Anda di halaman 1dari 7

1.

Definisi Pencemaran Udara


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12
mengenai Pencemaran Lingkungan
Pencemaran Udara adalah pencemaran yang disebabkan oleh
aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan
bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti
kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan
awan panas.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002
tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
atau mempengaruhi kesehatan manusia.
Menurut Kumar
Pencemaran Udara ialah adanya bahan polutan di atmosfer
yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik
atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya.
Kesimpulan :
Pencemaran udara adalah adanya bahan-bahan atau zat-zat
asing yang masuk dan bercampur ke dalam udara sehingga menyebabkan
terjadinnya perubahan susunan udara dari keadaan yang normalnya dan
mengakibatkan munculnya gangguan pada manusia maupun lingkungan.
2. Baku Mutu Emisi
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 13 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER
TIDAK BERGERAK
Pasal 1
Dalam keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas maksimum emisi yang
diperbolehkan dimasukkan ke dalam lingkungan;
2. Emisi adalah makluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain yang dihasilkan dari
kegiatan yang masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambient;
3. Batas maksimum adalah kadar tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke udara
ambient;
4. Perencanaan adalah proses kegiatan rancang bangun sehingga siap untuk dilaksanakan
pembangunan fisiknya;

5. Menteri adalah proses kegiatan rancang bangun sehingga siap untuk dilaksanakan
pembangunan fisiknya;
6. Badan adalah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;
7. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I , Gubernur Kepala Daerah
khusus Ibu kota dan gubernur Kepala Daerah Istimewa.
Pasal 2
(1) Baku mutu emisi sumber tidak bergerak untuk jenis kegiatan :
a. Indusrti besi dan baja sebagaimana tersebut dalam Lampiran I A dan Lampiran I B
b. Industri pulp dan kertas sebagaimana tersebut dalam Lampiran II A dan Lampiran
IIB;
c. Pembangkit lisrtik tenaga uap berbahan bakar batu bara sebagaimana tersebut dalam
Lampiran IIIA dan Lampiran IIIB;
d. Industri semen sebagaimana tersebut dalam Lampiran IV A dan Lampiran IV B;
(2) Bagi jenis kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang :
a. telah beroperasi sebelum dikeluarkannya keputusan ini, berlaku Baku Mutu Emisi
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran A dan wajib memenuhi Baku Mutu Emisi
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran B selambat-lambatnya tanggal 1 januari
tahun 2.000
b. tahap perencanaannya dilakukan sebelum dikeluarkannya keputusan ini, dan
beroperasi setelah dikeluarkannya keputusan ini, berlaku Baku Mutu Emisi
lampiran A dan wajib memenuhi Baku Mutu emisi lampiran B selambat-lambatnya
tanggal 1 January tahun 2000;
(3) bagi jenis kegiatan sebagaimana tersebut dalam ayat (1) yang tahap perenacanaannya
dilakukan dan beroperasi setelah dikeluarkannya keputusan ini berlaku Baku Mutu Emisi
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran B;
(4) bagi jenis kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diberi jangka waktu selama
satu tahun sejak ditetapkannya keputusan ini untuk mencapai baku mutu emisi
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran A;
(5) Baku mutu emisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditinjau secara berkala sekurangkurangnya sekali dalam lima tahun.
Pasal 3
(1) Menteri menetapkan baku mutu emisi untuk kegiatan di luar jenis kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1);
(2) Selama baku mutu emisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum ditetapkan, maka
jenis kegiatan di luar jenis kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
berlaku baku mutu emisi sebagaimana dimaksud dalam lampiran V keputusan ini.
Pasal 4
Badan melakukan pembinaan , pegembangan pengendalian pencemaran udara, menetapkan
pedoman teknis pemantauan kualitas udara, methoda pengambilan contoh dan analisisnya
serta menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.

Pasal 5
(1) Apabila diperlukan, Gubernur dapat menetapkan parameter tambahan di luar parameter
sebagaimana dimaksud dalam lampiran keputusan ini dengan persetujuan Menteri;
(2) Gubernur dapat menetapkan baku mutu emisi untuk jenis-jenis kegiatan di daerahnya
lebih ketat dari ketentuan sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 ayat (1);
(3) Dalam menetapkan baku mutu emisi daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
(2), Gubernur mengikutsertakan pihak-pihak yang berkepentingan;
Pasal 6
Apabila analisis mengenai Dampak lingkungan bagi kegiatan mensyaratkan baku mutu emisi
yang lebih ketat dari baku mutu emisi sebagaimana dimaksud dalam keputusan ini, maka
untuk kegiatan tersebut ditetapkan baku emisi sebagaimana diisyaratkan oleh analisis
mengenai dampak lingkungan.
Pasal 7
(1) Setiap penanggung jawab jenis kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
wajib memenuhi ketentuan sebagaimana berikut :
a. membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat
pengaman;
b. memasang alat ukur pemantauan yang melitputi kadar dan laju alir volume untuk
setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur arah dan kecepatan angin;
c. melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong
emisi;
d. menyampaikan laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam huruf (c)
kepada Gubernur dengan tembusan Kepala Badan sekurang-kurangnya sekali
dalam 3 (tiga) bulan;
e. melaporkan kepada Gubernur serta kepala Badan apabila ada kejadian tidak normal
dan atau dalam keadaan darurat yang mengakibatkan baku mutu emisi dilampaui.
(2) Kepala Badan menetapkan pedoman teknis pembuatan unit pengendalian pencemaran
udara sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini.

Pasal 8
Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dicantumkan dalam izin
Ordonansi Gangguan.

Pasal 9
Dengan berlakunya keputusan ini, maka Baku Mutu Udara emisi sumber tak bergerak
sebagaimana dimaksud dalam keputusan Menteri Negara kependudukan dan Lingkungan
Hidup Nomor : kep-02/MENKLH/I/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu
Lingkungan, dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 10
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di: Jakarta


Pada Tanggal : 7 Maret 1995

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,


TTD

SARWONO KUSUMAATMADJA

3. Definisi Udara
Menurut ANAXIMENES
Menurutnya, udara merupakan zat yang terdapat di dalam semua hal,
baik air, api, manusia, maupun segala sesuatu. Karena itu, Anaximenes
berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar segala sesuatu. Udara
adalah zat yang menyebabkan seluruh benda muncul, telah muncul, atau
akan muncul sebagai bentuk lain
Udara Ambien
Menurut Peraturan Gubernur DIY Nomor 8 Tahun 2010 tentang
program Langit Biru tahun 2009-2013, definisi Udara Ambien adalah
udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di
dalam wilayah yuridiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhinya kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur
lingkungan hidup lainnya.
Udara Emisi
Udara emisi adalah udara yang langsung dikeluarkan oleh sumber
emisi seperti knalpot kendaraan bermotor dan cerobong gas buang pabrik.
Udara Bersih
Udara Bersih adalah udara yang bebas dari polusi dalam bentuk padat,
cair, atau gas, seperti debu dan karbon

Pengelolaan dan Pencemaran Udara

OLEH :
ANITA PRATIWI

D12113302

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015

REFERENSI

http://hukum.unsrat.ac.id/lh/menlh_13_1995.pdf
http://blh.bantulkab.go.id/filestorage/dokumen/2014/07/Buku%20Kualitas%20Udara
%202013.pdf
https://ml.scribd.com/doc/69557679/Chapter-II
http://www.pengertianpakar.com/2015/04/pengertian-pencemaran-udara-menurut.html#_
https://id.wiktionary.org/wiki/udara_bersih

Anda mungkin juga menyukai

  • Aerated Lagoon
    Aerated Lagoon
    Dokumen2 halaman
    Aerated Lagoon
    Anita Pratiiwii
    100% (3)
  • IPAL
    IPAL
    Dokumen22 halaman
    IPAL
    Putri Mushandri Pratami
    Belum ada peringkat
  • Cara Vissim
    Cara Vissim
    Dokumen2 halaman
    Cara Vissim
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • 3 Fix
    3 Fix
    Dokumen1 halaman
    3 Fix
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Rekomendasi 2015
    Rekomendasi 2015
    Dokumen1 halaman
    Rekomendasi 2015
    Abdul Aziz Slamet
    Belum ada peringkat
  • Daftar Tabel Daftar Gambar Dan Daftar Isi
    Daftar Tabel Daftar Gambar Dan Daftar Isi
    Dokumen18 halaman
    Daftar Tabel Daftar Gambar Dan Daftar Isi
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen9 halaman
    Makalah
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Amplop KKN 93
    Amplop KKN 93
    Dokumen1 halaman
    Amplop KKN 93
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Perhitungan Kebisingan
    Perhitungan Kebisingan
    Dokumen2 halaman
    Perhitungan Kebisingan
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Surat Izin
    Surat Izin
    Dokumen1 halaman
    Surat Izin
    'Satria Putra Penarosa
    Belum ada peringkat
  • Makalah PKN
    Makalah PKN
    Dokumen19 halaman
    Makalah PKN
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Mau Di Rombak
    Mau Di Rombak
    Dokumen19 halaman
    Mau Di Rombak
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Deskripsi
    Deskripsi
    Dokumen1 halaman
    Deskripsi
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Surat Izin
    Surat Izin
    Dokumen1 halaman
    Surat Izin
    'Satria Putra Penarosa
    Belum ada peringkat
  • Mau Di Rombak
    Mau Di Rombak
    Dokumen19 halaman
    Mau Di Rombak
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Print T TTTTT TTTTT TTTTT
    Print T TTTTT TTTTT TTTTT
    Dokumen3 halaman
    Print T TTTTT TTTTT TTTTT
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Absorbs I
    Absorbs I
    Dokumen6 halaman
    Absorbs I
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • BAB III Original
    BAB III Original
    Dokumen23 halaman
    BAB III Original
    Arie Rambu Anarki
    Belum ada peringkat
  • HTTP
    HTTP
    Dokumen1 halaman
    HTTP
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Silogisme Kategorial
    Silogisme Kategorial
    Dokumen12 halaman
    Silogisme Kategorial
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Ke Simp Ulan
    Ke Simp Ulan
    Dokumen2 halaman
    Ke Simp Ulan
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Rambu Ukur, Kaki Tiga Dan GPS
    Rambu Ukur, Kaki Tiga Dan GPS
    Dokumen11 halaman
    Rambu Ukur, Kaki Tiga Dan GPS
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Kalimat Efektif
    Kalimat Efektif
    Dokumen1 halaman
    Kalimat Efektif
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Drainase 2
    Drainase 2
    Dokumen27 halaman
    Drainase 2
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Tugas 2
    Tugas 2
    Dokumen3 halaman
    Tugas 2
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • TRTTTTTTTTTTTTTTT
    TRTTTTTTTTTTTTTTT
    Dokumen7 halaman
    TRTTTTTTTTTTTTTTT
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Dampak Terhadap Cuaca Dan Iklim1
    Dampak Terhadap Cuaca Dan Iklim1
    Dokumen9 halaman
    Dampak Terhadap Cuaca Dan Iklim1
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi Penutup
    Bab Vi Penutup
    Dokumen2 halaman
    Bab Vi Penutup
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen7 halaman
    Tugas 1
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat
  • Ke Simp Ulan
    Ke Simp Ulan
    Dokumen2 halaman
    Ke Simp Ulan
    Anita Pratiiwii
    Belum ada peringkat