Anda di halaman 1dari 13

Definisi

Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara umum,
terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang
kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan
tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan
kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.
Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada mata yang dalam
keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan
dalam bentuk kelainan miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat.
Akomodasi
Pada keadaan normal cahaya berasal dari jarak tak berhingga atau jauh akan terfokus pada retina,
demikian pula bila benda jauh tersebut didekatkan, hal ini terjadi akibat adanya daya akomodasi
lensa yang memfokuskan bayangan pada retina. Jika berakomodasi, maka benda pada jarak yang
berbeda-beda akan terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa di dalam mata
untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan
lensa yang mencembung bertambah kuat. Kekuatan akan meningkat sesuai dengan kebutuhan,
makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila
mata melihat kabur dan pada waktu melihat dekat. Bila benda terletak jauh bayangan akan
terletak pada retina. Bila benda tersebut didekatkan maka bayangan akan bergeser ke belakang
retina. Akibat benda ini didekatkan penglihatan menjadi kabur, maka mata akan berakomodasi
dengan mencembungkan lensa. Kekuatan akomodasi ditentukan dengan satuan Dioptri (D), lensa
1 D mempunyai titik fokus pada jarak 1 meter.
Epidemiologi
Sekitar 148 juta atau 51% penduduk di Amerika Serikat memakai alat pengkoreksi gangguan
refraksi, dengan penggunaan lensa kontak mencapai 34 juta orang. Angka kejadian rabun jauh
meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Jumlah penderita rabun jauh di Amerika Serikat
berkisar 3% antara usia 5-7 tahun, 8% antara usia 8-10 tahun, 14% antara usia 11-12 tahun dan
25% antara usia 12-17 tahun. Pada etnis tertentu, peningkatan angka kejadian juga terjadi
walupun persentase tiap usia berbeda. Etnis Cina memiliki insiden rabun jauh lebih tinggi pada
seluruh usia. Studi nasional Taiwan menemukan prevalensi sebanyak 12% pada usia 6 tahun dan
84 % pada usia 16-18 tahun. Angka yang sama juga dijumpai di Singapura dan Jepang.
Anatomi
Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media
refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi menyebabkan visus turun
(baik mendadak aupun perlahan).
Kornea
Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari
saraf siliar

longus, saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk
ke dalam stroma kornea, menembus membran Boeman melepaskan selubung
Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi samapai kepada kedua lapis terdepan
tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah
limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam
waktu 3 bulan (H. Sidarta Ilyas, 2004).
Trauma atau panyakkit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa
endotel terganggu sehingga dekompresi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel
tidak mempunya daya regenerasi.
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di
sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri
dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea Kornea merupakan lapisan
jaringan yang menutupi
bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu:
1. Epitel
Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat berikatan erat dengan sel basal di
sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan makula
okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan glukosa
yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ektoderm permukaan
2. Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan
dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak
di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar
dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya

Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai


tebal 40 m.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 m.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan
zonula okluden
Aqueous Humor (Cairan Mata)
Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak
memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan
mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan
kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus
lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi
kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika aqueous humor tidak dikeluarkan sama
cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena sumbatan pada saluran
keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan menyebabkan
peningkatan tekanan intraokuler (di dalam mata). Keadaan ini dikenal sebagai
glaukoma. Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke
dalam vitreous humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam
retina. Penekanan ini menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat
menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi (Lauralee Sherwood, 1996).
Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola
mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan
terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat
menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi (H. Sidarta Ilyas, 2004).
Universitas Sumatera UtaraLensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam
bilik mata
belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa
di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus
sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga
membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling
dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa
dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini
terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks
yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior,
sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai
konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer
kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh
ekuatornya pada badan siliar (H. Sidarta Ilyas, 2004).
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:
Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi

untuk menjadi cembung


Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,
Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous
body dan berada di sumbu mata.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:
Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia,
Keruh atau apa yang disebut katarak,
Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi
Lensa orang dewasa dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar
dan berat
Badan Vitreous (Badan Kaca)
Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini merupakan
gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan
molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung
sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat (Luiz Carlos
Junqueira, 2003). Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke
retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah
dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan
memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi (H. Sidarta
Ilyas, 2004).
Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis
(Lauralee Sherwood, 1996).
Panjang Bola Mata
Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola
mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh
karena kornea (mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang (lebih
panjang atau lebih pendek) bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus
pada mekula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa miopia,
hipermetropia, atau astigmatisma

Gejala dan Tanda


Penderita kelainan refraksi biasanya datang dengan keluhan sakit kepala terutama di daerah
tengkuk atau dahi, mata berair, cepat mengantuk, mata terasa pedas, pegal pada bola mata, dan
penglihatan kabur. Tajam penglihatan pasien kurang dari normal (6/6). Ametropia pada anak
dapat mengakibatkan seperti penglihatan kabur dan juling.

Miopia
Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat melihat
dekat dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa (kecembungan
kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus sinar yang dibiaskan
akan terletak di depan retina.

Gbr.1 : Mata Miopia


Miopia ditentukan dengan ukuran lensa negatif dalam Dioptri. Klasifikasi miopia antara lain:
ringan (3D), sedang (3 6D), berat (6 9D), dan sangat berat (>9D).

Gejala miopia antara lain penglihatan kabur melihat jauh dan hanya jelas pada jarak
tertentu/dekat, selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang dilihat pada mata, gangguan
dalam pekerjaan, dan jarang sakit kepala.
Koreksi mata miopia dengan memakai lensa minus/negatif ukuran teringan yang sesuai untuk
mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata. Biasanya pengobatan dengan kaca mata
dan lensa kontak. Pemakaian kaca mata dapat terjadi pengecilan ukuran benda yang dilihat, yaitu
setiap -1D akan memberikan kesan pengecilan benda 2%. Pada keadaan tertentu, miopia dapat
diatasi dengan pembedahan pada kornea antara lain keratotomi radial, keratektomi
fotorefraktif, Laser Asissted In situ Interlamelar Keratomilieusis (Lasik).
Berdasarkan besar kelainan refraksi, miopia dibagi atas 3, yaitu:
1. Miopia ringan : -0,25 D s/d -3,00 D
2. Myopia sedang : -3,25 D s/d -6,00 D
3. Myopia berat : -6,25 D atau lebih.
Berdasarkan perjalan klinis, miopia dibagi sebagai berikut:
1. Myopia simpleks : dimulai pada usia 7-9 tahun dan akan bertambah
sampai anak berhenti tumbuh ( 20 tahun )
2. Myopia progresif/maligna : myopia bertambah secara cepat ( 4.0 D /

tahun ) dan sering disertai perubahan vitero-retinal


3. Ada satu tipe miopia pada anak dengan miopia 10 D atau lebih yang
tidak berubah sampai dewasa

Hipermetropia
Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di
belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola mata
dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar terletak di belakang
retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu bola mata (hipermetropia aksial),
seperti yang terjadi pada kelainan bawaan tertentu, atau penurunan indeks bias refraktif
(hipermetropia refraktif), seperti afakia (tidak mempunyai lensa).

Gambar 2. Mata Hipermetropia


Pasien dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya
berakomodasi. Bila hipermetropia lebih dari + 3.00 D maka penglihatan jauh juga akan
terganggu. Pasien hipermetropia hingga + 2.00 D dengan usia muda atau 20 tahun masih dapat
melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata tanpa kesulitan, namun tidak demikian bila usia sudah 60
tahun. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot
siliar untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa. Pada perubahan usia, lensa
berangsur-angsur tidak dapat memfokuskan bayangan pada retina sehingga akan lebih terletak di
belakangnya. Sehingga diperlukan penambahan lensa positif atau konveks dengan bertambahnya
usia. Pada anak usia 0-3 tahun hipermetropia akan bertambah sedikit yaitu 0-2.00 D.
Pada hipermetropia dirasakan sakit kepala terutama di dahi, silau, dan kadang juling atau melihat
ganda. Kemudian pasien juga mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus-menerus harus
berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang retina.
Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena matanya masih
mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien yang banyak
membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia yang telah lanjut akan memberikan
keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan tersebut berupa sakit kepala, mata terasa pedas dan
tertekan.

Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung atau konveks untuk mematahkan
sinar lebih kuat kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah diberikan koreksi lensa positif
maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Pasien dengan hipermetropia sebaiknya
diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal.
a. Hipermetropia manifes fakultatif : kelainan hipermetropik yang
dapat dikoreksi dengan akomodasi sekuatnya atau dengan lensa
sferis positif
b. Hipermetropia manifes absolut : kelainan hipermetropik yang
tidak dapat dikoreksi dengan akomodasi sekuatnya
3. Hipermetropia total: Hipermetropia yang ukurannya didapatkan
sesudah diberikan sikloplegia
Pembagian. Berdasarkan besar kelainan refraksi, hipermetropia dibagi 3, yaitu:
1. Hipermetropia ringan : +0,25 s/d +3,00
2. Hipermetropia sedang : +3,25 s/d +6,00
3. Hipermetropia berat : +6,25 atau lebih
Berdasarkan kemampuan akomodasi, hipermetropia sebagai berikut:
1. Hipermetropia laten: kelainan hipermetropik yang dapat dikoreksi
dengan tonus otot siliaris secara fisiologis, di mana akomodasi masih
aktif
2. Hipermetropia manifes, dibagi
Universitas Sumatera UtaraNamun, presbiopia tidak termasuk dalam kelainan refraksi.
Presbiapia merupakan
kelainan refraksi pada usia lanjut akibat perubahan fisiologis lensa yang menjadi
tidak kenyal.

Astigmatisma
Astigmata terjadi jika kornea dan lensa mempunyai permukaan yang rata atau tidak rata sehingga
tidak memberikan satu fokus titik api. Variasi kelengkungan kornea atau lensa mencegah sinar
terfokus pada satu titik. Sebagian bayangan akan dapat terfokus pada bagian depan retina sedang
sebagian lain sinar difokuskan di belakang retina. Akibatnya penglihatan akan terganggu. Mata
dengan astigmatisme dapat dibandingkan dengan melihat melalui gelas dengan air yang bening.
Bayangan yang terlihat dapat menjadi terlalu besar, kurus, terlalu lebar atau kabur.
Seseorang dengan astigmat akan memberikan keluhan : melihat jauh kabur sedang melihat dekat
lebih baik, melihat ganda dengan satu atau kedua mata, melihat benda yang bulat menjadi
lonjong, penglihatan akan kabur untuk jauh ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat berubah,
mengecilkan celah kelopak, sakit kepala, mata tegang dan pegal, mata dan fisik lelah. Koreksi
mata astigmat adalah dengan memakai lensa dengan kedua kekuatan yang berbeda. Astigmat
ringan tidak perlu diberi kaca mata.

Pembagian. Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi


sebagai berikut:
1. Astigmatisme Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua
bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada
salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang
yang lain.
a. Astigmatisme With the Rule
Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat
dari pada bidang horizontal.
b. Astigmatisme Against the Rule
Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih
kuat dari pada bidang vertikal.
2. Astigmatisme Irreguler
Dimana titik bias didapatkan tidak teratur.
Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi
sebagai berikut:
1. Astigmatisme Miopia Simpleks
2. Astigmat isme Miopia Kompositus
3. Astigmatisme Hiperopia Simpleks
4. Astigmat isme Hiperopia Kompositus
5. Astigmatisme Mixtus

Presbiopia
Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, yaitu akomodasi untuk
melihat dekat perlahan-lahan berkurang. Presbiopia terjadi akibat penuaan lensa (lensa makin
keras sehingga elastisitas berkurang) dan daya kontraksi otot akomodasi berkurang. Mata sukar
berakomodasi karena lensa sukar memfokuskan sinar pada saat melihat dekat.

Gambar 3. Mata Presbiopia

Gejala presbiopia biasanya timbul setelah berusia 40 tahun. Usia awal mula terjadinya tergantung
kelainan refraksi sebelumnya, kedalaman fokus (ukuran pupil), kegiatan penglihatan pasien, dan
lainnya. Gejalanya antara lain setelah membaca akan mengeluh mata lelah, berair, dan sering
terasa pedas, membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca, gangguan pekerjaan terutama di
malam hari, sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca. Koreksi dengan kaca
mata bifokus untuk melihat jauh dan dekat. Untuk membantu kekurangan daya akomodasi dapat
digunakan lensa positif. Pasien presbiopia diperlukan kaca mata baca atau tambahan untuk
membaca dekat dengan kekuatan tertentu sesuai usia, yaitu: +1D untuk 40 tahun, +1,5D untuk 45
tahun, +2D untuk 50 tahun, +2,5D untuk 55 tahun, dan +3D untuk 60 tahun. Jarak baca biasanya
33cm, sehingga tambahan +3D adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan.

Pemeriksaan Refraksi
Pemeriksaan refraksi terdiri dari 2 yaitu refraksi subyektif dan refraksi obyektif. Refraksi
subyektif tergantung respon pasien untuk mendapatkan koreksi refraksi yang memberikan tajam
penglihatan terbaik.

Gambar 4. Pemeriksaan Mata


Refraksi obyektif dilakukan dengan retinoskopi. Mayoritas retinoskopi menggunakan sistem
proyeksistreak yang dikembangkan oleh Copeland. Retinoskopi dilakukan saat akomodasi pasien
relaksasi dan pasien disuruh melihat ke suatu benda pada jarak tertentu yang diperkirakan tidak
membutuhkan daya akomodasi.
Idealnya, pemeriksaan kelainan refraksi dilakukan saat akomodasi mata pasien istirahat.
Pemeriksaan mata sebaiknya dimulai pada anak sebelum usia 5 tahun. Pada usia 20 50 tahun
dan mata tidak memperlihatkan kelainan, maka pemeriksaan mata perlu dilakukan setiap 1 2
tahun. Setelah usia 50 tahun, pemeriksaan mata dilakukan setiap tahun.
Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu Snellen.

Cara

Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen dengan satu mata ditutup.
Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari baris paling atas ke
bawah, dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca seluruhnya dengan benar.
Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas (terbesar) maka dilakukan uji hitung
jari dari jarak 6 meter
Jika pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 6 meter, maka jarak dapat dikurangi
satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan pasien 1 meter.
Jika pasien tetap tidak bisa melihat, dilakukan uji lambaian tangan dari jarak 1 meter.
Jika pasien tetap tidak bisa melihat lambaian tangan, dilakukan uji dengan arah sinar.
Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka dikatakan
penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total.

Penilaian
Tajam penglihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh huruf dalam kartu
Snellen dengan benar.
Bila baris yang dapat dibaca seluruhnya bertanda 30 maka dikatakan tajam penglihatan 6/30.
Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat
dilihat pada jarak 30 meter.
Bila dalam uji hitung jari pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang
diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam penglihatan 3/60. Jari terpisah dapat
dilihat orang normal pada jarak 60 meter.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata
hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatan adalah 1/300.
Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak dapat melihat lambaian tangan maka
dikatakan sebagai 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
Pemeriksaan Kelainan Refraksi
Dilakukan pada satu mata secara bergantian, biasanya dimulai dengan mata kanan kemudian
mata kiri. Dilakukan setelah tajam penglihatan diperiksa dan diketahui terdapat kelainan refraksi.
Cara

Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen


Satu mata ditutup, dengan mata yang terbuka pasien diminta membaca baris terkecil yang
masih dapat dibaca
Pada mata yang terbuka diletakkan lensa positif +0,50 untuk menghilangkan akomodasi
pada saat pemeriksaan
Kemudian diletakkan lensa positif tambahan, dikaji:

bila penglihatan tidak bertambah baik, berarti pasien tidak hipermetropia


bila bertambah jelas dan dengan kekuatan lensa yang ditambah perlahan-lahan
bertambah baik, berarti pasien menderita hipermetropia. Lensa positif terkuat
yang masih memberikan ketajaman terbaik merupakan ukuran lensa koreksi untuk
mata hipermetropia tersebut
Bila penglihatan tidak bertambah baik, maka diletakkan lensa negatif. Bila menjadi jelas,
berarti pasien menderita miopia. Ukuran lensa koreksi adalah lensa negatif teringan yang
memberikan ketajaman penglihatan maksimal
Bila baik dengan lensa positif maupun negatif penglihatan tidak maksimal (penglihatan
tidak dapat mencapai 6/6) maka dilakukan uji pinhole. Letakkan pinhole di depan mata
yang sedang diuji dan diminta membaca baris terakhir yang masih dapat dibaca
sebelumnya. Bila:
o pinhole tidak memberikan perbaikan, berarti mata tidak dapat dikoreksi lebih
lanjut karena media penglihatan keruh, terdapat kelainan pada retina atau saraf
optik
o terjadi perbaikan penglihatan, maka berarti terdapat astigmatisma atau silinder
pada mata tersebut yang belum mendapat koreksi.
Bila pasien astigmatisma, maka pada mata tersebut dipasang lensa positif yang cukup
besar untuk membuat pasien menderita kelainan refraksi astigmatismus miopikus
Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat dan ditanya garis pada kipas yang paling
jelas terlihat
Bila perbedaan tidak terlihat, lensa positif diperlemah sedikit demi sedikit hingga pasien
dapat melihat garis yang terjelas dan kabur
Dipasang lensa silinder negatif dengan sumbu sesuai dengan garis terkabur pada kipas
astigmat
Lensa silinder negatif diperkuat sedikit demi sedikit pada sumbu tersebut hingga sama
jelasnya dengan garis lainnya
Bila sudah sama jelasnya, dilakukan tes kartu Snellen kembali.
Bila tidak didapatkan hasil 6/6, maka mungkin lensa positif yang diberikan terlalu berat ,
harus dikurangi perlahan-lahan, atau ditambah lensa negatif perlahan-lahan sampai tajam
penglihatan menjadi 6/6. Derajat astigmat adalah ukuran lensa silinder negatif yang
dipakai hingga gambar kipas astigmat tampak sama jelas.
o
o

Pemeriksaan Presbiopia
Untuk lanjut usia dengan keluhan dalam membaca dilanjutkan dengan pemeriksaan presbiopia.
Cara

Dilakukan penilaian tajam pengtihatan dan koreksi kelainan refraksi bila terdapat miopia,
hipermetropia, atau astigmatisma, sesuai prosedur di atas
Pasien diminta membaca kartu baca pada jarak 30-40 cm (jarak baca)
Diberikan lensa positif mulai +1 dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca huruf terkecil
pada karlu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan
Dilakukan pemeriksaan mata satu persatu

Biasanya pemeriksaan ulang dengan kedua mata hasilnya lebih rendah, hasil ini yang diberikan
pada pasien untuk menjadi kacamatanya.

Pencegahan
Selama bertahun-tahun, banyak pengobatan yang dilakukan untuk mencegah atau memperlambat
progresi miopia, antara lain dengan:
o
o
o
o
o

Koreksi penglihatan dengan bantuan kacamata


Pemberian tetes mata atropin.
Menurunkan tekanan dalam bola mata.
Penggunaan lensa kontak kaku : memperlambat perburukan rabun dekat pada
anak.
Latihan penglihatan : kegiatan merubah fokus jauh dekat.

Terapi
Terapi meliputi edukasi mengenai kelainan refraksi, penggunaan kaca mata tidak menyembuhkan
kelainan refraksi, meningkatkan jumlah asupan makanan yang mengandung vitamin A, B, dan C.
Kebutuhan mengkoreksi kelainan refraksi tergantung gejala pasien dan kebutuhan penglihatan.

Pasien dengan kelainan refraksi ringan dapat tidak membutuhkan koreksi. Koreksi kelainan
refraksi bertujuan mendapatkan koreksi tajam penglihatan terbaik.
Kaca mata merupakan alat koreksi yang paling banyak dipergunakan karena mudah merawatnya
dan murah. Lensa gelas dan plastik pada kaca mata atau lensa kontak akan mempengaruhi
pengaliran sinar. Warna akan lebih kuat terlihat dengan mata telanjang dibanding dengan kaca
mata. Lensa cekung kuat akan memberikan kesan pada benda yang dilihat menjadi lebih kecil,
sedangkan lensa cembung akan memberikan kesan lebih besar. Keluhan memakai kaca mata
diantaranya, kaca mata tidak selalu bersih, coating kaca mata mengurangkan kecerahan warna
benda yang dilihat, mudah turun dari pangkal hidung, sakit pada telinga dan kepala.
Selain kacamata, lensa kontak juga alat koreksi yang cukup banyak dipergunakan. Lensa kontak
merupakan lensa tipis yang diletakkan di dataran depan kornea untuk memperbaiki kelainan
refraksi dan pengobatan. Lensa ini mempunyai diameter 8-10 mm, nyaman dipakai karena
terapung pada kornea seperti kertas yang terapung pada air. Agar lensa kontak terapung baik
pada permukaan kornea maka permukaan belakang berbentuk sama dengan permukaan kornea.
Permukaan belakang lensa atau base curve dibuat steep (cembung kuat), flat (agak datar)
ataupun normal untuk dapat menempel secara longgar sesuai dengan kecembungan kornea.
Perlekatan longgar ini akan memberikan kesempatan air mata dengan mudah masuk diantara
lensa kontak dan kornea. Air mata ini diperlukan untuk membawa makanan seperti oksigen.
Keuntungan dibandingkan dengan kaca mata biasa antara lain:
1. Pembesaran yang terjadi tidak banyak berbeda dibanding bayangan normal
2. Lapang pandangan menjadi lebih luas karena tidak banyak terdapat gangguan tepi
bingkai pada kaca mata.
Selain itu dapat pula dilakukan pembedahan. Salah satu terapi pembedahan yang cukup populer
adalah dengan cara LASIK atau bedah dengan sinar laser. Pada lasik yang diangkat adalah
bagian tipis dari permukaan kornea yang kemudian jaringan bawahnya dilaser. Pada lasik dapat
terjadi hal-hal berikut : kelebihan koreksi, koreksi kurang, silau, infeksi kornea, ataupun
kekeruhan pada kornea. Terapi bedah lain yang dapat dilakukan antara lain penanaman lensa
buatan di depan lensa mata, pengangkatan lensa, radikal keratotomi dan Automated Lamelar
Keratoplasty (ALK).

Anda mungkin juga menyukai