Anda di halaman 1dari 32

HIV/AIDS MENURUT PANDANGAN HINDU

Amavat ryate rabhadhvam, uttisthata pra tarat sakhyah. Atrjahma ye asan aev, ivan
arembhi vjn. gveda X.53.8. Wahai teman-teman, dunia yang penuh dosa dan duka ini berl
alu bagaikan sebuah sungai yang alirannya dirintangi oleh batu besar dan berat.
Tekunlah, bangkit dan seberangilah. Tinggalkanlah persahabatan dengan orang-oran
g yang tercela (pelaku dosa). Seberangilah sungai kehidupan untuk mencapai kesej
ahtraan dan kebahagiaan

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


Paling berbahaya adalah tertular virus HIV/AIDS tentu akan dirasakan betapa meng
erikan penderitaan dan bahaya yang ditimbulkan oleh kedua hal tersebut. Penyakit
AIDS yang disebabkan oleh Virus HIV telah menjadi petaka umat manusia menjelang
berakhirnya abad 20 ini dan memasuki abad 21 dan untuk dimaklumi obat atau pena
nggulangannya secara tuntas belum dapat ditemukan. Mengatasi berkembangnya penya
kit ini, berbagai upaya telah dan terus dilakukan. Upaya-upaya itu belum menampa
kan hasil yang menggembirakan. Mengingat masalah penularan virus HIV/AIDS bukank
lah sematamata masalah kesehatan dalam pengertian biologis atau jasmani belaka,
melainkan adalah karena melemahnya unsur pengendalian diri terutama yang menyang
kut prilaku seksual sebagai obyek pemuasan indria belaka dan tanggung jawab sosi
al dan budaya untuk menjadi generasi yang sehat dan sejahtera, maka faktor keima
nan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya pengendalian diri untuk men
cegah penyalahgunaan Narkoba dan tertular virus HIV/AIDS

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


Pengendalian diri merupakan cerminan Sraddh (keimanan) dalam kehidupan beragama y
ang berhubungan dengan diri sendiri dan sesama manusia, baik dalam lingkungan ke
luarga, masyarakat, bangsa dan negara bahkan dalam hubungan internasional antar
bangsa-bangsa. Pengendalian diri yang bersumber pada Sraddh (faith) yang merupaka
n inti sari ajaran agama sebagai keyakinan hidup serta pengalaman bagi kehidupan
yang terkendali, sangat berguna untuk mewujudkan kesejahtraan, keharmonisan dan
kebahagiaan hidup. Dengan pengendalian diri yang mantap, seperti seseorang yang
tertib berlalu lintas, seseorang akan berhasil dan selamat mencapai tujuan. Dem
ikianlah seseorang yang memiliki keimanan yang kuat dan mampu mengendalikan diri
, akan selamat di dunia ini dan di akhirat nanti. Untuk itu agama hendaknya bena
r-benar menjadi landasan dan pegangan setiap orang.

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


Agama Hindu yang bersumber pada Veda, wahyu atau sabda Tuhan Yang Maha Esa sarat
dengan ajaran tentang pengendalian diri. Ajaran pengendalian diri merupakan bag
ian dari ajaran etika, yakni ajaran tentang tingkah laku yang baik dan benar ser
ta menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak baik dan salah. Ajaran etika ini
adalah perwujudan dari ajaran keimanan yang di dalam agama Hindu dikenal dengan
Paca Sraddh. Bila umat Hindu memiliki Sraddh atau keimanan yang mantap, tentu mamp
u mengendalikan diri untuk tidak berbuat sesuatu yang bertentangan dengan ajaran
agama termasuk pula dalam hubungan pemenuhan dorongan seksual yang menyimpang a
tau melakukannya sebelum menikah.
MENGENAL BEBERAPA PENYAKIT DI DALAM KITAB SUCI VEDA Sebelum membahas ajaran Srad
dh dalam agama Hindu terlebih dahulu kami memperkenalkan beberapa jenis penyakit
yang disebutkan di dalam kitab suci Veda, antara lain: Akata atau Akita (tumor, bi
sul atau borok), Apacit (sakit pembengkakan kelenjar), Apva ( desentri), Aras (am
bien), Alaji (sakit mata), arka (rasa sakit pada tungkai dan lengan), srva (mencret),
Galunta (bengkak), Graivya (tumor pada leher), Glau (bisul atau borok), Jambha
(sawan), Takman (demam), Dka ( rematim pada mata), Dhan ( perdarahan), Dhamani (peny
akit pada pembuluh nadi), N (penyakit pada urat darah halus), Nka (saluran pernafasan)
,

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


Pkru (borok, bisul), Ppayakma (penyakit paru-paru), Pman (luka yang infeksi), Pymaya
it pinggang), Pramota ( bisu, kelu, dungu), Rjayakma (penyakit paru-paru), Vidradh
a (bisul bernanah), vilohita (mengalirnya darah), Viara (sakit mata), Vicika (desen
tri), Vicika (desentri), Viscika (desentri), Vikandha (rematik), Visras ( penyakit k
arena usia tua), rkti / roka (sakit kepala), ramaya (penyakit pada bagian kepala)
incang karena polio?), Svitra (lepra), Sidhmala (penyakit lepra) dan lain-lain (
Macdonell and Keith (1982).
Memperhatikan tentang nama-nama penyakit tersebut maka pada saat kitab suci Veda
itu disusun rupanya belum ada penyakit AIDS yang disebabkan oleh virus HIV, mak
a kita tidak menemukan jenis penyakit yang dinamakan AIDS ((demikian pula penyal
ah gunaan Narkoba). Lebih jauh tentang berbagai macam penyakit, kitab Whaspati Ta
ttwa (33) mengelompokkan berbagai jenis penyakit ke dalam tiga kelompok utama, y
aitu: Adhytmika-vydhi (penyakit karena pikiran sendiri / psikosomatik), Adhidaivik
a-vydhi (penyakit karena alam, seperti bencana alam, cuaca termasuk alam gaib), d
an Adhibautika-vydhi (penyakit yang disebabkan oleh biotika dan sejenisnya)

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


Paca Sraddh, pokok-pokok keimanan Hindu
Ajaran keimanan Hindu meliputi lima hal pokok keyakinan yang disebut Paca Sraddh y
aitu keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai aspek dan keagungan-Ny
a (Brahman), keyakinan terhadap adanya roh yang menghidupkan makhluk (Atman), ke
yakinan terhadap adanya hukum perbuatan atau sebab akibat (Karmaphala), keyakina
n terhadap adanya penjelmaan atau kelahiran kembali (Samsara) dan keyakinan akan
adanya kebahagiaan yang tertinggi, yakni bersatunya Atman dengan Brahman (Moka).
Terkait dengan topik tulisan ini, maka lebih luas akan dibahas tentang keyakina
n terhadap adanya hukum sebab akibat, hukum perbuatan atau Karmaphala yang menen
tukan penjelmaan dan kehidupan setiap orang. Karma sesungguhnya mengandung arti
tidak saja perbuatan, tetapi juga hasil dari perbuatan yang tidak dapat dipisahk
an dari perbuatan itu sendiri. Manusia memiliki 3 dorongan dalam dirinya, yaitu:
Icch (keinginan perasaan), Jna (tahu/pengetahuan) dan kriy (kehendak) dan ketiganya
inilah yang membentuk Karma

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


Sesungguhnya di balik setiap tindakan atau aktivitas terdapat keinginan dan piki
ran. Keinginan terhadap suatu benda atau menikmati kenikmatan tertentu muncul da
lam pikiran kemudian berkeinginan untuk memiliki atau menikmatinya. Keingian, pe
mikiran dan kehendak nampaknya selalu berjalan bersama-sama yang dapat diumpamak
an 3 utas benang yang dipintal menjadi satu jalinan atau tali Karma. Setiap kegi
atan menghasilkan 3 akibat yang memberikan ganjaran sepantasnya yang juga akan m
empengaruhi karakter kita. Ia tertinggal berupa pesan dan kesan dalam pikiran da
n kesan inilah yang mendorong untuk mengulangi kegiatan yang telah dilakukan. Ke
san atau Saskara/Vaana itu berbentuk riak-riak gelombang dalam alam pikiran, karen
a adanya rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Dari berbagai jenis Karma
dapat dibedakan menjadi 3 macam,yaitu: Sacitta (timbunan karma), Prrabda (karma ya
ng menyuburkan), dan Kriyamna atau gami(rangkaian karma selanjutnya). Sacita adalah
timbunan Karma masa lalu, yang nampak terlihat melalui karakter manusia, kecend
erungan-kecendrungannya, pembawaan, kemampuan dan atau keinginan-keinginannya.

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


Prrabda adalah bagian dari Karma masa lalu yang harus dipertanggung jawabkan oleh
tubuh saat ini (pada kehidupan ini) yang merupakan sebagian dari Sacita Karma ya
ng mempengaruhi kehidupan manusia pada kelahirannya kembali yang sekarang, yang
siap untuk dipetik dan tidak dapat dihilangkan atau dirubah. Ia harus habis dini
kmati, karena marupakan kelanjutan pembayaran hutang di masa yang lalu. Prrabda K
arma adalah karma yang telah dimulai dan benart-benar menghasilkan buahnya, dipi
lih dari timbunan Sacita Karma. Kriyamna adalah karma yang sekarang, saat ini dila
kukan dan dinikmati di masa yang akan datang. Karma ini juga disebut gami atau Va
rtamna Karma

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


Peranan Sraddh dalam penanggulangan HIV/AIDS
Sebelum secara khusus membahas keimanan dalam upaya pengendalian diri untuk penc
egahan HIV/AIDS, maka terlebih dahulu kiranya perlu dipahami kembali tentang fun
gsi atau peranan pengamalan ajaran agama bagi kehidupan umat manusia, yaitu seba
gai : 1) Faktor motivatif yang mendorong manusia untuk menentukan sikap memilih
yang baik dan benar serta menghindarkan yang buruk dan salah. Dengan motivasi un
tuk meningkatkan kualitas SDM, seseorang akan terdorong oleh ajaran agama untuk
berbuat baik dan benar. 2) Faktor kreatif dan innovatif, yang mendorong manusia
untuk berkreasi dan mengadakan pembaharuan pada diri dan lingkungannya. 3) Fakto
r integratif. Keyakinan yang utuh terhadap kebenaran ajaran agama yang tercermin
dalam pengamalan berupa tingkah laku yang baik dan benar. Bila agama tidak dida
ya gunakan sebagai faktor integratif, keperibadian seseorang akan pecah, tidak u
tuh dan perbuatannya niscaya akan bertentangan dengan Dharma.

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


4) Faktor transformatif dan sublimatif,yakni mampu mengubah sikap dan perilaku,
perkataan dan perbuatan sesuai dengan ajaran agama, yang disebut dengan Trikaya
Pariuddha (berpikir, berkata dan berbuat yang baik dan benar). 5) Faktor inspirat
if dan edukatif. Sebagai faktor inspiratif, mengilhami seseorang bahwa berbuat b
aik menghasilkan pahala kebaikan sedang sebagai faktor edukatif secara sadar men
dorong untuk melakukan proses pembelajaran dan pendidikan diri sendiri demi keba
ikan serta kesejahtraan dan kebahagiaan hidup. Sejalan dengan fungsi agama seper
ti terurai di atas, maka peranan Sraddh yang merupakan intisari ajaran agama akan
menjadi kendali yang mengekang tingkah laku seseorang untuk tetap secara sadar
berbuat baik dan benar. Pengamalan ajaran Sraddh merupakan kendali moralitas menc
egah seseorang untuk berbuat yang dapat menghancurkan dirinya sendiri, orang lai
n maupun masyarakat lingkungannya. Demikian bila seseorang senantiasa berpegang
teguh kepada ajaran agama yang dianutnya, pikiran, perkataan dan perbuatannya te
rkendali dengan baik dan ia tidak pernah untuk melakukan perbuatan yang menyimpa
ng, dosa dan papa yang akan memberikan pahala penderitaan baik dalam kehidupan i
ni maupun di akhirat nanti

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


Dalam agama Hindu, banyak kita jumpai ajaran tentang pengendalian diri, antara l
ain : ajaran Karmapatha (jalan Karma), Paca Yamadan Niyama Brata yang kiranya per
lu diuraikan dalam tulisan singkat ini: 1) Karmapatha,yakni ajaran tentang penge
ndalian indria (pengendalian diri) yakni melakukan Karma yang patut dilaksanakan
atau dihindari yang merupakan penjabaran dari Trikaya Pariuddha. Ajaran ini dapa
t dijumpai dalam kitab Sarasamuccaya, 73-76 sebagai berikut: Tiga hal pengendali
an pikiran, yaitu : 1). Tidak ingin memiliki dan dengki terhadap milik orang lai
n. 2). Tidak cepat marah (emosional). 3). Meyakini kebenaran ajaran Karmaphala.
Empat hal pengendalian perkataan, yaitu : 1). Tidak berkata jahat (tidak jujur)
2). Tidak berkata kasar dan menghardik. 3). Tidak memfitnah. 4). Tidak berbohong
.

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


Tiga hal pengendalian perbuatan, yakni : 1). Tidak membunuh (menyakiti) makhluk
lain. 2). Tidak mencuri. 3). Tidak berzina (berhubungan seks dengan yang tidak p
atut). Paca Yama Brata, lima hal pengendalian diri tingkat awal, terdapat dalam k
itab PatajaliYoga Stra II.30, sebagai berikut : a. Ahimsa, tidak membunuh atau men
yakiti makhluk lain. b. Satya, senantiasa berbuat jujur, baik dan benar. c. Aste
ya, tidak mencuri atau mengambil milik orang lain. d. Brahmacarya, mampu mengend
alikan dorongan seksual. e. Aparigraha, tidak mengehdaki milik orang lain.

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


Paca Niyama Brata, lima hal pengendalian diri tingkat lanjut, juga terdapat dalam
kitab Patajali Yoga Stra II.32, sebagai berikut : a. Sauca, senantiasa hidup bers
ih dan suci. b. Santosa, senantiasa puas dengan apa yang diperoleh,mensyukurimka
runia-Nya. c. Tapa, melakukan pengendalian diri, mengikat geraknya indria. d. Svd
hyya, tekun belajar sendiri dan memuja Tuhan Yang Maha Esa. e. Ivarapraidhna, penyer
ahan secara total kepada Tuhan Yang Maha Esa. Peranan Sraddh dalam upaya pengenda
lian diri untuk menghindarkan diri dari tertular virus HIV/AIDS ini perlu ditana
mkan melalui proses pendidikan sejak dini baik dalam lingkungan keluarga, sekola
h dan masyarakat, melalui bimbingan, penyuluhan atau penerangan dan lain-lain, u
ntuk ini diperlukan penciptaan suasana yang menunjang dengan berbagai sarana, an
tara lain mencegah merebaknya pelacuran, mencegah hubungan seks pranikah, hubung
an seksual yang menyimpang.

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


Aspek sosial budaya dalam penanggulangan HIV/AIDS Prilaku seseorang di dalam mas
yarakat sesungguhnya mencerminkan kadar atau tingkat keimanan atau ajaran agama
yang dianut seseorang. Seorang yang beriman tentunya akan senanatiasa berpegang
kepada ajaran agama. Cerminan tersebut akan nampak jelas dalam kehidupan pribadi
, keluarga maupun dalam pergauluan di tengah-tengah masyarakat
Trend masyarakat di jaman Kali (Kaliyuga) lebih menekankan ke duniawian, mencari
kepuasan dan kesenangan yang bersifat semu. Akibat pergaulan yang tidak berpega
ngan pada ajaran agama, seseorang (individu) atau anggota keluarga melakukan per
buatan yang berdampak kepada masyarakat lingkungan dan lingkungan yang permisif
memberikan peluang untuk berbuat yang sangat bertentangan dengan ajaran agama, m
isalnya seks pranikah, seks bebas, minum-minuman keras dan lain-lain yang hakeka
tnya menjerumuskan diri manusia.

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


dampak sosial dari HIV/AIDS maka tidak terlepas dari beberapa faktor yang menjad
ikan seseorang cenderung berperilaku menyimpang (pengguna narkoba, menyalurkan d
orongan seks dengan pelacur atau sks bebas, dll), antara lain: 1) Faktor kepriba
dian (gangguan antisosial), bentuknya antara lain penyalahgunaan Narkoba, judi,
mabuk-mabukan, tindak kriminalitas, seks bebas dan sebagainya. Terkait dengan ke
peribdaian, adalah kecemasan dan depresi terutama dalam mengatasi berbagai masal
ah kehidupan. 2) Faktor keluarga. Kondisi keluarga juga mempengaruhi kepribadian
anak, yang relatif hubungan ikatan emosilnya terlepas dalam keluarga, cenderung
untuk menyalurkannya ke hal-hal yang negatif. Kondisi keluarga dimaksud dapat b
erupa:

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


(1) Komunikasi orang tua dan anak yang kurang efektif (2) Hubungan antara kedua
orang tua yang kurang harmonis (3) Orang tua, atau anggota keluarga lainnya yang
menggunakan narkoba, seks bebas dan lain-lain. (4) Lingkungan keluarga yang ter
lalu permisif atau terlalu ketat dalam disiplin. (5) Orang tua yang otoriter dan
dominan. (6) Keluarga broken home. (7) Orang tua sibuk dan jarang di rumah. (8) O
rang tua atau anggota keluarga yang memiliki kelainan kepribadian.

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


3) Faktor lingkungan, berupa: (1) Berteman dengan pengguna narkoba, seks bebas d
an lain-lain. (2) Tekanan kelompok sebaya yang sangat ketat. (3) Ancaman fisik d
ari teman atau pengedar narkoba dan lain-lain (4) Lingkungan sekolah yang tidak
tertib, kurang memberi fasilitas penyaluran minat dan bakat para siswa (5) Mudah
mendapatkan narkoba, rumah pelacuran (yang terselubung) yang tidak sulit didata
ngi atau bergaul dengan mereka yang melakukan seks bebas

HIV MENURUT PANDANGAN HINDU


Walaupun merupakan kebutuhan praktis, tidaklah berarti bahwa filsafat Hindu meng
abaikan segi teorinya, misalnya tentang ethika dan theologi belaka, seperti dike
cam oleh ahli pikir Barat. Sebab menurut pandangan Hindu, filsafat lahir dari ke
damaian spiritual dan kenyataan-kenyataan hidup sehari-hari, seperti : Renungan,
Kesengsaraan,kebhatilan, ketidakadilan,kesewenang-wenangan, kekerasan, Arti hid
up manusia, Jalan pembebasan manusia dari kesengsaraan,kebhatilan, ketidakadilan
, kesewenang-wenangan, kekerasan.
Sesungguhnya, pada hakekatnya yang paling dalam, bila ditelusuri secara cermat,
filsafat Hindu tidak dapat membenarkan optimisme yang tidak kritis . Juga tentun
ya tidak dapat menerima pesimisme yang putus asa .

Filsafat Hindu percaya akan adanya orde moral yang kekal abadi (Sanatana) dalam al
am semesta ini, kecuali dalam Carvaka yang menganut aliran materialisme. Ini dap
at dibuktikan oleh aliran Mimamsa yang mempunyai konsep Apurva, yaitu hukum yang
menjamin adanya Hasil yang dapat dinikmati dimasa-masa mendatang dari upacara-u
pacara yang dilaksanakan kini, aliranaliran Nyaya Vaisesika dengan konsep pemiki
ranya tentang adrista, yaitu prinsip tak nyatayang meliputi atom benda materi dan
mengatur segala obyek dan kejadian (relativitas umum) menurut prinsip-prinsip mo
ral dan dengan konsepsi Hukum karma yang umum, yang diterima oleh semua aliran f
ilsafat Hindu .

Hukum karma adalah hukum konservasi nilainilai moral, baik (mulia) maupun buruk
(rendah) perbuatan manusia . Hukum konservasi nilainilai moral ini berati, bahwa
sanya tidak ada hasil kerja yang hilang begitu saja (Krita pranasa) dan tidak ad
a apa-apa yang terjadi pada seseorang akibat perbuatannya sendiri (akritabhyupag
ama) . Karena aliran filsafat Hindu (Sankhya, Yoga,Nyaya, Vaisesika, Mimamsa, Ve
danta) yang orthodoks, termasuk pula aliran Buddha dan Jaina, menerima konsep Hu
kum Karma ini .

Bentuk hukum karma yang paling sederhana adalah segala perbuatan, baik atau buru
k, membuahkan akibatnya masing-masing pada hidup seseorang yang melakukan perbua
tan tersebut, asalkan perbuatan dimaksud dilakukan dengan keinginan untuk memper
oleh hasilnya. Hukum karma ini membantu kita untuk menerangkan, mengapa individu
-individu manusia berbeda satu sama lain dan tidak ada yang sama, yang tidak bis
a dijelaskan dengan keadaan kehidupan yang ada. Sering kita jumpai, bahwa orangorang yang terlahir dalam keadaan yang sama dan dibesarkan dalam lingkungan yang
sama, tetapi sangat berbeda dalam kesenangan dan sukses hidupnya : ada yang bah
agia ada yang sengsara, ada yang pandai ada yang bodoh, ada yang kaya ada yang m
iskin, ada yang baik ada yang jahat dan seterusnya .

Banyak yang tidak dapat diterangkan berdasarkan perbuatan-perbuatan mereka selam


a hidup ini. Yang terang-terang berbuat kejahatan yang tidak ketulungan namun ma
sih mendapat kedudukan dan sementara disegani orang lain. Sebaliknya yang senant
iasa berbuat kebaikan membantu masyarakat yang tertimpa musibah ketidakadilan ju
stru mesti bernasib jelek memikul berbagai tuduhan yang direkayasa penguasa meny
ebabkan yang bersangkutan terkucil dan menderita terus menerus .

Namun hukum karma menjelaskan bahwasanya semua perbuatan di masa lalu, kini dan
nanti pasti membuahkan hasil yang wajar, baik dalam masa hidup sekarang ini, mau
pun kehidupan nanti . Prinsip waktu memegang peranan penting dalam filsafat Hind
u sebagai saksi-saksi dalam sejarah hidup manusia . Waktu adalah waktu, waktu ad
alah peristiwa, waktu adalah sejarah . Hanya waktu yang dapat mengisahkan masa l
alu, masa kini dan masa yang akan datang . Hukum karma bergulir bersama-sama wak
tu .

TEORI Spinoza (Benedict De atau Barch yang hidup di abad XVII (1632 1677) Tentan
g metafisika dan etika, tentang substansi yang dia namakan akal dan materi bila
terpisah tidak akan ada interaksi . Akal dan materi hanya merupakan atribut subs
tansi, yaitu Tuhan. Hal ini telah terungkap dalam kitab-kitab suci Veda sejak 30
00 tahun lampau dengan istilah-istilah Purusha sebagai akal (jiwa) dan Prakriti
sebagai materi (benda-benda lahiriah) sebagai atribut Atman, Tuhan dalam teori S
pinoza. Dia diusir dari tanah kelahirannya karena pandangannya bertentangan deng
an gereja .

Juga teori Darwin ( Carles Robert yang hidup di abad XIX = 1809 1882) seorang sa
rjana Inggris yang dikenal dengan teori evolusi dimuat dalam bukunya berjudul The
origin of species, sudah dirumuskan 3000 tahun lampau dalam filsafat Hindu diken
al dengan indung telur alam semesta yang disebut Hirinyagarbha yang membiakkan a
tom-atom, sel-sel, gumpalan awan, membeku menjadi ganggang lalu lumut yang kemud
ian dalam evolusinya tumbuh menjadi binatang yang paling sederhana, satwa, mamal
dan seterusnya manusia paling purba sampai ke manusia sekarang ini . Teori Spin
oza maupun Darwin adalah merupakan suatu titik puncak gunung es di lautan antart
ika ilmu pengetahuan terungkap dalam kitab-kitab suci Veda sejak 3000 tahun lamp
au . Demikianlah sejak zaman dahulu itu teori-teori metafisika dan etika telah d
igeluti oleh para ahli dan orang arif bijaksana, termasuk teori hukum karma ini
yang menyangkut kehidupan di zaman paling purba sampai di zaman kita sekarang in
i .

Para Rsi merumuskan bahwa Karma terbagi atas : yang belum mulai memberikan hasil
disebut Anarabdha Karma, yang sudah memberikan hasil disebut Arabdha atau Prara
bdha Karma. Anarabdha Karma dibagi lagi menjadi dua : akumulasi dari hidup masa
lampau Praktana atau Sancita Karma Yang dikumpulkan dalam hidup sekarang ini, Kr
iyamana atau Sancityamana Karma . Status hukum karma ini menurut beberapa aliran
(seperti Nyaya, Vaisiseka ) ada dibawah pengawasan dan kontrol Tuhan Yang Maha
Kuasa, sedangkan aliran-aliran filsafat lainnya (seperti Jaina, Baudha, Sankhya,
Mimamsa) memandang bahwa hukum karma ini otonom sifatnya dan bekerja bebas dari
kehendak Tuhan . Namun betapapun status hukum karma ini didudukkan, ia berlaku
atas dunia perbuatan yang dilakukan berdasarkan pengaruh nafsu dan keinginan hid
up duniawi yang biasa yang diuraikan seperti berikut : segala perbuatan yang ber
motif keinginan akan memperoleh hasil dalam hidup ini dan hidup nanti terkena ol
eh hukum karma ini .

Perbuatan yang dilakukan tanpa motif keinginan akan hasilnya dan tanpa nafsu, ti
dak memberi hasil yang mengikat, seperti biji bibit yang digoreng tidak bisa tum
buh . Hukum karma ini mengajarkan orang agar bekerja tanpa mementingkan diri sen
diri, yang menyebabkan ia tidak saja terbebas dari ikatan hasil perbuatannya, te
tapi juga memusnahkan akumulasi hasil-hasil perbuatannya di masa lampau : Ia ter
bebas dari pengaruh yang mengikat, terbebas dari rasa senang dan benci, harapan
dan kecemasan, yang membawa ia menuju ke kecemasan. Orang yang mencapai kelepasa
n tidak lagi terikat oleh hukum karma. Hukum karma ini membuat manusia menjadi p
enguasa tujuan hidupnya sendiri. Hukum karma membuat manusia berpikir tentang ke
jelekkannya sekarang sebagai akibat perbuatanya sendiri dan mengharapkan masa de
pan yang lebih baik dengan jalan memperbaiki perbuatannya sendiri.

Selain hukum karma, pandangan yang umum diterima oleh aliran-aliran dalam filsaf
at Hindu, yaitu tentang hakekat bahwasanya ketidaktahuanlah yang menyebabkan man
usia terbelenggu oleh kesengsaraan yang berkepanjangan . Belenggu ini adalah pro
ses lahir dan lahir kembali (Numitis = Inkarnasi) serta konsekwensi kesengsaraan
-nya yang mengikat seseorang. Maka itu manusia harus berusaha untuk mencapai kel
epasan (Mukti atau Moksa) . Ini berarti berhentinya proses lahir dan lahir kemba
li .

Ketidaktahuan manusia harus dile-nyapkan untuk mencapai kelepasan . Oleh karena


itu diperlukan ilmu pengetahuan. Tetapi hanya teori tentang ilmu pengetahuan itu
tidaklah cukup. Ilmu pengetahuan ini harus dicapai dengan jalan disiplin, konse
ntrasi dan meditasi, (diuraikan dalam aliran Yoga) dan perdebatan atau argumenta
si yang filosofis tidaklah cukup. Pengendalian diri sendiri (Samyama) sangat dip
erlukan dalam merenungkan ilmu pengetahuan tetang kebenaran . Sebab ilmu pengeta
huan saja tentang apa yang benar tidaklah cukup kalau tidak disertai dengan perb
uatan yang benar.

Tetapi perbuatan yang benar tidak bisa lahir tanpa adanya pengendalian diri send
iri, sebab perkataan dan perbuatan kita tidak selamanya mengikuti keyakinan inte
lektual kita, didorong oleh degupan rasa (impuls), seperti rasa cinta dan benci
(Raga dan Dvesa), yang merupakan pendorong otomatis perbuatan kita. Indera kita
selalu menjadi alat yang buta dari degupan rasa ini. Maka itu, indra (pikiran, p
endengaran, penglihatan, penciuman, pencicipan, dan penyentuhan) harus selalu te
rkontrol dengan upaya yang terus menerus, diulang-ulang menuju yang benar (Abhya
sa) .
Terkecuali aliran carvaka, semua aliran filsafat Hindu percaya pada adanya kemun
gkinan kelepasan ( Mukti atau Moksa ) sebagai kebijakan yang tertinggi, dimana k
esengsaraan yang dibawakan oleh hidup di dunia ini dapat dimusnahkan seluruhnya,
dan hukum karma tidak berlaku lagi .

OM SANTIH,SANTIH,SANTIH OM SAHIY
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai