Topik:
KOLIK RENAL EC NEFROLITHIASIS SINISTRA + SUSPEK
URETEROLITHIASIS SINISTRA + HIDRONEFROSIS +
HIDROURETER SINISTRA
Disusun oleh:
Shiela Stefani, dr.
Pendamping:
dr. Hj. Supriyati Rahayu, MPH
Pendamping
Wahana
No.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
Presentan
ILUSTRASI KASUS
1.1.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. N
Usia
: 26 tahun
No. Medrek
: 541044
Alamat
: Dusun Bantar Panjang RT 004/006, Sukowangi
Status
: Kawin
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Tanggal masuk : 18 Oktober 2014, pk.19.45
1.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri pinggang belakang kiri
Anamnesis Khusus:
Os mengeluhkan nyeri pinggang belakang kiri sejak hari ini. Nyeri
dirasakan terus menerus, semakin memberat hingga Os datang ke UGD. Nyeri
tidak membaik dengan pergerakan maupun perubahan posisi dan istirahat. Sejak 2
minggu terakhir pasien kadang merasakan nyeri hilang timbul di pinggang
belakang kiri, namun pasien masih dapat menahan rasa sakit tersebut, sehingga
tidak datang berobat. BAK pasien berwarna kemerahan sejak 2 minggu terakhir,
tidak terasa panas maupun nyeri. Riwayat keluar batu saat berkemih disangkal.
BAB lancar tidak ada keluhan. Pasien bekerja kantoran dan memang kurang
asupan minum setiap harinya. Bila sedang dinas diluar kantor, kadang menahan
BAK.
Keluhan mual, muntah, demam, kaki bengkak, trauma disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
sama (nyeri pinggang belakang kiri), namun nyeri hilang setelah berobat ke dokter
Sp.PD, diperiksa darah dan USG abdomen, dan disarankan untuk BNO-IVP,
namun pasien tidak melakukan karena merasa sudah tidak ada keluhan. Riwayat
infeksi saluran kemih, hipertensi, penyakit jantung, penyakit darah, kencing manis
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang memiliki hipertensi,
penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit darah, kencing manis.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
Kesan sakit
: Berat
Posisi
: Gelisah
Penampilan umum
:
Mental
: Baik
Fisik
: Gelisah, kesakitan
Tanda Vital
Tensi
: 120/100 mmHg
Nadi
Respirasi
Suhu
: 36,7 0C (aksiler)
Pemeriksaan Sistemik
o Kulit
o Kuku
o Kepala
Mata
THT
Mulut
o Leher
o Thorax
Inspeksi
Paru
Jantung
o Abdomen
Inspeksi
: datar
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
o Anggota Gerak : edema (-), sianosis (-), akral hangat, tonus otot baik.
o Neurologis
1.4.
Refleks Fisiologis
: +/+
Refleks Patologis
: -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah
Hemoglobin
Hematokrit
41.7 %
(35-50 %)
Leukosit
10.800/mm3
(3500-10.000/mm3)
Trombosit
Ureum
237.000/mm3
31 mg/dL
(150-400 rb/mm3)
(15-45 mg/dL)
Kreatinin
1.0 mg/dL
(0.5-0.9 mg/dL)
GFR
90
(>90)
Asam Urat
Urin Lengkap
4.1 mg/dL
(3.4-7.0 mg/dL)
Warna
Kuning
Kuning
Kejernihan
Keruh
Jernih
pH
6.0
5-8
Berat jenis
1.015
1.010-1.030
Leukosit
Eritrosit
++
Makroskopis:
Keton
Bilirubin
Protein
Glukosa
Leukosit
4-6
0-5
Eritrosit
20-25
0-1
Epitel
Silinder
Kristal
Bakteri
Candida
Mikroskopis:
Hepar: ukuran tidak membesar, parenkim ekogenisitas normal, tak tampak nodul,
v.porta & v.hepatika tak melebar.
Vesica felea: ukuran normal, dinding tak menebal, tak tampak batu, tak tampak
sludge.
Duktus biliaris: intra dan ekstra hepatic tak melebar
Pankreas: ukuran dan parenkim normal, tak tampak kalsifikasi
Lien: ukuran dan parenkim normal, v.lienalis tak melebar
Ginjal kanan: bentuk dan ukuran normal, parenkim ekogenisitas normal, batas
kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan korteks, tak tampak batu, PCS
(pielokaliks system) tak melebar
Ginjal kiri: bentuk dan ukuran normal, parenkim ekogenisitas normal, batas
kortikomeduler tak jelas, tak tampak penipisan korteks, tampak batu soliter
dengan ukuran: +/- 0,41cm, PCS (pielokaliks system) dan ureter melebar, tak jelas
gambaran batu di ureter distal karena tertutup oleh udara usus.
Paraaorta: tak tampak pembesaran kelenjar limfe paraaorta
Vesica urinaria: dinding tak menebal, permukaan rata, tak tampak batu, tak
tampak massa.
Tak tampak cairan bebas intraabdominal
KESAN:
DIAGNOSIS
TATALAKSANA DI IGD
Ranitidin 50mg IV bolus
Ketorolac 30mg IV bolus
Pasien dirujuk karena keterbatasan fasilitas (BNO-IVP dan Sp.U)
1.7.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
A.
Definisi 4,6
Definisi
Istilah urolithiasis menunjukkan adanya batu yang berasal dari saluran
kemih, termasuk ginjal dan kandung kemih. Meski begitu, dasar patofisiologi
terbentuknya batu ginjal dan kandung kemih sangat berbeda. Batu ginjal
(nefrolitiasis) terbentuk akibat susunan genetik yang menyebabkan peningkatan
saturasi urine dengan garam pembentuk batu, atau pada kasus yang lebih jarang,
akibat infeksi saluran kemih berulang oleh bakteri penghasil urease. Stasis dari
saluran kemih bagian atas akibat anomali anatomi lokal juga dapat mendukung
terbentuknya batu ginjal pada individu tertentu.
Berbeda dari nefrolitiasis, batu kandung kemih (vesikolitiasis) terbentuk
hampir selalu akibat stasis urine dan/atau infeksi berulang karena obstruksi
kandung kemih atau neurogenic bladder. Batu ureter (ureterolitiasis) sendiri pada
umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Gerakan peristaltik ureter
akan mendorong batu ke arah distal sehingga menimbulkan kontraksi yang kuat.
Batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih, terutama pada lokasi yang sering
mengalami stasis urine akibat penyempitan ureter, yakni di uretero-pelvico
junction, pada persilangan dengan A. Iliaka, dan uretero-vesico junction.
B.
Etiologi
Etiologi pembentukan batu meliputi idiopatik, gangguan aliran kemih,
10
b. Hipertrofi prostate
c. Refluks vesiko-uretral
d. Striktur meatus
e. Ureterokele
f. Konstriksi hubungan ureteropelvik
2. Gangguan metabolisme
Menyebabkan ekskresi kelebihan bahan dasar batu
a. Hiperkalsiuria
b. Hiperuresemia
c. Hiperparatiroidisme
3. Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease
4. Dehidrasi : kurang minum, suhu lingkungan tinggi
5. Benda asing : fragmen kateter, telur sistosoma
6. Jaringan mati (nekrosis papil)
7. Batu idiopatik
Terdapat beberapa faktor yang mempermudahkan terjadinya batu saluran
kemih pada seseorang, yaitu :
Beberapa faktor ekstrinsik adalah :
1. Geografi pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal
sebagai daerah stone belt, sedangkan daerah Bantu di Afrika selatan
hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air kurangnya asupan air dan tinggi kadar mineral kalsium pada
air yang dikosumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih
4. Diet diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
batu saluran kemih
5. Pekerjaan penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life. Immobilisasi lama
pada penderita cedera dengan fraktur multipel atau paraplegia yang
11
Umur penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
2.
3.
C.
dari jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pasti dari
penyakit ini di Indonesia belum dapat ditetapkan secara pasti. Sekitar 1 di antara
1000 pria dan 1 dari 3000 wanita datang dengan keluhan utama batu ginjal yang
pertama dalam satu tahun. Lima belas persen mengalami batu rekuren dalam
waktu setahun setelah keluhan pertama, 30% dalam 5 tahun.
INSIDENSI UROLITHIASIS
PEMBENTUK BATU
India USA
Japan UK
86.1
33
17.4
39.4
34
50.8
20.2
15
17.4
15.4
2.7
Phosphate (Struvite )
D.
Patogenesis
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama
pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin).,
12
yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis
seperti pada hiperplasia prostat benigna, striktura dan buli-buli neurogenik
merupakan keadaan-keadaan yang mempermudahkan terjadinya pembentukan
batu.
Komposisi batu
a.
Batu kalsium
Kalsium merupakan ion utama dalam kristal urin. Hanya 50% kalsium
plasma yang terionisasi dan tersedia untuk filtrasi di glomerulus. Lebih dari 95%
kalsium terfiltrasi di glomerulus diserap baik pada tubulus proksimal maupun
distal, dan dalam jumlah yang terbatas dalam tubulus pengumpul. Kurang dari 2%
diekskresikan dalam urin. Banyak faktor yang mempengaruhi availibilitas kalsium
dalam larutan, termasuk kompleksasi dengan sitrat, fosfat, dan sulfat. Peningkatan
monosodium urat dan penurunan pH urin mengganggu kompleksasi ini, dan oleh
karena itu menginduksi agregasi kristal.
Batu ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70 80 % dari seluruh
batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium
fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu. Predisposisi kejadian hiperkalsiuria
(kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250 300 mg / 24 jam), menurut
Pak (1976) terdapat 3 macam penyebab :
a.
b.
c.
b.
Batu oksalat
13
14
c.
Fosfat
Fosfat merupakan buffer dan berikatan dengan kalsium dalam urin. Ini
adalah komponen penting dari batu kalsium fosfat dan batu amonium magnesium
fosfat. Ekskresi fosfat urin pada orang dewasa normal berkaitan dengan jumlah
diet fosfat (terutama pada daging, produk susu, dan sayuran). Sejumlah kecil
fosfat yang difiltrasi oleh glomerulus secara dominan diserap kembali oleh
tubulus proksimal. Hormon paratiroid menghambat reabsorpsi ini. Kristal utama
yang ditemukan pada mereka yang hiperparatiroidisme adalah fosfat, dalam
bentuk hidroksiapatit, amorf kalsium fosfat, dan karbonat apatit.
d.
Asam urat
Asam urat merupakan produk sampingan dari metabolisme purin. Sekitar 5
10 % dari seluruh batu saluran kemih. Penyakit batu asam urat banyak diderita
oleh pasien pasien penyakit gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang
mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat urikosurik
diantaranya adalah sulfinpirazone, thiazide dan salisilat. Kegemukan, peminum
alkohol dan diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk
mendapatkan penyakit ini.
Asam urat relatif tidak larut di dalam urin sehingga pada keadaan tertentu
mudah sekali membentuk kristal asam urat, dan selanjutnya membentuk batu
asam urat. Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah (1) urin
yang terlalu asam(pH urin <6), (2) volume urin yang jumlahnya terlalu sedikit (<2
liter / hari), (3) hiperurikosuri atau kadar asam urat tinggi (>850 mg / 24 jam).
Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran
besar sehingga membentuk batu staghorn yang mengisi seluruh pelvikalises
ginjal. Tidak seperti batu jenis kalsium yang bentuknya bergerigi, batu asam urat
bentuknya halus dan bulat sehingga sering keluar spontan. Batu asam urat murni
bersifat radiolusen, sehingga pada pemeriksaan PIV tampak sebagai bayangan
filling defect pada saluran kemih sehingga seringkali harus dibedakan dengan
bekuan darah, bentukan papila ginjal yang nekrosis, tumor, atau benzoar jamur.
15
Batu struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urin menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi
amoniak, seperti pada reaksi: CO(NH2)2 + H20 2NH3 + CO2
Suasana basa ini yang memudahkan garam garam magnesium, amonium,
fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP). Kuman
pemecah fosfat anatranya adalah: Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas dan Stafilokokus.
f.
16
lama. Estrogen meningkatkan ekskresi sitrat dan dapat menjadi faktor yang
mengurangi timbulnya batu pada wanita, terutama selama kehamilan.
Alkalosis juga meningkatkan ekskresi sitrat. (Emil, 2008, Jack W, 2008)
II.
E.
Gambaran Klinis
Keluhan yang dialami pasien tergantung pada posisi atau letak batu, besar
batu dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling sering adalah nyeri
pinggang, bisa berupa nyeri kolik atau bukan kolik. Karena peristaltik, akan
terjadi gejala kolik, yakni nyeri yang hilang timbul yang disertai perasaan mual
dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas. Selama batu bertahan di tempat
yang menyumbat, selama itu kolik akan berulang ulang sampai batu bergeser
dan memberi kesempatan air kemih untuk lewat.
Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai
nyeri pada saat berkemih atau sering kencing. Hematuria seringkali dikeluhkan
oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu.
Kadang-kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis.
Jika didapatkan demam harus curiga urosepsis dan ini merupakan
kedaruratan di bidang urologi. Dalam hal ini harus secepatnya ditentukan letak
kelainan anatomik pada saluran kemih dan segera dilakukan terapi berupa
drainase dan pemberian antibiotik.
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah
kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tandatanda gagal ginjal, retensi urin.
17
a.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1.
2.
3.
4.
Pemeriksaan
urinalisis
makroskopik
didapatkan
gross
hematuria.
18
foto PIV. Proteinuria juga disebut albuminuria adalah kondisi abnormal dimana
urin berisi sejumlah protein. Kebanyakan protein terlalu besar untuk melewati
filter ginjal ke dalam urin. Namun, protein dari darah dapat bocor ke dalam urin
ketika glomeruli rusak. Proteinuria merupakan tanda penyakit ginjal kronis
(CKD), yang dapat disebabkan oleh diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit
yang menyebabkan peradangan pada ginjal. Sebagai akibat fungsi ginjal menurun,
jumlah albumin dalam urin akan meningkat. Perlu juga diperiksa kadar elektrolit
yang diduga sebagai faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih, antara lain
kalsium, oksalat, fosfat, maupun urat. Pemeriksaan darah lengkap, dapat
menentukan kadar hemoglobin yang menurun akibat terjadinya hematuria. Bisa
juga didapatkan jumlah lekosit yang meningkat akibat proses peradangan di
ureter.
b.
Radiologis
Foto polos abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran
kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak,
sedangkan batu asam urat bersifat radio lusen.
Foto BNO-IVP
Adalah suatu tindakan untuk memvisualisasikan anatomi, dan fungsi ginjal ureter
dan kandung kencing. Termasuk didalamnya fungsi pengisian dan pengosongan
buli, untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah terjadi bendungan atau
tidak. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan
ini dapat dilakukan retrograde pielografi (teknik atau prosedur atau tata cara
pemeriksaan sistem urinaria dengan menggunakan sinar-X dan memasukkan
media kontras secara retrograde) atau dilanjutkan dengan anterograd pielografi
(prosedur pemeriksaan sinar-X sistem urinaria dengan menggunakan media
kontras yang dimasukkan melalui kateter yang telah dipasang dengan cara
nefrostomi percutan), bila hasil retrograd pielografi tidak memberikan informasi
yang memadai. Pada foto BNO batu yang dapat dilihat disebut sebagai batu
19
radioopak, sedangkan batu yang tidak tampak disebut sebagai batu radiolusen.
Berikut ini adalah urutan batu menurut densitasnya, dari yang paling opak hingga
yang paling bersifat radiolusen, kalsium fosfat (opak), kalsium oxalat (opak),
Magnesium (semi opak), amonium fosfat (semi opak), sistin (non opak), asam
urat (non opak),
Pemeriksaan ini diindikasikan untuk:
1.
2.
3.
Gross hematuria.
4.
5.
6.
Trauma dengan jejas di flank dengan riwayat shock, dan shok telah stabil.
7.
2.
3.
Kehamilan
4.
Syarat BNO-IVP adalah keatinin kurang dari 2 mg/dl. Jika kadar kreatinin lebih
dari 2 mg/dL maka dilakukan BNO-USG dan renogram.
Pesiapan BNO-IVP, seandainya foto dilakukan pukul 08.00 WIB, persiapan hari
sebelumnya:
1.
Diit rendah gas dan rendah residu minimal 24 jam sebelum foto. Biasa
diberikan bubur kecap.
20
2.
3.
4.
Lavement dengan gliserin 125 cc pada pukul 05.00 WIB hari tindakan.
5.
6.
21
Dosis rendah: 20 ml
Dosis Medium: 50 ml
Untuk pasien anak-anak : 2 ml/kg berat badan, bila ada dugaan kegagalan
ginjal dosis 4 ml/kg berat badan.
Prosedur Pemeriksaan
Foto Pendahuluan
Tujuan foto pendahuluan :
1. Melihat persiapan pasien
2. Menilai abdomen secara umum, mengetahui letak ginjal
3. Menentukan faktor eksposi selanjutnya.
Pemeriksaan BNO-IVP
1. Lakukan pemeriksaan BNO posisi AP, untuk melihat persiapan pasien
22
23
Posisi Pasien
24
Foto 5
1. Fase Nephrogram: dibuat segera setelah selesai penyuntikan bahan kontras
terutama untuk klinis hypertensi.
2. Film medium mencakup processus Xypoideus sampai dengan crista iliaca.
3. Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh.
4. Kompresi ureter bertujuan untuk menahan kontras media tetap berada pada
system pelvi-calyses dan ureter bagian proksimal. Kompresi diketatkan setelah
dilakukan pengambilan foto menit ke-5.
25
3. Foto abdomen dengan posisi pasien prone dapat dilakukan bila bahan kontras
lambat mengisi ureter atau vesica urinaria.
Foto 30, prone
Untuk kasus pasien dengan massa/tumor, dibuat foto lateral abdomen
Foto 60 dan 120
1. Hanya dibuat jika kontras media tidak mengisi salah satu & atau kedua ginjal
2. Pengambilan foto sama seperti pada foto BNO
3. Jika pada foto 60 kontras media sudah mengisi ginjal maka tidak perlu dibuat
foto 120, melainkan tinggal menunggu Full Blass
4. Jika pada foto 60 kontras media belum mengisi ginjal maka dilanjutkan dengan
foto 120
Foto full blast (blast penuh)
Foto blast penuh dilakukan untuk melihat kelainan yang terdapat pada blast
Foto post void
Foto post mixi dibuat setelah pasien mixi untuk menilai pengosongan vesica
urinaria (kandung kemih)
26
27
Hidronefrosis
derajat
4.
Calices
berbentuk
ballooning,
alias
menggembung.
G.
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan
dapat keluar spontan.
Pada dasarnya penatalaksanaan batu saluran kemih secara farmakologis meliputi
dua aspek:
1. Menghilangkan rasa nyeri/kolik yang timbul akibat adanya batu, dan
28
2. Menangani batu yang terbentuk, yaitu dengan meluruhkan batu dan juga
mencegah terbentuknya batu lebih lanjut (atau dapat juga sebagai
pencegahan/profilaksis)
Panduan khusus dalam menatalaksana batu saluran kemih:
1. Pasien dengan dehidrasi harus tetap mendapat asupan cairan yang adekuat
2. Tatalaksana untuk kolik ureter adalah analgesik, yang dapat dicapai dengan
pemberian opioid (morfin sulfat) atau NSAID.
3. Pada pasien dengan kemungkinan pengeluaran batu secara spontan, dapat
diberikan regimen MET (medical expulsive therapy). Regimen ini meliputi
kortikosteroid (prednisone), calcium channel blocker (nifedipin) untuk
relaksasi otot polos uretra dan alpha blocker (terazosin) atau alpha-1 selective
blocker (tamsulosin) yang juga bermanfaat untuk merelaksasikan otot polos
uretra dan saluran urinari bagian bawah. Sehingga dengan demikian batu
dapat keluar dengan mudah (85% batu yang berukuran kurang dari 3 mm
dapat keluar spontan).
4. Pemberian analgesik yang dikombinasikan dengan MET dapat mempermudah
pengeluaran batu, mengurangi nyeri serta memperkecil kemungkinan operasi.
Pemberian regimen ini hanya dibatasi selama 10-14 hari, apabila terapi ini gagal
(batu tidak keluar) maka pasien harus dikonsultasikan lebih lanjut pada urologis.
Pada batu dengan komposisi predominan kalsium, sulit untuk terjadi peluruhan
(dissolve). Oleh sebab itu tatalaksana lebih mengarah pada pencegahan
terbentuknya kalkulus lebih lanjut. Hal ini dapat dicapai dengan pengaturan diet,
pemberian inhibitor pembentuk batu atau pengikat kalsium di usus, peningkatan
asupan cairan serta pengurangan konsumsi garam dan protein.
Adapun batu dengan komposisi asam urat dan sistin (cystine) lebih mudah untuk
meluruh, yaitu dengan bantuan agen alkalis. Agen yang dapat digunakan adalah
sodium bikarbonat atau potasium sitrat. pH dijaga agar berada pada kisaran 6.57.0. Dengan cara demikian maka batu yang berespon terhadap terapi dapat
meluruh, bahkan hingga 1 cm per bulan.
29
30
7. Agen alkalis
8. Diuretic
Non-medikamentosa
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsi)
31
Alat ESWL adalah pemecah batu yang yang diperkenalkan pertama kali
oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau pembiusan.
Prinsip dari ESWL adalah memecah batu menjadi fragmen-fragmen kecil dengan
menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh,
sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.
Indikasi:
Batu ginjal berukuran dari 5 mm - 20 mm. Batu yang berukuran lebih
Tidak ada sumbatan distal dari batu seperti tidak ada jaringan plam ureter
Tidak ada infeksi ginjal, UTI atau keganasan pada ginjal yang akan
32
33
Prognosis
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu,
dan adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk
prognosisnya.
Letak
batu
yang
dapat
menyebabkan
obstruksi
dapat
34
BAB III
PEMBAHASAN
A. Diskusi Keluhan Utama
Keluhan Utama : Nyeri pinggang belakang kiri
Anamnesis Khusus:
Os mengeluhkan nyeri pinggang belakang kiri sejak hari ini. Nyeri
dirasakan terus menerus, semakin memberat hingga Os datang ke UGD. Nyeri
tidak membaik dengan pergerakan maupun perubahan posisi dan istirahat. Sejak 2
minggu terakhir pasien kadang merasakan nyeri hilang timbul di pinggang
belakang kiri, namun pasien masih dapat menahan rasa sakit tersebut, sehingga
tidak datang berobat. BAK pasien berwarna kemerahan sejak 2 minggu terakhir,
tidak terasa panas maupun nyeri. Riwayat keluar batu saat berkemih disangkal.
BAB lancar tidak ada keluhan. Pasien bekerja kantoran dan memang kurang
asupan minum setiap harinya. Bila sedang dinas diluar kantor, kadang menahan
BAK.
Keluhan mual, muntah, demam, kaki bengkak, trauma disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
sama (nyeri pinggang belakang kiri), namun nyeri hilang setelah berobat ke dokter
Sp.PD, diperiksa darah dan USG abdomen, dan disarankan untuk BNO-IVP,
namun pasien tidak melakukan karena merasa sudah tidak ada keluhan. Riwayat
infeksi saluran kemih, hipertensi, penyakit jantung, penyakit darah, kencing manis
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang memiliki hipertensi,
penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit darah, kencing manis.
Usaha Berobat : pasien langsung dibawa ke UGD RSUD Kab. Bekasi
keluhan nyeri pinggang belakang merupakan keluhan yang khas dikeluhkan
oleh pasien dengan penyakit ginjal. Keluhan ini diperjelas dengan BAK yang
35
berwarna kemerahan serta kebiasaan pasien yang kurang minum, sering menahan
BAK, serta sudah pernah mengalami hal yang sama sebelumnya yang mendukung
kearah diagnosis batu saluran kemih.
B. Diskusi Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Kesan sakit
: Berat
Posisi
: Gelisah
Penampilan umum
:
Mental
: Baik
Fisik
: Gelisah, kesakitan
Tanda Vital
Tensi
: 120/100 mmHg
Nadi
Respirasi
Suhu
: 36,7 0C (aksiler)
Pemeriksaan Sistemik
o Kulit
o Kuku
o Kepala
Mata
THT
Mulut
o Leher
o Thorax
Inspeksi
36
Paru
Jantung
o Abdomen
Inspeksi
: datar
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
o Anggota Gerak : edema (-), sianosis (-), akral hangat, tonus otot baik.
o Neurologis
Refleks Fisiologis
: +/+
Refleks Patologis
: -/-
dari pemeriksaan fisik didapatkan bahwa nyeri ketok CVA kiri +, hal ini
mengarah pada kelainan di ginjal kiri.
C. Diskusi Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah
Hemoglobin
Hematokrit
41.7 %
(35-50 %)
Leukosit
10.800/mm3
(3500-10.000/mm3)
Trombosit
Ureum
237.000/mm3
31 mg/dL
(150-400 rb/mm3)
(15-45 mg/dL)
Kreatinin
1.0 mg/dL
(0.5-0.9 mg/dL)
GFR
90
(>90)
Asam Urat
Urin Lengkap
4.1 mg/dL
(3.4-7.0 mg/dL)
Kuning
Kuning
Makroskopis:
Warna
37
Kejernihan
Keruh
Jernih
pH
6.0
5-8
Berat jenis
1.015
1.010-1.030
Leukosit
Eritrosit
++
Keton
Bilirubin
Protein
Glukosa
Leukosit
4-6
0-5
Eritrosit
20-25
0-1
Epitel
Silinder
Kristal
Bakteri
Candida
Mikroskopis:
38
Hepar: ukuran tidak membesar, parenkim ekogenisitas normal, tak tampak nodul,
v.porta & v.hepatika tak melebar.
Vesica felea: ukuran normal, dinding tak menebal, tak tampak batu, tak tampak
sludge.
Duktus biliaris: intra dan ekstra hepatic tak melebar
Pankreas: ukuran dan parenkim normal, tak tampak kalsifikasi
Lien: ukuran dan parenkim normal, v.lienalis tak melebar
Ginjal kanan: bentuk dan ukuran normal, parenkim ekogenisitas normal, batas
kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan korteks, tak tampak batu, PCS
(pielokaliks system) tak melebar
Ginjal kiri: bentuk dan ukuran normal, parenkim ekogenisitas normal, batas
kortikomeduler tak jelas, tak tampak penipisan korteks, tampak batu soliter
dengan ukuran: +/- 0,41cm, PCS (pielokaliks system) dan ureter melebar, tak jelas
gambaran batu di ureter distal karena tertutup oleh udara usus.
Paraaorta: tak tampak pembesaran kelenjar limfe paraaorta
Vesica urinaria: dinding tak menebal, permukaan rata, tak tampak batu, tak
tampak massa.
Tak tampak cairan bebas intraabdominal
KESAN:
Gambaran moderate hidronefrosis ginjal kiri disertai hidroureter kiri ec suspek
batu di ureter kiri.
Gambaran nefrolitiasis ginjal kiri dengan ukuran +/- 0.41cm
Tak tampak kelainan lainnya pada sonografi organ-organ solid intraabdominal
diatas saat ini.
NB: usul pemeriksaan BNO-IVP dengan persiapan
39
40
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, dan
adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk
prognosisnya.
Letak
batu
yang
dapat
menyebabkan
obstruksi
dapat
41
BAB IV
DISKUSI PRESENTASI
1. dr. Astriliana : Efek samping dari ESWL?
Jawab : Efek samping yang kadang terjadi berupa hematuria atau nyeri saat
BAK, disebabkan karena batu-batu kecil keluar melalui saluran kemih.
2. dr. Renny : Batu kalsium mungkin atau tidak tidak tampak di pemeriksaan
BNO?
Jawab : Kebanyakan batu bersifat radioopak, kecuali batu asam urat radiolusen,
oleh karena itu seharusnya batu kalsium terlihat pada pemeriksaan BNO,
kecuali ukurannya sangat kecil.
3. dr. Renny : Bagaimana cara kerja ESWL?
Jawab : Pemecahan batu dilakukan secara non invasive dengan memberikan
getaran yang cukup untuk memecah batu. Akan terasa nyeri/linu pada jaringan
yang dilewati getaran, sehingga seringkali getaran meleset ke jaringan di
sekitar batu, yang akan menambah rasa nyeri.
4. dr. Aloysius : Batu ukuran berapa yang dapat dilakukan ESWL?
Jawab : 5-20 mm
5. dr. Ayu : Berapa kadar ureum dan kreatinin yang menjadi kontra indikasi
pemeriksaan BNO-IVP?
Jawab : Ureum > 60, kreatinin > 2
6. dr. Rahayu dan dr.Tiara : Bagaimana dengan obat-obat herbal (tablet besar,
biasanya 2x sehari)?
Jawab : Biasanya obat-obat herbal tersebut juga memiliki efek relaksasi otot
polos saluran kemih, sehingga membantu pengeluaran batu saluran kemih.
42
BAB V
KESIMPULAN
Batu saluran kemih adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di
sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan
aliran kemih, atau infeksi.
Semua tipe batu saluran kemih memiliki potensi untuk membentuk batu.
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaankeadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakkan diagnosis
dan rencana terapi antara lain Foto Polos Abdomen, Pielografi Intra Vena (PIV),
Ultrasonografi, pemeriksaan urin, analisis batu, kultur urin, hematologi lengkap,
ureum, kreatinin, elektrolit.
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang
menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu.
Komplikasi batu pada saluran kemih adalah obstruksi dan infeksi sekunder,
serta komplikasi dari terapi, baik invasif maupun noninvasif.
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu,
dan adanya infeksi serta obstruksi.
43
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Paula Ed. Case Report : Acute onset of Renal Colic from Bilateral
Ureterolithiasis Cases Journal. 2009.
44