Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata merupakan salah satu panca indera yang penting bagi kehidupan kita
sehari-hari. Suatu pengurangan fungsi indera penglihatan bahkan suatu kebutaan
akan menyebabkan kerugian yang tidak ternilai besarnya bagi seorang penderita.
Sehingga suatu gangguan penglihatan yang datangnya secaramendadak akan
selalu mendorong penderita untuk segera memeriksakan matanya kepada seorang
dokter.Sebab gangguan penglihatan yang mendadak sangat banyak.
Bilamana ditinjau dari lamanya terjadi gangguan penglihatan, maka
didapatkan gangguan penglihatan yang lama dan gangguan penglihatan yang
bersifat hanya sebentar saja. Beberapa penyebab timbulnya gangguan pcnglihatan
mendadak ialah keratitis, glaukoma, uveitis posterior, ablasio retina, neuritis
optikus dan trauma pada mata.

BAB 2
1
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi fisiologi mata
Mata adalah organ komplek yang peka cahaya. Dalam wadah perlindungannya
masing-masing mata mempunyai suatu lapisan sel-sel reseptor, suatu sistem optik
(kornea, lensa, aquos humor, korpus vitreum) untuk memusatkan cahaya pada
reseptor dan sistem saraf untuk menghantarkan inpuls dari respor ke otak.
Bagian terdepan dari mata adalah kornea yang merupakan suatu lapisan
transparan dengan tujuan agar dapat membiarkan berkas cahaya masuk kedalam
mata. Disebelah dalam sklera adalah koroid, suatu lapisan berpigmen yang banyak
mengandung pembuluh darah yang memberikan makanan pada bentukan-bentukan
dalam bola mata. Lensa adalah struktur transparan yang berbentuk bulat dan agak
gepeng pada daerah equatornya yang terpaut oleh serabut-serabut zonulo zenii
yang menggantungkan lensa pada korpus siliaris. Lensa mata otomatis lebih
mencembung akibat kontraksi muskulus siliaris yang mengakibatkan pengenduran
zonla zenii.
Pada daerah depan lensa terdapat iris yang berpigmen dengan lubang pupil
ditengahnya. Iris mengandung serabut otot siskuler yang menyempitkan pupil dan
serabut membujur (radial) yang melebarkan pupil. Perubahan diameter pupil mata
berguna untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk kedalam mata.
Ruang antara lensa dan retina berisi massa cair-kental yaitu korpus vitreum
dan cairan aquos humor. Jika terjadi gangguan media refraksi akan menyebabkan
visus turun, baik mendadak ataupun perlahan.

2
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

Gambar 2.1 Anatomi mata


2.2 Penyakit dengan penurunan visus mendadak
2.2.1 Mata merah dengan penurunan visus mendadak
2.2.1.1 Keratitis
Keratitis diartikan sebagai peradangan pada kornea yang
ditandai dengan adanya infiltrasi sel radang dan edema kornea pada
lapisan kornea manapun yang dapat bersifat akut atau kronis yang
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain bakteri, jamur, virus atau
karena alergi. Tanda dan gejala keratitis meliputi :
- Visus menurun
- Silau
- Nyeri
- Pupil miosis
- Injeksi silliar
Adapun penyebab dari keratitis yaitu infektif dan non infektif.
Keratitis infektif biasanya disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur.
Untuk pemeriksaannya dapat dilakukan pemeriksaan visus dan
pemeriksaan flouresensi didapatkan hasil positif. Terapi pada
keratitis, meliputi :
- Sesuai kausa
- Sikloplegik
- Bebat mata
2.2.1.2 Keratokonjungtivitis
Keratokonjungtivitis epidemi

3
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

Keratitis yang terbentuk pada keratokonjungtivitis epidemi


adalah akibat reaksi peradangan kornea dan konjungtiva yang
disebabkan oleh reaksi alergi terhadap adenovirus tipe 8.
Umumnya pasien mengeluh demam, merasa seperti ada benda
asing, kadang-kadang disertai nyeri periorbita dan akibat keratititis
penglihatan akan menurun. Ditemukan edema palpebra dan folikel
konjungtiva, pseudomembran pada konjungtivatarsal yang dapat
membentuk jaringan parut. Pada kornea terdapat keratitis pungtata
yang pada minggu pertama terlihat difuse di permukaan kornea.
Pada hari ke-7 terdapat lesi epitel setempat dan pada hari ke 11-15
terdapat kekeruhan subepitel di bawah lesi epitel, kelenjar
perureikel membesar.
Pengobatan pada keadaan akut sebaiknya diberikan kompres
dingin dan pengobatan penunjang lainnya. Bila terdapat kekeruhan
pada kornea yang menyebabakan penurunan visus yang berat
dapat diberikan steroid tetes mata tiga kali sehari.
Keratokonjungtivitis sika
Keratokonjungtivitis sika adalah suatu keadaan keringnya
permukaan kornea dan konjungtiva. Kelainan ini terjadi pada
penyakit yang mengakibatkan defisiensi kelenjar air mata (sindrom
syogren), defisiensi komponen lemak air mata (blefaritis
menahun), defisiensi komponen musin

(defisiensi vitamin A,

trauma kimia, SSJ, penyakit-penyakit yang mengakibatkan cacat


konjungtiva),

akibat

penguapan

yang

berlebihan

(keratitis

neroparalitik, hidup di gurun pasir) dan karena jaringan parut pada


kornea.
Pasien dengan keratokonjungtivitis sika akan mengeluh mata
terasa gatal, mata seperti berpasir, silau, dapat penglihatan kabur.
Pada mata didapatkan sekresi mukus yang berlebihan, sukar
menggerakkan kelopak mata dan mata kering karena dengan erosi
kornea.
Pada keratokonjungtivitis sika dapat dilakukan tes pemeriksaan :
Tes schirmer

4
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

Bila resapan air mata pada kertas schirmer kurang dari


10 mm dalam 5 menit dianggap abnormal.
Tes zat warna Rose Bengal Konjungtiva
Pada pemeriksaan ini terlihat konjungtiva berwarna titik
merah karena jaringan konjungtiva yang mati menyerap zat
warna.
Tear film break up time
Waktu antara kedip lengkap sampai timbulnya bercak
kering sesudah mata dibuka minimal terjadi sesudah 15-20
detik, tidak pernah kurang dari 10 detik.
Pengobatannya berdasarkan dengan penyebabnya,

dapat

diberikan air mata tiruan, diberikan lensa kontak apabila


komponen mucus yang berkurang dan penutupan pungtum lakrima
bila terjadi penguapan yang berlebihan.
2.2.1.3 Ulkus Kornea
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan
kornea akibat kematian jaringan kornea. Dikenal dua bentuk tukak
pada kornea yaitu sentral dan perifer. Penyebab tukak kornea adalah
bakteri, jamur, achantamoeba dan herpes simplek. Tukak kornea
biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma yang merusak epitel
kornea.
Tukak kornea akan memberikan gejala mata merah, sakit mata
ringan hingga berat, fotopobia, penglihatan menurun dan kadang
kotor. Tukak kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih
pada kornea dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan
fluoresein akan berwarna hijau ditengahnya. Gejala yang dapat
menyertai adalah terdapat penipisan kornea, lipatan descemet, reaksi
jaringan uvea, hipopion, hifema dan sinekia posterior. Daerah kornea
yang tidak terkena akan tetap berwarna jernih dan tidak terlihat
infiltrasi sel radang.
Pemeriksaan laboratorium sangat berguna untuk membantu
membuat diagnosa kausa. Pengobatan untuk tukak kornea umumnya
adalah dengan sikloplegik, antibiotik dan pasien dirawat bila
mengancam perforasi. Pengobatan pada tukak kornea bertujuan
menghalangi hidupnya bakteri dengan antibiotik dan mengurangi
5
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

radang dengan steroid. Tukak kornea tidak boleh di bebat karena akan
menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai incubator, secret
yang terbentuk dibersihkan empat kali satu hari, diperhatikan
kemungkinan terjadinya glaucoma sekunder dan debridement.
Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epiteliasasi dan mata terlihat
tenang kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan
pengobatan ditambah 1-2 minggu. Pada tukak kornea dilakukan
pembedahan atau keratoplasti apabila dengan pengobatan tidak
sembuh dan terjadinya jaringan parut yang mengganggu pengelihatan.
2.2.1.4 Glaukoma akut
Glaukoma adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai
dengan meningkatnya tekanan intraokular yang disertai oleh
pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah
gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase
sudut kamera anterior (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses
humor akueus ke sistem drainase (glaukoma sudut tertutup). Adapun
trias glaukoma :
- Peningkatan tekanan intra okular
- Penyempitan lapang pandang
- Ekskavasio glaukoma
Penilaian glaucoma secara klinis dapat dilakukan dengan :
1. Pemeriksaan visus
2. Pemeriksaan tonometri ( digital, schiotz, aplanasi, mackay marg)
3. Pemeriksaan gonioskopi
4. Pemeriksaan oftalmoskopi untuk melihat warna papil dan
ekskavasio
5. Pemeriksaan lapang pandang dengan uji konfrontasi dan
perimetri goldmann
6. Pemeriksaan slitlamp
7. Pemeriksaan tonografi
8. Tes provokasi
a. Sudut terbuka
- Uji minum air

6
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

Penderita puasa 1 hari, lalu minum air 1 liter dalam 5


menit. Selanjutnya ukur TIO tiap 15 menit selama 1,5
-

jam. Kenaikan tensi 8 mmHg lebih dianggap glaukoma


Uji steroid
Pada uji steroid diteteskan larutan dexamethasone

selama 2 minggu
b. Sudut tertutup
Uji kamar gelap
Untuk penatalaksanaan pada glaukoa akut, dapat dilakukan dengan :
1. Medikamentosa
a. Beta Blocker
Beta blocker sebagai supresi pembentukan humor akueus, obat
yang sering digunakan adalah :
- Timolol maleat 0,25 % dan 0,5 %
- Betaksolol 0,25 % dan 0,5 %
- Levobunolol 0,25 % dan 0,5 %
- Metipranolol 0,3 %
b. Parasimpatomimetik
Parasimpatomimetik berfungsi untuk meningkatkan aliran
keluar humor akueus dengan bekerja pada jalinan trabekular
melalui kontraksi otot silliaris. Obat yang sering digunakan
adalah pilocarpin 0,5-6 %.
c. Inhibitor karbonat anhidrase
Obat golongan ini berfungsi untuk menekan pembentukan
akueus humor. Yang termasuk dalam golongan obat ini adalah
asetazolamid yang dapat diberikan peroral dalam dosis 125-250
mg atau diamoz sequels 500 mg yang dapat diberikan secara
intravena.
d. Hiperosmotik
Golongan obat ini menyebabkan darah menjadi hipertonik
sehingga air tertarik keluar dari corpus vitreum dan terjadi
penciutan korpus vitreum. Obat yang sering digunakan adalah
gliserin oral, dengan dosis 1 ml/ kgBB dalam larutan 50 %
dingin dicampur dengan sari lemon.
2. Nonmedikamentosa
a. Iridektomi dan iridotomi perifer
b. Laser trabekuloplastik
c. Tindakan siklodestruktif
7
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

2.2.2 Mata tenang dengan penurunan visus mendadak


2.2.2.1 Uveitis posterior
Uveitis posterior adalah peradangan yang mengenai koroid
(koroiditis). Uveitis posterior sering disebabkan oleh infeksi dan non
infeksi. Infeksi yang menyebabkan uveitis posterior adalah virus
(CMV, Herpes simpleks, HIV, EBV), bakteri (M. Tuberkulosa), fungi
(Candida) da parasit ( toxoplasma). Sedangkan penyebab non infeksi
meliputi penyakit-penyakit autoimun (Sindrom Vogt-KoyanagiHarada), keganasan (melanoma maligna, leukemia) dan beberapa
faktor yang tidak diketahui. Uveitis posterior memiliki gejala dan
tanda seperti :
Tanda :
- Kekeruhan badan kaca
- Infiltrat dalam retina dan koroid
- Edema papil
- Perdarahan retina
Gejala :
- Penglihatan menurun
- Floater
- Mata merah jarang
- Fotofobia
- nyeri
Pemeriksaan

untuk

uveitis

posterior

dapat

dilakukan

pemeriksaan fluorescence angiografi (FA). FA merupakan pencitraan


yang

penting

dalam

mngevaluasi

penyakit

korioretinal

dan

komplikasi intraokular dari uveitis posterior. Pada FA, yang dapat


dinilai adalah edema intraocular, vaskulitis retina, neovaskularisasi
sekunder pada koroid dan retina dan radang pada koroid
Untuk penatalaksanaan uveitis posterior sesuai dengan kausa
dan dapat diberikan kortikosteroid baik secara sistemik dan injeksi
periokular.
2.2.2.2 Ablasio retina
8
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

Istilah ablasio retina (retinal detatchment) menandakan


pemisahan retina sensorik yaitu fotoreseptor dan lapisan jaringan
bagian dalam dari epitel pigmen retina di bawahnya.
Gejala dini terjadinya ablasio retina adalah terlihatnya kilatan
halilintar kecil (fotopsia) pada lapang pandang. Fotopsia ini
merupakan pertanda dini terjadinya sobekan pada retina, yang
biasanya terletak di bagian perifer retina. Fotopsia ini akan lebih
nyata bila mata digerakkan dan digoyangkan dengan kuat di tempat
gelap. Sering ablasio retina ini dihubungkan dengan trauma. Biasanya
pada retina yang sobek ini akan masuk cairan intraocular ke belakang
retina.

Pasien

penglihatannya

dalam

waktu

menurun.

yang

Penurunan

singkat
tajam

akan

mengeluh

penglihatan

ini

disebabkan makula lutea terangkat atau lepas atau akibat media


penglihatan menjadi keruh. Lapang pandang akan tertutup seperti
tabir.
Pada pemeriksaan funduskopi retina terlihat lebih pucat akibat
terangkatnya retina dengan pembuluh darah diatasnya berkelok-kelok
sesuai dengan gelombang retina yang terangkat. Pada retina akan
tampak robekan yang berwarna merah. Tekanan bola mata rendah
akibat dari masuknya cairan ke bawah retina.
Untuk pengobatan pada pasien ablasio retina ialah dengan
secepatnya dipersiapkan untuk pembedahan, hal ini untuk secepatnya
memperbaiki metabolisme sel kerucut dan batang diperoleh dari
koroid. Selama persiapan operasi, mata diberikan sikloplegik untuk
mencegah akomodasi. Anjuran pascabedah adalah mata tidak boleh
banyak membaca, bergerak atau olahraga menggerakkan kepala.
2.2.2.3 Neuritis Optik
Neuritis optik adalah gangguan penglihatan yang disebabkan
karena peradangan pada saraf optik. Neuritis optik terjadi akibat saraf
optik yang merupakan yang membawa impuls penglihatan ke otak
mengalami peradangan serta sarung mielin yang membungkus saraf
tersebut mengalami kerusakan (proses ini disebut juga demielinisasi).
9
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

Terjadinya sangat khas pada salah satu mata (70%) yang


menyebabkan gangguan penglihatan yang cepat dan progresif tetapi
bersifat sementara. Sekitar 30% penderita terjadi pada kedua mata.
Neuritis optik cenderung menyerang dewasa muda dengan usia ratarata 30-an. Tujuh puluh lima persen penderita merupakan wanita.
Neuritis optik sering diakibatkan oleh penyakit sklerosis
multipel.

Penyebab

lainnya

adalah

ensefalomielitis, penyakit-penyakit

infeksi

otoimun

virus,

jamur,

atau tumor

yang

menekan saraf penglihatan atau penyakit-penyakit pembuluh darah


(misalnya radang arteri temporal). Gejala-gejala neuritis optik adalah
jika ditemukan satu atau lebih gejala berikut ini:
-

Penglihatan kabur

Bintik/bercak buta, terutama pertengahan lapang pandang

Nyeri saat pergerakkan bola mata

Sakit kepala

Buta warna mendadak

Gangguan penglihatan pada malam hari

Gangguan ketajaman penglihatan

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan


berikut:
-

Pemeriksaan reflek pupil

Pemeriksaan oftalmoskopi
Pada pemeriksaan ini ditemukan discus opticus tampak
bengkak

Pemeriksaan lapang pandang


Dapat memperlihatkan hilangnya sebagian lapang pandang

Pemeriksaan MRI
Pada pemeriksaan ini berguna untuk melihat adanya multiple
sclerosis atau pada kasus yang jarang, tampak adanya tumor
yang menekan saraf optik
10

Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

Pengobatan neuritis optik tergantung pada penyebab yang


mendasarinya. Gangguan penglihatan yang disebabkan infeksi virus
akan membaik sendiri setelah diberikan pengobatan terhadap virus.
Neuritis optik yang disebabkan bahan-bahan beracun dapat diatasi bila
sumber-sumber/kontak

dengan

racun

dihindari.Pemberian

kortikosteroid suntikan yang dilanjutkan dengan pemberian oral pada


penderita neuritis optik akibat sklerosis multipel sangat cepat
memperbaiki penglihatan penderita, tetapi masih diperdebatkan
penggunaanya untuk mencegah kekambuhan. Terapi Percobaan
Neuritis Optik menunjukkan bahwa steroid yang diberikan dengan
suntikkan intravena efektif untuk mengurangi serangan neuritis optik
akibat penyakit sklerosis multipel hingga 2 tahun, tetapi perlu
penelitian lebih lanjut.
2.2.2.4 Trauma Mata
Trauma okuli adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata
yang dapat mengakibatkan kerusakan pada pada bola mata, kelopak
mata, saraf mata dan rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan
penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indera penglihatan.
Trauma mata dapat dibagi menjadi:
I. Trauma Mekanik:
Trauma tumpul (contusio okuli)
Trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras
atau benda tidak keras dengan ujung tumpul, dimana benda
tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat
sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau
daerah sekitarnya. Trauma tumpul dapat menyebabkan
hematome

palpebra,

edema

konjungtiva,

hematome

subkonjungtiva, edema kornea, erosi kornea, iridoplegia,


hifema, subluksasi lensa, edema retina, ablasio retina dan
vitreus bleeding.
11
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

Trauma tajam (perforasi trauma)


Trauma tembus pada mata dapat diakibatkan oleh benda
tajam atau benda asing lainnya yang mengakibatkan terjadinya
robekan jaringan-jarinagan mata secara berurutan, misalnya
mulai dari palpebra, kornea, uvea sampai mengenai lensa.
Bila trauma yang disebabkan benda tajam atau benda
asing lainya

masuk kedalam bola mata maka akan

mengakibatkan tanda-tanda bola mata tembus seperti :


- Tajam penglihatan yang menurun
- Tekanan bola mata yang rendah
- Bilik mata dangkal
- Bentuk dan letak pupil yang berubah
- Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sklera
- Terdapat jaringan yang prolaps, seperti cairan mata, iris,
lensa, badan kaca atau retina
- Konjungtiva kemotis
II.Trauma Fisika
Trauma radiasi sinar inframerah
Sinar inframerah dapat mengakibatkan kerusakan pada
lensa, iris dan kapsul disekitar lensa. Hal ini terjadi karena
sinar yang terkumpul dan ditanglap oleh mata selama satu
menit tanpa henti akan menagkibatkan pupil melebar dan
terjadi kenaikan suhu lensa sebanyak 9 derajat selsius,
sehingga mengakibatkan katarak dan eksfoliasi pada kapsul
lensa.
Seseorang yang sering terpejan dengan sinar ini dapat
terkena keratitis superfisial, katarak kortikal anterior posterior
dan koagulasi pada koroid. Biasanya terjadi penurunan tajam
penglihatan, penglihatan kabur dan mata terasa panas.
Trauma radiasi sinar ultraviolet
Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek
12
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

yang tidak terlihat, mempunyai panjang gelombang antara


350 295 nM. Sinar ultra violet banyak dipakai pada saat
bekerja las dan menatap sinar matahari. Sinar ultra violet
akan segera merusak sel epitel kornea, kerusakan ini akan
segera baik kembali setelah beberapa waktu dan tidak
memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap.
Biasanya pasien akan memberikan keluhan 4 6 jam
post trauma, pasien akan merasakan mata sangat sakit, terasa
seperti ada pasir, fotofobia, blefarospasme dan konjungtiva
kemotik. Kornea akan menunjukan adanya infiltrat pada
permukaanyayang kadang-kadang disertai dengan kornea
yang keruh. Pupil akan terlihat miosis.
Pengobatan

yang

diberikan

adalah

sikloplegia,

antibiotika lokal, analgetika dan mata ditutup selama 2 3


hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam.
Trauma radiasi sinar X dan sinart terionisasi
Sinar Ionisasi dibedakan dalam bentuk:
- Sinar alfa yang dapat diabaikan
- Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan
- Sinar gamma
- Sinar X
Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan
kerusakan pada kornea yang dapat bersifat permanen.
Katarak akibat pemecahan sel epitel yang tidak normal dan
rusaknya retina dengan gambaran dilatasi kapiler, perdarahan,
mikroaneuris mata dan eksudat. Atrofi sel goblet pada
konjungtiva juga dapat terjadi dan mengganggu fungsi air
mata.
Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topikal,
steroid sistemik dan sikloplegik. Bila terjadi simblefaron pada
konjungtiva dilakukan tindakan pembedahan.
III.Trauma Kimia
13
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

Trauma asam
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera
terjadi pengendapan ataupun penggumpalan bahan protein
permukaan. Biasanya akan terjadi kerusakan pada bagian
superfisisal saja, tetapi bahan asam kuat dapat bereaksi yang
mengakibatkan trauma menjadi lebih dalam. Pasien akan
merasakan mata terasa pedih, seperti kering, seperti ada pasir
dan ketajaman mata biasanya menurun.
Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang
terkena secara perlahan-lahan dan selama mungkin dengan air
bersih atau garam fisiologik minimal selama 15 menit,
antibiotika topikal untuk mencegah infeksi, sikloplegik bila
terjadi ulkus kornea atau kerusakan lebih dalam, EDTA bisa
diberikan satu minggu post trauma.
Untuk prognosisnya baik bila konsentrasi asam tidak
terlalu tinggi dan hanya terjadi kerusakan superfisisal saja.
Trauma basa
Trauma basa pada mata akan memberikan reaksi yang
gawat pada mata. Alkali dengan mudah dan cepat dapat
menembus jaringan kornea, bilik mata depan dan bagian
retina. Hal ini terjadi akibat terjadinya penghancuran jaringan
kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan
terjadi proses persabunan disertai dangan dehidrasi.
Pasien akan merasakan mata terasa pedih, seperti
kering, seperti ada pasir dan ketajaman mata biasanya
menurun. Pengujian dengan kertas lakmus saat pertama kali
datang adalah menunjukan suasana alkalis.
Tindakan yang dilakukan adalah dengan irigasi dengan
garam fisiologik sekitar 60 menit segera setelah trauma.
Penderita diberikan sikloplegia, antibiotika, EDTA diberikan
segera setelah trauma 1 tetes tiap 5 menit selama 2 jam
14
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

dengan maksud untuk mengikat sisa basa dan untuk


menetralisir kolagenase yang terbentuk pada hari ketujuh post
trauma, diberikan antibiotik lokal untuk mencegah infeksi,
analgetik dan anestesik topikal dapat diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri.
Untuk pemeriksaan pada trauma dapat dilakukan :
Tes ketajaman penglihatan
Pemeriksaan tekanan intra okuler
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan CT Scan dan USG.
Penatalaksanaan sesuai dengan penyebab trauma masing-masing.

15
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mata merupakan salah satu panca indera yang penting bagi kehidupan
sehari-hari. Suatu pengurangan fungsi indera penglihatan bahkan suatu kebutaan
akan menyebabkan kerugian yang tidak ternilai besarnya bagi seorang penderita.
Beberapa kelainan pada mata yang dapat meningkatkan terjadinya
penurunan penglihatan (visus), baik penurunan visus secara perlahan maupun
mendadak. Penurunan visus secara mendadak dapat disertai dengan mata merah
ataupun tidak (mata tenang).
Diperlukan pemeriksaan khusus jika terjadi penurunan penglihatan (visus)
secara mendadak agar dapat dilakukan pengobatan sesuai kausanya.
3.2 Saran
Diharapkan kepada penderita jika terjadi penurunan penglihatan secara
mendadak untuk segera memeriksakan diri agar dapat diberikan tindakan
pengobatan dan mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memberatkan.

16
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

Daftar Pustaka
1. Vaughan D. 2000. Oftalmologi Umum Edisi-14. Jakarta : Widya Medika
2. Ilyas S. 2010. Ilmu Penyakit Mata Edisi-3. Jakarta : FKUI
3. Ilyas S. 2009. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI
4. Ilyas S. 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI
4. Guyton, Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC

17
Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram
RSUD Dr. R. Soedjono

Anda mungkin juga menyukai