Anda di halaman 1dari 1

ASI merupakan makanan yang pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah.

Beberapa tahun terakhir ini, pemerintah Indonesia sudah melakukan kampanye pemberian Air
Susu Ibu (ASI) eksklusif yang dipelopori oleh World Health Halaman | 63 Organization (WHO).
Dahulu pemberian ASI ekslusif berlangsung sampai bayi berusia 4 bulan, namun belakangan
sangat dianjurkan agar ASI eksklusif diberikan sampai anak berusia 6 bulan (Tedjasaputra, 2007).
Bahkan ASI dapat diberikan hingga usia 2 tahun selama produksi ASI masih banyak atau ketika
anak sudah tidak mau lagi minum ASI.
Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur (2008), ASI ekslusif adalah pemberian ASI
pada bayi mulai 0 6 bulan dalam rangka mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi
manfaat bagi bayi baik dari sisi/aspek gizi (kolostrum yang mengandung IgA, whei-casein, DHA
dan AA dengan komposisi sesuai), aspek imunologik (selain IgA, terdapat laktoferin, lysosim dan
3 jenis leukosit yaitu BALT, GALT, MALT serta faktor bifidus), aspek psikologik (interaksi dan
kasih sayang antara anak dan ibu), aspek kecerdasan, aspek neurologik (aktivitas menyerap ASI
bermanfaat pada koordinasi syaraf bayi), aspek ekonomik serta aspek penundaan kehamilan
(metode amenorea laktasi/MAL). Selain Aspek-aspek tersebut, dengan ASI juga dapat
melindungi bayi dari sindrom kematian bayi secara mendadak (sudden infant death
syndrome/SIDS).
Salfina (2003) dalam penelitiannya mengatakan bahwa 75,6% ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif adalah ibu dengan pendidikan tamat SD, dan berstatus sebagai pekerja lepas (buruh).
Selain itu 13,33% ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif masih mengemukakan ASI tidak
bermanfaat terhadap bayinya serta 23,02% masih membuang kolostrumnya. Masih rendahnya
angka pencapaian ASI eksklusif tentu saja perlu mendapat perhatian karena berkontribusi
terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia di masa mendatang serta berdampak pula
terhadap tingginya angka kesakitan maupun angka kematian.
Pada tahun 2011, cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Tuban sebesar 48,8%. Rendahnya
pencapaian ASI eksklusif di Kabupaten Tuban tersebut tidak terlepas dari rendahnya pencapaian
di setiap Puskesmas di Kabupaten Tuban. Dari 33 puskesmas yang ada di Kabupaten Tuban,
ternyata pencapaian di Puskesmas Wire menduduki peringkat terendah dibanding dengan
puskesmas lainnya. Tingkat pencapaian ASI eksklusif di Puskesmas Wire tersebut sebesar 7,2%.
Namun ada juga puskesmas yang mampu mencapai target pencapaian ASI eksklusif. Puskesmas
Tuban Kota salah satunya. Tingkat pencapaiannya sebesar 82,8 %.

Anda mungkin juga menyukai