Anda di halaman 1dari 7

ASMA BRONKIAL

Asma bronkial adalah infeksi kronik saluran napas yang menyebabkan peningkatan
hioer responsif dan menimbulkan gejala episodik berulang: mengi, sesak napas, dada terasa
berat dann batuk-batuk terutama malam atau dini hari.
a. Kategori Asma Bronkial
Asma bronkial biasanya dibagi menjadi dua kategori dan kebanyakan pasien menderita
kombinasi dari kedua jenis ini.
1. Asma alergi (ekstrinsik): Jenis asma ini adalah hasil dari reaksi alergi terhadap
pemicu dari lingkungan, seperti debu rumah, serbuk sari, jamur, dll. Asma alergi
menimpa sebagian besar anak-anak.
2. Non-asma alergi (intrinsik): Jenis asma biasanya disebabkan oleh infeksi sebelumnya
dari saluran pernapasan. Kerusakan infeksi selaput lendir dari bronkial. Kerusakan ini
menyebabkan bronkial menjadi terlalu sensitif terhadap lingkungan pemicu, seperti
udara dingin, asap rokok dan polusi. Jenis asma kebanyakan mempengaruhi orang
dewasa di atas usia 40.

b. Diagnosa Asma Bronkial


Asma adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan meningkatnya respon dari
saluran trakeo-bronkial terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa
penyempitan jalan nafas yang luas, dan beratnya serangan dapat berubah-ubah yang bersifat
refersibel, baik secara spontan maupun dengan pengobatan.
Penyempitan jalan nafas yang terjadi akibat infeksi (misalnya bronchitis akut atau
kronis), emfisema, atau karena penyakit kardiovaskular tidak termasuk asma.
Patogenesis penyempitan jalan nafas pada serangan asma disebabkan oleh :
1) Gangguan Imunologis (Faktor Ekstrinsik) :
Pada sebagian orang bila kontak dengan zat tertentu akan terjadi reaksi imunologi yang
berlebihan, yang sering disebut sebagai reaksi alergi atau reaksi atopik, dengan salah satu

akibatnya adalah penyempitan saluran nafas. Dalam hal ini sering didapat riwayat keluarga
yang positip menderita penyakit yang serupa atau penyakit alergi lainnya, seperti rinitis
alergika atau eksim (dermatitis atopik).
Berdasarkan cara masuknya, bahan yang menyebabkan alergi (alergen) dibagi menjadi :
a. Inhalan : masuk ke tubuh melalui saluran nafas, seperti : debu rumah, serpihan kulit
binatang (anjing, kucing, kuda), dan spora jamur.
b. Ingestan : masuk ke tubuh melalui saluran pencernaan, seperti : susu, telur, ikan, obatobatan

dll.

c. Kontaktan : masuk ke tubuh melalui kontak dengan kulit, seperti : obat salep kulit,
berbagai logam dalam bentuk perhiasan.
2) Gangguan keseimbangan sistem saraf otonom (Faktor Intrinsik) :
Terjadi karena peningkatan reaksi parasimpatis akibat reseptor kolinergik yang sensitif
sehingga sedikit rangsangan sudah bisa menimbulkan konstriksi bronkus melalui refleks
vagus.
Rangsangan dapat berupa : udara dingin, asap rokok, partikel dalam udara, gerakan
respirasi yang kuat (pada waktu tertawa atau olah raga) atau emosi jiwa.
Apapun penyebabnya akibat yang ditimbulkan oleh serangan asma adalah sama yaitu
konstriksi bronkus, edema mukosa bronkus dan produksi mukus yang berlebihan dan bersifat
kental, yang kesemuanya menyebabkan penyempitan saluran nafas.
Hiperaktivitas Bronkus.
Dewasa ini hiperaktivasi bronkus yang berhubungan erat dengan inflamasi dianggap
memegang peranan lebih penting dalam serangan asma dibanding dengan reaksi alergi.
Manifestasi klinik sangat jelas dilihat dengan begitu mudahnya timbul serangan asma bila
dirangsang, baik fisik, metabolik, kimia dan lain-lain.
Hiperaktivitas bronkus bersifat menetap dan sangat variabel pada masing-masing penderita.
Derajat hiperaktivitas bronkus diukur dari :
- Tingkat keparahan serangan asma.
- Lama serangan asma.

- Kecepatan perbaikan.
Variasi diurnal.
Adalah merupakan gambaran klinis asma yang sangat penting dalam penegakan
diagnosa, yaitu adanya serangan pada malam hari menjelang subuh dan membaik sepanjang
siang hari.
Pada kasus lain mungkin didapat riwayat penderita terbangun di malam hari akibat
batuk yang disertai sesak nafas dan mengi, atau penderita dengan batuk-batuk yang persisten
atau berulang dan memburuk pada malam hari.
Diagnosa Asma Bronkial ditegakkan dengan :
i.

Anamnesa :
~ Keluhan sesak nafas, mengi, dada terasa berat atau tertekan, batuk berdahak yang tak
kunjung sembuh, atau batuk malam hari.
~ Semua keluhan biasanya bersifat variasi diurnal.
~ Mungkin ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama atau penyakit alergi yang

lain.
ii.
Pemeriksaan Fisik :
~ Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih nyaman
dalam posisi duduk.
~ Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi.
~ Paru :
Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah.
Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.
~ Pada serangan berat :
tampak sianosis
N > 120 X/menit
Silent Chest : suara mengi melemah
Status Asmatikus
Adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma yang berat atau bertambah
berat yang bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim diberikan.
Refrakter adalah tidak adanya perbaikan atau perbaikan yang sifatnya hanya singkat,
dengan pengamatan 1-2 jam.
Gambaran klinis Status Asmatikus :
~ Penderita tampak sakit berat dan sianosis.

~ Sesak nafas, bicara terputus-putus.


~ Banyak berkeringat, bila kulit kering menunjukkan kegawatan sebab penderita sudah
jatuh dalam ehidrasi berat.
~ Pada keadaan awal kesadaran penderita mungkin masih cukup baik, tetapi lambat laun
dapat memburuk yang diawali dengan rasa cemas, gelisah kemudian jatuh ke dalam
koma.
c. Pengobatan
1. Pengobatan simptomatik
Tujuan Pengobatan Simpatomimetik adalah :
a) Mengatasi serangan asma dengan segera.
b) Mempertahankan dilatasi bronkus seoptimal mungkin.
c) Mencegah serangan berikutnya.

Obat pilihan untuk pengobatan simpatomimetik di Puskesmas adalah :


i.
Bronkodilator golongan simpatomimetik (beta adrenergik / agonis beta)
- Adrenalin (Epinefrin) injeksi.
Obat ini tersedia di Puskesmas dalam kemasan ampul 2 cc
Dosis dewasa : 0,2-0,5 cc dalam larutan 1 : 1.000 injeksi subcutan.
Dosis bayi dan anak : 0,01 cc/kg BB, dosis maksimal 0,25 cc.
Bila belum ada perbaikan, bisa diulangi sampai 3 X tiap15-30 menit.
- Efedrin
Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 25 mg.
Aktif dan efektif diberikan peroral.
Dosis :
- Salbutamol
Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet kemasan 2 mg dan 4 mg.
Bersama Terbutalin (tidak tersedia di Puskesmas) Salbutamol merupakan
bronkodilator yang sangat poten bekerja cepat dengan efek samping minimal.
Dosis : 3-4 X 0,05-0,1 mg/kg BB
ii.
Bronkodilator golongan teofilin
- Teofilin
Obat ini tidak tersedia di Puskesmas.
Dosis : 16-20 mg/kg BB/hari oral atau IV.
- Aminofilin
Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 200 mg dan injeksi 240 mg/ampul.
Dosis intravena : 5-6 mg/kg BB diberikan pelan-pelan. Dapat diulang 6-8 jam
kemudian , bila tidak ada perbaikan.
Dosis : 3-4 X 3-5 mg/kg BB
iii.
Kortikosteroid
Obat ini tersedia di Puskesmas tetapi sebaiknya hanya dipakai dalam keadaan :

Pengobatan dengan bronkodilator baik pada asma akut maupun kronis tidak

memberikan hasil yang memuaskan.


Keadaan asma yang membahayakan jiwa penderita (contoh : status asmatikus).
Dalam pemakaian jangka pendek (2-5 hari) kortikosteroid dapat diberikan dalam

dosis besar baik oral maupun parenteral, tanpa perlu tapering off.
Obat pilihan :
1) Hidrocortison
Dosis : 4 X 4-5 mg/kg BB
2) Dexamethason
iv.
Ekspektoran
Adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran
pernafasan menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh karenanya harus
diencerkan dan dikeluarkan.
Sebaiknya jangan memberikan ekspektoran yang mengandung antihistamin,
sedian yang ada di Puskesmas adalah :
Obat Batuk Hitam (OBH)
Obat Batuk Putih (OBP)
Glicseril guaiakolat (GG)
v.
Antibiotik
Hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh rangsangan
infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang meninggi.
Antibiotika yang efektif untuk saluran pernafasan dan ada di Puskesmas adalah :

2. Pengobatan Profilaksis
Pengobatan profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang paling rasional,
karena sasaran obat-obat tersebut langsung pada faktor-faktor yang menyebabkan
bronkospasme.
Pada umumnya pengobatan profilaksis berlangsung dalam jangka panjang, dengan
cara kerja obat sebagai berikut :
a) Menghambat pelepasan mediator.
b) Menekan hiperaktivitas bronkus.
Hasil yang diharapkan dari pengobatan profilaksis adalah :
a) Bila mungkin bisa menghentikan obat simptomatik.
b) Menghentikan atau mengurangi pemakaian steroid.
c) Mengurangi banyaknya jenis obat dan dosis yang dipakai.
d) Mengurangi tingkat keparahan penyakit, mengurangi frekwensi serangan dan
meringankan beratnya serangan.
Obat profilaksis yang biasanya digunakan adalah :

a) Steroid dalam bentuk aerosol.


b) Disodium Cromolyn.
c) Ketotifen.
d) Tranilast.
Sangat disayangkan hingga saat ini obat-obatan tersebut belum tersedia di
Puskesmas, sehingga untuk memenuhi terapi tersebut dokter Puskesmas harus
memberikan resep luar (ke Apotik), di mana hal ini akan menjadi problem tersendiri
bagi penderita dari keluarga miskin.
3. Tatalaksana Kasus Di Puskesmas :
Dengan segala keterbatasan yang ada dokter Puskesmas harus bisa memberikan
pertolongan kepada penderita serangan asma. Penegakkan diagnosa yang tepat dengan
tindakan yang benar, cepat dan akurat akan sangat menolong penderita.
1) Tatalaksana asma akut intermiten
~ Aminofilin : 3 X 3-5 mg/kg BB atau
~ Salbutamol : 3 X
~ Bila ada batuk berikan ekspectoran
~ Bila ada tanda infeksi (demam) berikan antibiotika
2) Tatalaksana asma berat dan status asmatikus
~ Adrenalin 0,3 mg-0,5 mg SK, dapat diulang 15-30 menit kemudian, atau
Aminofilin bolus 5-6 mg/kg BB IV pelan-pelan.
Catatan : pemberian Adrenalin pada orang tua harus hati-hati, dan tidak boleh
diberikan pada penderita hipertensi dan pnyakit jantung.
~ Dexametason 5 mg IV.
~ Bila ada berikan Oksigen : 2-4 lt/menit.
~ Bila tidak ada respon dianggap sebagai Status Asmatikus :
Pasang infus Glukosa 5% atau NaCl 0,9% : 2-3 lt/24 jam.
Rujuk segera ke Rumah Sakit.
d. Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat :
1. Keterlambatan penanganan.
2. Penanganan yang tidak adekuat.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah :
a. Akut :
Dehidrasi
Gagal nafas
Infeksi saluran nafas
b. Kronis :
Kor-pulmonale
PPO kronis
Pneumotorak.
e. Prognosis
Pada umumnya bila segera ditangani dengan adekuat pronosa adalah baik.

Asma karena faktor imunologi (faktor ekstrinsik) yang muncul semasa kecil

prognosanya lebih baik dari pada yang muncul sesudah dewasa.


Angka kematian meningkat bila tidak ada fasilitas kesehatan yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai