SOETOMO
IRNA BEDAH KELOMPOK II
MALFUNGSI SHUNT+INFECTED
SHUNT +
VENTRIKULITIS
KELOMPOK II
Ni Putu Ridha
D.,S.Farm
Hana Rahmawati,
S.Farm
Windha Renni
P.,S.farm
DATA PASIEN
Ceftriaxon 2 x 1 g
Ranitidine 2 x 50 mg IV
No RM : 12.39.77.15
4
Nama/Umur:
18 tahun L
KetorolacM.3 Husain/
x 30 mg IV
BB / TB/ LPT: 55 kg
Alamat:
Sunan Prapen 3/9 Kebomas
5
Ondancentron 3 x 4 mg IV
Riwayat Alergi : -
25/
2
26/
2
27/
2
28/
2
1/3
2/3
3/3
4/3
5/3
6/3
7/
3
8/
3
9/
3
10
/3
11
/3
2:1
/24
jam
500
:50
0
1x
1x
1x
2x
1x(+), Ventrikulitis
Alasan
MRS:
Pasien
mengeluh
keluar
cairan
2x
1x
demam 2 hari
1x
1x
Tramadol 3 x 100 mg IV
Diet TKTP
Keterangan
3x 1x KRS
:
G) Malam
Nama Dokter:
Apoteker
: Lusi
KP,
Nama
Wijaya
S.Farm
Metamizol 3 x 1 g
2x
1x
10
11
Injeksi Fosfomycin 2 x 2g IV
2x
500
cc
12
1x
13
1x
1x
14
Data Klinik
Tanggal
Nilai
Normal
26/2
27/2
28/2
1/3
2/3
3/3
Suhu
36,5-37,2 0C
37
37
35
Nadi
80-100
96
96
RR
16-20
18
18
120/80
120/70
120/70
4-5-6
456
456
Baik
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
4/3
5/3
6/3
7/3
8/3
9/3
36,6
37
37
37,2
36,8
Tekanan darah
5
GCS
456
456
456
456
456
456
456
96
18
120/8
0
10/3
11/3
456
456
456
456
cukup
cukup
cukup
cuku
p
cuku
p
cuku
p
cuku
p
456
cuku
p
KU
7
Kejang/MS
Rh/Wh
10
11
12
Mual/muntah/diar
e
EVD/24jam
Nyeri Kepala
+/-/-
2000cc
jernih
Sore +
2500cc
jernih
1000c
c
jernih
300cc
jernih
200 cc
300 cc
300
cc
350
cc
500
cc
350
cc
DATA LABORATORIUM
No
Data
Laboratoriu
m
Tanggal
Nilai
Normal
23/2
24/2
3/3
6/3
9/3
Hb
Leukosit
Trombosit
SERUM ELEKTROLIT
1
K
2
Na
3
Ca
23/
2
24/
2
3/3
6/3
9/3
RFT
DARAH LENGKAP
1
12,9-15,9
g/dL
(3,7 10,1)
x103/L
(150-400)
x103/L
3,8-5
136-144
97-103
13,6
BUN
9,86
Scr
0,77
283
4,2
148
109
3,3
136
101
BGA
pH
PCO2
PO2
HCO3
BE
7,38
36
121
21,3
-3,8
No
Data
Laboratorium
Tanggal
Nilai Normal
23/2
24/2
28/2
3/3
6/3
9/3
SGOT
< 41
14
SGPT
< 38
15
LAIN-LAIN
Albumin
4,54
2,1
GDA
113
CRP Kimia
1,18
4
HbsAg
CAIRAN OTAK
Warna
Tak
berwarna
Tak berwarna
kuning
kuning
kuning
Kejernihan
Agak
keruh
jernih
jernih
jernih
Agak
keruh
Jumlah sel
H98
H78
H96
H63
H60
Glukosa
68
64
57
46
51
Protein total
18
45
72,2
66,7
138,2
Nonne
Pandy
+1
+1
+1
+2
Laporan Operasi
Tanggal operasi
: 24 Februari 2015
Jam Operasi
: 16.45 -20.45
Jenis pembedahan
Diagnosa
pra bedah
Jenis operasi
Tinjauan Pustaka
VENTRIKULITIS
BATASAN
Ventrikulitis adalah infeksi yang terjadi pada sistem ventrikel otak,
yang muncul sebagai proses primer atau sebagai komplikasi
meningitis, yang sering berkaitan dengan shunt cairan serebrospinal,
external ventricular drain atau alat-alat intrakranial lain (Fujikawa et
al., 2006) .
ETIOLOGI
(Guanci, 2013 and Sellner, 2010)
ETIOLOGI
(Guanci, 2013)
Patofisiologi
Patofisiologi
CSF (Cerebro Spinal Fluid) diproduksi oleh choroid plexus pada ventrikel
dan mengalir pada sistem ventricular pada otak dan sumsum tulang
belakang, direabsorbsi pada arachnoid villi .
CSF cairan jernih dan tidak berwarna, mengandung protein 5-45 mg/dL
dan glukosa 50-70 mg/dL mudah untuk terkena infeksi.
(Guanci, 2013).
GEJALA
(Guanci, 2013).
DIAGNOSA
Pasien demam
dengan EVD
Pemeriksaan :
Sampel CSS dan kultur darah
Pewarnaan gram CSS
Kultur CSS
Hitung indeks sel
Tidak (Hemoragik)
Ya
Tidak,
Indeks sel naik >5 dan
pemakaian EVD >3 hari
Ya
Pertimbangkan
penggantian EVD
Bila kultur CSS positif sesuaikan
terapi antibiotik dengan hasil kultur
Beer, 2008
SHUNT
Zunt, 2010
Ventricularperitoneal shunt
Ditandai dengan :
1.
2.
3.
Persentase Neutrofil 80 %
4.
5.
Etiologi
Zunt, 2010
Organisme
Laju infeksi
Reference
Staphylococcus
2,7% dari 161 pasien
epidermidis (77,8%)
Staphylococcus aureus
(11,1%)
Candida spp (11,1%)
Coagulase-negative
staphylococci (33,3%)
Pseudomonas
aeruginosa (33,3%)
Acinetobacter
calcoaceticus (8,3%)
Bacills cereus (8,3%)
Enterobacter cloacae
(8,3%)
Zunt, 2010
faktor resiko
Lama operasi
PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya infeksi pasca pemasangan shunt (infected
shunt) :
PATOFISIOLOGI
Berdasarkan timbulnya infeksi pasca operasi:
Data Terapi
(AACN, 2013)
Dosis Antibiotik
(AACN, 2013)
ANTIBIOTIKA
Golongan
Spektru
Non m
Lactam Lactam
ase
ase
BM
Ikatan
Protei
Ora
n
l
(Albu
min)
Dosis
IV
IM
Durasi
Terapi
Stabilita
s
AUCS
Ceftriax
one
8595%
1g
30menit
sebelu
m op.
Larutan
rekontit
usi
dengan
Aqua
pro
injeksi
dengan
konsent
rasi 100
mg/ml
stabil
pada
suhu
kamar
(25C)
selama
1 hari
dan
stabil
selama
10 hari
Golongan
Spektrum
Non Lactam Lactam
ase
ase
BM
Lipofili Kemampu
tas
an
Menembu
s CSF
(AUCCSF/A
Sifat
Ikatan
Protein
(Album
in)
Dosis
UCS
Fosfomy
cin
Amikasi
n
Gram (-)
dan
beberapa
strain
Staphyloc
occus
saphroph
yticus,
tidak
sensitif
terhadap
P.
aeruginos
a.
Gram (-),
sensitif
terhadap
P.
aeruginos
a,
Acinetoba
cter.
Sensitif
terhadap
gram (-)
resisten
aminoglik
osida lain.
30 mg
every
24 jam
Durasi
Terapi
Stabilitas
Golongan
Spektrum
Non Lacta Lactam
mase
ase
BM
Lipofili Kemamp
tas
uan
Menembu
s CSF
(AUCCSF/A
Sifat
Ikatan
Protein
(Album
in)
Bakteri
sid
0-11%
Bakteri
sid
10-50%
Dosis
UCS
Amikasin
Vancomy
cin
Cefotaxi
m
(rekome
ndasi
first
choice
dari
hasil
kultur)
Gram (-),
585.60 Hidrofili 0.24 pada
sensitif
3
k
kondisi
terhadap P.
g/mol
nonaeruginosa,
inflamasi.
Acinetobact
(DIH, 2008)
er. Sensitif
10-20%.
terhadap
Non
gram (-)
inflamasi
resisten
15-24%
aminoglikos
ida lain.
1449.3 lipofilik
Drug of
0.14-0.18
g.mol1
choice for
pada
treatment
kondisi
of infections
noncaused by
inflamasi
oxacillindan 0.30
resistant
pada
Staphylococ
kondisi
cus aureus
inflamasi.
and
(DIH, 2008)
epidermidis
inflamasi
20-30%
<40%
30 mg
every
24 jam
Durasi
Terapi
Stabilitas
Golongan
Spektrum
Non Lacta Lactam
mase
ase
BM
Lipofili Kemamp
tas
uan
Menembu
s CSF
(AUCCSF/A
Sifat
Ikatan
Protein
(Album
in)
Bakteri
sid
<30%
Bakteri
sid
Not
defined
clearly.
Bakteri
sid
74-86%
UCS
Gentamy
cin
Efektif for
therapy
gram
(-)
477.59
6 g/mol
Clindamy
cin
Gram (+)
cocci dan
anerobs
424.98
g/mol
Cefazolin
Gram (+)
cocci ( but
not
enterococci
or oxacillin
resistent S.
Aureus),
E.coli,
Klebsiella, P.
mirabillis
454.51
g/mol
lipofilik
>> 1 pada
kondisi
noninflamasi
dan
inflamasi.
(DIH, 2008)
inflamasi
10-30%
lipofilik
No
significant
level in
CSF
(inflamasi/
non
inflamasi)
lipofilik 0.007-0.1
kondisi
non
inflamasi
dan 0.15
pada
kondisi
inflamasi
Dosis
Durasi
Terapi
Stabilitas
Catatan :
Tanggal
Nama
Dosis
25/2
26/2
27/2
28/2
Ketorolac
3x30 mg IV
//
Tramadol
3x100 mg IV
//
Asam
mefenamat
3x500 mg
PO
//
Metamizol
3x1 g IV
Skala nyeri
Suhu (C)
1/3
2/3
3/3
37
35
4/3
//
TAD
37
25/2/
15
26/2/
15
27/2/
15
28/2/
15
1/3/
15
2/3/
15
3/3/
15
Ranitidin 2x50
mg (IV)
22.00
09.00
12.00
09.0
0
Ondansetron
3x4mg (IV)
13.00
22.00
09.15
22.00
//
09.0
0
//
Ranitidin
Mekanisme kerja
Indikasi
Dosis
IV : 50 mg tiap -8 jam
Oral : 150 mg tiap 12 jam (Lacy, et
al., 2009)
Parameter monitoring
DRP
Uraian
Rekomendasi/saran
Tindak lanjut
Ranitidin IV menurut
literatur diberikan tiap 6-8
jam (Lacy, et al., 2009).
sedangkan dokter
memberikan dua kali
sehari. Bahkan pada
tanggal 26 dan 3, pasien
hanya diberikan sekali saja
Melakukan konfirmasi
kepada dokter terkait dosis
pemberian agar di
dapatkan efek yang sesuai
dengan yang diinginkan
Menyampaikan kepada
dokter dengan komunikasi
yang baik antar tenaga
kesehatan.
Menyampaikan kepada
dokter dan menanyakan
alasan penggunaan
ranitidin tersebut, jika
diperlukan bisa
menanyakan langsung
kepada pasien.
Terapi PONV
Beberapa terapi PONV :
Drug
Dose
Timing
Ondansetron
48 mg IV
At end of surgery
Metoclopramide
25 or 50 mg IV for
prophylaxis
Dexamethasone
510 mg IV
Before induction
Dimenhydrinate
12mg/kg IV
(McCracken et al.,
2008)
Terapi PONV
Nama
Ondansetron
Mekanisme kerja
Indikasi
Dosis
Untuk PONV :
Oral: 16 mg diberikan satu jam sebelum induksi
anastesi.
IV: 4 mg single dose sebelum induksi anastesi atau 4-8
mg setelah operasi selesai (Dewoto and Louis, 2009;
McCracken, et al., 2009)
Terapi PONV
Nama
Ondansetron
Dosis
ESO potensial
Parameter monitoring
Uraian
Rekomendasi/saran
Tindak lanjut
Menginformasikan
Melakukan konfirmasi
kepada dokter terkait
kepada dokter
dosis, dosis yang
berlebih dihindari untuk
meminimalkan efek
samping. Jika
penggunaan ondansetron
dosis 4mg-11mg dapat
mengatasi keluhan tidak
perlu ada penambahan
dosis
Penggunaan ondansetron
dapat terus digunakan
setelah penggunaannya
sebagai profilaksis
apabila masih terdapat
keluhan mual muntah
pada pasien, namun
berdasarkan data klinik
keluhan mual hanya
pada tanggal 26
februari, sedangkan
Menginformasikan
kepada dokter terkait
penggunaan obat dengan
keluhan pasien, jika
pasien sudah tidak
mengeluh mual muntah
sehari setelah operasi
sebaiknya penggunaan
ondansetron dihentikan
untuk mengurangi
potensi terjadinya efek
Mengkonfirmasi dan
melakukan komunikasi
yang efektif antar
tenaga kesehatan.
Mengkonfirmasi kepada
perawat terkait keluhan
pasien dan jika
diperlukan menanyakan
langsung kepada pasien.
PERHITUNGAN KALORI
Kondisi pasien BB 55 kg
25 Februari 2015
Post OP Katabolisme meningkat
Kebutuhan kalori = 50% dari kalori total 50% x 1430 kkal = 687,5 kkal
Intake kalori
Infus D5 1000 cc/24 jam
Jumlah kalori dari D5= 190 kkal
Kekurangan kalori = 687,5 kkal 190 kkal = 497,5 kkal DRP
Saran
Jumlah kalori D5 + D10 = 190 kkal + 380 kkal = 570 kkal lebih 72,5 kkal
Volume D10 yang diberikan harus mampu memenuhi kekurangan kebutuhan kalori sebanyak =
497,5 kkal
26 Februari 2015
Post op
Intake kalori
Infus D5 500 cc/24 jam
Jumlah kalori dari D5 = 190 kkal
Diet TKTP
Jumlah kalori dari TKTP = 2100 kkal
Jumlah kalori D5 + TKTP = 190 kkal + 2100 kkal = 2290
kkal lebih 1217,5 kkal
Intake kalori
Infus D5 500 cc/24 jam
Jumlah kalori dari D5 = 190 kkal
Diet TKTP
Jumlah kalori dari TKTP = 2100 kkal
Jumlah kalori D5 + TKTP = 190 kkal + 2100 kkal = 2290
kkal lebih 860 kkal
Intake kalori
Infus D5NS 1000 cc/24 jam
Jumlah kalori dari D5NS = 170 kkal
Diet TKTP
Jumlah kalori dari TKTP = 2100 kkal
Jumlah kalori D5NS + TKTP = 170 kkal + 2100 kkal =
2270 kkal lebih 840 kkal
5 Maret 2015
Post op
Intake kalori
Infus D5NS 500 cc/24 jam
Jumlah kalori dari D5NS = 170 kkal
Diet TKTP
Jumlah kalori dari TKTP = 2100 kkal
Jumlah kalori D5NS + TKTP = 170 kkal + 2100 kkal =
2270 kkal lebih 840 kkal
Intake kalori
Infus D5NS 1000 cc/24 jam
Jumlah kalori dari D5NS = 170 kkal
Diet TKTP
Jumlah kalori dari TKTP = 2100 kkal
Jumlah kalori D5NS + TKTP = 170 kkal + 2100 kkal =
2270 kkal lebih 840 kkal
1.
Ceftriaxon 2 x 1 g i.v
Uraian Informasi
Rekonstitusi:
Ceftriaxon 1 g/vial direkonstitusi dengan 9,6
ml wfi terlebih dulu, kemudian diencerkan
dengan 50-100 ml cairan infus yang
kompatibel (PZ, D5)
Administrasi:
Ceftriaxon yang sudah direkonstitusi dapat
diberikan selama 30 menit kepada pasien
Stabilitas:
1. Ceftriaxon yang belum direkonsitusi
disimpan di ruangan yang bersuhu kurang dari
sama dengan 25 C dan terlindung dari cahaya
matahari langsung
2. Ceftriaxon yang sudah direkonstitusi dapat
stabil selama 2 hari jika disimpan pada 25 C
dan stabil 10 hari pada suhu 4 C
2.
Ranitidin 2 x 50 mg
i.v
Uraian Informasi
Administrasi:
Untuk injeksi intravena langsung (bolus(, 50
mg Ranitidin harus diencerkan dengan paling
tidak 20 ml cairan infus dan diberikan selama
5 menit (4 ml/menit)
Stabilitas:
Ranitidin harus disimpan pada rentang suhu 430 C dan dijauhkan dari paparan cahaya
matahari dan panas. Ranitidin memiliki warna
sediaan yang jernih dan tidak berwarna. Pada
suhu 40 C dapat terjadi perubahan warna
menjadi lebih gelap namun ini tidak
berpengaruh pada efek ranitidin.
3.
Ketorolac 3 x 30 mg
i.v
Uraian Informasi
Administrasi:
Ketorolac yang diberikan dengan intravena
langsung (bolus) disuntikkan kepada pasien
tidak lebih dari 15 detik
Stabilitas:
Ketorolac memiliki warna sediaan jernih dan
sedikit berwarna kuning. Penyimpanannya di
ruangan yang suhunya terkontrol dan
terlindung dari paparan cahaya matahari
langsung. Paparan cahaya matahari dalam
jangka waktu lama menyebabkan perubahan
warna dan precipitasi yang dapat berakibat
pada penurunan pH sediaan menjadi < 3
4.
Ondasetron 3 x 4 mg
i.v
Uraian Informasi
Administrasi:
Ondasetron yang diberikan dengan intravena
langsung (bolus) disuntikkan kepada pasien
paling tidak selama 30 detik atau lebih
disarankan selama 2-5 menit
Stabilitas:
Ondasetron (4 mg/2 ml) memiliki warna
sediaan jernih dan tidak berwana. Ondasetron
harus disimpan dalam ruangan dengan suhu
terkontrol, terlindung dari paparan cahaya,
panas, dan kondisi beku.
5.
Tramadol 3 x 100 mg
i.v
Uraian Informasi
Administrasi:
Tramadol diberikan dengan intravena langsung
(bolus) disuntikkan kepada pasien secara
perlahan selama 2-3 menit
Stabilitas:
Ketorolac memiliki warna sediaan jernih dan
tidak berwarna. Suhu pada ruangan
penyimpanan harus dibawah 30 C
6.
Uraian Informasi
7.
Uraian Informasi
Amikasin 2 x 35 mg Administrasi:
intratekal
Sediaan amikacin yang tersedia di UPF adalah 500 mg/
2ml, sedangkan dosis yang diinginkan adlah 35 mg untuk
rute intratekal. Oleh karena itu sediaan dapat diencerkan
dengan 100 ml cairan infus kompatibel kemudian volume
diambil sesua dosis yaitu
Kemudian disuntikkan kepada pasien selama 2-3 menit
Stabilitas:
Amikasin memiliki warna sediaan larutan yang sedikit
kuning hingga kuning jelas yang dapat stabil hingga 2
tahun oada ruangan dengan suhu terkontrol. Pada suhu 25
C sediaan ini dapat stabil selama 36 bulan, pada suhu 37
C stabil selama 12 bulan dan suhu 56 C stabil selama 3
bulan. Perubahan warna amikasin dapat terjadi akibat
oksidasi udara namun perubahan tersebut tidak
berpengaruh pada potensi efek obat
1.
Asam Mefenamat 3 x
500 mg
Uraian Informasi
Indikasi:
Asam mefenamat diberikan untuk membantu
mengatasi nyeri yang dirasakan pada bagian
kepala pasien
Cara Minum:
Asam mefemat 500 mg kaplet diminum 3 kali
sehari segera setelah makan dengan segelas air
putih (perut tidak boleh kosong saat minum obat).
Cara ini untuk mencegah terjadinya ESO pada
organ pencernaan yaitu mual, muntah dan nyeri
perut
Efek Samping:
Pada sebagian jika pasien mengalami keluhan
setelah minum obat, segera beritahu perawat
ataupun dokter
Uraian Informasi
2.
Paracetamol 3 x 500 mg
Indikasi:
Paracetamol diberikan untuk membantu mengatasi
nyeri yang dirasakan pada bagian kepala pasien
Cara Minum:
Paracetamol 500 mg kaplet diminum 3 kali sehari
setelah makan dengan segelas air putih
Efek Samping:
Pada sebagian kecil orang, paracetamol dapat
menyebabkan kemerahan pada kulit. Jika Pasien
mengalami keluhan setelah minum obat, segera
beritahu perawat ataupun dokter
DAFTAR PUSTAKA
Alnimr, A., 2012. A Protocol for Diagnosis and Management of Cerebrspinal Shunt
Infections and other Infectious Condition in Neurosurgical Practice. Basic
and Clinical Neuroscience, vol 3, number 5.
Association of Paediatric Anaesthetists of Great Britain and Ireland, 2012. Good
practice in postoperative and procedural pain management 2 nd edition.
Pediatric Anesthesia, Vol. 22., p. 54-55.
Baxter, Karen. 2008. Stockleys Drug Interactions Eight Edition. Great Britain:
Pharmaceutical Press. pp. 151-152.
Beer, R., Lackner, P., Pfausler, B., Schmutzhard, E., 2008. Nosocomial
ventriculitis and meningitis in neurocritical care patients. Journal
Neurology, Vol. 255, p. 1617-1624.
Darmadipura, M.S., Kasan, U., Bajamal, A.H., Turchan, A., Parenrengi, M.A., dan
Wahyuhadi, J. 2008. Infeksi Pasca Pemasangan Shunt. In: Pedoman Diagnosis
dan Terapi Bag/SMF Ilmu Bedah Syaraf. Surabaya: Rumah Sakit Dokter
Soetomo Surabaya.
Dewoto, Hedi.R., Louisa, Melva. 2009. Serotonin, Obat Serotonergik dan Obat
Antiserotonergik. In: Sulistia dan Gunawan., Farmakologi dan Terapi. 5thEd.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI., pp. 288-298.
Dewoto, Hedi.R. 2009. Histamin dan Antialergi. In: Sulistia dan Gunawan.,
Farmakologi dan Terapi. 5thEd. Jakarta: Balai Penerbit FKUI., pp. 273-287.
Donnelly, A.J., Golembiewski, J.A., Rakic, A.M., 2013. Perioperative care. In:
Alldredge, B.K., Corelli, R.L., Ernst, M.E., Guglielmo, B.J., Jacobson, P.A.,
Kradjan, W.A., Williams, B.R., (Eds.). Koda-Kimble & Youngs Applied
Therapeutics The Clinical Use of Drugs Tenth Edition. USA: Lippincott
Williams & Wilkins. pp. 166-172.
Fujikawa, A., Tsuchiya, K., Honya, K., Nitatori, T., 2006. Comparison of MRI
sequences to detect ventriculitis. AJR Amsterdam Journal Roentgenology,
Vol. 187, p. 1048-1053.
Guanci, Mary McKenna. 2013. Ventriculitis of the Central Nervous System.
Elsevier, Crit Care Nurs Clin N Am 25 (2013) 399-406.
Hernndez-Cortez, Enrique. 2006. Non-steroidal anti-inflammatory analgesics in
children. Anestesia en Mxico, Vol. 18, No. 1, p. 162-164.
http://www.drugs.com/uk/amikin-injection-100mg-2ml-spc-9647.html
Lacy, C.F, Armstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2009. Drug Information
Handbook. Ohio: American Pharmacist Association.
Lakshmi, V., and Sarguna, P. 2006. Ventriculoperitoneal Shunt Infections. Indian
Journal of Medical Microbiology. Vol 24, p. 52
Li, X.Y., Wang, Z.C., Li, Y.P., Ma, Z.Y., Yang, J., and Cao, E.C. Study on Treatment
Strategy for Ventriculitis Associated With Ventriculoperitoneal Shunt For
Hydrocephalus. Pubmed vol 17 No 9, p.558-560.
McCracken, Geoff., Houston, Patricia., Lefebvre, Gulaine. 2008. Guideline for the
Management of Postoperative Nausea and Vomiting. SOGC clinical practice
guideline, p. 600-607.
McEvoy, Gerald K., 2011. AHFS Drug Information. Bethesda: American Society of
OConnel, M.B. and Vondracek, S.F., 2011.Osteoporosis and other metabolic bone
disease. In: Dipiro, J.T. (Ed), Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach
8th Edition. USA: The McGraw-Hills Companies.
Ramsay, Michael. 2000. Acute postoperative pain management. Baylor University
Medical Center Proceedings, Vo. 3, No. 3, p. 244-247.
Sellner,J., Tuber, M.G., Leib, S.L., in Roos, K.L., and Tunkel, A.R., 2010.
Handbook of Clinical Neurology Vol 9 3 rd Series. Amsterdam: Elsevier. Page 116.
Treatment Guideline. 2005. Handbook of Antimicrobial Therapy. NewYork: The
Medical Letter.
Trissels, LA. 2009. Handbook ofSteril Injection 11thEdition. Bethesda: American
Health-System Pharmacist.
Wells, D. L., Allen, J. M., 2013. Ventriculoperitoneal Shunt Infections in Adult
Patients. AACN Advance Critical Care, vol 24, p 6-12.
Wheeler, D.S., Wong, H.R., and Shanley, T.P. 2009. The Central Nervous System in
Pediatric Critical Illness and Injury. London: Springer Science & Bussiness
Media.
Ziai, W.C., dan Lewin III, J.J., 2008. Update in diagnosis and management of
central nervous system infections. Neurologic Clinics, Vol. 26, p. 427-468.
Zunt, J.R. In: Roos, K.L., and Tunkel, A.R. 2010. Handbook of Clinical Neurology
(Vol 96): Bacterial Infections of The Central Nervous System. Amsterdam :
Elsevier.