT
Berkoordinasi dengan guru mata pelajaran dan rekan sejawat
tentang pelaksanaan tindakan yang dilakukan
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan penerapan kegiatan pembelajaran yang telah
disusun dalam perencanaan. Proses dalam tindakan ini mengikuti urutan
kegiatan sebagaimana yang terdapat dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan kegiatan
pada siklus II menitik beratkan pada kelanjutan kegiatan pada siklus I,
yakni
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran NHT. Peta konsep yang telah ada akan digunakan sebagai
aguan untuk menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.
3. Tahap Pengamatan
Mengamati dilakukan selama kegiatan pelaksanaan berlangsung,
proses pengamatan secra intensif dilakukan oleh dua orang yaitu sebagai
seorang guru dan seorang teman sejawat. Obyek yang damati peneliti
meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan aktivitas siswa selama
kegiatan pembelajaran, pengamatan dilakukan berdasarkan lembar
observasi yang telah disiapkan sebelumnya, selain lembar observasi
disediakan juga catatan lapangan untuk melengkapi data hasil observasi.
4. Tahap Refleksi
DAFTAR PUSTAKA
Arikuntro,
Suharsini,
Donald
Ary,
danAriefFurchan,