Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dari evaluasi setelah
proses pembelajaran dilakukan. Menurut Winkel (1991:28) belajar adalah bukti
keberhasilan dan usaha yang dilakukan serta merupakan kecakapan yang diperoleh
melalui kegiatan pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan angka.
Selanjutnya Soemantri (2001:1) hasil belajar merupakan suatu indikator dari
perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar. Guru
biasanya mengungkapnya menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan. Pada
dunia pendidikan khususnya sekolah hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh
siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu yang dinyatakan dengan angka.
Hasil belajar yang harus dicapai siswa pada mata pelajaran produktif atau
standar kompetensi kejuruan di SMK terdiri dari pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Hasil belajar mata pelajaran produktif ini di SMK Negeri 1 Kinali
masih perlu ditingkatkan karena belum sesuai dengan harapan. Salah satu mata
pelajarannya adalah Memahami Prinsip Pembuatan Master (MPPM) , dimana setelah
dilaksanakan ulangan harian teori ketuntasan siswa secara klasikal hanya mencapai
30 % . Nilai ketuntasan minimal setiap individu yang harus dicapai (kkm) adalah 75
sedangkan ketuntasan klasikal minimal 80%. Hasil belajar siswa ini masih jauh dari
tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai pendidikan yang bermutu.
Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa merupakan masalah penting yang
harus dicarikan solusinya dan perlu penanganan khusus. Guru harus mampu
mencarikan solusi agar masalah ini dapat segera diatasi. Jika masalah tersebut tidak
segera diatasi dikuatirkan dapat menpengaruhi mutu pendidikan di SMK Negeri 1
Kinali.

Metode pembelajaran yang dilakukan pada mata pelajaran MPPM bervariasi


diantaranya ceramah, tanya jawab, demontrasi. Variasi ini bertujuan

untuk

menunjang proses pembelajaran. Pada saat dilakukan tanya jawab selama


pembelajaran, hampir semua siswa sudah paham mengenai materi yang disampaikan.
Tetapi seminggu atau dua minggu kemudian bila ujian harian yang dilaksanakan
hasilnya rendah atau banyak siswa yang tidak tuntas (nilai dibawah kkm = <75).
Pada saat ujian banyak siswa yang gelisah, melamun, menunggu kesempatan untuk
meminta jawaban dari teman, bahkan setelah dilakukan wawancara dengan siswa
yang tidak tuntas banyak yang menjawab tidak melakukan pengulangan belajar di
1rumah karena hanya mengharapkan jawaban ujian dari teman. Kenyataan inilah
yang mendorong penulis untuk melakukan Penelitian Tidakan Kelas ,yaitu dengan
penerapan ujian harian dengan tes lisan agar tercapainya peningkatan hasil belajar
siswa untuk mata pelajaran MPPM.
Melalui penerapan tes lisan pada mata pelajaran MPPM siswa diwajibkan
menguasai materi pelajaran, karena harus menjawab soal dari kemampuan sendiri
dan tidak bisa mengharapkan jawaban dari teman. Siswa diharapkan termotivasi
untuk melakukan pengulangan belajar karena jawaban yang diberikan siswa sesuai
dengan usaha, kemampuan dan berdasarkan pengalaman belajarnya sendiri. Melalui
tes lisan guru juga akan lebih mengenal kemampuan, kebiasaan belajar, kelemahankelemahan yang menghambat pembelajaran dan mengetahui karakter masing masing
siswa yang bermanfaat bagi guru dalam proses pembelajaran. Selain itu penerapan
tes lisan juga dapat menanamkan sifat (karakter) jujur pada siswa untuk mencapai
masa depan yang sukses apapun nanti profesinya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengidentifikasi masalah yang ada
sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa rendah
2. Siswa tidak mengulang pelajaran di rumah

3.
4.
5.
6.

Waktu ulangan siswa mengharapkan jawaban dari teman


Suasana kelas saat ujian kurang kondusif
Kemampuan siswa yang sesungguhnya kurang terukur oleh guru
Apakah tes lisan dapat membuat siswa termotivasi menguasai materi pelajaran

MPPM
7. Apakah dengan tes lisan pada mata pelajaran MPPM dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah peneliti membatasi masalah pada penelitian ini
hanya pada hasil belajar siswa yang rendah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Apakah Penerapan Tes lisan dapat Meningkatkan Hasil Belajar
Siwa Kelas X TAV 1 pada Mata Pelajaran MPPM .
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan tes lisan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TAV 1 mata pelajaran MPPM.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Meningkatkan hasil belajar bagi siswa khususnya pada pelajaran teori Memahami
Prinsip Pembuatan Master.
2. Memotivasi siswa untuk mencapai hasil belajar melalui usaha sendiri
3. Menanamkan sifat (karakter) jujur pada siswa yang berguna untuk mencapai
sukses yang bertahan dalam persaingan hidup dimasa depan
4. Memberikan masukan kepada penulis agar siswa dapat mencapai hasil belajar
yang optimal dalam proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Kinali
5. Pengembangan diri bagi penulis untuk belajar terus sehingga dapat lebih
meningkatkan kemampuan membantu siswa untuk mencapai hasil pembelajaran.
6. Memberikan masukan kepada SMK Negeri 1 Kinali dalam usaha meningkatkan
kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TENTANG HASIL BELAJAR
1. Definisi Belajar
Sebelum membicarakan pengertian hasil belajar, terlebih dahulu akan
dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan
mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya,
namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang
yang belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.
Beberapa pendapat dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar
sebagai berikut: Sntrock dan Yussen (sugihartono,2007:74) mengemukakan
bahwa belajar merupakan sebagai perubahan yang relatif permanen karena
adanya pengalaman. Sugihartono (2007:74) mengemukakan bahwa belajar
suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi iidu dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Morgan (Ngalim
Purwanto, 2002:84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
atau pengalaman.
Skinner ( Dimyanti dan Mudjiono, 2006 : 9) mengemukakan belajar adalah
suatu prilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik,
sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Gagne (dimyati dan Mujiono, 2006:10) mengemukakan belajar merupakan
kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas, setelah orang belajar
orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.

Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas tentang defenisi belajar adalah


belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perobahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dan tidak bisa diwakilkan dalam interaksi dengan
lingkungannya. Semakin sering dilakukan pengulangan belajar maka hasilnya
akan lebih menetap.
2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh cara belajar siswa itu sendiri.
Muhabbibin Syah (2003:144) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi
belajar siswa yaitu faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar.
a. Faktor internal
Faktor dari dalam yaitu faktor faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang
berasal dari siswa. Faktor dari dalam (internal) meliputi dua aspek, fisiologi
dan psikologis.
1. Kondisi fisiologi, faktor ini meliputi kondisi jasmaniah secara umum
dan kondisi panca indra.
2. Kondisi psikologis, faktor ini meliputi kecerdasan, bakat, minat,
motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.
b. Faktor Eksternal
Faktor ekternal atauu faktor dari luar yaitu faktor faktor yang berasal dari
luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor faktor ini
meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
1. Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia attau sesama
manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung
hadir. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu rumah, sekolah dan masyarakat.
2. Lingkungan non sosial meliputi keadaan udara, waktu, belajar, cuaca,
lokasi gedung sekolah dan alat alat pembelajaran.
c. Faktor pendekatan yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi belajar,
model dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan pembelajaran
materi materi pelajaran.

Dengan demikian guru harus memperhatikan perbedaan individu dalam


memberikan pelajaran kepada mereka, supaya dapat menangani siswa sesuai
dengan kondisinya untuk menunjang keberhasilan belajar. Hal tersebut
disebabkan faktor faktor yang mempengaruhi belajar siswa satu dengan yang
lainnya berbeda. Guru harusnya bisa memfasilitasi, mendesain, membantu agar
siswa mau belajar , karena belajar harus dari pengalaman sendiri
3. Hasil Belajar
Setelah membahas pengerian belajar dan faktor yang mempengaruhinya,
maka akan dikemukakan apa itu hasil belajar. Nana Sudjana (2005 : 5)
menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar
mengajar . Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Suratinah Tirtonegoro (2001:43) mengemukakan hasil belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.Syaiful Bahri Djamarah (1996 :
23) mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan
kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari
aktifitas

dalam belajar.

Selanjutnya Eko Putro Widoyoko (2009:1)

mengemukakan bahwa hasil belajar terkai dengan pengukuran , kemudian akan


terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik itu menggunakan tes dan non
tes.

Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2010:22-31) mengemukakan secara


garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif
tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tinngkat tinggi .
Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
1. Pengetahuan
2. Pemahaman
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintetis
6. Evaluasi
Tohirin (2006:155) mengungkapkan seseorang yang berubah tingkat
kognitifnya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pada sikap dan
perilakunya. Suharsimi Arikunto (2007:121 ) mengungkapakan ranah kognitif
pada siswa SD yang cocok diterapkan adalah ingatan, pemahaman dan aplikasi.
Sedangkan untuk analisis, sintetis, baru dapat dilatih di SLTP dan SMU,
Perguruan Tinggi secara bertahap sesuai urutan yang ada.
Pengetahuan dan ingatan merupakan proses berfikir yang paling rendah
misalnya mengingat rumus, istilah, nama- nama tokoh atau nama nama kota.
Kemudian pemahaman adalah tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada
pengetahuan misalnya memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan atau

menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Sedangkan aplikasi adalah


penggunaan abtraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Menerapkan
abtraksi yaitu ide, teori atau petunjuk teknis kedalam situasi baru disebut
aplikasi.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu meengingat,
sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan

beberapa ide, gagasan, model atau

prosedur yang dipelajari untuk mengungkapkan tentang kegiatan mecahkan


masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah mengungkapkan
tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai
ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adala nilai hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor yang diperoleh sebagai nilai akibat usaha atau aktifitas
kegiatan belajar dan dinilai dalam peride tertentu. Perubahan setelah belajar
adalah peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari yang sebelumnya .
Penulis membatasi hasil belajar pada penelitan ini adalah kemampuan siswa
memahami teori dari materi pelajaran MPPM yang dibuktikan kemampuan
menjawab soal-soal relevan dengan menggunakan tes lisan.
B. TINJAUAN TENTANG EVALUASI HASIL BELAJAR
1. Teknik Evaluasi Hasil Belajar

Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau proses
untuk menentukan nilai dari sesuatu ( Nurkanca dan Sunartana,1990: 1). Selain
itu Rasyid

dan Mansyur

(2008:3) mendefinisikan

evaluasi

adalah

mengumpulkan informasi untukmengetahuii pencapaian belajar kelas atau


kelompok. Melalui evaluasi guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar,
minat dan keperibadian siswa. Yang lebih penting lagi hasil evaluasi diharapkan
dapat mendorong dapat mendorong pendidik untuk mengajar lebih baik dan
mendorong siswa untuk belajar lebih baik. Jadi evaluasi memberikan informasi
bagi kelas dan pendidik untuk meningkatkan proses belajar mengajar.
Menurut pendapat Hamalik (2006:159) evaluasi hasil belajar adalah
keseluruhan

kegiatan

pengukuran

(pengumpulan

data

dan

informasi),

pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang


tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan
belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Dalam KKBI, teknik diartikan sebagai sebuah model atau sistem
mengerjakan sesuatu. Akan tetapi, istilah teknik dapat juga diartikan sebagai
alat. Jadi dalam istilah teknik evaluasi hasil belajar terkandung arti alat-alat
(yang digunakan dalam rangka melakukan) evaluasi hasil belajar. Sedangkan
yang dimaksud evaluasi hasil belajar adalah cara yang digunakan oleh guru
dalam mengevaluasi hasil belajar mengajar.
Untuk mendapatkan hasil belajar siswa diperlukan alat evaluasi. Menurut
Arikunto (2002:31) terdapat dua alat evaluasi yakni teknik tes dan non tes.
Dengan menggunakan teknik tes evaluasi

hasil belajar dilakukan dengan

menguji siswa. Sebaliknya denganteknik non tes evaluasi hasil belajar dilakukan
tanpa menguji peserta didik.
2. Teknik Lisan sebagai salah satu bentuk tes
a. Pengertian Tes
Tes adalah suatu cara mengdakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak
tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak anak
lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan (Nurkancana dan sunartana,
1990 : 34).
Pendapat lain dikemukakan oleh Rasyid dan Mansur (2008:11), bahwa tes
merupakan salah satu cara menaksir besarnya tingkat kemampuan manusia
secara langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap sejumlah stimulus
atau pertanyaan. Oleh karena itu agar diperoleh informasi yang akurat
dibutuhkan tes yang handal.
Teknis tes menurut Arikunto (2002:32) adalah suatu alat atau prosedur
yang sistematis dan objektif

untuk memperoleh data-data atau keterangan-

keterangan yang diinginkan seseorang dengan cara yang boleh dikatakan cepat
dan tepat.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tes adalah
suatu cara, prosedur atau alat yang sistematis dan objektif untuk mengevaluasi
tingkah laku (kognitif, afektif dan psikomotor) siswa atau sekelompok siswa
berdasarkan nilai standar yang ditetapkan.

Dalam kaitannya dengan

rumusan tersebut, sebagai alat evaluasi hasil

belajar tes minimal mempunyai dua fungsi yaitu:


1. Mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat
pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu; dan
2. Menentukan kedudukan atau perangkat siswa dalam kelompok, tentang
penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran tertentu.
b. Tes Lisan ( Oral Tes)
Menurut Sujana ( 2008:35), tes hasil belajar dapat dibagi menjadi 2 jenis
yaitu tes lisan dan tes tertulis. Tes lisan adalah suatu bentuk tes yang menuntut
jawaban dari siswa dalam bentuk bahasa lisan. Siswa akan mengucapkan
jawaban

dengan kata katanya sendiri sesuai dengan pernyataan ataupun

perintah yang diberikan. Tes lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf
siswa untuk masalah yang berkaitan dengan kognitif yaitu pengetahuan dan
pemahaman. Tes lisan dapat berupa individual dan kelompok. Tes individual
yaitu suatu tes yang diberikan kepada kelompok siswa bersamaan. Jadi teknik
evaluasi lisan adalah cara pelaksanaannya dengan tanya jawab secara langsung
antara bahasa didik dan peserta didik. Thoha (2003 : 61) menjelaskan bahwa
tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya
menggunakan bahasa lisan. Dari segi persiapan dan cara bertannya, tes lisan
ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Tes lisan bebas, yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada siswa tanpa
menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis;

2. Tes lisan bepedoman, yaitu pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang


apa yang akan ditanyatakan kepada peserta didik.
Secara umum tes lisan memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan tes
lisan adalah :
1. Menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki siswa, sikap,
serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.
2. Bagi siswa yang kemampuan berfikirnya relatif lambat sehingga sering
mengalami kesukaran dalam memahami pertanyaan soal, tes ini dapat
membantu sebab siswa dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan
yang dimaksud.
3. Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik
4. Meminimalkan terjadinya

penyontekan sehingga menanamkan sifat jujur

pada siswa.
5. Siswa dapat mengemukakan argumentasi
6. Mengevaluasi kemampuan penalaran dan kemampuan berbahasa lisan
7. Ujian dapat luas dan mendalam
Kelemahan tes lisan adalah:
1. Subjektif pendidik sering mencemari hasil tes
2. Waktu yang pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama
3. Jiika siswa memiliki sikap gugup dapat mengganggu kelancaran menjawab,
4. Sangat memungkinkan ketidak adilan

C. Perancangan Tes Lisan


Nurkanca, dkk (1986 : 60) menjelaskan bahwa hal hal yang perlu mendapat
perhatian dalam pelaksanaan tes lisan antara lain adalah:
1. Pertahankanlah situasi evaluasi dalam pelaksanaan tes lisan. Guru harus tetap
menyadari bahwa tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan gambaran
tentang prestasi belajar yang dicapai oleh murid-murid.
2. Janganlah guru membentak-bentak seorang murid karena murid tersebut
memberikan jawaban yang kurang relevan.
3. Jangan pula ada kecendrungan untuk membantu seorang siswa yang sedang di
tes dengan memberikan kunci-kunci tertentu karena merasa kasihan ataupun
simpati pada siswa tersebut. Hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip
evaluasi terhadap murid karena guru bertindak tidak adil terhadap murid
yang lain.
4.

Siapkan terlebih dahulu suatu rencana pertanyaan serta score jawaban yang
diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini untuk menjaga agar guru jangan
sampai terkecoh oleh jawaban yang ngelantur dari murid murid.

d. Pelaksanaan Tes Lisan


Tata cara pelaksanaan tes lisan adalah sebagai berikut:
1. Langsung kepada individu
2. Menyebar kepada semua siswa
3. Guru bertanya, siswa diberi waktu untuk menjawab

4. Balikan, pertanyaan siswa dijawab guru selanjutnya guru bertanya lagi kepada
siswa yang bertanya
5. Terusan, pertanyaan peserta dibalikkan untuk dijawab oleh peserta lainnya.
Manfaat pertanyaan dengan teslisan adalah sebagai berikut
1. Mengembangkan pemahaman siswa
2. Mengembangkan kemampuan berfikir dan membuat keputusan
3. Mengaktifkan kedua belah pihak guru dan siswa
4. Menghindari kecurangan.
Adapun pengembangan tes lisan pada dasarnya sama dengan tes uraian.
Perbedaanya selain dengan pelaksanaanya juga keragaman dari aitem yang diberikan
kepada responden. Pada tes uraian satu aitem untuk seluruh responden, sementara
pada tes lisan satu format aitem hanya dapat diberikan pada seorang responden.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan aitem tes lisan adalah
sebagai berikut :
1. Buatlah format aitem dengan beberapa kemungkinan jawaban serta bobot dan
skornya. Sebagai contoh dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel : Format Aitem Tes Lisan
No

Pertanyaan

Kunci Jawaban

Skor

1.
2.
3.

2. Siapkan beberapa format aitem yang paralel untuk beberapa orang responden,

3. Untuk memenuhi persyaratan parallel maka setiap aitem harus memiliki isi, derajat
kesukaran, dan waktu untuk menjawab yang sama.
4. Dalam mengajukan pertanyaan penguji dapat melakukan pendalaman untuk
mengetahui tingkat penguasaan yang sebenarnya.
D. Kerangka Berfikir

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Kinali yang terletak dijalan
Tengku Umar kilometer 1 Kapundung Kinali Pasaman Barat. Penelitian ini
dilakukan pada siswa kelas X TAV 1 SMK Negeri 1 Kinali yang berjumlah 30 orang
. Penelitian dilakukan dengan sistem siklus satu siklus terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Refleksi dilakukan diakhir siklus.

Refleksi dilakukan diakhir siklus untuk melihat ketercapaian tujuan penelitian . Jika
tujuan tercapai penelitian ini dilakuakan dengan duasiklus saja, kalau belum tercapai
maka dilanjutkan kesiklus berikutnya, dengan tahapan seperti siklus satu.
B. Tahapan Tahapan Penelitian
Siklus 1
1. Perencanaan
Persiapan, guru menyusun RPP, persiapan bahan ajar, persiapan test yang akan
diberikan pada siswa setelah PBM berlangsung
2. Pelaksanaan Tindakan
Penyajian materi ajar sesuai RPP, pelaksanaan Ujian Harian dengan tes lisan.
Masing- masing siswa di panggil, dan berpedoman kepada soal yang sudah
dipersiapkan . Kegiatan siswa yang lain yang belum mendapat panggilan bisa
melanjutkan peraktek bergiliran.
3. Observasi
Kegiatan ini di observasi dan dibuat catatan kegiatan apa kelemahan, hambatanhambatan, kelebihan yang terjadi untuk mencapai tujuan penelitian.
4. Refleksi
Pada tahap ini hasil evaluasi yang dilakukan dengan tes lisan menjadi
pertimbangan untuk masuk kesiklus selanjutnya. Hasil tes lisan menjadi bahan
pertimbangan, apakah hasil penelitian ini sudah mencapai hasil dimana 80%
siswa telah mencapai ketuntasan belajar dan kkm 75. Nilai rata- rata klasikal
sudah diatas nilai kkm. Jika belum tercapai dilanjutkan ke siklus berikutnya.

C. Data dan Teknik Analisa Data


1. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah hasil dari tes lisan kelas X TAV 1 pada
mata pelajaran MPPM.
2. Cara pengambilan data
Cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah siswa melakukan tes lisan
dan nilai yang diperoleh siswa merupakan data yang akan diolah.
3. Teknik Analisa data
Data dianalisa untuk menentukan pencapaian hasil penelitian ini dengan
persamaan berikut ini:

a. Nilai rata-rata klasikal =

Jumlah nilai siswa


Jumlah siswa

b. % ketuntasan siswa

Jumlah siswa yang tuntas


Jumlah seluruh siswa

Anda mungkin juga menyukai