PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti sendi, atas,
dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian Pancasila
merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang
penting dan baik (Muhamad Yamin:1945). Setelah selesai disusun oleh para the founding
fathers di tahun 1945, suatu proses lanjut berupa ideologisasi terhadap gagasan-gagasan
yang terkandung dalam pancasila belum lagi sempat dilakukan dan dituntaskan. Meski,
dalam perjalanan kehidupan sebagai satu bangsa selama tak kurang dari 63 tahun lamanya,
pancasila telah menghubungkan dan membuat pancasila bangsa ini merasa terikat satu sama
lain. Namun ikatan itu terutama adalah lebih karena faktor sejarah, bahwa sejak awal
kemerdekaan, pancasila telah dicanangkan dan diperkenalkan sebagai dasar falsafah dan
ideology bangsa. Pancasila dalam konteks situasi sejarah itu bisa digambarkan sebagai
gagasan dasar dan sebagai konstruksi pemikiran, namun sjarah menunjukkan pula bahwa
pancasila sekaligus juga merupakan sesuatu yang agak terpisah dari realitas kehidupan
masyarakat sehari-hari sebagai satu bangsa merdeka. Hingga kini, masih selalu muncul
persoalan bagaimana pancasila itu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari kita,
katakanlah sebagai metode dalam membangun bangsa. Kita telah sepakat dalam suatu
pengharapan bersama bahwa ideology akan menuntun kita ke satu arah. Akan tetapi, pada sisi
lain kitapun ternyata menghadapi kesulitan untuk menghubungkan ideology bangsa tersebut
dengan berbagai problematika sosial yang nyata.
Pancasila dapat dikatakan sebagi ideologi pembangunan, berati pembangunan ikut
dalam memberikan pada pemerintah RI kewenangan dalam mempersiapkan kebijaksanaan
dalam wujud cita-cita kehidupan bangsa melalui pembangunan nasional yang dilakukan
dengan
penyusunan
kaidah-kaidah
atau
norma-norma
penting
dalam
penunjang
pembangunan yang sedang dilaksanakan. Pancasila bukan hanya menangani masalahmasalah dalam percaturan politik (ideology persatuan), melainkan mampu pula membackup
kehidupan pembangunan negara secara menyeluruh.
Sebagai ideology terbuka
kemajuan dunia dewasa ini, termasuk kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi serta
lajunya sarana komunikasi, membuat dunia seolah menjadi sempit dan kecil sehingga
1
pembangunan akhirnya tidak terkait ada faktor-faktor yang ada di dalam negeri saja tetapi
juga sangat tergantung pada jaringan politik dunia yang sangat dipengaruhi kekuatankekuatan
ekonomi
global ,
antara
lain
dalam
kesenjangan sosial, politik, konflik dan terorisme sehingga kita harus mampu menghadapi
segenap tantangan dan hambatan dalam kehidupan guna dapat memelihara stabiltas
nasional untuk mempersiapakan kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat bangsa melalui
pembangunan nasional yang berkesinambungan, disamping juga tetap
menjaga dan mempertahankan identitas dalam ikatan pertahanan nasional dan timbul dengan
persatuan nasional. Mampu bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia. Melalui ideologi
terbuka dikembangkan dinamika kehidupan masyarakat berbangsa, membuka wawasan
yang lebih luas secara
kongkrit,
serta
dapat
lebih
mudah
pemecahan
segenap
permasalahan yang timbul dengan penyelesaian secara baik dan lebih terbuka, dengan
berdasarkan atas kesepakatan seluruh masyarakat tanpa paksaan dari luar.
Historiografi Pancasila didedah Yudi Latif mulai proses perumusannya pada
1 Juni 1945. Agenda itu menemukan kesatuanpandang tentang philosophische
grondslag (landasan
filosofis)
atau weltanschauung
merupakan
konsepsi
final.
Berbagai
desa,
semangat
kesedarajatan,
Pancasila adalah wujud penyatuan kehendak untuk membebaskan bangsa dari represi politik
2
berbangsa
perlu
dilawan
dengan
Pancasila harus diaktualisasikan dalam laku adil sejak dalam merumuskan kebijakan,
menjunjung tinggi hukum, solidaritas politik nirkorupsi, serta obsesi keadilan dan
kesejahteraan bersama.
BAB II
ISI
2.1
Problematika Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bangsa Indonesia. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima
sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
dan
tercantum
pada
paragraf
ke-4
1945.1 Seiring perkembangan jaman dan teknologi, munculah berbagai persoalan yang
menyangkut keberadaan pancasila sebagai dasar negara. Dibawah ini merupakan
problematika pancasila saat ini.
2.1.1
Krisis Kepemimpinan
Para pejabat negara yang seharusnya lebih memberikan teladan dalam mengamalkan
Pancasila, namun yang terjadi justru sebaliknya. Pelanggaran nilai - nilai Pancasila
kerap terjadi di kalangan pejabat negara. Korupsi adalah salah satu cerminan
pelanggaran nilai - nilai Pancasila yang dilakukan para oknum pejabat. Begitu banyak
kasus korupsi yang terjadi di negeri ini, mulai dari kasus - kasus besar seperti kasus Bank
Century yang merugikan uang Negara triliunan rupiah, kasus Gayus Tambunan yang melahap
uang pajak dari rakyat, kasus Nazarudin, kasus BLBI, kasus Nunun Nurbaeti dan begitu
banyak kasus korupsi lainnya. Padahal jika kita lihat sila kelima Pancasila, yaitu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, seharusnya pejabat Negara lebih mengedepankan
kepentingan rakyat untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Tapi
para pejabat
kita
betapa bejadnya
memperkaya diri sendiri, tak peduli jutaan rakyat Indonesia yang masih kelaparan.
Cerminan lain hilangnya Pancasila di sendi kehidupan para pejabat kita
adalah kesewenang-wenangan dan ketidakadilan. Kasus terbaru yang mengiris hati kita
yang di alami seorang anak berusia 15 tahun di Palu yang mencuri sandal berharga 35.000
milik seorang anggota polisi. Anak tersebut dimejahijaukan dan dinyatakan bersalah serta
diancam hukuman 5 tahun. Coba bayangkan, mencuri sandal diancam hukuman 5 tahun tapi
para koruptor yang mencuri uang rakyat miliaran rupiah hanya dijatuhi hukuman beberapa
4
bulan saja, dan tidak hanya itu, para koruptor masih dapat menikmati kemewahan di dalam
penjara. Keadilan di negeri ini hanya tajam ke bawah tapi masih tumpul ke atas.
Pengadilan begitu tegasnya jika menghadapi rakyat kecil namun jika berhadapan dengan
para pejabat, orang besar, keadilan begitu mudahnya dipermainkan. Kasus terakhir yang
sangat menyedihkan adalah kasus bentrok di Bima. Masyarakat Bima memprotes adanya
tambang di daerah mereka yang dirasa mengancam lingkungan, polisi mengerahkan
anggotanya untuk membubarkan warga, begitu beringasnya polisi membubarkan warga
dengan senjata yang berujung tewasnya 2 orang dan melukai puluhan orang. Polisi yang
seharusnya melindungi masyarakat namun yang terjadi malah polisi seakan menganggap
masyarakat musuh negeri yang harus dilenyapkan.
2.1.2
kehidupan rakyat biasa. Semakin maraknya bentrokan antar warga, antar suku yang seringkali
hanya dilatarbelakangi masalah kecil. Kekerasan atas nama agama semakin marak terjadi
di negeri ini, kerukunan antar umat beragama yang terkandung dalam Pancasila sudah tidak
lagi diamalkan bangsa ini. Belum lagi moral pelajar negeri ini yang seringkali tawuran.
Aspirasi mahasiswa dalam demo juga sering diwujudkan dengan tindakan kekerasan,
seperti membakar ban di tengah jalan, memblokade jalan, menghadang bahkan membakar
kendaraan yang lewat. Seakan sudah hilang citra masyarakat Indonesia yang terkenal
ramah tamah.
2.1.3
Ideologi Baru
Pancasila. Berulangkali dengan berbagai cara dan tujuan, Pancasila ingin dirobohkan,
ingin diganti. Dua kekuatan atau ideologi yang menorehkan sejarah tentang penggantian
Pancasila ini adalah komunis dan Islam. Pada Tahun 1965 terlepas dari polemic G30S PKI
yang masih menyimpan misteri, PKI adalah salah satu lembaga yang menamakan diri sebagai
partai yang ingin mengganti dasar Negara yaitu pancasila dengan dasar
Negara komunis.
Cita-cita komunis ini untungnya kandas sebelum berkembang, PKI juga sudah dihapuskan
dari Indonesia dan dinyatakan sebagai organisasi terlarang. Selain itu, Sejak dulu sampai
sekarang, golongan Islam Fundamentalis masih ingin mengganti dasar Negara itu dengan
syariat Islam. Namun sampai sejauh ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia masih
tetap bertahan, walau kita tidak tahu sampai kapan itu akan bertahan.
2.1.4
kebosanan
yang
mulai
dirasakan
oleh
masyarakat khususnya
para
pelajar
dan
Otoritas atau hak yang sempit itulah, yang akhirnya memaksa para guru mengikuti secara
kaku kurikulum resmi yang begitu padat. Itulah sebabnya Pembelajaran Pancasila dan
Kewarganegaraan sangat miskin kreativitas dan inovasi, serta dijejali dengan materi hapalan.
Metode pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan saat ini juga terlalu
konvensional, yaitu masih menggunakan metode ceramah, menyalin dan mencatat, serta
mengerjakan soal-soal yang sangat banyak yang bisanya ada di lembar kerja siswa (LKS).
Bahkan di banyak sekolah, para pengajar pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
bukanlah guru yang dididik langsung tentang nilai-nilai pancasila, tapi guru yang ahli
dibidang lain. Misalnya, di sebuah sekolah yang kekurangan guru, seorang guru
yang
pancasila saat ini mulai terpinggirkan. Bahkan, saat ini Pendidikan kewarganegaraan sangat
rentan dimanipulasi
oleh
kekuatan
penguasa
untuk
melanggengkan kekuasaannya.3
Kerawanan itu terlihat dengan jelas dari perubahan kebijakan pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dari waktu ke waktu yang lebih merefleksikan kemauan dan kepentingan
pihak berkuasa. Misalnya, dengan terkonsolidasinya kekuatan Orde Baru, kepentingan dan
tafsir kekuasaan
kemudian mengubahnya dengan nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Mata pelajaran
tersebut baru ditinjau kembali setelah berlangsung hampir 20 tahun lamanya. Perubahan itu
terjadi dalam kurikulum 1994
dengan
pendidikan
di
kewarganegaraan
mengintegrasikan
bawah
mata
pendidikan
pelajaran
Pancasila
dan
pelajaran tersebut
mengubah
signifikan
karakter
pendidikan
Pancasila
dan
kewarganegaraan yang bias akan kekuasaan, bahkan hal ini menonjolkan tafsir rezim yang
berkuasa, tidak menarik, dan formalistik.
Apabila kita membahas lagi tentang hubungan pemerintah dengan pendidikan
pancasila. Poin tentang hal ini adalah pada masa pemerintahan orde baru, bahkan para ahli
pun menyebutkan tentang hal tersebut. Purwadi menyebutkan bahwa Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan acapkali digunakan oleh penguasa sebagai alat indoktrinasi
politik. Pendapat yang hampir sama juga dilontarkan oleh Muchson, AR yang menuturkan
bahwa
Pendidikan
Pancasila
dan
Kewarganegaraan
telah berfungsi
sebagai
alat
penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Kritikan yang tidak kalah pedas juga
dilontarkan oleh Listiyono Santoso yang mengemukakan bahwa Pendidikan Pancasila yang
berjalan selama ini
terlalu
idealis,
pengulangan, dan
sarat dengan
utopis,
indoktrinatif,
statis,
monoton,
penuh
Pendidikan Pancasila hanya menghasilkan orang-orang yang pintar menghafal, namun tidak
mengimplementasikan.
Rekayasa
Pancasila melahirkan dampak yang tidak terbayangkan. Selain gagal memaksa rakyat
Indonesia melupakan Soekarno, pemerintahan Soeharto melahirkan trauma kolektif atas
politisasi Pancasila. Kapok massal tersebut melahirkan gugatan depolitisasi. Pancasila
dipersoalkan secara formal kendatipun secara substantif merupakan konstruksi ideal
filosofis sebagai ideologi Negara.
7
era
reformasi. Banyak pihak termasuk pemerintah setelah rezim Orde Baru takut dan alergi
dengan
dalam
mata
pelajaran/kuliah
Pancasila hanya mendapatkan porsi yang sedikit. Materi Pendidikan Kewarganegaraan dalam
praktiknya pun lebih banyak menekankan hal-hal yang menyangkut kewarganegaraan
dibanding pengajaran dan pengimplementasian nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Akibatnya,
Pancasila yang sarat dengan nilai-nilai adiluhung tidak banyak tersentuh oleh Pendidikan
Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan lebih banyak berbicara tentang hakikat
negara dan bentuk-bentuk kenegaraan, sistem hukum dan peradilan nasional, hak asasi
manusia (HAM), pemberantasan korupsi, serta kedudukan warga negara.
Penghapusan
Pendidikan
Pancasila
dari
Sistem
Pendidikan Nasional
memberatkan.
Di
jenjang
SD
saja
para
siswanya
sudah dikenalkan
soal
ahli tata
negara. Padahal, Semestinya di jenjang ini, siswa diajarkan untuk menjadi warga negara
yang bertanggung jawab, aktif, dan kritis dalam menyikapi situasi sosial dan
kewarganegaraan, sehingga nilai-nila yang terkandung dalam pancasila bisa benar-benar
meresap dalam hati mereka untuk diterapkan dalam kehidupan mereka.
8
Pancasila
dihapuskannya
Pendidikan
Kewarganegaraan.
Sebab,
2.2.1
Resosialisasi Pancasila
Resosialisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pemasyarakatan
kembali. Dalam hal ini, berarti pengenalan embali nilainilai Pancasila kepada masyarakat
luas.Pancasila diambil dari Bahasa Sansekerta, yaitu Panca yang berarti lima dan sila yang
berarti prinsip atau asas. Jadi, Pancasila dapat diartikan sebagai lima rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Ada pun 5 sila yang
terdapat dalam Pancasila adalah:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dan
permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Langkah-langkah dalam pemasyarakatan Pancasila adalah:
1. Selektif terhadap pengaruh dari
globalisasi
dalam
segala bidang
yang masuk ke
Indonesia.
2. Menumbuhkan semangat nasionalisme pada bangsa Indonesia. Contohnya adalah dengan
menghargai, mendukung dan membeli produk-produk lokal yang diproduksi sendiri oleh
bangsa Indonesia.
3. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila pada diri bangsa Indonesia.
4. Memahami dan menerapkan bahwa Pancasila sebagai dasar dan ideologi yang merupakan
9
sama
pemerintah
dengan
para
tokoh
agama,para
pendidik,
badan
bidang
pendidikan,
para
pendidik
memberikan
pelajaran pendidikan
Pancasila/
pendidikan kewarganegaraan, tidak hanya dalam segi
kognitifnya
melainkan
juga
Low Enforcement
Dalam
kehidupan
sosial,
terdapat
norma-norma
yang
mengatur kehidupan
manusia. Norma adalah kaidah atau aturan yang disepakati dan memberi pedoman tingkah
laku
bagi
masyarakat
dalam
diinginkan. Norma dapat berwujud perintah dan larangan. Perintah merupakan kewajiban
bagi seseorang untuk berbuat sesuatu yang dipandang baik. Sedangkan larangan adalah
kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat atau menjauhi sesuatu yang akibatnya
dipandang tidak baik.
Norma-norma yang berlaku di masyarakat Indonesia:
1.
Norma Agama
Norma agama adalah petunjuk hidup yang berasala dari Tuhan yang Maha Esa dan
berisi perintah, larangan, atau anjuran-anjuran. Norma agama mengatur hubungan antara
manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia. Sanksi bagi pelanggar norma agama
tidak langsung menerima sanksi-nya di dunia, tapi di akhirat.
Contoh :
- Membayar zakat tepat pada waktunya bagi penganut agama islam
10
2.
Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan adalah aturan yang bersumber dari hati nurani manusia tentang baik
buruknya suatu perbuatan. Sanksi jika melanggar norma ini adalah perasaan bersalah, cemas,
malu dan perasaan kesal dalam hati.
3.
Norma Kesopanan
Norma kesopanan merupakan sebuah norma yang bertujuan untuk mencapai
keharmonisan hidup bersama (pleasant living together). Norma ini timbul karena pergaulan
yang ada di masyarakat dan diikuti serta ditaati sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku
manusia yang satu dengan yang lainnya. Sanksi pelanggaran norma ini adalah dikucilkan
oleh masyarakat.
Contoh-contoh norma kesopanan ialah:
a. Menghormati orang yang lebih tua.
b. Menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan.
c. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan sombong.
d. Tidak meludah di sembarang tempat.
e. Tidak menyela pembicaraan.
4.
Norma Hukum
Norma ini bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama (peaceful living
together). Norma hukum merupakan aturan-aturan yang bersumber atau dibuat oleh lembaha
negara
yang berwenang. Norma ini bersifat mengikat dan memaksa. Negara memiliki
kekuasaan untuk memaksakan aturan-aturan hukum agar dipatuhi dan bagi siapa saja yang
bertindak melawan hukum dapat diancam dan dijatuhi hukuman tertentu. Sanksi dari norma
hukum bersifat tegas dan nyata.
Pada dasarnya, hukum di Indonesia dibagi menjadi 2, yaitu:
1.Law in book
Adalah hukum yang sengaja dibuat oleh badan permusyawaratan dan
badan perwakilan yang berwenang. Bentuk hukum tertulis bisa berupa:
a) Peraturan perundang-undangan
b) Peraturan kebijakan
11
kembali
Pancasila
harus
12
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dengan pembuatan buku ini, dapat disimpulkan:
a. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia.
b. Resosialisasi Pancasila dapat menumbuhkan dan mengenalkan kembali nilai-nilai
pancasila kepada rakyat Indonesia
c. Untuk mengatasi problematika pancasila warga Indonesia harus lebih mengenal dan
mengamalkan pancasila.
3.2 Saran
Saran-saran ditujukan bagi mahasiswa dan seluruh rakyat Indonesia:
a. Lebih menumbuhkan semangat nasionalisme.
b. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai pancasila.
c. Memahami dan menerapkan bahwa pancasila sebagai ideologi yang merupakan filter
bagi masuknya budaya asing.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. http://Sociopolitical.wordpress.com, di akses pada tanggal 8 Juni 2015
2. Lamtarida Simbolon.
Rapuhnya
Pancasila..
14