Anda di halaman 1dari 8

Edisi 13/PHM.

2/31 Juli 2015 Media Informasi PIAR NTT dan Komunitas

Udik
Untuk Demokrasi & Kedaulatan Kita

Perkumpulan
Pengembangan Inisiatif &
Advokasi Rakyat
Nusa Tenggara Timur
PIAR - NTT

Dedek...
Komitmen Bangun Desa
Pada bulan Juli 2015 ini, PIAR
NTT mulai mengimplementasikan
programnya terkait dengan
pengembangan
hukum
masyarakat. Yang paling utamanya
adalah membangun komunikasi
dan koordinasi dengan Pemerintah
Kabupaten Kupang. Hal ini penting
untuk membangun sinergisitas dan
komitmen bersama.
Sekda Kabupaten Kupang yang
menerima tim program PIAR NTT
merasa senang dengan kehadiran
PIAR NTT atas dukungan AIPJ ini.
Yang mana dengan implementasi
program ini akan sangat membantu
pemerintah daerah untuk
membangun desa.
Komitmen bersama ini terjawab
dengan pelaksanaan sosialisasi
program dan kegiatan diskusi untuk
pemetaan sosial. Hal ini merupakan
kegiatan awal dalam mendorong
kapasitas masyarakat desa untuk
mampu melakukan kerja-kerja
paralegal. Kemandirian desa
merupakan komitmen bersama
bagi PIAR NTT dan Pemerintah
Kabupaten Kupang. Sehingga
berbagai kegiatan yang dijalankan
diharapkan mampu mendorong
kapasitas aparat pemerintah desa
maupun masyarakat untuk menuju
kemandirian.
Komitmen bersama untuk
membangun desa tersebut,
mengacu pada implementasi UU
Desa, UU Pelayanan Publik dan
UU Bantuan Hukum. PIAR NTT
mengkolaborasikan substansi dari
ketiga UU ini untuk mendorong
adanya Klinik Hukum Masyarakat
(KHM) sehingga menjadi wadah
bagi warga untuk menyampaikan
keluhan terkait dengan pelayanan
publik dan layanan hukum.***

PIAR NTT Membangun Komitmen


Dengan Pemkab Kupang
Udik Kupang - Dalam rangka
implementasi program Pemberdayaan
Hukum (PHM) di Kabupaten Kupang,
yang akan dilakukan oleh PIAR NTT
atas dukungan Australia Indonesia

Partnership for Justice (AIPJ) maka


dilakukan koordinasi dengan
Pemerintah Kabupaten Kupang.
Koordinasi ini untuk membangun
komitmen terkait dengan
implementasi program yang
dilakukan oleh PIAR NTT di
Kabupaten Kupang dengan tema
program Mengembangkan Akses
dan Partisipasi Masyarakat Dalam
Layanan Publik dan Layanan
Bantuan Hukum Yang Adil Dan
Bekualitas Dari Level Desa Sampai
Kabupaten.
PIAR NTT, yang diwakili oleh

Paul SinlaEloE sebagai Koordinator


Program bersama tiga orang staf
program, Zevan Aome, Adi Nange
dan Yusak Bilaut melakukan
pertemuan koordinasi dengan
Pemerintah Kabupaten Kupang
yang diwakili oleh Sekretaris
Daerah (Sekda) Kabupaten
Kupang, Hendrik Paut, bersama
salah satu asisten dan Kepala
Bagian Hukum. Pertemuan
koordinasi ini berlangsung di ruang
rapat Sekda Kabupaten Kupang
pada Senin, 6 Juli 2015.
Dalam pertemuan tersebut, Paul
SinlaEloE menyampaikan tentang
pelaksanaan program dalam
rangka membangun kapasitas
warga untuk mampu melakukan
kerja-kerja paralegal. Serta untuk
Bersambung ke Hal. 2

PIAR NTT Membangun Komitmen... Sambungan Hal. 1


mengorganisir paralegal dalam
bentuk Klinik Hukum Masyarakat
(KHM), yang mana lewat KHM
diharapkan masyarakat dapat
menyampaikan berbagai keluhan
dan persoalan pembangunan
untuk selanjutnya disampaikan
ke pihak terkait.
Paul juga mengatakan bahwa
pelaksanaan program ini terkait
dengan implementasi UU No
25/2009 tentang Pelayanan
Publik, UU No 16/2011 tentang
Bantuan Hukum dan UU No
6/2014 tentang Desa. Sementara
untuk wilayah kerja program di
Kabupaten Kupang berada di tiga
kecamatan dan enam desa, yaitu
Kecamatan Fatuleu meliputi Desa
Oebola dan Desa Ekateta. Untuk
Kecamatan Taebenu ada di Desa
Kuaklalo dan Desa Baumata
Utara. Di Kecamatan Nekamese
ada di Desa Bone dan Desa
Taloitan.
Selain itu, Paul juga
menyampaikan tentang rencana
awal dalam implementasi program
ini akan dilakukan kegiatan
sosialisasi program pada level
kabupaten. Untuk itu sangat

Edisi 13/PHM.2/31 Juli 2015

diharapkan kerjasama dan


dukungan dari Pemkab Kupang
untuk realisasi kegiatan tersebut.
Pemerintah Kabupaten
Kupang melalui Sekda Kabupaten
Kupang, Hendrik Paut,
menyambut baik rencana
implementasi program oleh PIAR
N T T. N a m u n b e l i a u j u g a
mengharapkan agar PIAR NTT
dapat membantu dan mendukung
pemerintah desa dalam
mempersiapkan dokumendokumen perencanaan dan
anggaran yang mengacu pada
implementasi UU Desa.
Harapannya adalah PIAR NTT
dapat melakukan review atas
dokumen
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Desa (RPJMDes), Rencana Kerja
Pemerintah Desa (RKPDes) dan
dokumen Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDes).
Menurut Sekda, ketiga dokumen
tersebut merupakan dokumen
syarat untuk realisasi anggaran
untuk desa yang dialokasikan oleh
pemerintah pusat. Dengan
adanya ketiga dokumen tersebut,
akan memudahkan pemerintah

dan masyarakat desa untuk


mengakses dan menggunakan
dana desa dari pemerintah pusat
tersebut.
Sedangkan berkaitan dengan
rencana sosialisasi program,
Sekda meminta Kepala Bagian
Hukum untuk menindak lanjuti
permintaan PIAR NTT, sehingga
secara bersama melakukan
persiapan. Untuk waktu
pelaksanaan sosialisasi program
ini akan menyesuaikan dengan
agenda kerja Bupati.
Diakhir pertemuan tersebut,
Sekda mengharapkan agar enam
desa yang merupakan desa mitra
dari PIAR NTT atas dukungan
AIPJ ini dapat menjadi desa
motivasi bagi desa lain, minimal
bagi desa tetangga dalam satu
kecamatan. Selain itu beliau juga
m e l i h a t b a h w a a pa y a n g
dilakukan oleh PIAR NTT ini
sangat membantu kerja-kerja
pemerintah daerah, karena
wilayah kabupaten Kupang ini
cukup luas dan masih ada
keterbasan pemerintah untuk
menjangkau
secara
maksimal.*(YB)

Halaman 2

Baronda ...

Eksplorasi Masalah di Desa Bone


Udik Kupang - Setelah melakukan pertemuan
korrdinasi dengan pemerintah Kabupaten Kupang,
maka tim program PIAR NTT menindaklanjutinya
dengan melakukan diskusi komunitas di desa
dampinga. Dalam diskusi awal ini, lebih difokuskan
pada pemetaaan sosial di level desa.

Diskusi di Desa Bone Kecamatan Nekamese


dilakukan pada Kamis 9 Juli 2015 dan bertempat
di Kantor Desa Bone. Dalam pertemuan yang
difasilitasi oleh Adi Nange ini melibatkan Kepala
Desa dan para aparatnya, perwakilan masyarakat
dan juga Mahasiswa KKN di desa tersebut.*(AN)

Tabel Eksplorasi Masalah di Desa Bone Kec. Nekamese - Kabupaten Kupang


NO
1

MASALAH
Kekurangan
air bersih

KAPAN

DIMANA

Bulan September
- Oktober

Dusun I - III

AKIBAT

SEBAB

Masyarakat sulit * Bulan-bulan


tertentu
mengkonsumsi
mengalami
air bersih
kekurangan

SOLUSI
Harus ada
perpipaan
dan mesim
pompa air

* Sumber air di
bawah gunung
Kualitas dan
SDN Bone,
SMP,SMA Oebali kecerdasan
menurun

Kurangnya
perhatian dari
Dinas PPO
Kabupaten

Diharapkan
kepada
Dinas PPO,
untuk
memberikn
tenaga Guru
PNS

Dusun I - IV

Hasil panen
yang tidak
memuaskan

Masyarakat
tidak mampu
untuk membeli
bibit dan pupuk

Diharapkan
kepada
Pemerintah
untuk
menyiapkan
pupuk
bersubsidi

Aktifitas
masyarakat
pengguna jalan
terhambat

Kurangnya
perhatiap
pemerintah
Kabupaten

Diharapkan
perhatian
pemerintah
terhadap
kondisi jalan
yang rusak

Desa Bone

Banyaknya
masyarakat
yang kurang
mendapatkan
pertolongan
medis

Kekurangan
penempatan
tenaga medis
dari pemerintah
Kabupaten

Pengaduan
dari Desa ke
pemerintah
Kabupaten
dalam
penempatan
tenaga
medis

2014 sampai
sekarang

Desa Bone

Merugikan
masyarakat
dalam
perekonomian

Kurangnya
tenaga
keamanan

Meningkatkan
keamanan
dengan
pembuatan
Pos
keamanan
masyarakat

2011 sampai
sekarang

Desa Bone

Kurangnya akses Kekurangan


tower untuk
komunikasi
jaringan
komunikasi

Setiap tahun
ajaran

Kekurangan
tenaga Guru
SD/SMP

Kekurangan
Disaat musim
benih/bibit unggul tanam
untuk petani

Kondisi jalan yang Saat musim hujan


tidak memadahi

Kekurangan
tenaga medis

Disaat masyarakat
membutuhkan

Pencurian ternak

Tidak adanya
jaringan
komunikasi

Edisi 13/PHM.2/31 Juli 2015

Dusun I - IV

Pemasangan
tower di
Desa Bone

Halaman 3

Baronda ...

Pemkab Kupang dan PIAR NTT


Bersama Membangun Desa
Sedangkan yang menjadi Moderator dalam acara
ini adalah Yes Balle dari media Victory News.
Dalam sambutan pembukaan acara tersebut,
Bupati Kupang, Ayub Titu Eki, menyambut baik
program dari PIAR NTT dengan mempertimbangkan
fungsi hukum untuk pencegahan dan penindakan
atas berbagai upaya penyimpangan pnyelenggaraan
layanan melalui aturan hukum yang berlaku.
Pada intinya, implementasi program yang akan
dilakukan oleh PIAR NTT ini mendapat respon positif
Udik Kupang - Anggaran yang dianggarkan oleh
pemerintah untuk pembangunan desa seolah-olah
menjadi momok bagi kepala-kepala desa yang ada
di NTT. Hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan
kepala desa dan aparat desa dalam mengelolah,
mengaplikasikan, serta kurangnya kemampuan para
aparat desa dalam menyusun dan memberikan
laporan penngunaan keuangan secara tepat dan
akurat kepada pemerintah.
Meresponi keresahan aparat desa dalam
penggunaan dana pembangunan desa maupun
penulisan laporan , Perkempulan Pengembangan
Inisiatif dan Advokasi Rakyat (PIAR) NTT melakukan
diskusi (30/7/2015) untuk sosialisasi program di
Kabupaten Kupang dengan tema Mengembangkan
Akses dan Partisipasi Masyarakat Dalam Layanan
Bantuan Hukum Yang Adil dan Berkualitas Dari
Level Desa Sampai ke Kabupaten.
Turut hadir dalam diskusi tersebut sebagai
narasumber adalah Bupati Kupang, Ayub Titu Eki,
Ketua DPRD Kabupaten Kupang, Yos Lede, dan
Koordinator Program PIAR NTT, Paul SinlaEloE.

Udik
Untuk Demokrasi & Kedaulatan Kita

Edisi 13/PHM.2/31 Juli 2015

dari pemerintah daerah. Terlebih lagi bertepatan


dengan implementasinya UU Desa, yang mana
pemerintah desa dan masyarakat sangat
membutuhkan pendampingan untuk merumuskan
berbagai perencanaan dan pelaksanaan serta
pengawasan pembangunan di desa.
Kepala-kepala desa yang hadir berharap agar
pendampingan yang diberikan tidak hanya satu
semester tetapi mendampingi dari perencanaan
sampai laporan yang akan disusun. Mengingat desadesa yang ada di NTT tergolong desa yang yang
terkebelakang dan miskin, maka diharapkan
pendampingan desa yang dilakukan mampu
memberikan terobosan-terobosan yang mengangkat
kemiskinan di yang ada di NTT.
Hadir dalam kegiatan ini adalah sejumlah SKPD
terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan,
Bappeda, serta sejumlah asisten. Selain itu, kegiatan
yang difasilitasi bersama oleh Bagian Hukum dan
PIAR NTT ini juga dihadiri oleh sejumlah Camat dan
Kepala Desa serta Ketua BPD.*(ZA)

Penanggungjawab : PIAR NT T Pemimpin Umum : Sarah L. Mboei k


P e m i m p i n R e d a k s i : P a u l S i n l a E l o E S e k r e t a r i s : Yu l i B u n g a R e d a k t u r
Pe l a k s a n a : A d i N a n g e Red a k s i : Pa u l S i n l a E l o E , A d i N a n g e , Ze va n A o m e ,
Yu s a k B i l a u t , E sto n S a n a m , I a n H . Ora , M a r t h a Ta ga , A n g k y H a n as , L o re n s
M i s s a , Goris Takene, Viktor Manbait. D i s t r i b u s i : J u ke f t a P o n o L a y o u t : Eras
A l a m a t R e d a k s i : J l . P e r i n t i s K e m e r d e k a a n I I I , N o . 3 0 R T 2 5/ R w 1 1
K e l u r a h a n K e l a p a L i m a - K u p a n g N T T, Te l p / F a x : 0 3 8 0 8 2 7 9 1 7 , E m a i l :
p i a r. n t t @ g m a i l . c o m F a c e b o o k : P I A R N T T, W e b s i t e : w w w. p i a r n t t . o r g
Halaman 4

Baronda ...

Keluhan Kebutuhan Warga Belum Terjawab

Udik Kupang - Kamis, 9 Juli 2015


di Desa Oebola Kecamatan
Fatuleu Kabupaten Kupang, PIAR
NTT memfasilitasi suatu diskusi
komunitas. Tempat berlansungnya
diskusi komunitas ini di Kantor
Desa dan diskusi terkait pemetaan
masalah dan potensi yang ada di
desa. Peserta yang hadir terdiri
dari perempuan dan laki-laki yang
berasal dari berbagai unsur yakni,
pemerintah Desa, para Kepala
Urusan, para kepala dusun, tokoh
masyarakat, tokoh perempuan
dan perwakilan masyarakat.
Diskusi ini diawali dengan salam
pembuka oleh kepala desa
sekaligus memberikan
pendahuluan terkait dengan
kehadiran PIAR NTT di Desa
Oebola.
Selanjutnya kesempatan
diberikan kepada staf pendamping
wilayah PIAR NTT, Yusak Bilaut
untuk memandu diskusi
selanjutnya. Dalam diskusi diawali
dengan penyampaian terkait
dengan kehadiran PIAR atas
dukungan AIPJ melalui Program
Edisi 13/PHM.2/31 Juli 2015

Pemberdayaan Hukum
Masyarakat (PHM). Program ini
akan berlangsung selama kurang
lebih 6 bulan ke depan.
Setelah itu dilakukannya
identifikasi terkait masalahmasalah yang dihadapi sekaligus
potensi yang dimiliki di desa.
Dalam diskusi ada beberapa
masalah yang mengemuka di
desa Oebola yakni terkait dengan
kekurangan guru pada setiap
tingkatan pendidikan yang
mengakibatkan kualitas
perkembangan anak usia sekolah
menjadi terhambat. Selain itu ada
juga masalah infrastruktur seperti
jalan penghubung antar desa Sillu
ke desa Oebola. Yang mana jalan
tersebut rusak berat dan
berlobang
sehingga
mengakibatkan arus transportasi
menjadi sulit untuk dilewati.
Masalah lainnya yang diangkat
masyarakat adalah terkait dengan
kurangnya ketersediaan air bersih
serta sebagian masyarakat belum
ada sanitasi.
Berbagai masalah tersebut

telah sering disampaikan melalui


forum Musrenbang. Walaupun hal
ini terus diserukan setiap forum
musrenbang dan merupakan
kebutuhan bagi warga desa
Oebola namun belum juga
terjawab dalam pelaksanaan
pembangunan.
Pada hari kedua dilanjutkan
dengan diskusi reviuw RPJMDes
yang merupakan syarat utama
dalam pencairan Alokasi Dana
Desa dan yang terlibat sebagai
peserta adalah dari semua unsur
yakni, pemerintah Desa, BPD,
Kepala Urusan, para kepala
dusun, RT/RW, tokoh masyarakat
dan perwakilan masyarakat.
Dalam diskusi dihari kedua ini
bertujuan untuk melihat kembali
masalah-masalah yang belum
terakomodir dalam RPJMDes
periode lalu untuk diakomodir
dalam dokumen RPJMDes
periode 2015-2020.
Menurut masyarakat desa
Oebola malasalah-masalah ini
sebenarnya sudah diangkat
berulangkali disetiap momentum
musrembang namun hingga saat
ini belum terealisasi. Hal ini tentu
membuat kami masyarakat
kecewa dan merasa kalau kami
seolah-olah belum merdeka
s e h i n g g a t i d a k m e n d a pa t
perhatian serius dari pemerintah.
Diskusi inipun diakhiri dengan
nada-nada kekecewaan terhadap
pemerintah atas ketidak seriusan
pemerintah dalam memperhatikan
masalah-masalah yang selama
ini menjadi pergumulan
masyarakat yang sudah diusulkan
melalui mekanisme musrembang
didesa Oebola.*(YB)
Halaman 5

Baomong ...

CALON KEPALA DAERAH, DIMANAKAH PEREMPUAN NTT?


Oleh. ZEVAN AOME
(Aktivis di PIAR NTT)
Dimanakah
perempuan NTT
berada? Komisi
Pemilihan Umum
telah menyelesaikan
tahapan pendaftaran
pasangan calon
kepala daearah dan
telah mengumumkan
w i l a y a h
kota/kabupaten yang
t e r t u n d a
pelaksanakan Pilkada
serentak tahun 2015,
namun tak seorang
perempuan yang
memanfaatkan
kesempatan dan peluang untuk mendaftarkan diri
untuk maju bertarung pada pilkada serentak di
sembilan(9) kabupaten yaitu kabupaten Timor Tengah
Utara, Belu, Malaka, Sabu Raijua, Sumba Barat,
Manggarai, Manggarai Barat dan Ngada pada 9
desember 2015 yang akan datang. Dinamakah
mereka (individu atau kelompok) perempuan yang
selama ini mengangkat jati diri dan menamakan
aktivis dan pejuang hak-hak perempuan. Apakah
mereka selama ini hanya sebatas beretorika,
berteriak, berpolemik dan menghembuskan issue
Kemiskinan, Kekerasan Dalam Rumah
Tangga(KDRT), pelecahan seksual, gender dan
keadilan sekedar, untuk mencari pencitraan
(perhatian) publik dengan maksud hanya untuk
memenangkan opini publik diaras ruang terbuka
dan media sosial tanpa harus merebut kekuasaan
dan jabatan demi memperjuangkan hak-hak dasar
perempuan yang selama ini tertindas ataukah
memang, dapat dibenarkan anggapan publik bahwa
perempuan tidak memiliki kapabilitas dan kualitas
sumberdaya untuk bersaing dalam dunia politik
sehingga hanya bisa dapat menjadi penonton dan
pelengkap penderita dalam panggung demokrasi.
Di situ kadang merasa sedih ketika, demokrasi

menjadi bagian
pegumulan yang
belum selesai sampai
hari ini, oleh karena
itu menjadi critikan
issue yang harus
m e n j a d i p r i o r i ta s
perhatian untuk
dipertanyakan dan
diperjuangkan.
Perempuan dalam
sistem pemilu
Dalam sistem
pemilu di indonesia,
pada tataran hukum
normatif (UndangUndang) telah menjamin suatu jumlah kuota
perempuan untuk terlibat dalam partai politik dan
menduduki kursi parlemen agar diharapkan mampu
untuk memperjuangkan akan hak-hak konstituen
perempuan yang secara eksplisit telah dituangkan
pada pasal 2 ayat 2 UU No 2 Tahun 2011 perubahan
atas UU No 2 tahun 2008 tentang partai politik
menyebutkan bahwa Pendirian dan pembentukan
Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyertakan 30% (tiga puluh perseratus)
keterwakilan perempuan dan pada pasal Pasal 55
UU No 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum
DPR,DPD dan DPRD menyebutkan bahwaDaftar
bakal calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal
53 memuat paling sedikit 30% (tiga puluh persen)
keterwakilan perempuan akan tetapi dalam UU
PILKADA tidak termuat secara eksplit dan jelas
seperti yang tertuang dalam kedua UU tersebut
sehingga tidak atau mewajibkan partai politik untuk
mengajukan pasangan calon kepala daerah
perempuan ikut bertarung dalam PILKADA. Dengan
tidak mengakomodirnya pasangan calon kepala
daerah perempuan tentu dapat disimpulkan bahwa
keadilan dan gender perspektif belum dipunyai partai
politik di NTT dan bahkan juga pengurus perempuan
Bersambung ke Hal. 7

Edisi 13/PHM.2/30 Juli 2015

Halaman 6

Baomong ...

Calon Kepala Daerah,... Sambungan Hal. 6


yang sementara berada dalam parpol juga tidak
memiliki aura perjuangan membela kaum
perempuan.
Politik penyanderaan Perempuan
Strategi politik penyanderaan hak perempuan
dengan tidak diakomodirnya dalam pasangan calon
kepala daerah oleh parpol atau koalisi parpol di
NTT tentu sudah tidak barang langkah dalam dunia
perpolitikan masa sekarang. Faktor-faktor yang
sering dapat dilakukan untuk membuat dan
menggangu degradasi dan atau psikologi
perempuan agar tidak dapat diterima oleh parpol
maupun publik. Pertama faktor hubungan dengan
konteks budaya. ketika ada calon kuat dari kaum
perempuan tentu mendapat kritikan dan ucapan
yang sering dilontarkan seperti : perempuan lebih
baik hanya bertugas di kasur, dapur, dan
sumur(mengambil air), politik itu kotor dan kejam
sehingga tidak cocok bagi kaum perempuan.
Adanya kebiasaan yang membudaya ini, tentunya
menjadi momok tersendiri bagi kaum hawa sehingga
perempuan tidak dapat mengaktualisasikan diri
kedalam politik. sesungguhnya adalah suatu
kesalahan yang menganggu psikologis perempuan
untuk terlibat aktif dalam kepengurusan parpol dan
ikut bertarung. Kedua Faktor berhubungan dengan
proses seleksi dalam partai politik. Seleksi terhadap
para kandidat biasanya dilakukan oleh sekelompok
kecil pejabat atau pimpinan partai, yang hampir
selalu laki-laki di mana kesadaran mengenai
kesetaraan gender dan keadilan masih rendah,
pemimpin laki-laki dari partai-partai politik
mempunyai pengaruh yang tidak proporsional
terhadap politik partai, khususnya dalam hal gender.
Perempuan tidak memperoleh banyak dukungan
dari partai-partai politik karena struktur
kepemimpinannya didominasi oleh kaum laki-laki.
Ketiga Faktor komunikasi politik. Dalam sisitem
demokrasi sekarang loby-loby untuk menentukan
pasangan calon agar dapat diakomodir oleh parpol
atau koalisi parpol tergantung dari berapa besar
Edisi 13/PHM.2/31 Juli 2015

jumlah uang yang wajib diberikan (politik


uang/mahar) dan atau juga bergaining dalam posisi
tawar menawar tim sukses seperti pengangakatan
dan perekrutan masuk PNS dan juga jabatan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk keluarga
dari setiap parpol pengusung dan atau tim sukses
(politik transaksional). Sudah tentu perempuan tidak
memiliki kapasitas dan kemampuan jumlah uang
yang dimiliki sebab setiap asset(harta/kekayaan)
yang dimiliki dalam keluarga atas nama suami
sehingga kesulitan bagi kaum perempuan untuk
dapat memenuhi.
Fenomenal klasik yang masih dialami oleh kaum
peremuan dan juga konstelasi perpolitikan yang
masih menyandera hak politik sehingga belum
menguntungkan kaum perempuan maka pemerintah
dan stakeholder harus terus melakukan pendidikan
politik gender bagi partai dan pengurus supaya
memiliki perspektif yang berpihak bagi kaum
perempuan kemudian merevisi UU PILKADA agar
secara eksplisit memuat pasal yang mewajibkan
partai politik mengakomodir perempuan dalam
pencalonan kepala daerah agar kedepan ketika
perebutan tahta kepala daerah perempuan dapat
diakomodir sehingga membuat warna dan dinamika
politik menjadi berbeda di bumi Nusa Tenggara
Timur.***
Halaman 7

Kodak...
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten
Kupang, Hendrik Paut, saat menerima
tim program PIAR NTT yang dikoordinir
oleh Paul SinlaEloE. Dalam pertemuan
yang berlangsung di Ruang Rapat Sekda
pada 6 Juli 2015 ini, Sekda
mengharapkan agar enam desa yang
merupakan desa mitra dari PIAR NTT
atas dukungan AIPJ ini dapat menjadi
desa motivasi bagi desa lain, minimal
bagi desa tetangga dalam satu
kecamatan. Selain itu beliau juga melihat
bahwa apa yang dilakukan oleh PIAR
NTT ini sangat membantu kerja-kerja
pemerintah daerah, karena wilayah
kabupaten Kupang ini cukup luas dan
masih ada keterbasan pemerintah untuk
menjangkau secara maksimal.
PIAR NTT melaksanakan kegiatan
sosialisasi program terkait dengan
pemberdayaan hukum masyarakat.
Program ini merupakan kerjasama
dengan AIPJ. Dalam sosialisasi program
ini Bupati Kupang dan Ketua DPRD
Kabupaten Kupang menjadi
narasumber. Tampak dalam foto (dari
kiri-kanan); Yes Bale sebagai Moderator,
Yos Lede yang adalah Ketua DPRD
Kabupaten Kupang, Ayub Titu Eki
sebagai Bupati Kupang dan Paul
SinlaEloE sebagai Koordinator Program
PIAR NTT. Kegiatan ini dilaksanakan
pada tanggal 30 Juli 2015 di Aula Kantor
Bupati Kupang di Oelamasi.
Yusak Bilaut, staf program di PIAR NTT
saat memfasilitasi diskusi komunitas
terkait dengan pemetaan sosial di Desa
Oebola Kecamatan Fatuleu Kabupaten
Kupang. Diskusi ini berlangsung pada
tanggal 9 Juli 2015 dan bertempat di
Kantor Desa Oebola. eserta yang hadir
terdiri dari perempuan dan laki-laki yang
berasal dari berbagai unsur yakni,
pemerintah Desa, para Kepala Urusan,
para kepala dusun, tokoh masyarakat,
tokoh perempuan dan perwakilan
masyarakat.
Edisi 13/PHM.2/31 Juli 2015

Halaman 8

Anda mungkin juga menyukai