Anda di halaman 1dari 8

UPAYA PERBAIKAN KESALAHAN SISWA

MENYEDERHANAKAN OPERASI BENTUK ALJABAR


DENGAN PEMBELAJARAN KONTEKTUAL
Yusuf Octaviano F.M.
Mahasiswa S1 Universitas Negeri Malang
Pembimbing:
Drs. Slamet, M.Si
Dosen Universitas Negei Malang
ABSTRAK: Hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 5
Pebruari 2013 di kelas VII-B SMP Negeri 2 Kepanjen, menunjukkan bahwa
masih banyak siswa yang belum memenuhi nilai ketuntasan materi aljabar.
Aljabar merupakan materi yang baru dipelajari pada kelas VII. Materi aljabar
yang dipelajari merupakan dasar untuk pembelajaran aljabar ditingkat
selanjutnya, khususnya operasi bentuk aljabar. Penelitian ini bertujuan untuk
memperbaiki kesalahan siswa kelas VII-B SMP Negeri 2 Kepanjen dalam
menyederhanakan masalah operasi bentuk aljabar dengan pembelajaran
kontekstual. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilakukan
dengan memberikan soal mengenai operasi bentuk aljabar. Hasil diagnosis
digunakan sebagai dasar penyusunan perangkat pembelajaran dengan
pembelajaran kontekstual. Beberapa penyebab siswa kesulitan menyederhanakan
operasi bentuk aljbabar antara lain, (1) siswa bingung dalam membedakan
variabel, koefisien, dan konstanta, (2) siswa bingung dalam membedakan antara
suku-suku yang sejenis dengan suku-suku tak sejenis. Pembelajaran materi
operasi bentuk aljabar dapat dilakukan dengan pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual pengenalan variabel, koefisien, dan konstanta dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan luas dan keliling dari suatu bangun
persegi panjang. Pembelajaran kontekstual untuk membedakan suku-suku sejenis
dengan suku-suku tak sejenis menggunakan jumlah siswa laki-laki dan
perempuan suatu sekolah. Pembelajaran kontektual untuk penyederhanaan
operasi bentuk aljabar menggunakan pendekatan luas persegi panjang dan volum
dari kubus.

Kata Kunci: aljabar, kesalahan, dan pembelajaran kontekstual.


Matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang
tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif (Hudoyo, 1988 : 3).
Kehirarkisan matematika menyebabkan konsep yang telah dipelajari berhubungan
dengan konsep-konsep selanjutya. Oleh karena itu jika ada salah satu konsep yang
tidak dipahami maka akan mengakibatkan kesulitan siswa dalam memahami
konsep selanjutnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam
mempelajari matematika antara lain faktor intelektual dan faktor pedagogik
(Soejono, 1984:3). Faktor intelektual mempengaruhi daya abstraksi, generalisasi,
kemampuan penalaran deduktif, maupun permasalahan induktif serta kemampuan
numerik akan mendapat kesulitan belajar matematika.
Aljabar pertama kali diajarkan di sekolah menengah saat kelas VII.
Operasi aljabar yang dipelajari pada kelas VII sekolah menengah pertama
merupakan dasar mempelajari aljabar ditingkatan selanjutnya. Operasi pada
1

bentuk aljabar merupakan dasar untuk mempelajari aljabar pada pembelajaran


selanjutnya. Wardhani (2004) dalam paket pembinaan penataran permasalahan
kontektual mengenalkan bentuk aljabar di SMP menjelaskan bahwa masih banyak
siswa yang kurang memahami tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan
operasi bentuk aljabar serta kemampuan siswa yang rendah dalam
menyederhanakan masalah opersi bentuk aljabar. lebih lanjut Wardhani
menerangkan bahwa banyak guru yang kesulitan menemukan cara untuk
membuat siswa lebih mudah memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan
operasi bentuk aljabar. Guru juga kesulitan agar siswa lebih terampil dalam
menyederhanakan masalah operasi bentuk aljabar.
Sifat matematika yang abtrak membuat siswa sulit memahami operasi
bentuk aljabar. Wardhani (2004) menjelaskan salah satu solusi untuk mengatasi
kesalahan siswa dalam menyederhanakan operasi bentuk aljabar yaitu dengan
menggunakan pembelajaran kontekstual. Nurhadi & Senduk (2009: 13)
menerangkan pembelajaran kontekstual membantu guru untuk mengaitkan materi
pelajaran dengan kehidupan nyata serta memotivasi siswa untuk mengaitkan
pengatahuan yang mereka peroleh dengan kehidupan mereka. Pembelajaran
kontekstual mendorong siswa untuk aktif membangun pemahaman dan
ketrampilan yang dimilikinya. Nurhadi & Senduk (2009: 5) juga menjelaskan
bahwa pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang memperluas dan
menerapkan pengetahuan serta keterampilan siswa. Hal tersebut siswa lebih
memahami mengenai suatu materi.
Widdiharto (2008 : 39) menjelaskan mengenai prosedur diagnostik
kesalahan siswa yaitu: 1). Menemukan kasus kesalahan yang dilakukan oleh
siswa. 2). Menandai dan melokalisasi letak kesalahan siswa. 4). Menentukan jenis
dan karakteristik kesalahan siswa. 5). Mencari penyebab kesalahan siswa. 6).
Mengambil kesimpulan dan meramalkan kemungkinan mengatasi kesalahan
siswa.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dan lain-lain, secara holistik (utuh) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa pada suatu konteks yang khusus atau alamiah (Moleong, 2009:6).
Tahap-tahap penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Menetapkan tempat
penelitian, 2). Meminta izin kepada kepala sekolah tempat yang akan dilakukan
penelitian dan meminta masukan pada guru matematika pada sekolah tersebut, 3).
Mengurus surat ijin penelitian, 4). Menyiapkan instrument pendukung, 5).
Melaksanakan tes, 6). Mengidentifikasi kesalahan siswa, 7). Merancang
pembelajaran kontekstual yang dapat mengatasi kesalahan siswa, 8). Melaporkan
hasil penelitian.

Data utama yang diambil dalam penelitian ini adalah hasil tes tertulis
yang dilakukan oleh siswa tentang pokok bahasan penyederhanaan masalah
operasi bentuk aljabar. Kesalahan-kesalahan dalam menyederhanakan masalah
operasi bentuk aljabar memuat kesalahan konseptual dan kesalahan prosedural.
Sedangkan data sekunder atau data pendukung merupakan hasil tes validasi soal
tes diagnostik. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu validasi soal
tes dan tes tertulis.
HASIL
Instrumen yang dibuat oleh peneliti terlebih dahulu divalidasi oleh seorang
dosen ahli dari Universitas Negeri Malang jurusan Matematika, yaitu Ibu Dra. Tri
Hapsari Utami M.Pd. Hasil validasi menyimpulkan instrumen yang disusun oleh
peneliti sangat valid sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian. Validator
juga memberikan saran agar kalimat selesaikan diganti dengan sederhanakan.
Tabel 1 hasil validasi instrumen penelitian
Penilaian
Soal
Nomor
Deskriptor
Skor
a
4
b
4
1
c
4
d
4
a
4
b
4
2
c
4
d
4
a
4
b
4
3
c
4
d
4
a
3
b
3
4
c
4
d
4
a
3
b
3
5
c
4
d
4
a
3
b
3
6
c
4
d
4
a
3
b
3
7
c
4
d
4

Catatan:

Keterangan
SV
SV
SV
SV
SV
SV
SV
SV
SV
SV
SV
SV
V
V
SV
SV
V
V
SV
SV
V
V
SV
SV
V
V
SV
SV

a : bahasa yang digunakan


b : kesesuain soal dengan kompetensi dasar

: Soal dapat digunakan untuk mengukur pemahaman prosedural


siswa
d : Soal dapat digunakan untuk mengukur pemahaman
konseptual siswa
SV: Sangat valid
V : Valid
Analisis dari pekerjaan siswa menunjukan beberapa kesalahan yang
dilakukan oleh siswa dalam menyederhanakan masalah operasi bentuk aljabar.
Beberapa kesalahan yang dilakukan oleh siswa disajikan dalam tabel 4.2.
Tabel 2 Kesalahan yang dilakukan siswa
Jumlah Kesalahan
Soal
Nomor Konseptual Prosedural
1
6
14
2
10
8
3
22
1
4
12
5
5
19
5
6
9
10
7
1
18

Total
20
18
23
17
24
19
19

Ada beberapa kesalahan yang dilakukan oleh siswa untuk setiap nomor
soal. Kesalahan yang dilakukan meliputi kesalahan konseptual maupun kesalahan
prosedural. Berikut merupakan penjelasan dari beberapa kesalahan yang
dilakukan oleh siswa untuk setiap nomor soal.
Kesalahan konseptual yang dilakukan oleh siswa karena kurang
memahami tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar. Contoh
kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada gambar 1.

Gambar 1 kesalahan memahami operasi penjumlahan bentuk aljabar

Kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada gambar 4.1 adalah kesalahan
dalam melakukan operasi penjumlahan terhadap suku yang tak sejenis. Siswa
kurang memahami bahwa operasi penjumlah dan pengurangan bentuk aljabar
hanya dapat dikenakan pada suku-suku yang sejenis.

Gambar 2 kesalahan melakukan operasi pembagian bentuk aljabar

Gambar 3 kesalahan tidak melanjutkan proses penyederhanaan

kesalahan prosedural yang dilakukan pada gambar 2 oleh siswa yaitu


kesalahan melakukan operasi pembagian. Siswa tidak melakukan pembagian
terhadap variabel , dan mengalikan dengan . Gambar 3 adalah kesalahan
siswa tidak melanjutkan proses penyederhanaan. Siswa hanya melakukan
pembagian pada 18 dengan 3. Sedangkan bentuk aljabar belum disederhanakan.

Gambar 4 kesalahan memahami operasi pangkat bentuk aljabar

Kesalahan memahami operasi perpangkatan bentuk aljabar pada gambar 4


disebabkan siswa tidak memahami jika
. Hal tersebut menyebabkan siswa melakukan operasi penjumlahan dan
pengurangan tetapi tidak menjabarkan bentuk aljabar yang dikenai operasi
perpangkatan. Siswa harus memahami

atau
.

PEMBAHASAN
Kesalahan- kesalahan siswa dalam menyederhanakan operasi bentuk
aljabar disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut : Siswa binggung
dalam membedakan variabel, koefisien, dan konstanta, siswa bingung dalam
membedakan antara suku-suku yang sejenis dengan suku-suku tak sejenis.
Wardhani (2004: 1) menjelaskan bahwa kemampuan mengoperasikan
bentuk aljabar yang baik tidak dapat dipisahkan dari pemahaman yang baik

mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan bentuk aljabar, seperti


pemahaman mengenai lambar aljabar berupa suku, faktor, variabel, konstanta,
koefisien, dan lainnya. Pemahaman yang baik mengenai konsep-konsep yang
berkaitan dengan bentuk aljabar diharapkan kompetensi menyederhanakan
masalah bentuk aljabar akan dikuasai dengan baik. Lebih lanjut Wardhani (2004:
11) menjelaskan bahwa sebelum siswa memahami operasi bentuk aljabar siswa
perlu memahami arti lambang pada bentuk aljabar.
Beberapa kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyederhanakan
operasi bentuk aljabar disebakan oleh kurangnya pemahaman mengenai konsepkonsep yang berkaitan dengan operasi bentuk aljabar. Pembelajaran tentang
konsep-konsep yang berkaitan dengan operasi bentuk aljabar lebih baik
menggunakan pemelajaran kontekstual. Wardhani (2004: 2) menjelaskan bahwa
sekolah perlu mengusahakan agar mengelolah dengan sebaik-baiknya
pembelajaran yang bertujuan mengantarkan siswa menguasai kompetensi
menyederhanakan masalah operasi bentuk aljabar. Lebih lanjut Wardhani(2004:
2) menjelaskan salah satu usaha agar siswa menguasi kompetensi
menyederhanakan masalah operasi bentuk aljabar dengan menggunakan
pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran konstekstual melibatkan siswa menghubungkan
pengetahuan dan ketramplian yang dimilikinya dengan persoalaan sehari-hari.
Pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara langsung dapat membuat siswa
lebih memahami mengenai suatu materi, khususnya materi aljabar. Guru
diharapkan dapat menggunakan pembelajaran kontektual saat menjelesakan
mengenai aljabar. Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kesalahan siswa
antara lain dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual yang
digunakan untuk siswa yang bingung membedakan antara variabel, koefisien, dan
konstanta yaitu menggunakan pendekatan luas dan keliling persegi panjang.
Pembelajaran kontekstual menggunakan pendekatan jumah siswa laki-laki dan
perempuan pada suatu sekolah untuk memperbaiki kesalahan siswa dala
membedakan suku-suku sejenis dan suku-suku tak sejenis. Pembelajaran
kontekstual dengan menggunakan luas persegi panjang dan volum kubus untuk
memperbaiki kesalahan siswa menyederhanakan operasi bentuk aljabar. Guru
diharapkan mengembangkan perangkan pembelajaran yang berdasakan
pembelajaran kontekstual. Peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran yang
berdasarkan pembelajaran kontekstual untuk mengatasi kesalahan
menyederhanakan masalahan operasi bentuk aljabar.

Contoh pembelajaran kontekstual


Variabel, Koefisien dan Konstanta
Perhatikan gambar berikut

meter

meter

Gambar di atas merupakan gambar suatu lapangan futsal berbentuk


persegi panjang. Panjang lapangan tersebut adalah ..... meter, sedangkan lebar
lapangan adalah ..... meter.
1. Luas dari lapangan tersebut adalah ..... x ....., dan keliling lapangan
tersebut adalah .....x ......
2. Berapa panjang dan lebar lapangan jika setelah dilakukan pengukuran luas
lapangan tersebut adalah 48 meter2?
(panjang dan leber lapangan merupakan bilangan bulat)
3. Pemilik lapangan merasa bahwa lapangan tersebut kuang besar, sehingga
panjang lapangan diperpanjang 2 meter. Setelah diperpanjang, panjang
lapangan adalah ..... meter. Karena penambahan panjang lapangan maka
diadakan pengecetan ulang garis tepi lapangan yang mengelilingi
lapangan. Berapa keliling garis tepi lapangan?
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti ada
beberapa penyebab kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam
menyederhanakan masalah operasi bentuk aljabar antara lain, sebagai berikut:
siswa binggung dalam membedakan variabel, koefisien, dan konstanta, siswa
bingung dalam membedakan antara suku-suku yang sejenis dengan suku-suku tak
sejenis. Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kesalahan siswa antara lain
dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual yang digunakan
untuk siswa yang bingung membedakan antara variabel, koefisien, dan konstanta
yaitu menggunakan pendekatan luas dan keliling persegi panjang. Pembelajaran
kontekstual menggunakan pendekatan jumah siswa laki-laki dan perempuan pada
suatu sekolah untuk memperbaiki kesalahan siswa dala membedakan suku-suku
sejenis dan suku-suku tak sejenis. Pembelajaran kontekstual dengan menggunakan
luas persegi panjang dan volum kubus untuk memperbaiki kesalahan siswa

menyederhanakan operasi bentuk aljabar. Guru diharapkan mengembangkan


perangkan pembelajaran yang berdasakan pembelajaran kontekstual.
Beberapa saran yang diharapkan oleh peneliti agar tidak terjadi kesalahan
yang sama dilakukan oleh siswa lain, yaitu pengajar lebih menekankan
pemahaman mengenai lambang aljabar seperti variabel, koefisien, konstanta, suku
sejenis, suku tak sejenis, dan lainnya sebelum menjelaskan mengenai operasi
bentuk aljabar, pengajar menggunakan metode pembelajaran yang kontektual agar
siswa lebih memahami mengenai operasi bentuk aljabar, pengajar lebih
memperhatikan siswa yang mengalami kesulitan dalam menyederhanakan
masalah operasi bentuk aljabar karena operasi aljabar merupakan dasar untuk
menyederhanakan masalah aljabar ditingkat selanjutnya.
DAFTAR RUJUKAN
Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Nurhadi, Senduk, A.G. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Surabaya : PT. JePe Press
Media Utama.
Soejono. 1984. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remidial Matematika.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi.
Wardhani, Sri. 2004. Permasalahan Kontekstual Mengenalkan Bentuk Aljabar di SMP.
Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Matematika.
Widdiharto, Rachmadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan
Alternatif Proses Remidinya. Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Mengetahui,
Pembimbing

Drs. Slamet, M.Si


NIP. 19621122 198812 1 001
Mahasiswa

Yusuf Octaviano F.M.


NIM. 209311420827

Anda mungkin juga menyukai