Anda di halaman 1dari 3

BAB 1.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia lanjut merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia (Maryam 2008). Lanjut usia adalah laki-laki atau perempuan yang
berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih mampu maupun karena
sesuatu tidak mampu lagi berperan aktif dalam pembangunan (Depkes RI, 2001).
Pengertian lansia dari definisi diatas dapat disimpulkan adalah tahapan akhir
kehidupan manusia yang telah berusia 60 tahun atau lebih yang mengalami
penurunan, yang disebabkan oleh proses menua.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti telah
melalui tiga tahapan kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan
kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, penglihatan semakin memburuk, dan gerakan lambat (Nugroho, 2008).
Proses penuaan otak merupakan bagaiam dari proses degeneratif yang dapat
menimbulkan gangguan neuropsikologis, salah satunya yang paling umum terjadi
pada lansia adalah demensia.
Demantion adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual yang
menyebabkan deteriorasi kognitif dan fungsional, sehingga mengakibatkan
gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktifitas sehari-hari. Demensia beresiko
tinggi pada kelompok usia 65 tahun dan tidak bergantung pada bangsa, suku,
kebudayaan, dan status ekonomi. Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65
tahun dan 50% pada usia yang lebih dari 85 tahun akan mengalami gangguan
kognitif, dimana akan dijumpai gangguan yang ringan sampai terjadinya demensia
(Yaffe dkk, 2001). Peningkatan insiden dan prevalensi demesia merupakan
tantangan bagi pemberi pelayanan kesehatan di indonesia, karena dampak
dimensia yang dapat menimbulkan perubahan perilaku pada lansia. Kondisi ini
menyebabkan demensia memerlukan perhatian dan perawatan yang khusus
(Miller, 2004).
1

Pada tahun 2014 Craig. J melakukan penelitian dengan judul Music


Therapy For Service Users Whith Dementia: A Critical Review Of The Literature.
adalah suatu terapi non farmakologi yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi
kognitif, komunikasi, fungsi motorik dan fungsi sosial pada lanjut usia.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 sampai dengan 23 Januari 2015 di
Ruang Kenanga RSJ Dr. Radjiman Wedodiodiningrat Lawang. Pengkajian
dilakukan kepada semua klien lanjut usia dengan metode wawancara dan
observasi menggunakan lembar MMSE. Atas dasar tersebut, maka Terapi Aktifitas
Kelompok (TAK) yaitu terapi musik dapat membantu lanjut usia dalam mengingat
masa lalu yang menyenangkan, serta lanjut usia dapat besosialisasi dengan baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengurangi gejala demensia pada klien lanjut usia di Ruang Kenanga RSJ
Dr. Radjiman Wedodiodiningrat Lawang.
2. Tujuan Khusus
a) Klien dapat meningkatkan fungsi komunikasi.
b) Klien dapat meningkatkan fungsi kognitif.
c) Klien dapat meningkatkan fungsi motorik.
d) Klien dapat meningkatkan fungsi sosial
C. Manfaat
1. Bagi Profesi perawat
a) Perawat dapat mengetahui praktik Terapi Aktifitas Kelompok
khususnya terapi musik pada lansia dengan benar.
b) Perawat lebih memahami tentang teknik mengaplikasikan Terapi
Aktrifitas Kelompok: terapi musik pada lansia di Rumah Sakit Jiwa dr.
Radjiman Widyodiningrat.

2. Bagi penyusun
a) Sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang praktik Terapi Aktifitas
Kelompok keperawatan jiwa khususnya pada klien psikogeriatri.
b) Lebih mengetahui tentang isi dari praktik Terapi Aktifitas Kelompok:
terapi musik pada klien psikogeriatri.
3. Bagi Klien
a. Klien dapat meningkatkan fungsi komunikasi.
b. Klien dapat meningkatkan fungsi kognitif.
2

c. Klien dapat meningkatkan fungsi motorik.


d. Klien dapat meningkatkan fungsi sosial

Anda mungkin juga menyukai