Beberapa diantaranya adalah pengertian yang dikutip dari buku James Steele,
SuistainableArchitecture adalah, Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini,
tanpa
membahayakan
kemampuan
generasi
mendatang,
dalam
memenuhi
Salah satu dampak urban sprawl adalah pemborosan energi besar-besaran akibat
pelayanan infrastruktur yang menjadi lebih luas seperti transportasi, air, drainase
dan listrik (energi), sehingga pada akhirnya menurunkan kualitas lingkungan
perkotaan. Selain perubahan tata guna lahan di sekitar kota-kota besar, aliran
kapital besar menjadikan negara Indonesia sebagai pasar terbuka untuk produkproduk dari luar negeri Tidak sedikit teknologi dan material import penunjang
pembangunan masuk ke Indonesia tanpa dilakukan penelitian dan pengembangan
secara lokal, padahal sebagian besar negara produsen bahan bangunan dan
teknologi adalah negara sub-tropis. Salah satu contohnya adalah alat pengondisian
udara (AC); negara sub-tropis produsen AC berudara kering, sedangkan udara di
Indonesia
berkelembaban
tinggi,
sehingga
suhu
rendah
tidak
menjamin
dampak
ini
dapat
dikurangi
dengan
menentukan
bentuk
system
Sustainable
Architecture
yang
mendalam
dalam
praktek
desain
bangunan, karena memahami fenomena kerusakan lingkungan yang ada saat ini.
Selanjutnya, konsep konsep di atas dapat diterjemahkan bahwa pendekatan
Sustainable Architecture perlu diterapkan secara menyeluruh dengan melihat
seluruh daur hidup dari bangunan tersebut. Konsep ini tidak cukup hanya semata
mata diterapkan pada elemen elemen bangunan secara terpisah. Hal ini memang
cukup sulit dipahami oleh mahasiswa Arsitektur, maupun Arsitek yang sudah
berpraktek cukup lama.
Hambatannya
terletak
pada
beberapa
aspek.
Pertama,
Sustainable
Architecture ini sulit diterapkan karena keengganan klien untuk membayar lebih
untuk setiap solusi ramah lingkungan. Biasanya hal ini disebabkan karena
rendahnya kesadaran klien terhadap dampak rumah tsb di masa depan.
Kedua,
karena ketiadaan data yang diperlukan untuk melakukan analisa awal sebelum
proses desain dimulai. Data data detail seperti tata guna lahan sekitar, topografi,
jenis tanah, sistem instalasi air limbah dll, biasanya tidak tersedia sehingga analisa
lahan menjadi kurang optimal. Ketiga, kesulitan integrasi konsep konsep di atas
karena waktu proses desain yang terlalu singkat. Padahal untuk mendapatkan
konsep desain yang berkelanjutan, kita perlu melakukan analisa yang mendalam,
proses desain serta simulasi untuk mengecek apakah desain kita dapat bekerja
secara optimum, Proses yang ketiga ini juga dikenal sebagai Total Building
Performance Evaluation. Proses ini biasanya dilakukan oleh Ahli Building Science
dengan beberapa software dan model bangunan yang final. Dengan proses ini,
maka keseluruhan proses membutuhkan waktu minimal 3 bulan, tergantung pada
luasan dan tingkat kerumitan rumah tersebut. Dan yang terakhir ialah, keengganan
arsitek untuk menerapkan desain yang terintegrasi dengan tata ruang. Biasanya hal
ini disebabkan karena pendekatan desain yang berorientasi ke mikro dalam
prosesnya. Padahal seringkali tata ruang secara keseluruhan menjadi carut marut
karena desain perumahan yang tidak tanggap terhadap konteks lingkungan
perkotaan. (Sumber : http://repository.petra.ac.id/15546/1/20110428-Gunawan_TDesain_Arsitektur_Berkelanjutan.pdf)
Dalam Deklarasi Copenhagen tsb, UIA menyampaikan betapa bangunan dan industri
konstruksi berdampak kepada perubahan iklim yang terjadi saaat ini. Dan berbagai dampak
ini dapat dikurangi dengan menentukan bentuk sistem lingkungan binaan (built
environment). Karena itu UIA berkomitmen untuk mengurangi dampak ini
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Symbiosis dapat diartikan sebagai interaksi antara dua organisme, maka, bila
arsitektur dapat kita letakkan menjadi suatu makhluk hidup, maka konsep
Symbiosis dalam arsitektur bisa diartikan sebagai hubungan antara dua fungsi atau
lebih, yang dapat berdiri sendiri namun juga dapat berinteraksi antara keduanya
dan dapat saling menguntungkan.
Sejak lahirnya istilah Simbiosis pada tahun 1923, Istilah yang identik
dengan dunia biologis ini sudah beberapa dekade dipinjam dan diterapkan
kedalam suatu konsep arsitektur. Jika dipelajari dari pengertiannya secara umum
simbiosis
dibedakan
menjadi
tiga,
simbisosis
yang
saling
menguntungkan,
merugikan, dan yang hanya menguntungkan suatu pihak. Tentunya simbiosis yang
diharapkan dalam suatu desain arsitektur adalah konsep simbiosis yang saling
menguntungkan. Contoh dalam kaitanya secara fungsi, misalnya seperti gedung
bioskop dan gedung restoran, dimana konsumen bisa menunggu jadwal bioskop
sambil menunggu di restoran, restoran jadi lebih ramai dengan adanya bioskop,
demikian juga sebaliknya. Namun keduanya juga dapat berjalan sendiri.
dengan
cara
menciptakan
suatu
desain
arsitektural
yang
dengan
menciptakan
suatu
ruang
penengah,
menggunakan
permainan material dan usaha lain sebagainya agar konflik tersebut justru menjadi
hal yang positif bagi rancangan yang akan dibuat. Simbiosis dapat dilakukan dalam
segala
dimensi
seperti
yang
dikutip
dari
Kisho
Kurosawa
dalam
bukunya
Contoh kasus yang saya ambil adalah tugu monument nasional di Jakarta yang
merupakan landmark ibukota negara yang berada di jantung kota Jakarta. Tugu ini
memang sengaja dibangun oleh Pemerintahan era Presiden Soekarno di pusat kota
Jakarta sebagai untuk mem. Yang dimana terdapat bangunan-bangunan bersejarah
yang menjadi saksi bisu perjalanan kota yang disebut kota pelajar ini. Semua
bangunan tersebut terdapat didepan alun-alun yang menjadi halaman Keraton,
yang dimana alun-alun ini menjadi tempat upacara adat Kesultanan Keraton
Yogyakarta pada masa dahulu. Dan hal ini memberi dampak yang cukup besar pada
masa sekarang ini. Aktivitas masyarakat sangat tinggi di tempat ini. Dimulai dengan
aktivitas berbelanja, wisata arsitektur peninggalan kolonial dan wisata kuliner. Dan
hal ini tentunya tidak lepas dari tiga aspek yang saling berkaitan yaitu manusia,
bangunan dan lingkungan.