Topik:
EPISODE DEPRESI BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK +
GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOID
Disusun oleh:
Shiela Stefani, dr.
Pendamping:
Ryan Ramdhan, dr.
PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA
RSUD KABUPATEN BEKASI
PERIODE JUNI 2014-JUNI 2015
BERITA ACARA PRESENTASI
Wahana
No.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
Presentan
BAB I
ILUSTRASI KASUS
1.1.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Sdri. P
Usia
: 25 tahun
No. Medrek
: 539082
Alamat
: Kp. Pulo Rt 04/37 Sumberjaya, Tambun Selatan
Status
: Belum Kawin
Pendidikan terakhir : D3 management
Pekerjaan
: Pegawai Swasta di PT
Agama
: Islam
Tanggal masuk : 13 Agustus 2014, pk.21.50
1.2. ANAMNESIS
Heteroanamnesa dari sepupu laki-laki terdekat Os, pacar Os, dan teman
kerja Os (perempuan)
Keluhan Utama : Os tidak sadarkan diri setelah bertengkar hebat dengan
pacarnya.
Anamnesis Khusus :
Os datang diantar ke UGD karena tidak sadarkan diri setelah bertengkar
hebat dengan pacarnya. Sebelumnya Os marah-marah kepada pacarnya di pinggir
jalan depan kos-kosan teman kerjanya. Menurut sepupunya, Os memang sering
bertengkar dengan pacarnya, dan sering hilang kesadaran setelahnya namun dia
tidak tahu masalah penyebabnya karena Os tidak pernah cerita. Menurut teman
dan pacarnya, Os hanya marah biasa karena masalah kecil, biasanya setelah marah
dan hilang kesadaran, sekitar 5 menit Os sadar kembali, namun sekarang sudah
setengah jam Os tidak bangun juga, sehingga teman dan pacar Os membawanya
ke UGD.
pacarnya, namun Os makin curiga mereka selingkuh sejak 3 bulan terakhir karena
pacar Os jadi jarang berkunjung/mengajak pergi. Os sudah pernah melakukan
hubungan seksual dengan pacarnya, dan pacarnya berkata akan bertanggung
jawab dengan menikahi Os, namun hingga saat ini pacarnya tidak juga
mengajaknya menikah. Pernah Os meminta pacarnya untuk tanggung jawab,
namun berakhir dengan bertengkar sehingga Os tidak pernah menanyakan hal itu
lagi. Hari ini Os datang ke kos temannya dan melihat bahwa pacarnya juga sedang
disana. Os langsung marah di tempat kejadian kepada pacarnya. Setelah itu Os
mengaku tidak ingat lagi kejadiannya.
Os mengatakan sering hilang kesadaran seperti ini hanya jika bertengkar
dengan pacarnya. Os bertengkar minimal 1x dalam sebulan sejak 1 tahun terakhir,
namun tidak selalu hilang kesadaran. Os tinggal 1 rumah dengan adik laki-lakinya
(belum menikah) yang berusia 22 tahun. dan mengatakan bahwa adiknya sering
membohongi Os, baik itu masalah di rumah, keluarga, maupun yang berhubungan
dengan pekerjaan Os. Ayah Os tinggal dilluar pulau, jarang mengunjungi (tidak
mengunjungi dalam 3 tahun terakhir) maupun kontak dengan Os dan adiknya. Ibu
Os sudah meninggal 3 tahun yang lalu karena sakit. Setiap Os mendapat masalah,
Os selalu teringat ibunya dan menangis. Sebelum ibunya meninggal, Os selalu
cerita tentang masalahnya dan menerima masukan dari ibunya, Os tidak pernah
dekat dengan ayahnya. Os tidak memiliki teman dekat/keluarga yang bisa diajak
cerita, orang yang paling dekat dengan Os adalah sepupu laki-lakinya, namun
masalah ini sepupunya tidak tahu. Os masih bisa masuk kerja, kecuali seminggu
terakhir sudah tidak masuk kerja 3 hari, namun tidak semangat karena malas
bertemu teman kerjanya. Sudah 2 bulan terakhir Os sulit tidur, tidak napsu makan
dan berpikir ingin mengakhiri hidupnya karena merasa hidupnya sudah tidak
bahagia. Os marah dan tersinggung ketika diberitahu untuk konsultasi ke dokter
spesialis jiwa atau psikolog.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga : Usaha Berobat : tidak pernah berobat / minum obat penenang sebelumnya.
1.3.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
dibuka, respon terhadap nyeri +. Setelah 20 menit di UGD, Os sadar penuh dan
dapat menceritakan masalahnya.
Penampilan umum
: Sedih, menangis
Tanda Vital
Tensi
: 110/60 mmHg
Nadi
Respirasi
Suhu
: 36.7 0C (aksiler)
Pengukuran
Berat Badan
: 50 kg
Tinggi Badan
: 160 cm
Status Gizi
Pemeriksaan Sistemik
o Kepala
Mata
THT
o Leher
o Thorax
1.4.
Nervus Cranialis
: baik
Sensorik/motorik
: baik
Refleks Fisiologis
: +/+
Refleks Patologis
: -/-
STATUS PSIKIKUS
Roman muka
: bingung, sedih (murung)
Kontak/rapport
: +/adekuat
Orientasi
: Tempat/waktu/orang : baik
Perhatian
: baik
Persepsi
Ilusi / Halusinasi
: tidak ada
Ingatan
: antegrade amnesia
Intelegensia
Pikiran
Penilaian
Wawasan penyakit
: buruk
Emosi/afek (mood)
: appropriate (sedih/murung-menangis)
Dekorum
Sopan santun
: kurang baik
Cara berpakaian
: buruk
Kebersihan
: buruk
Kematangan jiwa
: imatur
Tingkah laku
Bicara
: bloking
1.5.
1.6.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah
Hemoglobin
2 juli 2014
12.3 gr/ dL
Nilai normal
(12-16 gr/dL)
Hematokrit
37.1 %
(35-50 %)
Leukosit
8600/mm3
(3500-10.000/mm3)
Trombosit
226.000/mm3
(150-400 rb/mm3)
Eritrosit
4.0 juta/mm3
(3.8-5.8 juta/mm3)
LED
Diff. Count
18 mm/jam
B0
(<20 mm/jam)
(0)
E0
(0-3)
N.B 1
(2-6)
N.S 83
(50-70)
L 14
(20-40)
GDS
M2
107 mg/dL
(2-8)
(<170 mg/dL)
SGOT
16 U/L
(<32 U/L)
SGPT
11 U/L
(<31 U/L)
Ureum
18 mg/dL (H)
(15-45 mg/dL)
Kreatinin
(0.5-0.9 mg/dL)
GFR
114
(>90)
DIAGNOSIS
Aksis I
Sindroma Klinik
gejala psikotik
Diagnosis Banding
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
skizoid
Gangguan perkembangan
Kondisi medik umum
Masalah psikososial
cerita
Penilaian fungsi secara global : GAF scale 50-41 Gejala
berat (serious), disabilitas berat.
1.7.
TATALAKSANA DI IGD
Oksigen 2Lpm
IVFD RL + neurosanbe 1 amp : 20 tpm
R/ Diazepam tab 2 mg 1x1
Motivasi pasien dan keluarga untuk konsultasi ke dokter spesialis
jiwa/psikolog
1.8.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
2.1.
Definisi 4,6
1,2
Kelainan Afektif
Istilah kelainan afektif mencakup penyakit-penyakit dengan gangguan afek
(mood) sebagai gejala primer, sedangkan semua gejala lain bersifat sekunder.
Afek bisa terus menerus depresi atau gembira (dalam mania) dan kedua episode
ini bisa timbul pada orang yang sama, karena itu dinamai psikosis manikdepresif. Penyakit dengan hanya satu jenis serangan disebut unipolar, dan jika
episode manik dan depresif keduanya ada disebut bipolar.
Mood merupakan subjektivitas peresapan emosi yang dialami dan dapat
diutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang lain; termasuk sebagai contoh
adalah depresi, elasi dan marah. Kepustakaan lain, mengemukakan mood,
merupakan perasaan, atau nada perasaan hati seseorang, khususnya yang
dihayati secara batiniah.
Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi
dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir
mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat
aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetative (termasuk tidur,
aktivitas seksual dan ritme biologik yang lain). Gangguan ini hampir selalu
menghasilkan hendaya (handicap) interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan.
Klasifikasi gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menurut PPDGJ-III:
F30
Episode Manik
F30.0 Hipomania
F30.1 Mania tanpa gejala psikotik
F30.8 Mania dengan gejala psikotik
F30.9 Episode Manik YTT
F31
Episode Depresif
F32.0 Episode depresif ringan
.00 Tanpa gejala somatik
.01 Dengan gejala somatik
F32.1 Episode depresif sedang
.10 Tanpa gejala somatik
.11 Dengan gejala somatik
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
F32.8 Episode depresif lainnya
F32.9 Episode depresif YTT
F33
10
suasana
perasaan
(mood/afektif)
menetap
lainnya
F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap YTT
F38
suasana
perasaan
(mood/afektif)
berulang
lainnya
.10 Gangguan depresif singkat berulang
F38.8 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) lainnya YDT
F39
2.2.
Definisi 1
Depresi adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai
11
Insidensi 1,3
Gangguan depresi berat, paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur
hidup sekitar 15 persen. Perempuan dapat mencapai 25%. Sekitar 10% perawatan
primer dan 15% dirawat di rumah sakit. Pada anak sekolah didapatkan prevalensi
sekitar 2%. Pada usia remaja didapatkan prevalensi 5% dari komunitas memiliki
gangguan depresif berat.
1. Jenis Kelamin
Perempuan 2x lipat lebih besar dibanding laki-laki. Diduga adanya
perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, perbedaan stresor psikososial antara
laki-laki dan perempuan, dan model perilaku yang dipelajari tentang
ketidakberdayaan.
Pada pengamatan yang hampir universal, terdapat prevalensi gangguan
depresif berat yang dua kali lebih besar ada wanita dibandingkan dengan lakilak. Pada penelitian lain disebutkan bahwa wanita 2 hingga 3 kali lebih rentan
terkena depresi dibandingkan laki-laki. Walaupun alasan adanya perbedaan
tersebut tidak diketahui, alasan untuk perbedaan tersebut didalilkan sebagai
keterlibatan dari perbedaan hormonal, efek kelahiran, perbedaan stressor
psikososial dan model perilaku keputusasaan yang dipelajari.
Pada penelitian yang dilakukan NIMH (2002) ditemukan bahwa prevalensi
yang tinggi pada wanita dibandingkan pria kemungkinan dikarenakan adanya
ketidakseimbangan regulasi hormon yang langsung mempengaruhi substansi
otak yang mengatur emosi dan mood contohnya dapat dilihat pada situasi
PMS (Pre Menstrual Syndrome). Untuk wanita yang telah menikah, depresi
dapat diperparah dengan masalah keluarga dan pekerjaan, merawat anak dan
orangtua lanjut usia, kekerasan dalam rumah tangga dan kemiskinan.
2. Usia
Rata-rata usia sekitar 40 tahun-an. Hampir 50% onset diantara usia 20-50
tahun. Gangguan depresi berat dapat timbul pada masa anak atau lanjut usia.
12
Data terkini menunjukkan gangguan depresi berat diusia kurang dari 20 tahun.
Mungkin berhubungan dengan meningkatnya pengguna alkohol dan
penyalahgunaan zat dalam kelompok usia tersebut.
Pada umumnya, rata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah
kira-kira 40 tahun, dimana 50% dari semua pasien mempunyai onset antara
usia 20 dan 50 tahun. Gangguan depresif berat juga memiliki onset selama
masa anak-anak atau pada lanjut usia. Beberapa data epidemiologis
menyatakan bahwa insidensi gangguan depresif berat mungkin meningkat
pada orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun. Pada penelitian lain yang
dilakukan oleh Akhtar (2007) didapatkan bahwa tingkat prevalensi tertinggi
terjadi pada kelompok usia 20-24 tahun (14,3%) dan yang terendah pada
kelompok usia >75 tahun (4,3%), sementara data yang didapatkan dari NIMH
(2002) menyebutkan bahwa tingkat depresi terbanyak ditemukan pada
kelompok usia >18 tahun (10%).
3. Status Perkawinan
Paling sering terjadi pada orang yang tidak mempunyai hubungan
interpersonal yang erat atau pada mereka yang bercerai atau berpisah. Wanita
yang tidak menikah memiliki kecenderungan lebih rendah untuk menderita
depresi dibandingkan dengan wanita yang menikah namun hal ini berbanding
terbalik untuk laki-laki.
Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang
yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat, pasangan yang bercerai
atau berpisah. Penelitian yang dilakukan oleh Akhtar (2007) memperlihatkan
bahwa prevalensi tertinggi dari depresi didapatkan pada pasangan yang
bercerai atau berpisah.
4. Faktor Sosioekonomi dan Budaya
Tidak ditemukan korelasi antara status sosioekonomi dan gangguan
depresi berat. Depresi lebih sering terjadi di daerah pedesaan dibanding daerah
perkotaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Academy on An
Aging Society (2000) didapatkan data bahwa pada kelompok responden
dengan pendapatan rendah ditemukan tingkat depresi yang cukup tinggi yaitu
13
Etiologi 1
Etiologi depresi terdiri dari:
1. Faktor genetik
Dari penelitian keluarga didapatkan gangguan depresi mayor dan
gangguan bipolar terkait erat dengan hubungan saudara; juga pada anak kembar,
suatu bukti adanya kerentanan biologik, pada genetik keluarga tersebut.
Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam
perkembangan gangguan mood adalah genetika. Tetapi, pola penurunan genetika
adalah jelas melalui mekanisme yang kompleks. Bukan saja tidak mungkin untuk
menyingkirkan efek psikososial, tetapi faktor non genetik kemungkinan
memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan mood pada
sekurangnya beberapa orang. Penelitian keluarga menemukan bahwa sanak
saudara derajat pertama dari penderita gangguan depresif berat berkemungkinan 2
sampai 3 kali lebih besar.
2. Faktor Biokimia
Sejumlah besar penelitian telah melaporkan berbagai kelainan di dalam
metabolit amin biogenik yang mencakup neurotransmitter norepinefrin, serotonin
dan dopamine (Gambar 2.1). Dalam penelitian lain juga disebutkan bahwa selain
faktor neurotransmitter yang telah disebutkan di atas, ada beberapa penyebab lain
yang dapat mencetuskan timbulnya depresi yaitu neurotransmitter asam amino
khususnya GABA (Gamma-Aminobutyric Acid) dan peptida neuroaktif, regulasi
neurendokrin dan neuroanatomis.
Pada regulasi neuroendokrin, gangguan mood dapat disebabkan oleh
kelainan pada sumbu adrenal, tiroid dan hormon pertumbuhan. Selain itu kelainan
lain pada pasien dengan gangguan mood adalah penurunan sekresi nocturnal
14
15
amenore.
Hal ini
16
Klasifikasi 2,4
Berikut merupakan beberapa gejala depresi (ringan, sedang dan berat)
17
18
19
tidak mampu utnuk melaporkan banyak gejalanya secara terinci. Dalam hal
demikian, penentuan menyeluruh dalam subkategori episode berat masih dapat
dibenarkan. Episode depresif biasanya seharusnya berlangsung sekurangkurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat,
maka mungkin dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari
2 minggu.
Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkin penderita akan
mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali
pada taraf yang sangat terbatas.
Kategori ini hendaknya digunakan hanya untuk episode depresif berat
tunggal tanpa gejala psikotik; untuk episode selanjutnya, harus digunakan
subkategori dari gangguan depresif berulang.
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut di
atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Wahamnya biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan
pasien dapat merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau
olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran
atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada
stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi
atau tidak serasi dengan suasana perasaan (mood).
Diagnosis banding. Stupor depresif perlu dibedakan dari skizofrenia
katatonik, stupor disosiatif, dan bentuk stupor organik lainnya. Kategori ini
hendaknya hanya digunakan untuk episode depresif berat tunggal dengan gejala
psikotik; untuk episode selanjutnya harus digunakan subkategori gangguan
depresif berulang.
F32.8 Episode depresif lainnya
Episode yang termasuk di sini adalah yang tidak sesuai dengan gambaran
yang diberikan untuk episode deprresif pada F32.0-F32.3, meskipun kesan
diagnostik menyeluruh menunjukkan sifatnya sebagai depresi. Contohnya
termasuk campuran gejala depresif (khususnya jenis somatik) yang berfluktuasi
dengan gejala non diagnostik seperti ketegangan, keresahan dan penderitaan; dan
20
campuran gejala depresif somatik dengan nyeri atau keletihan menetap yang
bukan akibat penyebab organik (seperti yang kadang-kadang terlihat pada
pelayanan rumah sakit umum).
F32.9 Episode depresif YTT
F33
dijabarkan dalam episode depresif ringan, sedang, atau berat, tanpa riwayat
adanya episode tersendiri dari peninggian suasana perasaan dan hiperaktivitas
yang memenuhi kriteria mania dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria
hipomania segera sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya
dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi). Usia dari onset, keparahan,
lamanya berlangsung, dan frekuensi episode dari depresi, semuany sangat
bervariasi. Umumnya episode pertama terjadi pada usia lebih tua dibanding
dengangangguan bipolar, dengan usia onset rata-rata lima puluhan. Episode
masing-masing juga lamanya antara 3 dan 12 bulan (rata-rata lamanya sekitar 6
bulan) akan tetapi frekuensinya lebih jarang. Pemulihan keadaaan biasanya
sempurna di antara episode, namun sebagian kecil pasien mungkin mendapat
depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini,
kategori ini harus tetap digunakan). Episode masing-masing dalam berbagai
tingkat keparahan, seringkali dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh
sters; dalam berbagai budaya, baik episode tersendiri maupun depresi menetap
dua kali lebih banyak pada wanita daripada pria.
Bagaimanapun seringnya seseorang pasien gangguan depresif berulang
mengalami episode depresif sebagai penderitaan, tidak mustahil baginya akan
mengalami episode manik. Jika ternyata terjadi episode manik, maka diagnosisnya
harus diubahmenjadi gangguan afektif bipolar.
2.6.
energy adalah gejala utama dari depresi. Pasien mungkin mengatakan perasaannya
sedih, tidak mempunyai harapan, dicampakkan, atau tidak berharga. Emosi pada
21
mood depresi kualitasnya berbeda dengan emosi duka cita atau kesedihan yang
normal.
Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi
dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir
mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat
aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetative (termasuk tidur,
aktivitas seksual dan ritme biologik yang lain). Gangguan ini hampir selalu
menghasilkan hendaya interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan (Ismail dkk,
2010).
Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat timbul pada sekitar dua pertiga
pasien depresi, dan 10-15% melakukan bunuh diri. Mereka yang dirawat dirumah
sakit dengan percobaan bunuh diri dan ide bunuh diri mempunyai umur hidup
lebih panjang dibanding yang tidak dirawat. Beberapa pasien depresi terkadang
tidak menyadari ia mengalami depresi dan tidak mengeluh tentang gangguan
mood meskipun mereka menarik diri dari keluarga, teman dan aktifitas yang
sebelumnya menarik bagi dirinya. Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluh
tentang penurunan energi dimana mereka mengalami kesulitan menyelesikan
tugas, mengalami kendala disekolah dan pekerjaan, dan menurunnya motivasi
untuk terlibat dalam kegiatan baru. Sekitar 80% pasien mengeluh masalah tidur,
khusunya terjaga dini hari (terminal insomnia) dan sering terbangun dimalam hari
karena memikirkan masalah yang dihadapi. Kebanyakan pasien menunjukkan
peningkatan atau penurunan nafsu makan, demikian pula dengan bertambah dan
menurunnya berat badan serta mengalami tidur lebih lama dari yang biasa.
2.7.
Diagnosis
Konsep gangguan jiwa yang terdapat dalam PPDGJ III ini merujuk kepada
DSM-IV dan konsep disability berasal dari The ICD-10 Classification of Mental
and Behavioral Disorders. Menurut PPDGJ (2003), gangguan afektif berupa
depresi dapat terbagi menjadi episode depresif dan episode depresif berulang,
dimana episode depresif sendiri terbagi menjadi episode depresif ringan, sedang,
dan berat. Sedangkan untuk episode berulang terbagi menjadi episode berulang
episode kini ringan, episode kini sedang, episode kini berat tanpa gejala psikotik,
episode kini berat dengan gejala psikotik dan episode kini dalam remisi.
22
gangguan
depresif
singkat
rekuren,
dan
gangguan
disforik
berat. Pada
23
hanya untuk waktu singkat, dengan lama waktu yang tidak memenuhi kriteria
diagnostik untuk gangguan depresif berat.
DSM-IV menuliskan kriteria diagnostik untuk gangguan depresif berat
secara terpisah dari kriteria diagnostik untuk diagnosis berhubungan dengan
depresi, dan juga menuliskan deskriptor keparahan untuk episode depresif berat.
a.
2.9.
24
Terapi 1,5
Pengobatan pasien dengan gangguan mood harus diamanahkan pada
harus
mengintegrasikan
farmakoterapi
dengan
intervensi
25
26
Golongan
obat
trisiklik
bekerja
dengan
menghambat
reuptake
27
Nama Generik
Amitriptilin*
Imipramine*
Maprotiline**
Mianserin**
Nama Dagang
Amitriptilin
Tofranil
Ludiomil
Sediaan
Tab 25mg
Tab 25mg
Tab 10-25mg
Dosis/hari
75-150mg
75-150mg
75-150mg
Tovlon
Tab 50-75mg
Tab 10mg
30-60mg
28
5
Trazodone*** Trazone
Tab 50-150mg 100-200mg
6
Mirtazapine*** Remeron
Tab 30mg
15-45mg
7
Sertraline #
Zoloft
Tab 50mg
50-100mg
8
Fluoxetine #
Prozac
Cap 20mg
20-40mg
9
Meclobemide ^ Aurorix
Tab 150mg
300-600mg
10
Duloxetine @
Cymbalta
Capl 30-60mg 30-60mg
11
Venlafaxine @ Efexor-XR
Cap 75mg
75-150mg
12
Amoxapine
Asendin
Tab 100mg
200-300mg
13
Tianeptine
Stablon
Tab 12,5mg
25-50mg
14
Clomipramine Anafranil
Tab 25mg
75-150mg
15
Paroxetine
Seroxat
Tab 20mg
20-40mg
16
Fluvoxamine
Luvox
Tab 50mg
50-100mg
17
Citalopram
Cipram
Tab 20mg
20-60mg
*golongan trisiklik : efek samping sedasi, otonomik, kardiologi relatif besar
untuk pasien muda (sehat), bermanfaat untuk agitated depression)
**golongan tetrasiklik : efek samping sedasi lebih kuat, otonomik dan kardiologi
relatif kecil diberikan pada pasien usia lanjut, sindrom depresi dengan gejala
anxietas, dan insomnia yang menonjol
***golongan atipikal : idem golongan tetrasiklik
# golongan SSRI : efek samping sedasi, otonomik, kardiologi sangat minimal
untuk pasien retarded depression, usia dewasa dan usia lanjut
^ golongan MAOI reversible : efek samping hipotensi ortostatik relatif sering
@ golongan SNRI : idem golongan SSRI
Efek samping obat anti depresi:
sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor
menurun, kemampuan kognitif menurun)
efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,
konstipasi, sinus takikardi)
efek anti adrenergic alfa (perubahan EKG, hipotensi)
efek neurotoksik (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia)
Efek samping yang tidak berat (tergantung daya toleransi dari penderita), biasanya
berkurang setelah 2-3 minggu bila tetap diberikan dengan dosis yang sama.
29
dua
anggapan:
pertama,
masalah
interpersonal
sekarang
Prognosis 1,3,4
Gangguan mood cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang
30
singkat, dan tidak lebih dari satu kali perawatan di rumah sakit adalah indikator
prognostik yang baik. Prognosis buruk dapat meningkat oleh adanya penyerta
gangguan distimik, penyalahgunaan alkohol dan zat lain, gejala gangguan
kecemasan, dan riwayat lebih dari satu episode sebelumnya.
Depresi pada Anak-anak dan Remaja
Fobia sekolah dan sifat manja pada orangtua yang berlebihan mungkin
merupakan gejala depresi pada anak-anak. Prestasi akademik yang buruk,
penyalahgunaan zat, perilaku antisosial, promiskuitas seksual, membolos, dan
melarikan diri mungkin dapat menjadi gejala depresi pada remaja.
Depresi pada Lanjut Usia
Depresi lebih sering terjadi pada lanjut usia dibandingkan populasi umum.
Berbagai penelitian telah melaporkan angka prevalensi terentang dari 25 sampai
50%. Sejumlah penelitian melaporkan bahwa depresi pada lanjut usia mungkin
berhubungan dengan status sosioekonomi rendah, kematian pasangan, penyakit
fisik yang menyertai, dan isolasi sosial.
31
BAB III
PEMBAHASAN
A. Diskusi Keluhan Utama
Heteroanamnesis :
Os datang diantar ke UGD karena tidak sadarkan diri setelah bertengkar
hebat dengan pacarnya. Sebelumnya Os marah-marah kepada pacarnya di pinggir
jalan depan kos-kosan teman kerjanya. Menurut sepupunya, Os memang sering
bertengkar dengan pacarnya, dan sering hilang kesadaran setelahnya namun dia
tidak tahu masalah penyebabnya karena Os tidak pernah cerita. Menurut teman
dan pacarnya, Os hanya marah biasa karena masalah kecil, biasanya setelah marah
dan hilang kesadaran, sekitar 5 menit Os sadar kembali, namun sekarang sudah
setengah jam Os tidak bangun juga, sehingga teman dan pacar Os membawanya
ke UGD.
Autoanamnesis (Os bangun setelah 20 menit di UGD, bercerita sambil
menangis)
Os tidak ingat saat hilang kesadaran dan dibawa ke UGD. Os hanya ingat
sedang bertengkar dengan pacarnya di depan kos-kosan. Os bercerita bahwa dia
bertengkar dengan pacarnya karena ketauan selingkuh dengan teman kerjanya. Os
sudah curiga sejak 1 tahun yang lalu, namun belum ada bukti yang bisa
menyalahkan pacarnya. Os sudah pacaran selama hapir 2 tahun. Os dekat dengan
teman kerjanya, dan tidak menyangka temannya akan selingkuh dengan pacarnya,
namun Os makin curiga mereka selingkuh sejak 3 bulan terakhir karena pacar Os
jadi jarang berkunjung/mengajak pergi. Os sudah pernah melakukan hubungan
seksual dengan pacarnya, dan pacarnya berkata akan bertanggung jawab dengan
menikahi Os, namun hingga saat ini pacarnya tidak juga mengajaknya menikah.
Pernah Os meminta pacarnya untuk tanggung jawab, namun berakhir dengan
bertengkar sehingga Os tidak pernah menanyakan hal itu lagi. Hari ini Os datang
ke kos temannya dan melihat bahwa pacarnya juga sedang disana. Os langsung
32
marah di tempat kejadian kepada pacarnya. Setelah itu Os mengaku tidak ingat
lagi kejadiannya.
Os mengatakan sering hilang kesadaran seperti ini hanya jika bertengkar
dengan pacarnya. Os bertengkar minimal 1x dalam sebulan sejak 1 tahun terakhir,
namun tidak selalu hilang kesadaran. Os tinggal 1 rumah dengan adik laki-lakinya
(belum menikah) yang berusia 22 tahun. dan mengatakan bahwa adiknya sering
membohongi Os, baik itu masalah di rumah, keluarga, maupun yang berhubungan
dengan pekerjaan Os. Ayah Os tinggal dilluar pulau, jarang mengunjungi (tidak
mengunjungi dalam 3 tahun terakhir) maupun kontak dengan Os dan adiknya. Ibu
Os sudah meninggal 3 tahun yang lalu karena sakit. Setiap Os mendapat masalah,
Os selalu teringat ibunya dan menangis. Sebelum ibunya meninggal, Os selalu
cerita tentang masalahnya dan menerima masukan dari ibunya, Os tidak pernah
dekat dengan ayahnya. Os tidak memiliki teman dekat/teman yang bisa diajak
cerita, orang yang paling dekat dengan Os adalah sepupu laki-lakinya, namun
masalah ini sepupunya tidak tahu. Os masih bisa masuk kerja, kecuali seminggu
terakhir sudah tidak masuk kerja 3 hari, namun tidak semangat karena malas
bertemu teman kerjanya. Sudah 2 bulan terakhir Os sulit tidur, tidak napsu makan
dan berpikir ingin mengakhiri hidupnya karena merasa hidupnya sudah tidak
bahagia. Os marah dan tersinggung ketika diberitahu untuk konsultasi ke dokter
spesialis jiwa atau psikolog.
Riwayat Penyakit Dahulu
33
Gejala lainnya :
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
Pada episode depresif berat, tiga gejala utama pada episode depresif harus
ada, ditambah sekurang-kurangnya empat gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat. Episode depresif biasanya seharusnya
berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan
beronset sangat cepat, maka mungkin dibenarkan untuk menegakkan diagnosis
dalam waktu kurang dari 2 minggu. Anggapan di sini ialah bahwa sindrom
somatik hampir selalu ada pada episode depresif berat.
Kategori ini hendaknya digunakan hanya untuk episode depresif berat
tunggal tanpa gejala psikotik; untuk episode selanjutnya, harus digunakan
subkategori dari gangguan depresif berulang.
B. Diskusi Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
dibuka, respon terhadap nyeri +. Setelah 20 menit di UGD, Os sadar penuh dan
dapat menceritakan masalahnya.
gangguan kepribadian skizoid
Penampilan umum
: Sedih, menangis
afek depresi
34
: 110/60 mmHg
Nadi
Respirasi
Suhu
: 36.7 0C (aksiler)
Pengukuran (normal)
Berat Badan
: 50 kg
Tinggi Badan
: 160 cm
Status Gizi
Mata
THT
o Leher
o Thorax
: baik
Sensorik/motorik
: baik
Refleks Fisiologis
: +/+
Refleks Patologis
: -/-
35
: antegrade amnesia
Intelegensia
Pikiran
Penilaian
Wawasan penyakit
: buruk
Emosi/afek (mood)
: appropriate (sedih/murung-menangis)
Dekorum
Sopan santun
: kurang baik
Cara berpakaian
: buruk
Kebersihan
: buruk
Kematangan jiwa
: imatur
Tingkah laku
Bicara
: bloking
Psikodinamika
Os adalah seorang anak perempuan berusia 25 tahun. Os merupakan anak
pertama dari 2 bersaudara. Ibu Os sudah meninggal 3 tahun yang lalu, ayah Os
tinggal di luar pulau, dan sudah tidak mengunjungi maupun kontak dengan Os
selama 3 tahun terakhir. Sejak itu Os tinggal berdua saja dengan adik lakilakinya yang berusia 22 tahun (belum menikah).
Sebelum ibunya meninggal, Os selalu cerita tentang masalahnya dan
menerima masukan dari ibunya, Os tidak pernah dekat dengan ayahnya. Os
tidak memiliki teman dekat/keluarga yang bisa diajak cerita, orang yang paling
dekat dengan Os adalah sepupu laki-lakinya.
36
37
Hemoglobin
2 juli 2014
12.3 gr/ dL
Nilai normal
(12-16 gr/dL)
Hematokrit
37.1 %
(35-50 %)
Leukosit
8600/mm3
(3500-10.000/mm3)
Trombosit
226.000/mm3
(150-400 rb/mm3)
Eritrosit
4.0 juta/mm3
(3.8-5.8 juta/mm3)
LED
Diff. Count
18 mm/jam
B0
(<20 mm/jam)
(0)
E0
(0-3)
N.B 1
(2-6)
N.S 83
(50-70)
L 14
(20-40)
GDS
M2
107 mg/dL
(2-8)
(<170 mg/dL)
SGOT
16 U/L
(<32 U/L)
SGPT
11 U/L
(<31 U/L)
Ureum
18 mg/dL (H)
(15-45 mg/dL)
Kreatinin
(0.5-0.9 mg/dL)
GFR
114
(>90)
D. Diskusi Tatalaksana
Oksigen 2Lpm
IVFD RL + neurosanbe 1 amp : 20 tpm
R/ Diazepam tab 2 mg 1x1
Motivasi pasien dan keluarga untuk konsultasi ke dokter spesialis
jiwa/psikolog
diberikan untuk menenangkan pasien dan agar teman Os yang membawa Os ke
UGD tidak panik. Diazepam diberikan malam hari agar Os bisa tidur dan
istirahat.
38
E. Diskusi Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Gangguan mood cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan
pasien cenderung mengalami kekambuhan. Episode depresif yang tidak diobati
berlangsung 6 sampai 13 bulan, sementara sebagian besar episode yang diobati
berlangsung kira-kira 3 bulan. Menghentikan antidepresan sebelum 3 bulan
hampir selalu menyebabkan kembalinya gejala.
Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan depresif
berat memiliki kemungkinan 50% untuk pulih dalam tahun pertama. Banyak
penelitian telah berusaha untuk mengidentifikasi indikator prognostik yang baik
dan buruk di dalam perjalanan gangguan depresif berat. Episode ringan, tidak
adanya gejala psikotik, fungsi keluarga yang stabil, tidak adanya gangguan
kepribadian, tinggal dalam waktu singkat di rumah sakit dalam waktu yang
singkat, dan tidak lebih dari satu kali perawatan di rumah sakit adalah indikator
prognostik yang baik. Prognosis buruk dapat meningkat oleh adanya penyerta
gangguan distimik, penyalahgunaan alkohol dan zat lain, gejala gangguan
kecemasan, dan riwayat lebih dari satu episode sebelumnya.
39
BAB IV
DISKUSI PRESENTASI
1. dr. Ryan : Mengapa differential diagnosisnya gangguan depresif berulang,
episode kini berat tanpa gejala psikotik?
Kategori diagnosis episode depresif ringan, sedang dan berat hanya digunakan
untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya
harus diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang.
Pada pasien ini riwayat depresi sebelumnya tidak diketahui, jadi kita masih
mendiagnosis banding dengan gangguan depresif berulang.
2. dr. Ayu : Mengapa pasien bisa sampai tidak sadarkan diri?
Ada 2 faktor yang mungkin menyebabkan pasien tidak sadarkan diri. Yang
pertama karena gejala somatik yang terdapat pada pasien dengan gangguan
depresif berat. Yang kedua mungkin saja pasien malingering untuk mencari
perhatian orang lain.
3. dr. Renny : Apakah pasien perlu dirawat di RSJ?
Jika pasien masih tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari, maka hanya
perlu rawat jalan, konsultasi dan kontrol rutin dengan dokter spesialis
kejiwaan.
4. dr, Astriliana : Obat apa yang cocok untuk diberikan untuk pasien?
Golongan trisiklik karena memiliki efek samping sedasi, otonomik, kardiologi
relatif besar untuk pasien muda (sehat), bermanfaat untuk agitated
depression).
5. dr. Aloysius : Apa pengaruh kepribadian skizoid dengan penyakit pasien?
Mereka dengan rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat dirinya dan dunia
luar dengan penilaian pesimistik (kepribadian skizoid), jika mereka mengalami
stres besar, mereka cenderung akan mengalami depresi. Para psikolog
40
41
BAB V
KESIMPULAN
Gangguan depresi berat merupakan salah satu bentuk gangguan mood.
Gangguan mood adalah suatu kelompok klinis yang ditandai oleh hilangnya
perasaan kendali dan pengalaman subyektif adanya penderitaan berat. Pasien
dengan mood terdepresi merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan
bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran tentang
kematian atau bunuh diri.
Gejala non psikotik dapat ditegakkan bila tidak terdapat adanya gejala
psikotik seperti waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa,kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan
pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau alfaktorik
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau
daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju stupor.
Penatalaksanaan pasien dengan gangguan mood harus diarahkan kepada
beberapa tujuan. Pertama, keselamatan pasien harus terjamin. Kedua, kelengkapan
evaluasi diagnostik pasien harus dilaksanakan. Ketiga, rencana terapi bukan hanya
untuk gejala, tetapi kesehatan jwa pasien kedepan juga harus diperhatikan.
Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan beberapa
memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada
diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon terhadap terap sebelumnya.
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock. BJ, Sadock VA, Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry 10th ed
Philadelphia Tokyo Lippincott Williams and Wikins 2007. 528 - 535,569 - 572
2. Maslim, Rusdi, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III, 2001 Jakarta. 64 - 65
3.
Rowley,
James
A,
emedicine
from
WebMD,
November
2008
www.wikipedia.com/depresi-berat
4. Rindang Sitarani Putri. 2010 Ilmu Kedokteran Jiwa.Jurnal fkumyecase.
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=Episode+Depresi+Berat+Tanpa+Gejala+Psikotik&highlight=gangguan
%20depresi%20berat
5.
Departeman
Farmakologi
dan
Terapeutik
Fakultas
Kedokteran
43