Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat
kira-kira 15% dari berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan
vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat
kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks,
ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Bakteri, jamur dan virus,
dapat menyebabkan banyak penyakit kulit. Manifestasi morfologik
penyakit-penyakit infeksi bakteri pada kulit sangat bervariasi. Infeksi pada
kulit oleh bakteri piogenik biasanya berasal dari luar tubuh. Pioderma
merupakan penyakit yang sering dijumpai. Pioderma juga merupakan
infeksi purulen pada kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus dan
Streptococcus atau keduanya. Pioderma memiliki banyak bentuk
diantaranya impetigo, folikulitis, furunkel, eritrasma, erysipelas, selulitis,
abses,

dan

lain-lain.

Bakteri

yang

menyerang

epidermis

dapat

menyebabkan impetigo.
Dinamakan impetigo menurut bahsa Perancis dan Latin yang
berarti erupsi keropeng yang menyerang. Impetigo adalah penyakit kulit
superfisial yang disebabkan infeksi piogenik oleh bakteri Gram positif.
Impetigo lebih sering terjadi pada usia anak-anak walaupun pada orang

Impetigo Krustosa

Page 1

dewasa dapat terjadi. Penularan impetigo tergolong tinggi, terutama


melalui kontak langsung. Individu yang terinfeksi dapat menginfeksi
dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi. Infeksi seringkali
menyebar dengan cepat di sekolah, tempat penitipan anak atau pada
tempat dengan hygiene buruk atau juga tempat tinggal yang padat
penduduk.

Impetigo Krustosa

Page 2

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1.

Identitas Pasien
Nama

: An. M U

Jenis Kelamin : perempuan


Usia

: 3 tahun

Alamat

: Taman Baru Mataram

No. RM

: 039320

Tgl. Periksa

:10 juni 2015

2.2.
Autoanamnesis
- Keluhan Utama :
Luka pada ketiak dan perut yang semakin melebar
-

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien datang dengan orang tuanya dengan keluhan timbul luka di
ketiak dan di perut yang semakin melebar sejak 4 hari yang lalu dan
terasa nyeri. Ibu pasien mengatakan telah terdapat

luka tanpa

memperhatikan adanya bintil-bintil sebelumnya. Awalnya luka sebesar biji


jagung kemudian melebar hingga sebesar koin, luka mengering
membentuk kerak berwarna kuning kecoklatan seperti madu.
Sebelumnya ibu pasien mengeluh anaknya menderita batuk pilek kurang
-

lebih 1 minggu yang lalu.


Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak pernah menderita penyakit kulit sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga :

Impetigo Krustosa

Page 3

Saat ini tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
-

seperti pasien. Riwayat penyakit kulit lainnya pada keluarga disangkal.


Riwayat pengobatan :
Belum pernah berobat
Riwayat alergi :
Pasien tidak pernah alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan.

2.3.
Pemeriksaan fisik
- Status Present :
Keadaan umum
Kesadaran
Status gizi
Nadi
Respirasi
Suhu
BB

Status Generalis :
Kepala
Mata
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas

: Baik
: Compos mentis
: cukup
: 98 x/menit
:26 x/menit
:36,7 0C
:10 kg

: normocephali
: Anemis (-/-), ikterik (-/-)
: Dalam batas normal
: Dalam batas normal
:Akral hangat, edema (-)

Status Dermatologis :
Lokasi
: Regio axila sinistra dan abdomen kuadran inferior
Sinistra.

Efloresensi

: Tampak tepi eritema disertai erosi yang meluas


dan di tengahnya terdapat krusta tebal berwarna
kuning kecoklatan seperti madu.

Impetigo Krustosa

Page 4

Gambar 1. Foto regio axila sinistra Pasien

Gambar 2. Foto regio abdomen kuadran inferior sinistra


2.4.
Resume
Timbul luka di ketiak dan di perut yang semakin melebar sejak 4 hari yang
lalu dan terasa nyeri. Ibu pasien mengatakan telah terdapat

luka tanpa

memperhatikan adanya bintil-bintil sebelumnya. Awalnya luka sebesar biji


jagung kemudian melebar hingga sebesar koin, luka mengering membentuk
kerak berwarna kuning keemasan seperti madu. Sebelumnya ibu pasien
mengeluh anaknya menderita batuk pilek kurang lebih 1 minggu yang lalu.

Impetigo Krustosa

Page 5

Pada regio axila sinistra dan abdomen kuadran inferior sinistra ditemukan
efloresensi berupa tepi eritema disertai erosi yang meluas dan di tengahnya
terdapat krusta tebal berwarna kuning kecoklatan seperti madu. Sebelumya
pasien belum pernah berobat kemanapun dan pada keluarga pasien juga tidak
ada yang menderita penyakit yang sama. Pasien tidak mempunyai alergi obatobatan ataupun makanan.
2.5.
Diagnosis banding
- Impetigo bulosa
- Ektima
2.6.

Diagnosis kerja
Impetigo Krustosa

2.7.
Penatalaksanaan
1. Topikal : natrium fusidat salep
2. Sistemik : amoxicillin 250 mg 3x1
3. Edukasi :
a. Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit
b. Mencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan
air mengalir serta membalut lesi.
c. Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak
menggunakan peralatan harian bersama-sama.
d. Menggunakan sarung tangan ketika mengolesi obat topikal dan
setelah itu mencuci tangan sampai bersih.
e. Memotong

kuku

untuk

menghindari

memperberat lesi.
f. Kontrol kembali setelah 1 minggu
2.8.

Prognosis

Impetigo Krustosa

Page 6

penggarukan

yang

Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

4.1. Definisi
Impetigo adalah suatu infeksi/peradangan kulit yang terutama disebabkan
oleh bakteri Streptococcus pyogenes, yang dikenal dengan Streptococcus beta
hemolyticus grup A. Kadang-kadang disebabkan oleh bakteri lain seperti
Staphylococcus aureus pada isolasi lesi impetigo.1
Istilah impetigo berasal dari bahasa Latin yang berarti serangan, dan telah
digunakan untuk menjelaskan gambaran seperti letusan berkeropeng yang biasa
Nampak pada daerah permukaan kulit.
Impetigo mengenai kulit bagian atas ( epidermis superfisial).dengan dua
macam gambaran klinis, impetigo krustosa ( tnpa gelembung, cairan dengan
krusta, keropeng, koreng) dan impetigo bulosa ( dengan gelembung berisi cairan).
Impetigo krustosa disebut juga impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris, dan
impetigo Tillbury Fox, sedangkan impetigo bulosa disebut juga impetigo vesikobulosa, dan cacar monyet.2

4.2. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, kurang lebih 9 10 % dari anak-anak yang datang ke
klinik kulit menderita impetigo. Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan
perempuan adalah sama. Impetigo lebih sering menyerang anak-anak, jenis yang

Impetigo Krustosa

Page 7

terbanyak (kira-kira 90%) adalah impetigo bullosa yang terjadi pada anak yang
berusia kurang dari 2 tahun.2
Terjadinya penyakit impetigo krustosa di seluruh dunia tergolong relatif
sering. Penyakit ini banyak terjadi pada anak - anak kisaran usia 2-5 tahun dengan
rasio yang sama antara laki-laki dan perempuan. Di Inggris kejadian impetigo
pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia
5-15 tahun 2
Impetigo krustosa banyak terjadi pada musim panas dan daerah lembab,
seperti Amerika Selatan yang merupakan daerah endemik dan predominan,
dengan puncak insiden di akhir musim panas. Anak-anak prasekolah dan sekolah
paling sering terinfeksi. Pada usia dewasa, laki-laki lebih banyak dibanding
perempuan. Disamping itu, ada beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya
impetigo krustosa seperti:
-

hunian padat

higiene buruk

hewan peliharaan
keadaan yang mengganggu integritas epidermis kulit seperti gigitan serangga,
herpes simpleks, varisela, abrasi, atau luka bakar.1-2

4.3. Etiologi
Mikroorganisme penyebab impetigo adalah Staphylococcus aureus dan
Streptococcus B hemoliticus. Untuk impetigo bulosa sebabnya lebih sering karena
Staphylococcus aureus. Pada negara maju, impetigo krustosa banyak disebabkan

Impetigo Krustosa

Page 8

oleh Staphylococcus aureus dan sedikit oleh Streptococcus group A betahemolitikus (Streptococcus pyogenes). Banyak penelitian yang menemukan 5060% kasus impetigo krustosa penyebabnya adalah Staphylococcus aureus dan 2045% kasus merupakan kombinasi Staphylococcus aureus dengan Streptococcus
pyogenes. Namun di negara berkembang, yang menjadi penyebab utama impetigo
krustosa adalah Streptococcus pyogenes. Staphylococcus aureus banyak terdapat
pada faring, hidung, aksila dan perineal merupakan tempat berkembangnya
penyakit impetigo krustosa.1-2
4.4.Klasifikasi
Impetigo diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu:
1. Impetigo krustosa
2. Impetigo bulosa

Gambar . impetigo krustosa di ekstremitas superior pada anak-anak

Impetigo krustosa dimulai ketika trauma kecil terjadi pada kulit normal
sebagai portal of

entry yang terpapar oleh kuman melalui kontak langsung

dengan pasien atau dengan seseorang yang menjadi carrier. Kuman tersebut

Impetigo Krustosa

Page 9

berkembang biak dikulit dan akan menyebabkan terbentuknya lesi dalam satu
sampai dua minggu.1-2
Cara infeksi pada impetigo krustosa ada 2, yaitu infeksi primer dan infeksi
sekunder.1-2
Infeksi Primer
Infeksi primer, biasanya terjadi pada anak-anak. Awalnya, kuman
menyebar dari hidung ke kulit normal (kira-kira 11 hari), kemudian
berkembang menjadi lesi pada kulit. Lesi biasanya timbul di atas kulit
wajah (terutama sekitar lubang hidung) atau ekstremitas setelah trauma.
Infeksi sekunder
Infeksi sekunder terjadi bila telah ada penyakit kulit lain sebelumnya
(impetiginisasi) seperti dermatitis atopik, dermatitis statis, psoariasis
vulgaris, SLE kronik, pioderma gangrenosum, herpes simpleks, varisela,
herpes zoster, pedikulosis, skabies, infeksi jamur dermatofita, gigitan
serangga, luka lecet, luka goresan, dan luka bakar, dapat terjadi pada
semua umur.
Impetigo krustosa biasanya terjadi akibat trauma superfisialis dan robekan
pada epidermis, akibatnya kulit yang mengalami trauma tersebut menghasilkan
suatu protein yang mengakibatkan bakteri dapat melekat dan membentuk suatu
infeksi impetigo krustosa. Keluhan biasanya gatal dan nyeri. Impetigo krustosa
sangat menular, berkembang dengan cepat melalui kontak langsung dari orang ke
orang. Impetigo banyak terjadi pada musim panas dan cuaca yang lembab. Pada
anak-anak sumber infeksinya yaitu binatang peliharaan, kuku tangan yang kotor,

Impetigo Krustosa

Page 10

anak-anak lainnya di sekolah, daerah rumah kumuh, sedangkan pada dewasa


sumbernya yaitu tukang cukur, salon kecantikan, kolam renang, dan dari anakanak yang telah terinfeksi.1-3

4.5. Histopatologi
Terjadinya inflamasi superfisialis pada folikel pilosebaseus bagian atas.
Terdapat vesikopustul di subkorneum yang berisi coccus serta debris berupa
leukosit dan sel epidermis. Pada dermis terjadi inflamasi ringan yang ditandai
dengan dilatasi pembuluh darah, edema, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.
Seringkali terjadi spongiosis yang mendasari pustula. Pada lesi terdapat kokus
Gram positif.1

4.6 Manifestasi Klinis


Impetigo krustosa dapat terjadi di mana saja pada tubuh, tetapi biasanya
pada bagian tubuh yang sering terpapar dari luar misalnya wajah, leher, dan
ekstremitas. Impetigo Krustosa diawali dengan munculnya eritema berukuran
kurang lebih 2 mm yang dengan cepat membentuk vesikel, bula atau pustul
berdinding tipis. Kemudian vesikel, bula atau pustul tersebut ruptur menjadi erosi
kemudian eksudat seropurulen mengering dan menjadi krusta yang berwarna
kuning keemasan (honey-colored) dan dapat meluas lebih dari 2 cm. Lesi biasanya
berkelompok dan sering konfluen meluas secara irreguler. Pada kulit dengan
banyak pigmen, lesi dapat disertai hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Krusta

Impetigo Krustosa

Page 11

pada akhirnya mengering dan lepas dari dasar yang eritema tanpa pembentukan
jaringan scar.2
Lesi dapat membesar dan meluas mengenai lokasi baru dalam waktu
beberapa minggu apabila tidak diobati. Pada beberapa orang lesi dapat remisi
spontan dalam 2-3 minggu atau lebih lama terutama bila terdapat penyakit akibat
parasit atau pada iklim panas dan lembab, namun lesi juga dapat meluas ke dermis
membentuk ulkus (ektima).1-2
Kelenjar limfe regional dapat mengalami pembesaran pada 90% pasien
tanpa pengobatan (terutama pada infeksi Streptococcus) dan dapat disertai
demam. Membran mukosa jarang terlibat. 1-2

4.7.Patofisiologi
Impetigo adalah infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus beta
hemolyticus grup A dan/atau Streptococcus aureus. Organisme tersebut masuk
melalui kulit yang terluka melalui transmisi kontak langsung. Setelah infeksi, lesi
yang baru mungkin terlihat pada pasien tanpa adanya kerusakan pada kulit.
Seringnya lesi ini menunjukkan beberapa kerusakan fisik yang tidak terlihat
(mikrolesi) pada saat dilakukan pemeriksaan. Impetigo memiliki lebih dari satu
bentuk. Beberapa penulis menerangkan perbedaan bentuk impetigo dari strain
Staphylococcus yang menyerang dan aktivitas eksotoksin yang dihasilkan.
Streptococcus masuk melalui kulit yang terluka dan melalui transmisi kontak
langsung, setelah infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada pasien tanpa
adanya kerusakan pada kulit. Bentuk lesi mulai dari makula eritema yang

Impetigo Krustosa

Page 12

berukuran 2 4 mm. Secara cepat berubah menjadi vesikel atau pustula. Vesikel
dapat pecah spontan dalam beberapa jam atau jika digaruk maka akan
meninggalkan krusta yang tebal, karena proses dibawahnya terus berlangsung
sehingga akan menimbulkan kesan seperti bertumpuk-tumpuk, warnanya
kekuning-kuningan. Karena secara klinik lebih sering dilihat krusta maka disebut
impetigo krustosa. Krusta sukar diangkat, tetapi bila berhasil akan tampak kulit
yangerosif. Impetigo bulosa adalah suatu bentuk impetigo dengan gejala utama
berupa lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang
tampak hipopion.Mula-mula berupa vesikel, lama kelamaan akan membesar
menjadi bula yang sifatnya tidak mudah pecah, karena dindingnya relatif tebal
dari impetigo krustosa. Isinya berupa cairan yang lama kelamaan akan berubah
menjadi keruh karena invasi leukosit dan akan mengendap. Bila pengendapan
terjadi pada bula disebut hipopion yaitu ruangan yang berisi pus yang mengendap,
bila letaknya di punggung, maka akan tampak seperti menggantung.1-2

4.8. Diagnosis1,2
1. Pemeriksaan Fisik
Tipe dan lokasi lesi:
Sering terjadi pada wajah (sekitar mulut dan hidung) atau dekat rentan
trauma.
Makula merah atau papul sebagai lesi awal.
Lesi dengan bula yang ruptur dan tepi dengan krusta.
Lesi dengan krusta berwarna seperti madu.

Impetigo Krustosa

Page 13

Vesikel atau bula.


Pustula.
Basah, dangkal, dan ulserasi eritematous.
Lesi satelit.
Limphadenopaty regional. (umumnya pada impetigo kontagiosa dan
jarang pada impetigo bulosa).
2. Pemeriksaan Penunjang
- pengecatan gram untuk mencari staphylococcus, streptococcus
4.9. Diagnosis Banding2
Diagnosis banding Impetigo krustosa terdiri dari:
a. Dermatitis Atopik
Terdapat riwayat atopik seperti asma, rhinitis alergika. Lesi pruritus kronik
dan kulit kering abnormal dapat disertai likenifikasi.
b. Dermatitis Kontak
Gatal pada daerah sensitif yang kontak dengan bahan iritan.
c. Herpes Simpleks
Vesikel dengan dasar eritema yang ruptur menjadi erosi ditutupi krusta.
Umumnya terdapat demam, malaise, disertai limfadenopati.
d. Varisela
Terdapat gejala prodomal seperti demam, malaise, anoreksia. Vesikel
dinding tipis dengan dasar eritema (bermula di trunkus dan menyebar ke
wajah dan ekstremitas) yang kemudian ruptur membentuk krusta (lesi
berbagai stadium).
Impetigo Krustosa

Page 14

e. Kandidiasis
Kandidiasis (infeksi jamur candida): papul eritem, basah, umumnya di
daerah selaput lendir atau daerah lipatan.
f. Diskoid lupus eritematous
Ditemukan (plak), batas tegas yang mengenai sampai folikel rambut.
g. Ektima
Lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus yang menetap selama beberapa
minggu dan sembuh dengan jaringan parut bila menginfeksi dermis.
h. Gigitan serangga
Terdapat papul pada daerah gigitan, dapat nyeri.
i. Skabies
Papul yang kecil dan menyebar, terdapat terowongan pada sela-sela jari,
gatal pada malam hari.

4.10.Penatalaksanaan3,4,5
A. Umum
Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit.
Menindaklanjuti luka akibat gigitan serangga dengan mencuci area kulit
yang terkena untuk mencegah infeksi.
Mengurangi kontak dekat dengan penderita
Bila diantara anggota keluarga ada yang mengalami impetigo diharapkan
dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan berupa:

Impetigo Krustosa

Page 15

Mencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan


air mengalir serta membalut lesi.

Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak
menggunakan peralatan harian bersama-sama.

Menggunakan sarung tangan ketika mengolesi obat topikal dan


setelah itu mencuci tangan sampai bersih.

Memotong

kuku

untuk

menghindari

penggarukan

yang

memperberat lesi.
-

Memotivasi penderita untuk sering mencuci tangan.

B. Khusus
Pada

prinsipnya,

pengobatan

impetigo

krustosa

bertujuan

untuk

memberikan kenyamanan dan perbaikan pada lesi serta mencegah


penularan infeksi dan kekambuhan.

1. Terapi Sistemik
Pemberian antibiotik sistemik pada impetigo diindikasikan bila
terdapat lesi yang luas atau berat, limfadenopati, atau gejala sistemik.
a. Pilihan Pertama (Golongan Lactam)
Golongan Penicilin (bakterisid)
o Amoksisilin+ Asam klavulanat
Dosis 2x 250-500 mg/hari (25 mg/kgBB) selama 10 hari.
Golongan Sefalosporin generasi-ke1 (bakterisid)
o Sefaleksin

Impetigo Krustosa

Page 16

Dosis 4x 250-500 mg/hari (40-50 mg/kgBB/hari) selama 10


hari.3
o Kloksasilin
Dosis 4x 250-500 mg/hari selama 10 hari.
b. Pilihan Kedua
Golongan Makrolida (bakteriostatik)
o Eritromisin
Dosis 30-50mg/kgBB/hari.
o Azitromisin
Dosis 500 mg/hari untuk hari ke-1 dan dosis 250 mg/hari
untuk hari ke-2 sampai hari ke-4.
2.Terapi Topikal
Penderita diberikan antibiotik topikal bila lesi terbatas, terutama pada
wajah dan penderita sehat secara fisik. Pemberian obat topikal ini
dapat sebagai profilaksis terhadap penularan infeksi pada saat anak
melakukan aktivitas disekolah atau tempat lainnya. Antibiotik topikal
diberikan 2-3 kali sehari selama 7-10 hari.5
o Mupirocin
Mupirocin (pseudomonic acid) merupakan antibiotik yang berasal
dari Pseudomonas fluorescent .Mekanisme kerja mupirocin yaitu
menghambat sintesis protein (asam amino) dengan mengikat
isoleusil-tRNA sintetase sehingga menghambat aktivitas coccus
Gram

Impetigo Krustosa

positif

seperti

Staphylococcus

Page 17

dan

sebagian

besar

Streptococcus.

Salap

mupirocin

2%

diindikasikan

untuk

pengobatan impetigo yang disebabkan Staphylococcus dan


Streptococcus pyogenes.5
o Asam Fusidat
Asam Fusidat merupakan antibiotik yang berasal dari Fusidium
coccineum. Mekanisme kerja asam fusidat yaitu menghambat
sintesis protein. Salap atau krim asam fusidat 2% aktif melawan
kuman gram positif dan telah teruji sama efektif dengan mupirocin
topikal.1-3
o Bacitracin
Baciracin merupakan antibiotik polipeptida siklik yang berasal dari
Strain Bacillus Subtilis. Mekanisme kerja bacitracin yaitu
menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan menghambat
defosforilasi ikatan membran lipid pirofosfat sehingga aktif
melawan coccus Gram positif seperti Staphylococcus dan
Streptococcus. Bacitracin topikal efektif untuk pengobatan infeksi
bakteri superfisial kulit seperti impetigo.1-2
o Retapamulin
Retapamulin

bekerja

menghambat

sintesis

protein

dengan

berikatan dengan subunit 50S ribosom pada protein L3 dekat


dengan peptidil transferase. Salap Retapamulin 1% telah diterima
oleh Food and Drug Administraion (FDA) pada tahun 2007 sebagai
terapi impetigo pada remaja dan anak-anak diatas 9 bulan dan telah

Impetigo Krustosa

Page 18

menunjukkan aktivitasnya melawan kuman yang resisten terhadap


beberapa obat seperti metisilin, eritromisin, asam fusidat,
mupirosin, azitromisin.1-3

4.11.Komplikasi1,2
1. Ektima
Impetigo yang tidak diobati dapat meluas lebih dalam dan penetrasi ke
epidermis menjadi ektima. Ektima merupakan pioderma pada jaringan
kutan yang ditandai dengan adanya ulkus dan krusta tebal.
2. Selulitis dan Erisepelas
Impetigo krustosa dapat menjadi infeksi invasif menyebabkan terjadinya
selulitis dan erisepelas, meskipun jarang terjadi. Selulitis merupakan
peradangan akut kulit yang mengenai jaringan subkutan (jaringan ikat
longgar) yang ditandai dengan eritema setempat, ketegangan kulit disertai
malaise, menggigil dan demam. Sedangkan erisepelas merupakan
peradangan kulit yang melibatkan pembuluh limfe superfisial ditandai
dengan eritema dan tepi meninggi, panas, bengkak, dan biasanya disertai
gejala prodromal.
3. Glomerulonefritis Post Streptococcal
Komplikasi utama dan serius dari impetigo krustosa yang umumnya
disebabkan oleh Streptococcus group A beta-hemolitikus ini yaitu
glomerulonefritis akut (2%-5%). Penyakit ini lebih sering terjadi pada

Impetigo Krustosa

Page 19

anak-anak usia kurang dari 6 tahun. Tidak ada bukti yang menyatakan
glomerulonefritis

terjadi

pada

impetigo

yang

disebabkan

oleh

Staphylococcus. Insiden glomerulonefritis (GNA) berbeda pada setiap


individu, tergantung dari strain potensial yang menginfeksi nefritogenik.
Faktor yang berperan penting atas terjadinya GNAPS yaitu serotipe
Streptococcus strain 49, 55, 57,dan 60 serta strain M-tipe 2. Periode laten
berkembangnya nefritis setelah pioderma streptococcal sekitar 18-21 hari.
Kriteria diagnosis GNAPS ini terdiri dari hematuria makroskopik atau
mikroskopik, edema yang diawali dari regio wajah, dan hipertensi.

4. Rheumatic Fever.
Sebuah kelainan inflamasi yang dapat terjadi karena komplikasi infeksi
streptokokus yang tidak diobati strep throat atau scarlet fever. Kondisi
tersebut dapat mempengaruhi otak, kulit, jantung,dan sendi tulang.

4.12.Prognosis
a.
b.

Umumnya baik
Di luar periode neonatal, pasien yang mendapatkan terapi lebih dini dan
baik, akan memiliki kesempatan untuk sembuh tanpa bekas luka atau
komplikasi

Impetigo Krustosa

Page 20

c.
d.

e.

Dengan terapi yang tepat, lesi dapat sembuh sempurna dalam 7 10 hari
Terapi antibiotik tidak dapat mencegah atau menghentikan
glomerulonefritis
Pada lesi yang tidak sembuh dalam 7 10 hari setelah diterapi, perlu
dilakukan kultur.1-2

4.13.Pencegahan
Kebersihan sederhana dan perhatian terhadap kecil dapat mencegah
timbulnya impetigo. Seseorang yang sudah terkena impetigo atau gejala-gejala
infeksi/peradangan Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS) perlu
mencari perawatan medik dan jika perlu dimulai dengan pemberian antibiotik
secepat mungkin untuk mencegah menyebarnya infeksi ini ke orang lain.
Penderita impetigo harus diisolasi, dan dicegah agar tidak terjadi kontak dengan
orang lain minimal dalam 24 jam setelah pemberian antibiotik. Pemakaian
barang-barang atau alat pribadi seperti handuk, pakaian, sarung bantal dan seprai
harus dipisahkan dengan orang-orang sehat. Pada umumnya akhir periode
penularan adalah setelah dua hari permulaan pengobatan, jika impetigo tidak
menyembuh dalam satu minggu, maka harus dievaluasi. 3

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelaamin Edisi kelima).
Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
2. Sukanto, martodihardjo, dan Zulkarnain. 2005. Pedoman Diagnosis dan
Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi III. RSU dr.
Soetomo: Surabaya.
Impetigo Krustosa

Page 21

3. Wolff, Goldsmith, Katz, David. 2008. Fitzpatricks Dermatology in


General Medicine Seventh Edition. The Mc graw Hill Companies: New
York.
4. Murtiastutik, Dewi; et al. 2011. Penyakit Kulit dan kelamin Edisi 2.
Surabaya. DEP/SMF Kesehatan Kulit dan kelamin FK UNAIR RSUD dr.
SOETOMO
5. Lewis, Lisa. 20120. Impetigo: Treatment & Medication. Virginia. Dept of
Pediatrics, Professor of Pediatrics, Virginia Commonwealth University

Impetigo Krustosa

Page 22

Anda mungkin juga menyukai