Anda di halaman 1dari 8

1.

Aplikasi Data
1.1 Metode Pengolahan BOD dengan menggunakan Model Programming
Kebutuhan air bagi mayoritas warga banyak bergantung pada pasokan air sumber perairan
seperti sungai atau danau. Air Sungai atau danau biasanya digunakan oleh Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) sebagai bahan baku air minum. Namun, konsentrasi limbah dan beban pencemaran
yang diterima oleh sungai atau danau ini meningkat karena adanya berbagai aktifitas warga,
sedangkan daya dukung SDA dan daya tampung beban pencemaran semakin menurun. Untuk
mencapai tingkat kualitas air sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka perlu upaya
pengelolaan. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan beban pencemaran yang boleh dibuang ke
sungai, yang disesuaikan dengan debit air sungai yang ada agar sesuai dengan daya dukung dan daya
tampungnya.
Besarnya kapasitas beban (daya dukung) sungai agar tidak tercemar dihitung dengan
mengalikan besarnya beban BOD limbah yang tidak mencemari sesuai baku mutu sungai (dalam
mg/l) dengan debit aliran sungai (dalam m 3/detik). Dari hasil perkalian ini setelah dikonversi akan
diperoleh satuan kapasitas beban BOD dalam ton/hari. Sedangkan beban pencemaran dihitung
dengan mengalikan BOD limbah yang masuk ke sungai (dalam mg/l) dengan besarnya debit aliran
sungai (dalam m3/detik). Dari hasil perkalian ini setelah dikonversi pada akhirnya akan diperoleh
satuan beban pencemaran BOD dalam ton/hari (Razif dan Yuniarto, 2004 dalam Maulidya 2008).
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003, daya
tampung beban pencemaran air adalah kemampuan air pada suatu sumber air untuk menerima
masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi cemar. Penetapan daya
tampung beban pencemaran air dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan neraca massa
komponen-komponen sumber pencemaran atau menggunakan model matematik yang dikembangkan
oleh Streeter-Phelps.

1.1.1 Perhitungan Beban Cemaran BOD dengan Aplikasi Program Qual2e


Perhitungan beban cemaran dikembangkan oleh Streeter-Phelps (1925) dimana
penentuan beban pencemaran air didasarkan pada kurva defisit DO (Disolved Oxygen) dengan
anggapan bahwa kebutuhan oksigen (BOD) di air diperlukan untuk kehidupan perairan sehingga
kebutuhan oksigen di air ini dapat digunakan untuk mengukur terjadinya pencemaran.
Pemodelan Streeter-Phelps hanya terbatas pada dua fenomena, yaitu proses pengurangan
oksigen terlarut oleh proses bakteri dan proses kelarutan oksigen dalam air oleh proses aerasi.

Selanjutnya model ini pada tahun 1970 dikembangkan oleh Texas Water Development Board
yang disebut paket software DOSAG1.
Program DOSAG1 selanjutnya oleh Texas Water Development Board dikembangkan
kemampuannya untuk menghitung DO, BOD, Temperatur dengan pengaturan Temperatur
dilakukan secara internal selama simulasi dilakukan, paket software ini disebut sebagai Qual I.
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (US Environmental Protect Agency) akhirnya
mengambil alih pengembangan Qual I dikembangkan menjadi paket program Qual II, yang lebih
mampu untuk melaksanakan simulasi pada badan air sungai yang lebih kompleks dan mampu
mensimulasikan interaksi dengan lingkungan yang berhubungan dengan fotosintesa, simulasi
berbagai macam nutrient dan keterkaitannya dengan oksigen terlarut. Simulasi dapat dilakukan
dalam aliran steady dan unsteady. yang dapat menjalankan pada sistem operasi Windows 98 dan
paket program Qual2e bersifat public domain.(Wiwoho,2005)
USEPA telah merangkum persamaan dinamika internal menjadi modul-modul persamaan
model matematik yang diintegrasikan dengan persamaan model aliran satu dimensi. Persamaan
tersebut oleh USEPA digunakan untuk menghitung perubahan : BOD, DO, Nitrogen sebagai
nitrat-nitrit-amoniak, posphat sebagai phospat organic dan coliform.
Persamaan perubahan BOD dapat dituliskan sebagai berikut :

BOD
t

= (K1 BOD K3 BOD)

dimana :
BOD = Biological Oxygen Demand (mg BOD/L)
K1

= Koefisien Deoksigenasi (hari-1)

K3

= Koefisien Peluruhan BOD (hari-1)

= waktu
Pemrograman linier menggunakan model matematika untuk menggambarkan suatu

masalah. Sifat linier di sini berarti semua fungsi matematika harus berupa fungsi linier. Kata
pemrograman di sini bukan berarti program komputer, melainkan perencanaan (Hillier dan
Lieberman, 2008).
Model linear programming (LP) telah banyak diaplikasikan untuk mengoptimalkan
masalah alokasi sumber daya. Seperti namanya, model LP mempunyai dua karakteristik dasar,

yaitu fungsi tujuan dan kendala yang merupakan fungsi linear dari variabel keputusan (Maulidya,
2008)

1.1.2 Perhitungan Tingkat Persebaran Pencemaran dengan Menggunakan Aplikasi Sistem


Informasi Geografis (SIG)
Perkembangan industri yang tinggi berpotensi untuk terjadinya pencemaran lingkungan
hidup dan turut berkontribusi terhadap penurunan kualitas air. Pencemaran air perlu
dikendalikan, karena dapat mengganggu ekosistem lingkungan hidup. Pengendalian yang baik
dapat menjaga ketersediaan air yg berkualitas untuk makhluk hidup. Salah satu cara untuk
melakukan pengendalian terhadap pencemaran air adalah dengan menganalisisa tingkat kualitas
air di sekitar kawasan-kawasan industri. SIG adalah aplikasi yang digunakan untuk menentukan
tingkat pencemaran air melalui analisis cluster untuk mengelompokkan tingkat pencemaran
yang terjadi dan mengolah data spasial.
1.1.2.1 Pencemaran Air
Air sebagai salah satu komponen sumber daya alam terpenting yang harus dipergunakan
untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Untuk itu air perlu dikelola secara baik agar
tersedia dalam jumlah yang aman, baik kuantitas maupun kualitasnya dan bermanfaat bagi
kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya agar tetap berfungsi secara ekologis, guna
menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
Pencemaran air dapat diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Tingkat
tertentu yang dimaksud adalah baku mutu air yang ditetapkan dan berfungsi sebagai tolok ukur
untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air, juga merupakan arahan tentang tingkat
kualitas air yang akan dicapai atau dipertahankan oleh setiap program kerja pengendalian
pencemaran air. Secara umum proses terjadinya pencemaran air dapat dikelompokkan ke dalam
dua kategori, yaitu :
a) Pencemaran yang berasal dari sumber-sumber langsung (direct contaminant sources),
yaitu buangan (effluent) yang berasal dari sumber pencemar limbah hasil pabrik atau
suatu kegiatan dan limbah.

b) Pencemaran yang berasal dari sumber-sumber tak langsung (indirect contaminant


sources), yaitu kontaminan yang masuk dan bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah
atau pori-pori tanah dan bebatuan.
1.1.2.2 Analisis Cluster
Analisis cluster adalah suatu metode untuk mengelompokkan data set ke dalam beberapa
kelompok yang memiliki karakteristik yang sama atau serupa. Metode pengelompokan yang
konvensional membatasi setiap titik dari data yang diatur tepat ke satu cluster.
Tujuan dari analisis cluster adalah untuk mempartisi suatu set data menjadi dua kelompok
atau lebih dengan berdasarkan kesamaan karakteristik khusus yang dimilikinya. Berikut adalah
salah satu gambar contoh hasil dari perhitungan kebutuhan BOD dalam perairan pada suatu
daerah dengan menggunakan aplikasi SIG (Muziburrahman, dkk 2013)

Gambar. Distribusi Spasial dari BOD


1.1.3 Aplikasi Transformasi Laplace
Penentuan Biochemical Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen dipakai sebagai
tambahan penentuan DO, karena tes BOD merupakan salah satu metode untuk mengevaluasi
kebutuhan oksigen secara biokimia. BOD didefinisikan sebagai jumlah oksigen yang diperlukan
oleh bakteri untuk mendekomposisikan bahan organic (hingga stabil) pada kondisi aerobik. Oleh
karena itu, tujuan pemeriksaan BOD adalah untuk menentukan pencemaran air akibat limbah
domestik atau limbah industri. Umumnya makin tinggi BOD makin tinggi tingkat
pencemarannya.
Metode transformasi Laplace adalah suatu metode operasional yang dapat digunakan
secara mudah untuk menyelesaikan persamaan diferensial linier. Persamaan empiris BOD orde
pertama pada model DO dalam suatu aliran telah dikembangkan secara luas pada tahun 1925

oleh Streeter dan Phelps. Kemudian dikembangkan lagi untuk reaksi BOD orde 3/2 dan
multiorde. Jika ditinjau dari kejadian alam sebenarnya, fenomena kejadian disungai sangatlah
rumit. Untuk itu diperlukan beberapa penyederhanaan dengan asumsi sebagai berikut :
a) Penentuan persamaan DO digunakan persamaan BOD, yaitu persamaan DO dengan reaksi
BOD orde pertama dan orde 3/2.
b) Kondisi aliran yang terjadi adalah mantap dan seragam sehingga pengaruh dispersi pada
BOD dan DO pada sungai diabaikan.
c) Konstanta laju reaksi dan konstanta laju reaerasi merupakan parameter yang tetap dan tidak
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan serta parameterparameter lain.
1.1.3 Persamaan BOD Orde Pertama
model dasar dari konsentrasi BOD pada sungai dijelaskan oleh Streeter dan Phelps.
Model BOD mendeskripsikan penguraian dari organic biodegradable yang dinyatakan sebagai
persamaan BOD orde pertama disajikan dalam persamaan berikut :
dl
dt

= - K1L

dengan
L

= konsentrasi BOD (g/m3)

k1

= konstanta laju reaksi orde pertama (hari-1), dengan k1 >0 (Yuliastuti, 2010)

1.2 Metode Pengolahan BOD dengan Reaktor


1.2.1 Metode Konstruksi Surbsurface-Flow Wetland an Biofilter
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air bahwa pengelolaan limbah harus
dilakukan agar kualitas air terjamin dan dalam kondisi alamiahnya. Status mutu air dalam
kondisi tercemar apabila mutu air tidak memenuhi baku mutu air maka limbah yang akan
dibuang ke perairan harus memenuhi standar baku mutu yang ada agar tidak mencemari
lingkungan hidup. Suatu kegiatan yang tidak melakukan kegiatan penanggulangan pencemaran
air maka dikenakan biaya penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang bersangkutan.
Untuk mengatasi hal ini maka akan direncanakan suatu proses pengolahan limbah dengan
biofilter dan konstruksi wetland menggunakan tumbuhan. Menggunakan konsep fitoteknologi

karena metode ini murah. Selain itu, lahan yang digunakan untuk pengolahan limbah juga dapat
dimanfaatkan sebagai taman sehingga mempunyai nilai estetika untuk lingkungan.
Metode dilakukan di laboratorium dengan menguji kemampuan reaktor subsurface-flow
wetland menggunakan tumbuhan dan biofilter dalam menurukan konsentrasi BOD dan COD air
limbah. Metode ini dapat digunakan untuk mendapatkan nilai efisiensi removal BOD dan COD
yang optimum pada outlet air limbah, mendapatkan rasio BOD/COD yang stabil, dan
mendapatkan waktu detensi dan kerapatan tanam tumbuhan yang optimum pada pengolahan
limbah menggunakan metode wetland dan biofilter menggunakan tumbuhan dalam mereduksi
konsentrasi BOD dan COD.
Tahapan proses metode tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penelitian pendahuluan mengenai karakteristik awal air limbah yang digunakan.
2. Aklimatisasi tumbuhan. Dilakukan sebagai proses adaptasi tumbuhan di lingkungan yang
mengandung air limbah
3. Analisis penurunan BOD dan COD inlet dan outlet. Analisis COD menggunakan metode
analisis Closed Reflux Titimetri. Sedangkan analisis BOD menggunakan metode 5-days
BOD test
1.2.2 Metode Biologis
Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi
dengan segala modifikasinya.
Reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Di dalam reaktor

pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang

dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor
jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain:
oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional,
oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai
85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi
yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu
detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan

BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan
penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam
jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi
hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi,
cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam
lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.
Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung
dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak
dikembangkan selama ini, antara lain:
1. trickling filter
2. cakram biologi
3. filter terendam
4. reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-90%.
Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini
dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;
2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap
lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi
lebih ekonomis (Arif, 2010)

Referensi
Muhammad Arif, Latar, 2010. Pengolahan Limbah Cair dengan Metode Biologis.
FKM.Universitas Esa Unggul.
Maulidya, Ichda, dkk.2009.Studi Daya Dukung dan Daya Tampung Kali Surabaya Segmen
Gunungsari-Jagir dengan Metode Linear Programming. Teknik Lingkungan. FTSP. ITS.
Surbaya
Nita, Saraswaty Merdinia, dkk.2013.Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai
Mangetan Kanal Kabupaten Sidoarjo dengan Metode QUAL2Kw.Teknik Lingkungan.
ITS. Surabaya
Rahman Hakin, Arief,2013. Penurunan BOD dan COD pada Air Limbah Katering Menggunakan
Konstruksi Surbsurface-Flow Wetland dan Biofilter dengan Tumbuhan Kana (Canna
indica).Teknik Lingkungan. FTSP. ITS.Surabaya.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X
Print)

Anda mungkin juga menyukai