Anda di halaman 1dari 2

HUKUM MEMBATALKAN KHITHBAH (PINANGAN) DALAM PANDANGAN ISLAM

Khithbah (artinya pinangan) adalah salah satu prosesi dan etika yang dianjurkan
dalam Islam. Khithbah merupakan pertanda bahwa seseorang (wanita) telah
diikat oleh seorang laki-laki sehingga sekaligus sebagai penanda agar jangan
sampai ada laki-laki lain yang berusaha untuk meminang sang wanita tsb.
Khithbah bukan setengah pernikahan, apalagai dianggap sama dengan menikah.
Di dalam Islam, batasan khithbah tidak ada. Namun sebagian besar ulama
menganjurkan agar setelah khithbah, disegerakan untuk menikah. Hal ini
didasarkan pada peristiwa saat sahabat Nabi SAW yang bernama Abdurrahman
bin Auf, saat mengadakan khithbah, kemudian disegerakan menikah pada hari itu
juga. Namun itu bukan batasan waktu sebagai kewajiban, melainkan agar tidak
terjadi fitnah dari masyarakat.
Dalam kaitannya dengan topik inti: bolehkan salah satu pihak (misalnya si wanita
yang dilamar) membatalkan lamaran dari si laki-laki? Dalam hal ini, semua ulama
sepakat bahwa khithbah bukan bagian dari kewajiban ajaran dalam Islam.
Khithbah adalah sebatas etika, bukan kewajiban. Dengan demikian, si
waita yang membatalkan lamaran itu tidak dikenakan sangsi hukum agama
(misalnya haram), melainkan mungkin sangsi moral saja. Di antara dalilnya
adalah hadits sebagai berikut:


" :- -
: :


-

: -



-

" )
-



-

.(
Ibnu Umar RA meriwayatkan bahwa Umar bin Khathab RA mengatakan soal
putrinya (yang bernama Hafshah) yang belum memiliki suami, kepada Abu Bakar
RA, (Wahai Abu Bakar), jika kamu mau, akan saya nikahkan Hafshah
denganmu. Kemudian Abu Bakar masih menimbang2 beberapa hari. Kemudian
kemudian Rasulullah SAW meminang (melamar) Hafshah. Dalam keadaan seperti
itu, Abu Bakar berkata kepada Umar, Sesungguhnya saya tidak keberatan
dengan hal itu (melamar putrimu), hanya saja saya lalu mendengar bahwa
Rasulullah SAW telah menyebut (akan melamar) putrimu itu. Tentu saya tidak
akan menyingkap rahasia ini (tentang rencana Rasulullah SAW melamar Hafshah
pen). Andai beliau (Rasulullah SAW) meninggalkan lamaran itu, tentu saya
terima tawaran kamu itu (HR Imam Bukhari, dikutip dari kitab Al-Mausah AlFiqhiyyah f Fiqh Al-Kitb wa As-Sunnah, karya Husein bin Audah al-Awaysyah).
-

Berdasarkan dalil di atas, maka para ulama sepakat bahwa membatalkan


khithbah tidak dilarang. Yang dilarang adalah meminang seorang perempuan
yang sedang atau masih dipinang oleh orang (laki-laki) lain. Hal ini sesuai dengan

hadits Rasulullah SAW, Seorang (laki-laki) tidak boleh meminang seorang wanita
yang masih dipinang oleh laki-laki lain, kecuali (laki-laki itu) sudah meninggalkan
atau membatalkannya (Hadits Riwayat Imam Muslim).
-

Demikian kira-kira penjelasan saya.

Anda mungkin juga menyukai