Anda di halaman 1dari 32

“OM SWASTYASTU”

“OM ANOBDRAH KRTHAWO


VYANTU VISWATAH”

OLEH:
PROF.Drs.I KETUT WIDNYA. M.A.,M.Phil, Ph.D
BHAGAWAD-GITA BAB II
PERBEDAAN BADAN
.
JASMANI
DENGAN SANG ROH
BHAGAVADGITA SLOKA, 2.1
 sanjaya uvaca
tam tatha kripayavistam
asru-purnakuleksanam
visidantam idam vakyam
uvaca madhusudanah

Artinya :
 “Sanjaya said: Seeing Arjuna full of compassion, his
mind depressed, his eyes full of tears, Madhusudana,
Krishna, spoke the following words.”

Sanjaya berkata:

 Kepada (yang) diliputi dengan perasaan belas


kasihan; yang pelupuk matanya dipenuhi dengan air
mata dan kesedihan yang mendalam serta tertekan
dalam pikirannya, Madhusudana (Krsna) berkata
sebagai berikut:
Bhagavadgita Sloka, 2.2
sri-bhagavan uvaca
kutas tva kasmalam idam
visame samupasthitam
anarya-justam asvargyam
akirti-karam arjuna
Artinya :

“The Supreme Personality of Godhead said: My dear Arjuna, how have these
impurities come upon you? They are not at all befitting a man who knows
the value of life. They lead not to higher planets but to infamy.”
Sri Bhagavan (Krsna) bersabda:
 Dari manakah datangnya kedukaan dan patah semangat di saat yang
kritis ini? (Sifat yang demikian) itu tak dikenal oleh orang-orang
mulia (tidak diperkenankan oleh orang-orang Aryan); ia tak akan
membawa(mu) menuju surga (dan di bumi ini) itu akan
menyebabkan dipermalukan (orang), wahai Arjuna.
Bhagavadgita Sloka 2.3
 klaibyam ma sma gamah partha
naitat tvayy upapadyate
ksudram hridaya-daurbalyam
tyaktvottistha parantapa
Artinya :
 “O son of Pritha, do not yield to this degrading
impotence. It does not become you. Give up such
petty weakness of heart and arise, O chastiser of
the enemy.”
Jangan biarkan kelemahan itu, wahai Partha
(Arjuna), karena hal ini bukan sifatmu. Buanglah
sikap pengecut yang tidak ada artinya ini dan
bangkitlah, wahai Parantapa (penakluk musuh-
musuh; Arjuna)
arjuna uvaca
katham bhismam aham sankhye
dronam ca madhusudana
isubhih pratiyotsyami
pujarhav ari-sudana
Artinya :
“Arjuna said: O killer of enemies, O killer of Madhu,
how can I counterattack with arrows in battle men
like Bhishma and Drona, who are worthy of my
worship?”
Arjuna berkata:
Bagaimana (mungkin) aku mampu menyerang
kakek Bhisma dan guru Drona, yang patut
kuhormati itu, wahai Madhusudana (Krsna), dengan
menggunakan anak-anak panah dalam
pertempuran ini, wahai Arisudana (pembantai
musuh-musuh; Krsna)

Bhagavadgita Sloka, 2.5
• gurun ahatva hi mahanubhavan
sreyo bhoktum bhaiksyam apiha loke
hatvartha-kamams tu gurun ihaiva
bhunjiya bhogan rudhira-pradigdhan
Artinya :
“It would be better to live in this world by begging than to
live at the cost of the lives of great souls who are my teachers.
Even though desiring worldly gain, they are superiors. If they
are killed, everything we enjoy will be tainted with blood.”

Di dunia ini lebih baik menjadi pengemis peminta-minta dari


pada membunuh para guru mulia ini. Walaupun mereka
mabuk duniawi, mereka tetap sebagai guruku; dan dengan
membunuhnya, aku hanya akan menikmati kesenangan
duniawi ini dengan lumuran darah.

BHAGAVADGITA SLOKA, 2.6
 na caitad vidmah kataran no gariyo
yad va jayema yadi va no jayeyuh
yan eva hatva na jijivisamas
te ’vasthitah pramukhe dhartarastrah
Artinya :
“Nor do we know which is better—conquering them or
being conquered by them. If we killed the sons of
Dhritarashtra, we should not care to live. Yet they are
now standing before us on the battlefield.”
Kita tidak tahu pasti yang manakah yang lebih baik;
apakah kita menumpas mereka ataukah mereka
menumpas kita. Putra-putra Dhrtarastra yang apabila kita
bunuh dan tidak memperdulikan kehidupannya,
semuanya berdiri di depan kita dalam formasi siap
tempur.
Bhagavadgita Sloka, 2.7
karpanya-dosopahata-svabhavah
prcchami tvam dharma-sammudha-cetah
yac chreyah syan niscitam bruhi tan me
shishyas te ’ham sadhi mam tvam prapannam
Artinya :

“Now I am confused about my duty and have lost all composure


because of miserly weakness. In this condition I am asking
You to tell me for certain what is best for me. Now I am Your
disciple, and a soul surrendered unto You. Please instruct
me.”

Keadaanku merasa terpukul oleh kelemahan akan rasa iba


(sentimental) dan pikiranku bingung tentang tugas
kewajibanku. Aku bertanya kepada-Mu, jelaskanlah secara
pasti, manakah yang lebih baik. Aku adalah murid-Mu,
jelaskanlah padaku, yang berlindung pada-Mu.
Bhagavadgita Sloka, 2.8

 na hi prapasyami mamapanudyad
yac chokam ucchosanam indriyanam
avapya bhumav asapatnam rddham
rajyam suranam api cadhipatyam
Artinya :
“I can find no means to drive away this grief
which is drying up my senses. I will not be able
to dispel it even if I win a prosperous, unrivaled
kingdom on earth with sovereignty like the
demigods in heaven.”
Aku tidak melihat apa yang akan menyingkirkan
kesedihan yang menghentikan indra-indraku ini,
walaupun aku menjadi kaya dan mendapatkan
kerajaan yang tak tertandingi di bumi ini,
ataupun penguasaan atas para dewa
BHAGAVADGITA SLOKA, 2.9
sanjaya uvaca
evam uktva hrishikesham
gudakeshah parantapah
na yotsya iti govindam
uktva tusnim babhuva ha
Artinya :
“Sanjaya said: Having spoken thus, Arjuna, chastiser of
enemies, told Krishna, “Govinda, I shall not fight,” and
fell silent.”
Sanjaya berkata:
Setelah mengutarakan keluhannya kepada Hrsikesa
(Krsna), Gudakesa (Arjuna) yang perkasa berkta
kepada Govinda (Krsna): “Aku tak mau bertempur”,
dan diam terhenyak.
Bhagavadgita Sloka, 2.10

tam uvaca hrishikeshah


prahasann iva bharata
senayor ubhayor madhye
visidantam idam vacah
Artinya :
“O descendant of Bharata, at that time Krishna, smiling, in
the midst of both the armies, spoke the following words to
the grief-stricken Arjuna.”
Kepada yang tertimpa perasaan tertekan di tengah-tengah
kedua pasukan itu, wahai Bharata (Dhrtarastra), sambil
tersenyum Hrsikesa (Krsna) menyampaikan kata-kata ini:
Bhagavadgita Sloka, 2.11
sri-bhagavan uvaca
asocyan anvasocas tvam
prajna-vadams ca bhasase
gatasun agatasums ca
nanusocanti panditah
Artinya :
“The Supreme Personality of Godhead said: While
speaking learned words, you are mourning for what is
not worthy of grief. Those who are wise lament
neither for the living nor for the dead.”
Sri Bhagava (Krsna) bersabda: Engkau bersedih
terhadap mereka yang tak patut kamu sedihi, namun
kamu berbicara tentang kebijaksanaan. Orang
bijaksana tak akan bersedih baik terhadap mereka
yang hidup maupun yang mati
BHAGAVADGITA SLOKA 2.12

na tv evaham jatu nasam


na tvam neme janadhipah
na caiva na bhavisyamah
sarve vayam atah param
Artinya :
“Never was there a time when I did not exist, nor you, nor al these
kings; nor in the future shall any of us cease to be.”
Tak pernah ada saat-saat dimana Aku, engkau dan para raja
manusia tak pernah ada, ataupan akan senantiasa ada nantinya,
manakala kita semua berhenti adanya
BHAGAVADGITA SLOKA 2.13
dehino ’smin yatha dehe
kaumaram yauvanam jara
tatha dehantara-praptir
dhiras tatra na muhyati
Artinya :
“As the embodied soul continuously passes, in this body, from
boyhood to youth to old age, the soul similarly passes into another
body at death. A sober person is not bewildered by such a
change.”

Seperti halnya sang roh yang melewatkan waktunya dalam badan


ini dari masa kanak-kanak, remaja dan usia tua, demikian juga
bila ia berpindah ke badan yang lainnya. Orang bijaksana tak
akan terbingungkan oleh hal ini.
matra-sparshas tu kaunteya
sitosna-sukha-duhkha-dah
agamapayino ’nityas
tams titiksasva bharata
Artinya :
“O son of Kunti, the nonpermanent appearance of happiness and
distress, and their disappearance in due course, are like the
appearance and disappearance of winter and summer seasons.
They arise from sense perception, O scion of Bharata, and one
must learn to tolerate them without being disturbed.”
Hubungannya dengan obyek-obyek indranya, wahai Kaunteya
(putra Kunti; Arjuna), menimbulkan panas dan dingin, suka dan
duka. Semuanya muncul dan lenyap, tak abadi, (karenanya
belajarlah untuk menanggungnya, wahai Bharata (Arjuna)
Bhagavadgita Sloka, 2.15

yam hi na vyathayanty ete


purusham purusharsabha
sama-duhkha-sukham dhiram
so ’mrtatvaya kalpate
Artinya :
“O best among men [Arjuna], the person who
is not disturbed by happiness and distress and
is steady in both is certainly eligible for
liberation.”
Orang yang tak tergoyahkan oleh hal-hal ini,
wahai pemimpin di antara manusia (Arjuna),
yang tegap (menganggap) sama dalam
menerima kedukaan dan kesenangan, yang
bijaksana menjadikan dirinya layak untuk
hidup abadi.
BHAGAVADGITA SLOKA, 2.16
nasato vidyate bhavo
nabhavo vidyate satah
ubhayor api drsto ’ntas
tv anayos tattva-darshibhih
Artinya :
“Those who are seers of the truth have
concluded that of the nonexistent [the material
body] there is no endurance and of the eternal
[the soul] there is no change. This they have
concluded by studying the nature of both.”
Yang bukan keberadaan, tak akan pernah ada;
dari keberadaan ini tak akan berhenti adanya.
Kedua hal ini telah dipahami oleh para
pengamat kebenaran.
Bhagavadgita Sloka, 2.17

avinasi tu tad viddhi


yena sarvam idam tatam
vinasam avyayasyasya
na kascit kartum arhati
Artinya :
“That which pervades the entire body you
should know to be indestructible. No one is
able to destroy that imperishable soul.”
Ketahuilah bahwa yang meliputi semuanya
ini tak dapat dimusnahkan. Terhadap
keberadaan yang abadi ini, tak seorangpun
dapat memusnahkannya.
Bhagavadgita Sloka, 2.18
antavanta ime deha
nityasyoktah saririnah
anasino ’prameyasya
tasmad yudhyasva bharata
Artinya :
“The material body of the indestructible,
immeasurable and eternal living entity is
sure to come to an end; therefore, fight, O
descendant of Bharata.”
Dikatakan bahwa badan dari perwujudan
(roh) abadi yang tak termusnahkan dan
yang tak terpahami ini akan berakhir juga.
Oleh karena itu bertempurlan, wahai
Bharata (Arjuna).
Bhagavadgita Sloka, 2.19

ya enam vetti hantaram


yas cainam manyate hatam
ubhau tau na vijanito
nayam hanti na hanyate
Artinya :
“Neither he who thinks the living entity the
slayer nor he who thinks it slain is in
knowledge, for the self slays not nor is slain.”
Ia yang berpikir bahwa Ia membunuh dan
ia yang berpikir bahwa Ia terbunuh;
keduanya gagal untuk memahami
kebenaran; (karena) Dia tak membunuh
maupun terbunuh.
BHAGAVADGITA SLOKA 2.20
Artinya :na jayate mriyate va kadacin
nayam bhutva bhavita va na bhuyah
ajo nityah sasvato ’yam purano
na hanyate hanyamane sarire
Artinya :
“For the soul there is neither birth nor death at any time. He
has not come into being, does not come into being, and will not
come into being. He is unborn, eternal, ever-existing and
primeval. He is not slain when the body is slain.”
Dia tak pernah lahir ataupun mati kapanpun juga, demikian
pula setelah ada tak akan berhenti untuk tetap ada. Dia tak
terlahirkan, kekal, abadi dan dari jaman dahulu tetap
demikian selamanya. Dia tak akan terbunuh manakala badan
terbunuh.
Bhagavadgita Sloka, 2.21

vedavinasinam nityam
ya enam ajam avyayam
katham sa purushah partha
kam ghatayati hanti kam.
Artinya :
“O Partha, how can a person who knows that the soul
is indestructible, eternal, unborn and immutable kill
anyone or cause anyone to kill?”
Ia yang mengetahui bahwa Dia tak termusnahkan dan
abadi, tak terciptakan dan kekal, bagaimana pribadi
semacam itu dapat membunuh seseorang, waha
Partha (Arjuna), ataupun menyebabkan seseorang
untuk membunuh?
BHAGAVADGITA SLOKA 2.22

 vasamsi jirnani yatha vihaya


navani grhnati naro ’parani
tatha sarirani vihaya jirnany
anyani samyati navani dehi
Artinya :
“As a person puts on new garments, giving
up old ones, the soul similarly accepts new
material bodies, giving up the old and useless
ones.”
Bagaikan seseorang yang menanggalkan
pakaian usang dan mengenakan pakaian lain
yang baru, demikianlah roh yang berwujud
mencampakkan badan lama yang telah usang
dan mengenakan badan jasmani yang baru.
Bhagavadgita Sloka, 2.23

nainam chindanti shastrani


nainam dahati pavakah
na cainam kledayanty apo
na sosayati marutah
Artinya :
“The soul can never be cut to pieces by any
weapon, nor burned by fire, nor moistened by
water, nor withered by the wind.”
Senjata tak dapat melukai sang diri ini; api
tak dapat membakar-Nya; air tak dapat
membasahi-Nya dan anginpun tak dapat
mengeringkan-Nya.
Chandogya Upanisad VIII.7.1
Ya atma apahata patma vijara vimrtyur visoko vijighatso
Pipasah satya kamah, satya samkalpah, so’nvesta vyah, so
Viji nasitavyah sa sarvams ca lokan apnoti sarirams ca kaman
Yas tam atmanam anu vidya vijanati, iti ha prajapatir uvaca.
Artinya :
Atma bebas dari kejahatan, bebas dari tua, bebas dari
kematian, bebas kesedihan, bebas dari lapar dan haus yang
keinginannya adalah kebenaran yang dipikirkannya adalah
kebenaran. Ia dapat dicari, padanya seseorang dapat
berkeinginan untuk memahaminya. Seseorang yang telah
menemukannya dan memahaminya. Ia dapat mendapatkan
dunia seluruhnya, keinginan seluruhnya.
Raja Janashruti dan Raikva (Sebuah cerita dari
Chandogya Upanishad)
Suatu malam ketika ia sedang bersantai di teras istananya ia melihat dua angsa terbang di
atas dia dan angsa itu bercakap-cakap
"Hati-hati saat melewati Raja Janashruti" salah satu dari mereka berkata. "Cahaya
ketenarannya dapat membakarmu menjadi abu."
"Kamu bercanda" jawab pasangan, "Apakah pahala karma Raja Janashruti melebihi Raikva -si
tukang Gerobak?"
Raja mendengar percakapan mereka.
"Siapakah Raikva ?" Raja merenungkan. "Bagaimana dia bisa mendapatkan lebih banyak
pahala dari saya?"
Raja Janashruti merasa gelisah dan tidak bisa tidur semalaman.
Keesokan harinya, ketika pertemuan dimulai. Raja sangat jengkel ketika semua prajurit dan
perdana menteri berkata " Hidup Raja Janashruti" Hidup raja Janashruti"!
"Hentikan semua pujian ini dan pujian itu tidak ada gunanya bagi saya. Aku tidak layak itu."
Para pembantu raja menjadi bingung,
"Apa yang terjadi Maharaja?" tanya penyair.
Raja mengatakan kepada Perdana Menteri tentang percakapan angsa.
"Sekarang pergi dan cari Raikva," Raja memerintahkan, "Dia adalah orang yang paling saleh
dari semua orang."
Raja Janashruti dan Raikva..Lanjutan

Pencarian besar-besaran segera dilakukan untuk mencari Raikva. Hari-hari berlalu


dan akhirnya mereka diberitahu oleh seorang petani bahwa Raikva berada di desa
mereka. Raikva, sopir gerobak miskin sedang duduk di tanah dan sedang
termenung.
"Raja kami ingin bertemu denganmu" kata seorang prajurit.
"Nah, disini aku sekarang," kata Raikva tanpa bergeming dari tempatnya. "Raja bisa
datang ke sini jika ia ingin bertemu denganku."
Para prajurit terkejut. "Apakah Seorang Raja layak hanya mencari orang
sepertimu?"
Akhirnya Para Prajurit kembali ke kerajaan. Raja sangat senang mendengar bahwa
Raikva akhirnya ditemukan. Ia diperintahkan untuk membuat persiapan untuk
meninggalkan desa Raikva keesokan harinya.
Raja Janashruti bersama prajurit membawa hadiah berupa 600 sapi, kalung emas
mahal dan kereta untuk Raikva.
Setelah tiba di desa, Raja Janashruti memperkenalkan diri dan berkata, "Saya telah
mendengar banyak tentang Anda. Aku diberitahu bahwa Anda adalah salah satu
orang saleh yang memiliki pengalaman pribadi dari Brahman, Tuhan tertinggi."
Raja Janashruti dan Raikva..Lanjutan

"Oh Raikva" raja melanjutkan, "Aku akan memberikan semua yang Anda
inginkan, dan sebagai imbalannya saya mohon agar Anda memberikan saya
pengetahuan tertinggi tentang Brahman."
Raikva tersenyum. "Jadi, Anda ingin membeli pengetahuan keTuhanan!"
Lalu ia memarahi sang raja, "Oh raja bodoh! Pengetahuan tentang
Brahman tidak dapat dibeli. Ini bukan kebutuhan yang bisa ditukar. Anda
belum siap untuk menerima pengetahuan tertinggi. Pulanglah."
Raja sangat kecewa dan kembali ke istananya. Ia menjadi tenggelam dalam
kesedihannya, selalu bertanya-tanya, "Apa yang harus aku miliki?"
Raja bertemu Raikva
Kesedihan dan kecemasan yang tulus untuk mengetahui Brahman,
membuatnya rendah hati. Egonya menghilang dan Raja Janashruti menjadi
orang yang berbeda hanya dalam beberapa minggu. Dia kemudian
memutuskan untuk pergi ke Raikva sekali lagi.
Raja Janashruti dan Raikva..Lanjutan

Setelah sampai di desa, raja tidak bisa menahan diri. Dia jatuh di kaki
Raikva bersujud dan memohon untuk memberikan kepadanya
pengetahuan tentang Brahman.
"Tolonglah Aku" raja berseru "Saya membutuhkan kedamaian.
Pengetahuan yang anda memiliki melebihi dari seluruh kerajaanku.. Tolong
beri aku sebagian dari itu. Saya mohon dengan segala ketulusan saya."
Kali ini Raikva mulai mengetahui bahwa raja telah kehilangan semua
kesombongannya dan Ia sangat tulus untuk memiliki pengetahuan tentang
KeTuhanan. Dia memegang raja dan berkata, "Aku memberkatimu, wahai
Janashruti yang saleh. Semua pengetahuanku sekarang akan menjadi milik
mu juga."
Raikva kemudian berkata, "Pengetahuan tertinggi tidak akan dapat
dipahami kecuali seseorang telah menghilangkan rasa ego. Hanya yang
memiliki kerendahan hati yang dapat melihat Brahman. Sekarang Engkau
telah mencapai kerendahan hati, marilah bersamaku belajar tentang
pengetahuan KeTuhanan "
Raja Janashruti dan Raikva..Lanjutan

Setelah berkata demikian, Raikva menerima


Janashruti sebagai muridnya. Raja bisa
menyadari bahwa Raikva adalah orang yang
miskin materi tapi kaya secara rohani. Seiring
waktu berlalu, Janashruti menerima wahyu
dari Raikva dan Mendedikasikan dirinya untuk
melayani semua rakyat sebagai pelayanan
kepada Brahman.
(Kisah dari Kitab Chandogya Upanisad).
“SEKIAN DAN TERIMAKASIH..
“OM, SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM”.

Anda mungkin juga menyukai