I.
II.
Identitas pasien
Nama
Alamat
Usia
Pekerjaan
Pendidikan
Status Pernikahan
Agama
Tanggal Masuk Rumah Sakit
: Ny. SR
: Barisan
: 22 tahun
: Ibu rumah tangga
: SMA
: Kawin
: Islam
: 23-05-2015
Anamnesis
Keluhan utama : Demam
Riwayat penyakit sekarang :
Dilakukan Alloanamnesis. Pasien dengan G1P0A0 gravida 28 minggu di rawat di
ICU RSUD Waled dengan keluhan demam. Menurut keluarga pasien demam dirasakan
sejak 3 hari yang lalu. Demam tinggi, terus menerus, menggigil (-). Keluarga pasien juga
mengatakan pasien sudah mengalami penurunan kesadaran sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan lain yang dikeluhkan adalah sesak. Menurut keluarga pasien, sebelumnya pasien
mengeluhkan pusing, mual, dan muntah sebanyak 2x di rumah, lalu dibawa ke rumah
sakit. Keluhan nyeri ketika BAK disangkal, keputihan (+) berwarna putih seperti susu.
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat hipertensi : Riwayat diabetes mellitus : Riwayat penyakit jantung : Riwayat asma : Riwayat abortus : Riwayat alergi obat atau makanan : Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama : Riwayat keluarga :
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama : Riwayat pribadi :
Higienitas pribadi baik.
ANC (+) di bidan desa dan puskesmas. Imunisasi TT sebanyak 2x.
Riwayat kontrasepsi : Pasien menikah 1x lamanya 1 tahun.
III.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Pemeriksaan Penunjang
Cek darah rutin
Diagnosa
G1P0A0 gravida 28-29 minggu dengan IUFD + Sepsis intraabdominal
VI.
Penatalaksanaan
Rencana pemasangan CVP jika HR < 140
Rencana terminasi kehamilan jika KU membaik
Pemberian antipiretik
Pemberian antibiotik
PERJALANAN PENYAKIT
Tanggal
23-05-
S
Pasien G1P0A0
O
Kesadaran:
A
G1P0A0
2015
28 minggu
Composmenti
gravida 28
datang ke IGD
s
TD: 100/60
Nadi: 98
minggu
dengan keluhan
lemas, mual,
dan muntah
sebanyak 2x,
demam (-).
x/menit
Respirasi:
24x/menit
Suhu: 36C
Kepala : CA
-/-, SI -/Leher :
P
IVFD RL/24 jam
Inj. Ranitidine 2x1
Inj. Ondansentron 3x4
mg
dengan anemis Fe 1x1 P.O
As. Folat 1x1 P.O
B6 1x1 P.O
Amoxicillin 3x500
mg P.O
Cek darah, urin, dan
elektrolit
Konsul dr. Sp.PD dan
dr. Sp.OG
pembesaran
KGB (-)
Thoraks : cor
BJ I-II reg
G (-) M (-)
Pulmo : Rh -/Wh -/Abdomen : Bu
(+)
Ekstermitas :
akral hangat
Hb : 8.7 gr%
Ht : 25%
Trombosit :
452 /mm3
Leukosit :
14.5 /mm3
Calcium : 8.91
Transfusi PRC
mg/dL
NA : 119.1
mg/dL
K : 4.65
mg/dL
Cl : 88.8
24-05-
Lemas, tidak
mg/dL
Kesadaran:
2015
mau makan
Composmenti
gravida 28
s
TD: 100/60
Nadi: 84
minggu
x/menit
Respirasi:
22x/menit
Suhu: 36C
Kepala : CA
-/-, SI -/Leher :
pembesaran
KGB (-)
Thoraks : cor
BJ I-II reg
G (-) M (-)
Pulmo : Rh -/Wh -/Abdomen : Bu
(+)
Ekstermitas :
akral hangat
DJJ :
G1P0A0
dengan anemia
psikosomatis
25-052015
Jam 06.30:
Sering kencing
148x/menit
TD : 120/80
Nadi : 80
G1P0A0
Loading RL 500cc
gravida 28
cek TD post
x/menit
Respirasi : 20
minggu
x/menit
Suhu : 36.8
DJJ : 160
loading
Inj. Ceftriaxone 2x1
dengan anemia
Amoxilin stop
Transfusi PRC 300cc,
cek Darah rutin post
x/menit
Laboratorium
Jam 10.25:
Keluhan: -
:
Hb : 8.6gr%
Ht : 25%
L : 16.8 /mm3
Tr : 416/mm3
Kesadaran :
CM
TD: 120/70
mmHg
Nadi : 80
x/menit
Respirasi : 20
transfusi
G1P0A0
gravida 28
minggu dg
susp. Fetal
distress.
x/menit
Suhu : 36.3
DJJ : 170
Jam 20.20:
Keluhan:
keputihan
berwarna putih
seperti susu
x/menit
Kesadaran :
Bacterial
apatis
TD: 120/80
vaginalis
Leucorrhea e.c
mmHg
Nadi:
candidiasis
104x/menit
Respirasi:
24x/menit
Suhu: 39,9
O2 3L/menit.
IVFD RL 2500cc/
24jam.
Antrain ekstra 1 amp.
Paracetamol 3x1 tab.
Miring kiri.
Transfusi tunda
hingga suhu <37,5.
Terapi lain lanjut.
Cek widal, urine
lengkap.
Histatin vaginal 1x1
intravaginal (selama 3
26-052015
Jam 06.00:
Keluhan: -
Kesadaran:
Bacterial
apatis
TD: 110/70
vaginalis
Leucorrhea e.c
mmHg
Nadi:
candidiasis
110x/menit
Respirasi:
setelah pemberian
terakhir.
Cek DJJ, DR ulang.
Pasang DC.
Pro ICU.
Konsul Sp.OG.
Cek Hb serial/ 4jam.
26x/menit
Suhu: 40,2
Jam 07.15:
Keluhan: -
minggu)
Loading RL 1 labu.
Antrain 3x1 amp, bila
Kesadaran:
sopor.
Hematuria 30
cc.
Perut kencang/
distensi.
-
Sepsis dg
sumber
infeksi
urogenital
tract.
Leucorhee
a e.c
candidiasis
G1P0A0
Advice dr Sp.PD:
Rawat ICU.
O2 4L/ menit.
Meropenem 2x1 gr
IV.
Metronidazole 3x500
mg IV.
Infus 2 jalur: loading
NaCL 0,9% 500cc
selanjutnya NaCL 3%
24jam+RL;aminoflui
dengan
d 2:1.
Antrain 3x1 amp.
susp. IUFD
Ranitidine 2x1 amp.
dan
Cek OTPT, ureum
perdarahan
antepartum
kreatinin.
Ulang DR.
Konsul SP.OG.
Advice Sp.OG:
Cek vaginal swab.
Terapi lanjut sesuai dr
Keluhan:
TD: 110/60
Sepsis
penurunan
mmHg
Nadi:
intraabdomina
kesadaran
168x/menit
Suhu: 39,6
Respirasi:
l dengan:
- ensefalopati
- ileus
- severe
30x/menit
Kaku kuduk
hiponatremi
- AKI injury
Sp.PD.
Pasang CVP.
Pasang NGT
dekompresi
puasa.
RL : aminofluid 2:2.
Meropenem 3x1 gr.
D5 100cc habis 3jam.
Metronidazole 3x500
gr IV.
Omeprazole 1x40mg.
Antrain 3x1 amp.
Citicolin 2x500 gr.
Cek ureum kreatinin,
(-)
Rh -/-, BU (-),
hipertimpani
Na= 132
Ureum= 68,9
Kreatinin=
27-05-
Keluhan:
2015
pusing (+)
2,42.
SGOT= 170,7
SGPT= 144,7
Kesadaran:
apatis
TD: 120/80
mmHg
Nadi: 160
x/menit
Respirasi:
3%.
Terapi lain lanjut.
G1P0A0
gravida 28
minggu
dengan sepsis.
28x/menit
Suhu: 39,8
SpO2: 83
Terpasang
tertangani.
Misoprostol 100mg.
Parasetamol drip 3x1.
Levofloxasin 1x500
infus
gr.
IV pasang CVP.
Terapi lain lanjut.
Rencana terminasi
RL:aminofilin
2:2/ 24 jam.
DC 50cc.
NGT 80cc
perbaikan KU dulu.
hitam
Laboratorium:
Hb: 9,7.
L: 17,7
Ht: 28
T: 427
Kesadaran:
apatis.
TD: 125/80
mmHg.
Nadi:
160x/menit
Respirasi:
28-052015
Keluhan: -
33x/menit
Suhu: 39.
Kesadaran:
apatis
TD: 134/63
mmHg
Nadi:
213x/menit
Respirasi:
49x/menit
Suhu: 40,1.
Terpasang RL.
Rerpasang O2
8L.
DC 100cc
warna coklat.
G1P0A0
Advice dr Sp.An:
dengan
IUFD+sepsis
< 140-150x/menit.
Terminasi cito dengan
intraabdomen.
bagian obgyn.
Advice SpPD:
Paracetamol drip
4x500 mg.
Digoksin 2x1/2 amp
IV.
Omeprazole 1x40 ml.
Terapi lain lanjut.
Follw up dr SpOG
NGT 100cc
untuk edukasi
hitam.
keluarga untuk
terminasi kehamilan.
SEPSIS
A. Definisi
Sepsis adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) yang
disebabkan oleh infeksi. Sepsis berat adalah sepsis disertai dengan disfungsi
organ, hipoperfusi atau hipotensi yang tidak terbatas hanya pada laktat asidosis,
oliguria maupun perubahan mental akut.
B. Etiologi
Penyebab dari sepsis terbesar adalah bakteri gram negative dengan
presentase 60-70% kasus yang menghasilkan berbagai produk yang dapat
menstimulasi sel imun yang terpacu untuk melepaskan mediator inflamasi. 7
C. Patofisiologi
Sepsis dikatakan sebagai suatu proses peradangan intravaskular yang
berat. Hal ini dikatakan berat karena sifatnya yang tidak terkontrol dan
berlangsung terus menerus dengan sendirinya, dikatakan intravaskular karena
proses ini menggambarkan penyebaran infeksi melalui pembuluh darah dan
dikatakan peradangan karena semua tanda respon sepsis adalah perluasan dari
peradangan biasa.
dari
kelebihan
respon
antiinfalmasi
adalah
alergi
dan
immunosupressan. Kedua proses ini dapat mengganggu satu sama lain sehingga
menciptakan kondisi ketidak harmonisan imunologi yang merusak.
mengekspresikan imunomodulator.6
Jika penyebabnya adalah bakteri gram positif, virus atau parasit. Mereka
dapat berperan sebagai superantigen setelah difagosit oleh monosit atau makrofag
yang berperan sebagai antigen processing cell yang kemudian ditampilkan
sebagai APC (Antigen Presenting Cell). Antigen ini membawa muatan polipeptida
spesifik yang berasal dari MHC (Major Histocompatibility Complex). Antigen
yang bermuatan MHC akan berikatan dengan CD 4+ (Limfosit Th1 dan Limfosit
Th2) dengan perantara T-cell Reseptor. 4
Sebagai usaha tubuh untuk bereaksi terhadap sepsis maka limfosit T akan
mengeluarkan substansi dari Th1 dan Th2. Th1 yang berfungsi sebagai
immodulator akan mengeluarkan IFN-, IL2 dan M-CSF (Macrophage Colony
Stimulating Factor), sedangkan Th2 akan mengekspresikan IL-4, IL-5, IL-6, IL10, IFN-g, IFN 1 dan TNF yang merupakan sitokin proinflamantori. IL-1
yang merupakan sebagai imuno regulator utama juga memiliki efek pada sel
endothelial termasuk didalamnya terjadi pembentukkan prostaglandin E2 (PG-E2)
dan merangsang ekspresi intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1) yang
menyebabkan neutrofil tersensitisasi oleh GM-CSF mudah mengadakan adhesi. 3
Neutrofil yang beradhesi akan mengeluarkan lisosim yang menyebabkan dinding
endotel lisis sehingga endotel akan terbuka dan menyebabkan kebocoran kapiler.
Neutrofil juga membawa superoksidan yang termasuk kedalam radikal bebas
(nitrat oksida) sehingga mempengaruhi oksigenisasi pada mitokondria sehingga
endotel menjadi nekrosis dan terjadilah kerusakan endotel pembuluh darah.
Adanya kerusakan endotel pembuluh darah menyebabkan gangguan vaskuler dan
hipoperfusi jaringan sehingga terjadi kerusakan organ multipel.1
Hipoksia sendiri merangsang sel epitel untuk melepaskan TNF-, IL-8,
IL-6 menimbulkan respon fase akut dan permeabilitas epitel. Setelah terjadi
reperfusi pada jaringan iskemik, terbentuklah ROS (Spesifik Oksigen Reaktif)
sebagai hasil metabolisme xantin dan hipoxantin oleh xantin oksidase, dan hasil
metabolisme asam amino yang turut menyebabkan kerusakan jaringan. ROS
penting artinya bagi kesehatan dan fungsi tubuh yang normal dalam memerangi
peradangan, membunuh bakteri, dan mengendalikan tonus otot polos pembuluh
darah, Namun bila dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan
seluler, maka dia akan menyerang isi sel itu sendiri sehingga menambah
kerusakan jaringan dan bisa menjadi disfungsi organ multipel yang meliputi
disfungsi neurologi, kardiovaskuler, respirasi, hati, ginjal dan hematologi.
D. Gejala klinis
Umumnya klinis pada sepsis tidak spesifik, biasanya hanya didahului oleh
tanda-tanda non spesifik seperti demam, menggigil dan gejala konstitutif seperti
lelah, malaise, gelisah dan tampak kebingungan. Tempat infeksi yang paling
sering adalah paru-paru, traktus digestifus, traktus urinarius, kulit, jaringan lunak
dan sistem saraf pusat. Gejala sepsis tersebut akan semakin berat pada pendeita
usia lanjut, penderita diabetes, kanker, gagal organ utama yang sering diikuti
dengan syok.1
E. Diagnosis
Dalam mendiagnosis sepsis, diperlukan anamnesa dan pemeriksaan yang
menyeluruh.
DATA LABORATORIUM
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sepsis yang optimal mencangkup stabilisasi pasien
langsung (perbaikan hemodinamik), pemberian antibiotik, pengobatan fokus
infeksi dan resusitasi serta terapi suportif apabila telah terjadi disfungsi organ. 1
Perbaikan hemodinamik harus segera dilakukan seperti airway, breathing
circulation
3 kategori untuk memperbaiki hemodinamik pada sepsis, yaitu : 6
o Terapi cairan
Karena sepsis dapat menyebabkan syok disertai demam, venadilatasi
dan diffuse capillary leackage inadequate preload sehingga terapi
cairan merupakan tindakan utama
o Terapi vasopresor
Bila cairan tidak dapat mengatasi cardiac output (arterial pressure
dan perfusi organ tidak adekuat) dapat diberikan vasopresor
potensial
seperti
phenylephrine
norepinefrin,
dopamine,
epinefrin
dan
o Terapi inotropik
Bila resusitasi cairan adekuat tetapi kontraktilitas miokard masih
mengalami gangguan dimana kebanyakan pasien akan mengalami
cardiac output yang turun sehingga diperlukan inotropik seperti
dobutamin, dopamine dan epinefrin.
Antibiotik
Sesuai jenis kuman atau tergantung suspek tempak infeksinya 1
Tabel 3. Antibiotik berdasarkan sumber infeksi (Sepsis Bundle: Antibiotic Selection Clinical
Pathway from the Nebraska Medical Centre)
H. SEPSIS OBSTETRI
Sepsis merupakan penyebab tersering kesakitan sampai kematian pada ibu
hamil atau pasca persalinan akibat infeksi. Kejadian sepsis pada wanita biasanya
di hubungkan dengan komplikasi infeksi seperti sepsis obstetri dan sepsis non
obstetri.Infeksi obstetri seperti infeksi saluran kemih,karioamnioitis,dan abortus
septik. Sedangkan penyebab sepsis non obsetrik seperti malaria,HIV dan
pneumonia. Pada penderita syok sepsis 40-60% terdapat massa bakteri.Hubungan
antara sepsis dengan jumlah bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor,seperti
imunitas dan keadaan penyakit itu sendiri. Secara umum,bakteri gram positif
sangat sering di temukan sebagai pemicu terjadinya sepsis. Bakteri yang sering di
temukan pada urine pasien dengan penyakit infeksi saluran kemih adalah
Eschericia Coli.Perjalanan sepsis akibat bakteri di awali oleh proses infeksi yang
ditandai dengan bakterimia,yang kemudian berubah menjadi SIRS ( Systemic
Inflamatory Respon Syndrom ). Jika sudah berat,maka sepsis bisa sampai pada
tahap shock sepsis, dan itu bisa menuju kepada kematian bagi pasien.Pravalensi
asimptomatik pada bakteruiria lumayan besar. Sekitar 2%-11% sepsis terjadi juga
karena ada nya respon peradangan terhadap endotoksin dan eksotoksin
mikroba,yang dimana di bebaskan saat dinding sel bakteri gram negatif-positif
mengalami lisis. Maka dari itu, penanganan sepsis sama pentingnya dengan
penanganan faktor risiko lainnya pada kasus gawat darurat persalinan.Sepsis
pasca persalinan adalah meningkatnya suhu tubuh lebih dari 38oC dan demam
berturut-turut selama dua hari sesudah persalinan dan yang di sertai keluarnya
cairan yang berbau dari liang rahim. Infeksi jalan lahir dapat terjadi pada ibu
bersalin yang pertolongan persalinan nya tidak bersih atau pada wanita yang
menggugurkan kandungan dengan cara berbahaya. Infeksi ini dapat di cegah
dengan
pertolongan persalinan yang bersih dan aman.Infeksi pada kehamilan, dapat
terjadi apabila :
1. Ketuban pecah dini (lebih dari 6 jam )
2. Partus lama
3. Penolong dalam persalinan tidak higienis ( tidak mencuci tangan
lebih dulu )
4. Pemeriksaan vagina yang terlalu sering dengan kondisi tangan yang
tidak bersih
5. Perawatan daerah perianal yang tidak benar selama atau sesudah
kehamilan
6. Persalinan yang tidak bersih
7. Memasukkan sesuatu ke dalam jalan lahir
8. Hubungan seks setelah ketuban pecah
9. Retensio plasenta
10. Perdarahan.
Hal yang paling sering menyebabkan sepsis pada kehamilan adalah infeksi
pada saluran kemih. Dimana hal ini terjadi perubahan fisiologi dan anatomi pada
organ,sehingga menyebabkan ascending infection. Perubahan kimia urin juga
menyebabkan kuman dapat berkembang dengan baik di saluran kemih. Sedang
pada karioamnionitis sering di dihubungkan dengan kejadian ketuban pecah dini.
Lamanya ketuban pecah sangat mempengaruhi proses sepsis pada kehamilan.
Selain itu,pada operasi caecar,biasanya juga mudah terjadi infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fitch SJ, Gossage JR. Optimal management of septic shock: rapid recognition and
institution of therapy are crucial. Postgraduate Med. 2002;3:50-9.
2. Angus DC, Linde WT, Lidicker J. Epidemiology of severe sepsis in the United States.
Crit Care Med. 2001;20:1303-31.
3. Reinhardt K, Bloos K, Brunkhorst FM. Pathophysiology of sepsis and multiple organ
dysfunction. In: Fink MP, Abraham E, Vincent JL, eds. Textbook of critical care. 15th ed.
London: Elsevier Saunders Co; 2005. p.1249-57.
4. Hoyert DL, Anderson RN. Age-adjusted death rate. Natl Vital Stat Rep. 2001;49:1-6
5. Michael R Pinsky, MD, CM, FCCP, FCCM. Shock Septic.
http://emedicine.medscape.com/article/168402-overview#a0156 . Diunduh September
2012.
6. Leksana, Ery. SIRS, Sepsis, Keseimbangan Asam-Basa, Syok dan Terapi cairan. Bagian
Anestesi dan Terapi Intensif RSUP.dr.Kariadi. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro,2006.
7. Sepsis. Available from : http://www.chestnet.org/accp/pccsu/sepsis-definitionsepidemiology-etiology-and-pathogenesis?page=0,3. Diunduh pada tanggal 20 September
2012.
8. PAPDI, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, 2006.