DIABETES MELLITUS
Oleh:
Destia Windi Damayanti
G99121013
STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. R
Umur
: 50 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jebres, Surakarta
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Swasta
B. DATA DASAR
Keluhan Utama: kesemutan di kedua kaki
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien merupakan pasien kontrol poli penyakit dalam, pasien mengeluh masih
sering kesemutan di kedua kakinya, sering buang air kecil pada malam hari, sering kali
merasa haus dan lapar. Satu bulan yang lalu pasien sudah periksa ke poli penyakit dalam
dengan keluhan yang sama ditambah sering merasa lemas walaupun sudah banyak makan
dan menggangu aktivitas pasien yang sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Kemudian
pasien diberi obat metformin 3 x 1 namun keluhan tidak terlalu signifikan berkurangnya.
Sekarang pasien datang kembali ke poliklinik penyakit dalam karena dirasakan keluhan
tidak perlu signifikan berkurang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat mondok
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
2
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat Gizi
Pasien sehari makan tiga kali, dengan nasi satu piring penuh dengan lauk pauk tempe,
tahu, sayur, kadang-kadang dengan ikan, telur, daging, atau ayam. Pasien jarang makan
buah-buahan.
II. ANAMNESIS SISTEM dan PEMERIKSAAN FISIK
Keluhan utama : kesemutan di kedua kaki
a.
Kulit
b.
Kepala
c.
Mata
d.
Hidung
e.
Telinga
f.
Mulut
g.
Tenggorokan
h.
Sistem respirasi
i.
Sistem kardiovaskuler
j.
k.
Sistem musculoskeletal
: lemas
l.
Sistem genitourinaria
m.
: kesemutan
n.
o.
p.
Status neurologis
: dalam batas normal
Status gizi
: BB=63 kg, TB=170 cm BMI=21,8 kg/ m2 (normoweight)
Tanda Vital
:TD :120/80 mmHg
Nadi : 90x/mnt
RR :20x/mnt
Suhu :36,6C
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. Pemeriksaan Laboratorium
3
Pemeriksaan
Hb
Hct
AL
AT
AE
GDS
GDP
HbA1c
Kolestrol total
Trigliserid
SGOT
SGPT
HDL
LDL
Ureum
Creatinin
As urat
Na
K
Cl
IV.
29/05/12
Satuan
Rujukan
13
39
12,4
229
4,40
295
196
10
180
129
40
50
30
53
47
1,0
4,4
136
4,4
104
g/dl
%
103 / L
103 / L
106/ L
mg/dl
Mg/dL
%
Mg/dl
U/L
U/L
U/L
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mmol/L
Mmol/L
Mmol/L
12-15,6
33-45
4,5-14,5
150-450
4,10-5,10
80-110
70-110
<7%
50-200
50-150
0,0-38
0,0-41
49-74
0-130
10-50
0,6-1,1
3,4-7
136-146
3,5-5,1
98-106
RESUME
Pasien merupakan pasien kontrol poli penyakit dalam, pasien mengeluh masih
sering kesemutan di kedua kakinya, sering buang air kecil pada malam hari, sering kali
merasa haus dan lapar. Satu bulan yang lalu pasien sudah periksa ke poli penyakit
dalam dengan keluhan yang sama ditambah sering merasa lemas walaupun sudah
banyak makan dan menggangu aktivitas pasien yang sudah dirasakan sejak 3 bulan
yang lalu. Kemudian pasien diberi obat metformin 3 x 1 namun keluhan tidak terlalu
signifikan berkurangnya. Sekarang pasien datang kembali ke poliklinik penyakit
dalam karena dirasakan keluhan tidak perlu signifikan berkurang. Riwayat DM (+)
pada ibu.
Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80, nadi 90x/mnt, RR 20x/mnt,
suhu 36,6C, BMI 21,8 kg/m2 (normoweight). Laboratorium didapatkan Hb= 13 g/dl,
Hct= 39%, Trombosit = 229, Eritrosit= 4,40 106/ L, Leukosit: 12,4 x103 / L, GDS=
295 mg/dl, GDP= 196 mg/dL, HbA1c = 10%.
4
V.
DIAGNOSIS
Diabetes melitus tipe II
VI.
Tujuan Pengobatan
Tujuan umum : Meningkatkan kualitas hidup
Tujuan jangka pendek : menghilagkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa
nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah.
Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.
Tujuan akhir : turunnya morbiditas dan mortalitas DM
VII. TERAPI
1.
2.
Penyakit DM
Penyulit DM
Hipoglikemia
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hamper sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
Kebutuhan kalori wanita 25 kal/kgbb : 25 x 63 = 1575 kal
Usia decade 40-59 tahun dikurangi 5 % :
5% x 1575 = 78,75 kal
Aktifitas sedang +20% :
20% x 1575 = 315 kal
5
Latihan jasmani
Latihan jasmani akan meningkatkan aliran darah, menyebabkan kapiler banyak
terbuka, sehingga reseptor insulin banyak tersedia. Olahraga teratur yaitu 3-4 kali
dalam seminggu, selama kurang lebih 30-45 menit. Diantaranya jalan kaki,
bersepeda, jogging, ataupun renang
4.
Terapi farmakologis
Golongan biguanid dalam hal ini metformin. Metformin dapat menurunkan
produksi glukosa di hepar, meningkatkan sensitifitas jaringan otot dan adipose
terhadap insulin. Dalam penggunaan metformin diharapakan dapat terjadi penurunan
resistensi insulin. Efek dari pemberian metformin yakni mual, muntah dan diare.
Dosis sediaan metformin 500mg dan 850mg. Dosis maksimal per hari 3g/hari.
Golongan sulfonil urea dengan mekanisme kerja yaitu merangsang sel
langerhans pankreas, hal ini efektif jika sel langerhans pankreas masih baik.
Absorbsi senyawa sulfonil urea melalui usus cukup baik. Efek samping yaitu
hipoglikemik, gangguan cerna dan saraf pusat. Dosis sediaan 2,5-5mg.
Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi. Kombinasi yang umum
digunakan adalah golongan sulfonilurea dengan biguanid. Kombonasi dual golongan
ini bekerja sinergistik, dapat digunakan pada DM tipe 2 yang tidak terkendali.
Peresepan
Pasien diedukasi, melaksanakan diet, dan latihan jasmani, kemudian dievaluasi selama
4-8 jam. Jika ketiga terapi diatas tidak mampu memenuhi tujuan terapi maka diberikan
intervensi farmakologis.
R/ Glibenklamid tab mg 2,5 No. XIV
1 dd tab 1 a.c
R/ Metfomin tab mg 500 No. XLII
3 dd tab 1 d.c
6
TINJAUAN PUSTAKA
DIABETES MELLITUS
A. Definisi
Merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif.
B. Klinis
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penderita diabetes. Kecurigaan adanya DM
perlu dipikirkan bila terdapat:
1.
Keluhan klasik : poliuria, polidipsia, polifagi, dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
7
2.
Keluhan lain : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
C. Klasifikasi
Klasifikasi etiologis DM menurut Assosiasi Diabetes Amerika / American Diabetes
Association (ADA) tahun 2005 adalah sebagai berikut :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
(destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)
a. Melalui proses imunologik
b. Idiopatik
2. Diabetes Melitus Tipe 2
(bervariasi mulai dari yang predominan retensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama retensi insulin)
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
a. Defek genetik fungsi sel beta :
- Kromosom 12, HNF-1 (dahulu MODY 3)
- Kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2)
- Kromosom 20, HNF-4 (dahulu MODY 1)
- Kromosom 13, insulin promoter factor-1 (IPF-1, dahulu MODY 4)
- Kromosom 17, HNF-1 (dahulu MODY 5)
- Kromosom 2, neuro D1 (dahulu MODY 6)
- DNA Mitokondria, lainnya
b. Defek genetik kerja insulin : resistensi insulin tipe A, leprechaunism, sindrom Rabson
Mendenhall, diabetes lipoatrofik, dan lainnya.
c. Penyakit eksokrin pankreas : pankreatitis, trauma/pankreatektomi, neoplasma, fibrosis
kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, lainnya.
d. Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromositoma, hipertiroidisme
stomatostatinoma, aldosteronoma, lainnya.
e. Karena obat/ zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon
tiroid, diazoxid, agonis beta adrenergik, tiazid, dilantin, interferon alfa, lainnya.
f. Infeksi : rubella congenital, CMV, lainnya
g. Imunologi (jarang) : sindrom Stiff-man, antibodi anti reseptor insulin, lainnya.
8
h. Sindroma genetik lain : sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom Turner, sindrom
Wolframs, ataksia Friedreics, Chorea Huntington, sindrom Laurence-Moon-Biedl,
distrofi miotonik, porfiria, sindrom Prader Willi, lainnya
4.
Diabetes Kehamilan
D. Diagnosis
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara :
1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS) 200
mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM
2. Dengan TTGO.
3. Dengan pemeriksaan glukosa darah puasa yang lebih mudah dilakukan, dan diterima
oleh pasien.
E. Komplikasi DM
Komplikasi DM dapat dibagi menjadi :
1.
Komplikasi akut :
a. Ketoasidosis diabetik (KAD)
b. Hiperosmolar non ketotik (HONK)
c. Hipoglikemia
2.
Komplikasi kronis :
b. Mikroangiopati :
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik
c. Neuropati
Yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa hilangnya
sensasi distal. Adanya neuropati berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan
amputasi
Gejala lain yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri dan
lebih terasa nyeri di malam hari.
d. Gabungan
Kardiopati : penyakit jantung koroner, kardiomiopati
e. Rentan infeksi
f. Kaki diabetik
g. Disfungsi ereksi
Pengertian
Diabetes Mellitus tipe-2 (DM tipe-2) adalah suatu kelompok kelainan metabolisme
yang ditandai oleh hiperglikemia kronis sebagai akibat adanya defek sekresi insulin, kinerja
insulin, atau kombinasi keduanya. Hiperglikemia kronis pada DM tipe II dihubungkan
dengan terjadinya kerusakan jangka panjang, disfungsi, kegagalan berbagai organ tubuh,
terutama pada mata, ginjal, syaraf, jantung, dan pembuluh darah.
B.
Diagnosis DM
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada diabetesi. Kecurigaan adanya DM perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti :
Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria serta pruritus vulva pada wanita.
10
1.
Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan GDS 200 mg/dl atau GDP
126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Puasa diartikan pasien tidak
mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
2.
Dengan TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) : Kadar glukosa darah 2 jam pada
TTGO 200 mg/dl (11,1 mmol/L), TTGO dilakukan dengan standar WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan
dalam air. Tetapi meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik
disbanding dengan pemeriksaan glukosa darah puasa, namun memiliki keterbatasan
karena sulit dilakukan berulang ulang, dan dalam praktek sangat jarang dilakukan.
C.
Faktor Resiko DM
Adapun faktor resiko DM antara lain :
1.
Usia 45 tahun
2.
3.
4.
5.
D.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas hidup pasien diabetis,
yaitu :
1. Jangka pendek :
Hilangnya keluhan dan tanda DM
Mempertahankan rasa nyaman
Tercapainya target pengendalian glukosa
2. Jangka panjang :
Tercegah
dan
terhambatnya
progresivitas
penyulit
seperti
mikroangiopati,
Edukasi
11
Penyakit DM
Penyulit DM
Hipoglikemia
merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan perilaku hampir sama
dengan proses edukasi yang memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
2.
12
Dua per lima bagian makanan sebaiknya mencakup sayuran/salad maupun buahbuahan.
Seperlima sisanya sebaiknya mencakup makanan yang mengandung protein, seperti
daging, ikan, telur, kacang-kacangan, atau keju.
Lebih dari separuh kasus pasien diabetes tidak dapat mengikuti pola diet mereka.
Alasannya banyak sekali, tetapi angka kegagalan ini dapat dikurangi dengan
menghindari kerumitan yang tidak perlu dan memberikan penjelasan mengenai prinsipprinsip diet kepada setip pasien.
Komposisi diet yang dianjurkan untuk penderita DM berulang kali mengalami
perubahan. Mula-mula mengacu pada diet DM di negara barat dengan komposisi
karbohidrat rendah, sekitar 40-50% dari total energi (diet A). Namun, saat ini
dianjurkan persentase karbohidrat lebih tinggi sampai 60-70% dari total kebutuhan
energi atau disebut juga diet B. Disamping anjuran mengenai karbohidrat, protein dan
lemak, dianjurkan pula pemakaian karbohidrat kompleks yang mengandung banyak
serat dan rendah kolesterol. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan
komposisi:
Karbohidrat
60-70%
Protein
10-15%
Lemak
20-25%
13
Indeks (BMI) dan rumus Broca. BMI dihitung dengan rumus BMI = BB(kg)/TB(m 2).
Klasifikasi BMI:
BB kurang
<18,5
BB normal
18,5-22,9
BB lebih
>23,0
Dengan risiko
23,0-24,9
Obes I
25,0-29,9
Obes II
>30
Untuk menghitung kebutuhan kalori dapat dipaai rumus Broca, yaitu: Berat Badan
Idaman (BBI) = (TB 100)-10%.
3.
Latihan jasmani
Latihan jasmani akan meningkatkan aliran darah, menyebabkan kapiler banyak terbuka,
sehingga reseptor insulin banyak tersedia. Olahraga
seminggu, selama kurang lebih 30-45 menit. Diantaranya jalan kaki, bersepeda, jogging,
ataupun renang.
Manfaatnya:
-
4.
Intervensi farmakologis
Intervesi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan
TGM dan latihan jasmani.
1. Obat Hipoglikemik Oral ( OHO )
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan
(Sudoyo Aru, 2006) :
A. Pemicu sekresi insulin (insuline secretagogue): sulfonilurea dan glinid
B. Penambah sensitifitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion
14
sebelum makan karena diserap dengan lebih baik. Pada obat yang diberikan satu kali
sehari sebaiknya diberikan pada waktu makan pagi atau pada makan makanan porsi
terbesar.
2) GLINID
Kerjanya juga melalui reseptor sulfonilurea (SUR) dan mempunyai struktur
yang mirip dengan sulfonilurea tetapi tidak mempunyai efek sepertinya.
Repaglinid (derivat asam benzoat) dan nateglinid (derivat fenilalanin) keduaduanya diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan cepat dikeluarkan
melalui metabolisme dalam hati sehingga diberikan 2 sampai 3 kali sehari.
B. Golongan Insulin Sensitizing
1) BIGUANID
Saat ini golongan biguanid yang banyak dipakai adalah metformin. Metformin
terdapat dalam konsentrasi yang tinggi didalam usus dan hati, tidak dimetabolisme
tetapi secara cepat dikeluarkan melalui ginjal. Oleh karena itu metformin biasanya
diberikan dua sampai tiga kali sehari kecuali dalam bentuk extended release.
Efek samping yang dapat terjadi adalah asidosis laktat, dan untuk
menghindarinya sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal (kreatinin >1,3mg/dl pada perempuan dan >1,5mg/dl pada laki-laki) atau pada
gangguan fungsi hati dan gagal jantung serta harus diberikan dengan hati-hati pada
orang usia lanjut.
Mekanisme kerja metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya
terhadap kerja insulin pada tingkat seluler, distal reseptor insulin dan menurunkan
produksi glukosa hati. Metformin meningkatkan pemakaian glukosa oleh usus
sehingga menurunkan glukosa darah dan menghambat absorpsi glukosa di usus
sesudah asupan makan. Setelah diberikan secara oral, metformin akan mencapai
kadar tertingi dalam darah setelah 2 jam dan diekskresi lewat urin dalam keadaan
utuh dengan waktu paruh 2,5 jam.
Metformin dapat menurunkan glukosa darah tetapi tidak akan menyebabkan
hipoglikemia sehingga tidak dianggap sebagai obat hipoglikemik, tetapi obat
antihiperglikemik. Metformin tidak meyebabkan kenaikan berat badan.
16
obat
yang
juga
mempunyai
efek
farmakologis
untuk
17
Secara klinik rosiglitazone dengan dosis 4 dan 8 mg/hari (dosis tunggal atau
dosis terbagi 2 kali sehari) memperbaiki konsentrasi glukosa puasa sampai 55 mg/dl
dan A1C sampai 1,5% dibandingkan dengan placebo. Sedang pioglitazone juga
mempunyai kemampuan menurunkan glukosa darah bila digunakan sebagai
monoterapi atau sebagai terapi kombinasi dengan dosis sampai 45 mg/dl dosis
tunggal. Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung kelas I
IV karena dapat memperberat udem / retensi cairan dan juga pada gangguan faal
hati. Pada pasien yang menggunakan tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan faal
hati secara berkala. Saat ini tiazolidindion tidak digunakan sebagai obat tunggal.
C. Penghambat Glukoneogenesis
METFORMIN
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), disamping juga memperbaiki ambilan perifer. Terutama dipakai
pada diabetisi gemuk. Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal (kreatinin serum > 1,5) dan hati, serta pasien pasien dengan
kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit serebrovaskular, sepsis, syok, gagal
jantung). Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi efek
samping tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan.
D. Penghambat Alfa Glukosidase ( acarbose )
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa glukosidase
di dalam saluran cerna sehingga dengan demikian dapat menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial. Obat ini bekerja di lumen usus
dan tidak menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin.
Efek samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan flatulen.
Acarbose hampir tidak diabsorbsi dan bekerja lokal pada saluran pencernaan.
Acarbose mengalami metabolisme di dalam saluran pencernaan, metabolisme
terutama oleh flora mikrobiologis, hidrolisis intestinal dan aktifitas enzim
pencernaan. Waktu paruh eliminasi plasma kira-kira 2 jam pada orang sehat dan
sebagian besar diekskresi melalui feses.
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Memilih Obat Hipoglikemi Oral:
18
a. Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian dinaikkan
secara bertahap.
b. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping
obat-obat tersebut (misalnya klorpropamid jangan diberikan 3 kali 1 tablet,
karena lama kerjanya 24 jam).
c. Bila memberikannya bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya
interaksi obat.
d. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral, usahakanlah
menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal baru beralih kepada insulin.
e. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh pasien.
Tabel Mekanisme kerja, efek samping utama dan pengaruh OHO terhadap penurunan
A1C ( Hb-glikosilat )
Golongan
Penurunan A1C
1,5 2 %
1,5 2 %
1,5 2 %
0,5 1,0 %
1,3%
Potensial
normal
sampai
19
Golongan
Sulfonilurea
Glinid
Tiazolidindion
Penghambat
glukosidase
Biguanid
2.
Generik
Mg/tab
Lama
kerja
24-36
12-24
10-16
68
24
24
Frek/hari
100-250
2,5 - 5
5 - 10
30
1,2,3,4
0,5,1,2
120
4
Dosis
harian
100-500
2,5 - 15
5 230 - 120
0,5 - 6
1,5 - 6
360
4-8
Klorpropamid
Glibenklamid
Glipizid
Glikuidon
Glimepirid
Repaglinid
Nateglinid
Rosiglitazon
Pioglitazon
Acarbose
15,30
50-100
15 - 45
100-300
24
1
3
Metformin
500-850
2503000
6-8
1-3
1
12
12
23
1
3
3
1
Waktu
Sebelum
makan
Tdk
bergantung
jadwal makan
Bersama
suapan
pertama
Bersama/sesu
dah makan
INSULIN
Insulin diperlukan pada keadaan :
- Penurunan berat badan yang cepat
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
- Ketoasidosis diabetik
- Hiperglikemia hiperosmolar nonketotik
- Hiperglikemia dengan asidosis laktat
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
20
Buatan
Efek puncak
Lama kerja
21
Cepat
Actrapid
Humulin-R
Menengah
Insulatard
Monotard Human
Humulin-N
Campuran
Mixtard 30
Humulin-30/70
Panjang
Lantus
Bentuk Penfill untuk
2-4 jam
6-8 jam
4-12 jam
18-24 jam
1-8
14-15
Tidak ada
24 am
Aventis
Novopen 3 adalah :
Actrapid Human 100
Insulatard Human 100
Maxtard 30 Human 100
Bentuk Penfill untuk Humapen Ergo adalah :
Humulin-R 100
Humulin-N 100
Humulin-30/70
Bentuk Penfill untuk Optipen adalah :
Lantus
Sumber : PERKENI, 2006
Terapi kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi. Terapi OHO dengan kombinasi
harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja
berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula diberikan
kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO dengan
insulin. Pada pasien yang disertai alasan klinik dimana insulin tidak memungkinkan
untuk dipakai, dipilih terapi kombinasi dengan tiga OHO.
Untuk kombinasi OHO dengan insulin, yang banyak dipergunakan adalah
kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja sedang / panjang) yang diberikan
pada malam hari menjelang tidur.
22
glokosidase inhibitor
Defek
reseptor
diet
insulin
Gula ekstrasel
Transport glukosa
Def. insulin
Pankreas (disfungsi
sel B)
F.
sel
Insulin
Biguanid
Tiazolidindion
sulfonilurea
Penyulit DM
Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun :
1.
2.
Penyulit menahun
3.
a.
b.
G. Prognosis DM
23
Sekitar 60% pasien DM yang mendapat insulin dapat bertahan hidup seperti orang
normal, sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal kronis, dan kemungkinan untuk
meninggal lebih cepat.
Lampiran
24
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arif, dkk. Kapita selekta kedokteran ed III jl I. Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta : 2001
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Indonesia. Semarang: 2006.
Powers C Alvin. Harrisons Principle of Internal Medicine 16 th. Medical Publishing Division
Mc Graw-Hill. North America: 2005.
Sudoyo Aru.W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV, jl III. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta: 2006
Suyono S. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta: 2007; Hal 7-14
25