Anda di halaman 1dari 19

Pendahuluan

Latar Belakang
Walaupun mata mempunyai pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelompak mata
dengan bulu matanya, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam
atau mengedip, juga dengan telah dibuatnya macam-macam alat untuk melindungi mata,
tetapi mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Terlebih-lebih dengan bertambah
banyaknya kawasan industri, kecelakaan akibat pekerjaan bertambah pula, juga dengan
bertambah ramainya lalu lintas, kecelakaan di jalan raya bertambah pula, serta kecelakaan
mata biasanya terjadi akibat mainan, seperti penahan, ketepel, senapan angin, atau akibat
lemparan, juga tusukan dari gagang mainan. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada
bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat
mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan.1,2
Trauma pada mata membutuhkan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit
yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan.

Trauma mata dibedakan :


Mekanis
1. Trauma tumpul
Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak keras,
dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat. Yang
akan terjadi bila mata terkena benturan benda keras, yaitu:
1) Bila tidak terjadi robekan pada bagian-bagian mata maka :
a. Benda keras yang kecil dan lembut seperti mimis senapan mainan yang
tidak tajam itu membentur daerah mata dan bila mata dalam keadaan terbuka akan
mengenai kornea yang menimbulkan erosi (lecet sel epitel). Pasien akan merasa
kesakitan dan sangat pedih pada mata, penglihatan menurun dan bila lecet lebih dalam

1 | Referat Hifema

maka dalam penyembuhannya akan terjadi jaringan parut yang membekas keputihan
di kornea, sehingga penglihatan akan menurun karenanya.
b. lebih lanjut, benturan yang cukup kuat akan mengakibatkan pembuluhpembuluh darah dalam bola mata pecah dan timbul pendarahan dalam bilik mata,
yang biasa tampak dari luar disebut dengan hifema. Akan terasa sakit pada bola mata
yang disertai penglihatan yang menurun. Perlu diketahui pula bahwa hifema bisa saja
terjadi tidak seketika setelah benturan, tetapi akan muncul pada hari-hari berikutnya
sampai hari ke-3.
c. Pada keadaan lain bisa saja benda tersebut secara keras membentur sklera
dan meskipun hifema tidak terjadi, bisa menyebabkan pendarahan pada retina dengan
segala akibatnya.
d. Penggumpalan pada perdarahan di bilik mata, bisa mengakibatkan hifema
sekunder yang juga disertai rasa sakit pada bola mata dan bila tekanan bola mata itu
meninggi akan mengakibatkan rasa mual dan muntah-muntah.
e. akibat dari benturan-benturan keras tadi tidak berhenti disitu saja,. Bisa
pula terjadi pada bagian iris yang terlepas dari dasarnya dan bila iridodialisis ini
cukup besar akan dapat mengakibatkan pandangan monoklear (satu mata) yang
ganda.
f. Sedangkan pada lensa, bisa terjadi katarak trauma.
g. Lensa bisa lepas dari ikatannya dan terjadi luksasi sebagian ataupun luksasi
penuh. Akibat lanjut dari benturan pada kornea adalah gangguan pada sudut bilik
mata yang lebih dalam, dan pada gilirannya nanti bila terjadi pembentukan jaringan
ikat bisa timbul peninggian tekanan bola mata yang bersangkutan.
h. Bisa pula terjadi uveitis yang disertai dengan peninggian tekanan bola mata
yang memerlukan pengobatan yang serius.
i. Pada bagian belakang bola mata, gangguan yang bisa terjadi adalah edema
pada makula yang menyebabkan penglihatan menurun, robekan pada koroid yang
mengakibatkan gangguan atau penurunan penglihatan.
2 | Referat Hifema

2). Bila terjadi robekan pada bagian-bagian mata, maka akibatnya akan lebih buruk
lagi, robekan bagian-bagian mata memerlukan tindakan koreksi bedah dengan
berbagai akibat sampingannya, mulai kornea di depan iris, lensa, badan kaca, koroid,
retina, sklera dan saraf optik.
3). Bila benda yang membentur bola mata berukuran besar (misalnya bola tenis),
maka struktur orbita ini terjadi di dasar rongga orbita bisa menimbulkan celah dimana
otot-otot mata terjepit sehingga gerakan bola mata terhambat dan pada gilirannya
pandangan menjadi ganda karena aksis penglihatan tidak sejajar lagi. Selain itu juga
tampak mata yang cekung seperti body mobil yang penyok. 1

2. Luka akibat benda tajam


Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda asing
didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun dan beracun. Benda
beracun contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu.
Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksi
jika tercemar oleh kuman.2
II. Trauma fisik
1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.
2. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi3

III. Trauma kimia


Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjdi dalam laboratorium,industry,
pekerjaa yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian dan peperangan yang memakai
bahan kimia di abad modern.2
Trauma Tumpul bisa mengakibatkan :

3 | Referat Hifema

1. Perdarahan di palpebra, palpebra bengkak, warna kebiru-biruan, karena jaringan ikat


palpebra halus.Pada perdarahan palpebra dini, bisa diberikan kompres dingin untuk
menghentikan perdarahan dan menghilangkan sakit. Kalau sudah lama, diberikan kompres
hangat untuk memudahkan absorbsi darah
2. Emfisema palpebra, teraba sebagai pembengkakan dengan kripitasi, karena ada udara
didalam jaringan palpebra yang longgar.1
3. Hifema
4. Edema kornea, keluhannya visus menurun disertai sakit dan silau. Dapat sembuh spontan.
5. Iridoplegia, pupil midriasi, akibat parese serabut saraf yang mengurus otot sfingter pupil
6. Iridodialisis, merupakan robekan pada akar iris, sehingga pupil agak ke pinggir letaknya
7. Kelainan lensa karena ruptur nya zonula Zinnii
8. Perdarahan badan kaca
9. Kelainan Retina, dapat berupa edem retina dan ruptur retina
10. Perdarahan retina, dapat timbul jika menyebabkan pecahnya pembuluh darah
11. Robekan sclera
12. Eksoftalmus
13. Enoftalmus
Luka akibat Benda Tajam
1. Luka pada palpebra
2. Luka pada orbita
3. Luka mengenai bola mata1,2

4 | Referat Hifema

Hifema
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul pada mata,
akan tetapi dapat juga terjadi secara spontan. Secara umum dianggap bahwa hifema berasal
dari pembuluh darah iris dan badan siliar. Mungkin juga berasal dari pembuluh darah kornea
atau limbus dan badan siliar. Mungkin juga berasal dari pembuluh darah di kornea atau
limbus atau karena terbentuknya pembuluh darah baru pada bekas operasi atau pada penyakit
lain ( seperti rubeosis iridis). Pada pengamatan akan tampak darah dibalik kornea dan
menutupi gambaran iris. Hifema dapat disertai dengan atau tanpa pendarahan pada
konjunctiva. Pada sebagian besar pasien dilakukan pemeriksaan mata lengkap untuk
menyingkirkan adanya ruptur bola mata. Jika bagian posterior bola mata tidak dapat dinilai
karena adanya hifema, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan CT-Scan mata. Trauma pada
mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang akan
mengakibatkan kebutaan. 2
Definisi
Hifema adalah suatu keadaan dimana didalam bilik mata depan ditemukan darah. Hifema
merupakan suatu keadaan dimana di dalam bilik mata depan ditemukan darah yang biasanya
berasal dari pembuluh darah iris dan badan siliar yang pecah. Darah dalam bilik mata depan
ini dapat mengisi seluruh bilik mata depan atau hanya mengisi bagian bawah bilik mata
depan. Darah didalam bilik mata depan yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat
terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan
bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih. Darah yang terkumpul di bilik
mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang. Walaupun darah yang terdapat di bilik
mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan penglihatan. dapat mengisi seluruh bilik mata
atau hanya bagian bawah bilik mata depan. Darah didalam bilik mata depan biasa terdapat
pada cedera mata, trauma bedah, discrasia darah (hemofilia) dan tumor intra kranial.1,2

5 | Referat Hifema

Gambar 1.: Hifema


Epidemiologi
Angka kejadian dari hifema traumatic diperkirakan 12 kejadian per 100.000 populasi, dengan
pria terkena tiga sampai lima kali lebih sering daripada wanita. Lebih dari 70 persen dari
hifema traumatic terdapat pada anak-anak dengan angka kejadian tertinggi antara umur 10
sampai 20 tahun.
Anatomi dan fisiologi
Camera Oculi Anterior

6 | Referat Hifema

Gambar 2: Anatomi mata manusia

Sumber: http://www.ohiovalleyeye.com/images/eye_G02_anatomy_label_600.jpg
Kamera okuli anterior terletak pada persambungan kornea perifer dan akar iris. Ciri-ciri
anatomi utama sudut ini adalah garis Schwalbe, jalinan trabekula ( yang terletak diatas
kanalis Schlemm), dan taji-taji sclera.1,2

7 | Referat Hifema

Gambar 3: Anatomi mata manusia

Sumber: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/images/ency/fullsize/8867.jpg
Garis Schwalbe menandai berakhirnya endotel kornea. Jalinan trabekula berbentuk segitiga
pada potongan melintang, yang dasarnya mengarah ke korpus siliare. Garis ini tersusun dari
lembar-lembar berlobang jaringan kolagen dan elastic, yang membentuk suatu filter dengan
memperkecil ukuran pori ketika mendekati kanalis Schlemm. Bagian dalam jalinan ini, yang
menghadap ke kamera anterior, dikenal sebagai jalinan uvea: bagian luar, yang berada dekat
kanalis Schlemm, disebut jalinan korenoskleral. Serat-serat longitudinal otot siliaris menyisip
ke dalam jalinan trabekula tersebut. Taji sclera merupakan penonjolan sclera kea rah dalam
diantara korpus siliare dan kanalis Schlemm, tempat iris dan korpus siliare menempel.
Saluran-saluran eferen dari kanalis Schlemm ( sekitar 300 saluran pengumpul dan 12 vena
aquaeus) berhubungan dengan system vena episklera.
Lapisan vaskuler di dalam bola mata yang terdiri dari iris, badan silier dan koroid. Perdarahan
uvea dibedakan antara bagian anterior di perdarahi oleh dua buah arteri siliaris posterior
longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dan dekat tempat masuk saraf
optik dan tujuh buah arteri siliaris anterior, yang terdapat pada dua setiap otot rectus lateralis.
Arteri siliaris anterior dan posterior ini bergabung menjadi stu membentuk sirkularis mayor
pada badan siliar. Uvea posterior mendapat pendarahan dari 15-20 buah arteri siliaris
posterior brevis yang menembus sklera di daerah sekitar tempat masuk saraf optik. Bilik mata
depan (kamera okuli anterior) berisi cairan mata dengan batas depan bagian belakang kornea
dan batas belakang iris dan lensa. Di bagian depan perifer terdapat sudut bilik mata (dibentuk
jaringan korneosklera dengan pangkal iris) yang memegang peranan dalam mengeluarkan
cairan mata. Cairan mata di sudut bilik mata yang mengalir keluar melalui kanalis Schlemn
menuju pembuluh darah balik episklera.Iris merupakan bagian dari uvea anterior dan melekat
di bagian perifer dengan bagian siliar. Stroma yang terletak di bagian depan tidak mempunyai
tidak mempunyai epitel sedangkan di bagian belakang terdapat epitel yang berpigmen
sehinga memberikan warna pada iris. Stroma iris banyak mengandung pembuluh darah, yaitu
arteri sirkular iridis minor dan mayor. Kedua pembuluh darah ini dihubungkan oleh arteri
radialis iris. Iris berisi dua kelompok serabut otot polos dimana kelompok yang satu
mengecilkan ukuran pupil. Sementara otot yang lain melebarkan ukuran pupil.Badan siliar
merupakan jaringan berbentuk segi tiga terletak melekat pada sklera, dan berhubungan erat
8 | Referat Hifema

dengan uvea posterior di sebelah belakang iris. Terdiri atas dua bagian : korona siliar (pars
plikata), yaitu bagian anterior yang berkerut-kerut 2 mm dan pars plana, yaitu bagian yang
halus dan rata, 4 mm. Epitel siliar terdiri atas 2 lapis, yaitu bagian luar yang berpigmen dan
bagian dalam yang tidak berpigmen. Kedua-duanya melanjutkan diri sebagai lapisan pigmen
permukaan posterior iris. Epitel pigmen merupakan lanjutan pigmen retina ke arah depan.
Otot siliar terdiri atas bagian longitudinal dan bagian radial serta bagian sirkular. Fungsinya:
mengerutkan dan mengendorkan otot-otot zoular, sehingga terjadi perubahan tegangan pada
kapsul lensa yang memberikan berbagai fokus, baik terhadap objek dekat maupun objek yang
terletak lebih jauh dalam lapangan pandang. Koroid adalah segmen posterior uvea, diantara
retina dan sklera. Koroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah koroid: besar, sedang dan
kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di dalam koroid, semakin lebar lumennya. Bagian
dalam pembuluh darah koroid dialirkan melalui empat vena vorteks, satu di masing-masing
kuadran posterior. Koroid melekat erat ke posterior ke tepi-tepi nervus optikus. Ke anterior,
koroid bersambung dengan badan siliar. Agregat pembuluh darah koroid memperdarahi
bagian luar retina yang mendasarinya.1,2

Etilogi
Penyebab hifema adalah :
Gaya-gaya akibat kontusif sering merobek pembuluh-pembuluh iris dan merusak sudut
kamera okuli anterior biasanya pada trauma tumpul atau trauma tembus.
Perdarahan spontan dapat terjadi pada mata dengan rubeosis iridis, tumor pada iris, retino
blastoma, dan kelainan darah.
Perdarahan pasca bedah, bisa juga terjadi pada pasca bedah katarak kadang-kadang
pembuluh darah baru yang terbentuk pada kornea dan limbus pada luka bekas operasi bedah
katarak dapat pecah sehingga timbul hifema4
Patofisiologi
Hifema dapat terjadi sesudah suatu trauma tumpul pada mata, akan tetapi dapat juga terjadi
secara spontan. Secara umum dianggap bahwa hifema berasal dari pembuluh darah iris dan
9 | Referat Hifema

badan siliar. Mungkin juga berasal dari pembuluh darah di kornea atau limbus karena
terbentuknya neovaskularisasi pada bekas luka operasi atau pada rubeosis iridis. Trauma
terhadap iris dapat mensyebabkan ruptura pembuluh darah, sehingga darah akan keluar dan
mengisi rongga COA. Sedangkan pada neovaskularisasi pada bekas luka operasi atau pada
robeosis iridis, ruptura bisa terjadi secara spontan karena rapuhnya dinding pembuluh darah.
Darah pada hifema dikeluarkan dari bilik mata depan dalam bentuk sel darah merah melalui
kanalis Schlemm dan permukaan depan iris. Penyerapan melaui permukaan depan iris ini
dipercepat dengan adanya kegiatan enzim fibrinolitik yang berlebihan didaerah ini. Sebagian
hifema dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukkan hemosiderin pada
COA, hemosiderin dapat masuk kedalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi
berwarna kuning, dan disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea. Imbibisi kornea dapat
dipercepat terjadinya, disebabkan oleh hifema yang penuh disertai glaukoma.
Adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik mata oleh karena unsurunsur darah menutupi COA dan trabekula, sehingga terjadi glaukoma.
Darah pada hifema bisa berasal dari badan siliar, yang mungkin dapat masuk ke dalam badan
kaca (corpus vitreum). Sehingga pada punduskopi gambaran pundus tidak tampak, dan
ketajaman penglihatan menurunnya lebih banyak. Bila hifema sedikit, ketajaman penglihatan
mungkin masih baik dan tekanan intraokular masih normal. Sedangkan perdarahan yang
mengisi setengah COA dapar menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan
intraocular, sehingga mata terasa sakit oleh karena glaukoma.3,4
Hifema dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan
siliar ( corpus ciliaris ).Pasien akan mengeluh sakit, disertai epifora dan blefarospasme.
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul
di bagian bawah bilik mata depan, dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.
Harus kita ingat bahawa hifema erupakan keadaan yang gawat. Sebaiknya dirawat, karena
takut timbul perdarahan sekunder yang lebih hebat dari perdarahan primer, yang biasanya
timbul pada hari kelima setelah trauma. Perdarahan sekunder ini terjadi karena bekuan darah
terlalu cepat diserap, sehingga pembuluh darah tidak mendapat waktu cukup untuk regenerasi
kembali, dan menimbulkan perdarahan lagi. Adanya darah di dalam COA dapat menghambat
aliran aquos humor ke dalam trabekula , sehingga dapat menimbulkan glaucoma
10 | R e f e r a t H i f e m a

sekunder.Hifema dapat pula menyebabkan uveitis. Darah dapat terurai dalam bentuk
hemosiderin, yang dapat meresap masuk kedalam kornea, menyebabkan kornea berwarna
kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisio kornea. Jadi penyulit yang harus
diperhatikan adalah : glaucoma sekunder, uveitis, dan imbibisio kornea.5
Hifema dapat sedikit, dapat pula banyak. Bila sedikit ketajaman penglihatan mungkin masih
baik dan TIO normal. Perdarahan yang mengisi setengah COA, dapat menyebabkan
gangguan visus dan TIO, sehingga mata terasa sakit oleh glaucomanya. Jika hifemanya
mengisi seluruh COA, rasa sakit bertambah dan visus lebih menurun lagi, karena TIO
bertambah pula. Zat besi didalam bola mata dapat menimbulkan sederosis bulbi yang bila
didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan.
Gejala Klinis
Biasanya pasien akan mengeluh sakit, disertai dengan epifora dan bleforospasme. Penglihatan
pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian
bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.1,2
Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya hifema, maka dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Primer
Perdarahan yang terjadi segera sesudah trauma
2. Sekunder
Biasanya timbul setelah 5-7 hari sesudah trauma. Perdarahan lebih hebat dari yang primer.
Oleh karena itu seorang dengan hifema harus dirawa sedikitnya 5 hari. Perdarahan ulang
terjadi pada 16 sampai 20% kasus dalam 2 sampai 3 hari. Perdarahan sekunder ini terjadi oleh
karena resorbsi dari bekuan darah yang terjadi terlalu cepat, sehingga pembuluh darah tidak
dapat waktu cukup untuk regenerasi kembali.3,4
Diagnosis
Untuk mengetahui kelainan yang ditimbulkan perlu diadakan pemeriksaan yang cermat,
terdiri atas anamnesis dan pemeriksaan.
11 | R e f e r a t H i f e m a

Anamnesis
Pada saat anamnesis kasus trauma mata ditanyakan waktu kejadian, proses terjadi
trauma dan benda akan yang mengenai mata tersebut. Bagaimana arah datangnya
benda yang mengenai mata itu, apakah dari depan, samping atas, samping bawah atau
dari arah lain dan bagaimana kecepatannya waktu mengenai mata. Perlu ditanyakan
pula berapa besar benda mengenai mata dan bahan tersebut, apakah terbuat dari kayu,
besi atau bahan lainnya. Jika kejadian kurang dari satu jam maka perlu ditanyakan
ketajaman penglihatan atau keluhan nyeri pada mata karena berhubungan dengan
peningkatan tekanan intra okuler akibat pendarahan sekunder. Apakah trauma tersebut
disertai sengan keluarnya darah, dan apakah sudah pernah mendapat pertolongan
sebelumnya. Perlu juga ditanyakan riwayat kesehatan mata sebelum terjadi trauma,
apabila terjadi pengurangan penglihatan ditanyakan apakah pengurangan penglihatan
itu terjadi sebelum atau setelah kecelakaan tersebut, ambliopia, penyakit kornea atau
glaukoma, riwayat pembekuan darah atau penggunaan antikoagulan sistemik seperti
aspirin atau warfarin.1

Pemeriksaan mata
Pemeriksaan mata harus dilakukan secara lengkap. Semua hal yang berhubungan
dengan cedera bola mata disingkirkan. Dilakukan pemeriksaan hifema dan menilai
perdarahan ulang. Bila ditemukan kasus hifema, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
secara teliti keadaan mata luar. Hal ini penting karena mungkin saja pada riwayat
trauma tumpul akan ditemukan kelainan berupa trauma tembus, seperti:
- ekimosis
- laserasi kelopak mata
- proptosis
- enoftalmus
- fraktur yang disertai gangguan pada gerakan mata

Kadang-kadang kita menemukan kalainan berupa defek epitel, edema kornea dan imbibisi
kornea bila hifema sudah terjadi lebih dari 5 hari. Ditemukan darah di dalam bilik mata
depan.1,2
12 | R e f e r a t H i f e m a

Pada hifema sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang berupa :


1. Tonometri
Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan tekanan intraokuler.
2. Fundus Kopi
Untuk mengetahui akibat trauma pada segmen belakang bola mata, kadang-kadang
pemeriksaan ini tidak mungkin karena terdapat darah pada media refraksi disegmen belakang
Saat melakukan pemeriksaan, hal terpenting adalah hati-hati dalam memeriksa kornea karena
akan meningkatkan resiko bloodstaining pada lapisan endotel kornea. Keadaan iris dan lensa
juga dicatat, kadang-kadang pada iris dapat terlihat iridodialisis atau robekan iris. Ditemukan
darah di dalam bilik mata depan. Menentukan derajat keparahan hifema, antara lain:
Grade 1 : darah mengisi < 1/3 bilik depan mata
Grade 2 : darah mengisi 1/3 bilik depan mata
Grade 3 : darah mengisi sampai hampir seluruh bilik depan mata
Grade 4 : bilik depan mata tampak bekuan darah yang berbentuk blackball atau 8-ball
hyphema
Saat melakukan pemeriksaan, hal terpenting adalah hati-hati dalam memeriksa kornea karena
akan meningkatkan resiko bloodstaining pada lapisan endotel kornea. Keadaan iris dan lensa
juga dicatat, kadang-kadang pada iris dapat terlihat iridodialisis atau robekan iris. Akibat
trauma yang merupakan penyebab hifema ini mungkin lensa tidak berada di tempatnya lagi
atau telah terjadi dislokasi lensa bahkan luksasi lensa. Pada hifema sebaiknya dilakukan
pemeriksaan tekanan bola mata untuk mengetahui apakah sudah terjadi peningkatan tekanan
bola mata. Penilaian fundus perlu dicoba tetapi biasanya dangat sulit sehingga perlu situnggu
sampai hifema hilang. Pemeriksaan funduskopi diperlukan untuk mengetahui akibat trauma
pada segmen posterior bola mata. Kadang-kadang pemeriksaan ini tidak mungkin karena
terdapat darah pada media penglihatan. Pada funduskopi kadang-kadang terlihat darah dalam
badan kaca. Pemberian midriatika tidak dianjurkan kecuali bila untuk mencari benda asing
pada polus posterior6
13 | R e f e r a t H i f e m a

Pemeriksaan penunjang lain:


Snellen Chart
Lapang pandang
Tonografi
Slit lamp
USG
CT-SCAN
Oftalmoskopi2
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada kasus hifema adalah:

1. Imbibisi kornea
Darah yang terdapat pada hifema dikeluarkan dari bilik mata depan dalam bentuk sel darah
merah melalui bilik mata (kanal schlem) dan permukaan depan iris. Penyerapan melalui
permukaan depan iris ini dipercepat dengan adanya kegiatan enzim fibrinolitik yang
berlebihan didaerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin. Bila
terdapat hemosiderin yang berlebihan dalam bilik mata depan maka dapat terjadi penimbunan
pigmen ini didalam lapisan-lapisan kornea yang berwarna kecoklat-coklatan yang disebut
imbibisi kornea. Jika sudah terjadi seperti ini hanya dapat diperbaiki dengan keratoplasty.

2. Glaukoma
Glaukoma akut terjadi apabila jaringan trabekular tersumbat oleh fibrin dan sel atau apabila
pembentukan bekuan darah menyebabkan penyumbatan pupil. Hal ini terjadi akibat darah

14 | R e f e r a t H i f e m a

dalam bilik mata, karena unsur-unsur darah menutupi sudut bilik mata trabekula, sehingga hal
ini akan menyebabkan tekanan intraocular.

3. Uveitis

4. Kebutaan
Zat besi didalam mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan dapat
menimbulkan fitsis bulbi dan kebutaan.1

Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan :
1. Menghentikan pendarahan atau mencegah pendarahan berulang
2. Mengeluarkan darah dari bilik mata depan
3. Mengendalikan tekanan bola mata
4. Mencegah imbibisi kornea
5. Mengatasi uveitis
6. Mendeteksi dini penyulit yang mungkin terjadi setelah hifema

Pada perawatan dengan pasien hifema diharuskan bertirah baring, mata agar mata
beristirahat, dan tidur dengan kepala diangkat dengan membentuk sudut 30 derajat lalu
diberikan koagulansi dab tetes steroid dan sikloplegenik pada mata yang sakit selama 5 hari.
Mata diperiksa secara berkala untuk mencari adanya pendarahan sekunder, glaukoma atau
bercak darah di kornea akibat pigmen besi. Pendarahan ulang terjadi pada 16-20% kasus 2-3
hari.Jika timbul glaukoma, maka penatalaksanan mencakup pemberian timolol 0,25% atau
15 | R e f e r a t H i f e m a

0,5% dua kali sehari; asetazolamid, 250 mg 3 kali sehari, dan obat hiperosmotik
(manitol,gliserol,dansorbitol).5

Pada penderita yang gelisah dapat diberi sedatif. Bila terdapat rasa sakit diberi analgetik atau
asetazolamid bila sakit pada kepala akibat tekanan bola mata naik. Analgetik diberikan untuk
mengatasi nyeri seperti asetaminofen dengan atau tanpa kodein, tergantung derajat nyeri.
Obat-obat yang memberikan efek anti platelet dapat meningkatkan terjadinya pendarahan
berulang sebaiknya tidak digunakan. Obat-obat golongan NSAID yang bersifat analgetik
seperti asam mefenamat atau naproksen bisa mengganggu efek anti platelet. Obat-obatan
tropikal yang dianjurkan sangat bervariasi, diantaranya siklopegik untuk iridosiklitis
traumatik dan miotik untuk meningkatkan area permukaan resorbsi iris. Kortikosteroid dan
estrogen topikal juga dianjurkan. Pemberian steroid topikal setelah hari ketiga dan keempat
berguna untuk mengurangi terjadinya iridosiklitis dan mencegah terjadinya sinekia.
Pemberian topikal atropine diindikasikan untuk penderita hifema grade 3 agar blok pupil bisa
hilang. Pemberian aminocaproic acid (ACA) sistemik dapat mencegah terjadinya perdarahan
berulang. Aktifitas anti fibrinolitik ACA sistemik seperti ditunjukkan pada bagian tubuh yang
lain yaitu menurunkan terjadinya pendarahan sekunder. Traneksamic acid juga memiliki efek
antifibronolitik. Pada anak-anak dengan dosis 25 mg/kg/hari dapat menurunkan terjadinya
perdarahan sekunder/ Steroid sistemik seperti prednison juga dapat menurunkan terjadinya
perdarahan sekunder. Steroid sistemik seperti prednison juga dapat menurunkan terjadinya
perdarahan sekunder. Pada hifema primer penderita dipulangkan dari perawatan bila sesudah
5-7 hari pendarahan hilang atau dengan koagulum yang mengecil. Tindakan pembedahan
parasentese dilakukan bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoa, hifema penuh dan
berwarna hitam atau bila darah setelah 5 hari tidak memperlihatkan tanda-tanda berkurang.
Untuk mencegah atropi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila: - tekanan bola mata
maksimal > 50 mmHg selama 5 hari
Tekanan bola mata maksimal > 35 mmHg selama 7 hari Untuk mencegah imbibisi kornea
dilakukan pembedahan bila: - tekanan bola mata rata-rata > 25mmHg selama 6 hari - bila
terdapat tanda-tanda dini imbibisi kornea Untuk mencegah sinekia posterior perifer dilakukan
pembedahan bila: - hifema total bertahan selama 5 hari - Hifema difus bertahan selama 9 hari

16 | R e f e r a t H i f e m a

Untuk menghindari kerusakan saraf optikus dan pewarnaan kornea, pasien mengidap
hemoglobinopati, besar kemungkinan cepat terjadi atrofi optikus glaucoma dan pengeluaran
bekuan darah secara bedah harus dipertimbangkan lebih awal.6

Gambar 19: Parasintesis pada sisi limbus (Glaukoma oleh hifema)

Sumber: www.rootatlas.com
Instrument-instrumen vitrektomi digunakan untuk mengeluarkan bekuan di sentral dan lavase
kamera anterior. Dimasukkan tonggak irigasi dan probe mekanis disebelah anterior limbus
melalui bagian kornea yang jernih untuk menghindari kerusakan iris dan lensa. Tidak
17 | R e f e r a t H i f e m a

dilakukan usaha untuk mengeluarkan bekuan dari sudut kamera okuli anterior atau dari
jaringan iris kemudian dilakukan dilakukan iridektomi perifer. Cara lain untuk membersihkan
kamera interior adalah dengan evakuasi kolestik. Dibuat sebuah insisi kecil di limbus untuk
menyuntikkan bahan viskolastik, dan sebuah insisi yang lebih besar 180 derajat berlawanan
agar hifema dapat didorong keluar.3,4

Prognosis
Prognosis pada kasus hifema pada jumlah darah dalam bilik mata depan :
1.Bila darah sedikit maka darah ini akan hilang dan akan jernih sempurna

2. Bila darah lebih dari setengah tinggi bilik mata depan maka prognosisnya akan buruk dan
disertai dengan penyulit.
3. Dan bila hifema yang penuh didalam bilik mata depan akan memberikan prognosis yang
lebih buruk. Hifema sekunder yang terjadi 5-7 hari sesudah trauma biasanya dapat
memberikan rasa yang sakit. Pada hifema sekunder terjadi akibat gangguan mekanisme
pembekuan atau penyembuhan luka sehingga mempunyai prognosis buruk.

18 | R e f e r a t H i f e m a

Daftar Pustaka
1. Vaughan D. G. Oftalmologi Umum. Widya Medika, Jakarta 2001.
2. Ilyas S, Hifema. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga, Jakarta; Balai Penerbit
FKUI;2006
3. Sankar PS, Chen TC, Grosskreutz CL, Pasquale LR. Traumatic hyphema. Int
Ophthalmol Clin 2002;42:57-68.
4. Walton W, von Hagen S, Grigorian R, Zarbin M. Management of traumatic hyphema.
Surv Ophthalmol 2002;47:297-334.
5. Sheppard JD, Hyphema, diunduh dari www.emedicine.com, 9 Maret 2011.
6. American Academy of Ophthalmology, Hyphema (Bleeding in Eye), diunduh dari
www.webmd.com, 11 Jun 2010.

19 | R e f e r a t H i f e m a

Anda mungkin juga menyukai