041414253013
Penelitian dilakukan karena pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan manusia yang terbatas
akan suatu hal serta besarnya rasa ingin tahu manusia yang menyebabkan timbulnya pertanyaanpertanyaan dan ketidakpuasan akan apa yang telah dimiliki dan diketahui oleh manusia. Oleh sebab
itu, muncullah penelitian-penelitian terbaru akan suatu hal disetiap tahun, bulan atau bahkan tiap
minggunya. Hal ini dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu dan ketidak puasan manusia.
Dalam menyusun sebuah laporan penelitian, seorang peneliti membutuhkan alat bantu yang
digunakan sebagai alat atau instrumen penelitiannya. Serta membutuhkan data-data yang valid guna
mendukung hasil dari penelitian peneliti tersebut. Oleh karena itu, seorang peneliti harus
mengetahui dan memahami apa itu pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik-teknik
pengumpulan data.
Menyusun instrumen pengumpulan data dan penelitian dilakukan setelah peneliti memahami apa
yang menjadi variabel penelitiannya. Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai pengumpulan data,
instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data (kualitatif dan kuantitatif). Karena tujuan akhir
dari suatu ilmu atau pengetahuan adalah pengembangan dan pengujian teori. Sehingga apa yang
diteliti oleh peneliti akan bermanfaat dan mampu mengembangkan serta menguatkan teori-teori
yang telah ada sebelumnya.
1. PENGUMPULAN DATA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pengumpulan data adalah proses, cara,
perbuatan mengumpulkan, atau menghimpun data. Sedangkan instrumen adalah alat yg
dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat
kedokteran, optik, dan kimia), perkakas, sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan
sebagainya) untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Ibnu Hadjar (1996) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.
Sementara itu, Sumadi Suryabrata (2008) menyatakan bahwa instrument penelitian adalah alat
yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas
atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan
menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut
kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif,
perangsangnya adalah pernyataan.
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan penelitian
memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan
penyajian data secara sistematis dan objektif. Dari pengertian masing-masing kata tersebut di
atas maka instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan
menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu
persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi, semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian
bisa disebut instrumen penelitian. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai
variabel yang diteliti.
Maka dari pengertian dan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengumpulan data
dan instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk meneliti dan mengumpulkan
data dan disajikan dalam bentuk sistematis guna memecahkan atau menguji suatu hipotesis.
1.1 DATA KUANTITATIF
Menurut Burhan Bungin (2005) menyebutkan bahwa Data kuantitatif lebih mudah
dimengerti bila dibandingkan dengan jenis data kualitatif. Data kuantitatif biasanya dapat
dijelaskan dengan angka-angka. Data seperti ini biasanya hasil transformasi dari data
kualitatif yang memiliki perbedaan berjenjang. Namun ada juga data kuantitatif murni yang
keberadaannya sudah dalam bentuk kuantitatif.
Contoh:
Tabel 1
Data Kuantitatif Murni
Data Kuantitatif yang
Data Kuantitatif
Data Kuantitatif Murni
Ditransformasikan
Pandai
3
12345
Kurang pandai
2
6 7 8 9 10
Tidak pandai
1
11 12 13 14 15
Sumber: Bungin, 2005
Semua data kuantitatif dapat dianalisis dengan menggunakan analisis statistik, baik
inferensial ataupun noninferensial. Hal ini paling menonjol yang melekat pada sifat data
kuantitatif, yaitu dapat dihitung secara kuantitatif.
1.1.1 Data Nominal
Data nominal yaitu data yang memiliki ciri nominal, yaitu data hanya dapat digolonggolongkan secara terpisah menurut kategori. Seperti umpamanya menurut kategori
jenis, sifat, atau kondisi yang bervariasi menurut banyak atau frekuensinya (Bungin,
2005).
Contoh: bagaimana komposisi perbedaan jumlah laki-laki dan perempuan dalam
menonton acara Cek & Ricek yang ditayangkan di salah satu stasiun TV.
1.1.2 Data Kontinum
Dikatakan data kontinum karena data ini memiliki gejala kontinum, gejala tersebut
dapat bervariasi menurut tingkatan atau berjenjang (Bungin, 2005).
Contoh: Tingkat IQ anak yang lahir melalui operasi sesar adalah 99, 100, 101, 102, atau
110, 111, 112, 113, 114, dan seterusnya.
Data kontinum dapat dibedakan sebagai berikut:
A. Data Ordinal
Data ordinal menunjukkan data dalam suatu urutan tertentu atau dalam satu seri.
Penentuan posisi tidak memerhatikan jarak anatara data kuantitatif yang satu
dengan yang lain. Pada prinsipnya pemberian angka yang lebih besar atau lebih
kecil pada suatu jenjang kategori yang diinginkan, tidak menjadi persoalan selama
ada konsekuensi atau kesepakatan (Bungin, 2005).
Contoh: kita dapat memberikan nilai 5 untuk jawaban sangat cantik, dan nilai 0
untuk jawaban sangat tidak cantik atau sebaliknya, yang sangat cantik diberi angka
0 dan sangat tidak cantik diberi angka 5.
B. Data Interval
Data interval adalah data yang punya ruas atau interval, atau jarak yang
berdekatan dan sama. Jarak itu berpedoman pada ukuran tertentu (Bungin, 2005).
Contoh: mengklasifikasikan kelompok pendapatan per hari pekerja di sektor
pelabuhan.
Tabel 2
Data Interval Kelompok Pendapatan Sektor Informal
Kelompok Pekerja
Besaran Pendapatan Per Hari
Bakul rokok
15.000-20.000
Tukang parkir
20.000-25.000
Portiere
25.000-30.000
Sumber: Bungin, 2005
C. Data Rasio
Jika sebuah data memiliki titik nol absolut, maka data tersebut disebut sebagai
data rasio. Dengan kata lain rasio memiliki semua ciri dari data interval dan
ditambah pula mempunyai titik nol absolut sebagai titik permulaan (Bungin, 2005).
Contoh: jika mengukur berat dalam skala rasio, data ons memiliki titik nol yang
mutlak ada, begitu pula skala gram. Rasio antara setiap 2 berat tidak tergantung
kepada unit pengukuran. Apabila kita menentukan berat 2 benda yang berbeda,
bukan saja dengan pon, tetapi juga dengan gram, maka kita akan menemukan
bahwa rasio kedua berat tersebut dengan pon adalah sama rasionya dengan gram.
1.2
1.3
A.
Internal Data
Tersedia tertulis pada sumber data sekunder.
Contoh: pada data perusahaan dapat berupa faktur, laporan penjualan,
pengiriman; laporan hasil riset yang lalu; dan sebagainya.
B.
Eksternal Data
Data yang diperoleh dari sumber luar.
Contoh: data sensus dan data register, serta data yang diperoleh dari badan atau
lembaga yang aktivitasnya mengumpulkan data atau keterangan yang relevan
dengan/dalam berbagai masalah.
perusahaan saudara?
(...) 1) Ya
(...) 2) Tidak
B.
C.
D.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dari Metode Angket (Bungin, 2005), diantaranya:
Kelebihan Metode Angket
Apabila digunakan semestinya, metode angket memiliki kelebihan, sebagai
berikut:
1) Metode angket membutuhkan biaya yang relatif murah.
2) Pengumpulan data lebih mudah, terutama responden yang terpencarpencar.
3) Pada penelitian dengan sampel diatas 1000, penggunaan metode ini
sangatlah tepat.
4) Walaupun metode ini digunakan pada sampel yang relatif besar, tapi
penggunaannya dapat berlangsung serempak.
5) Metode ini relatif membutuhkan waktu yang sedikit.
6) Jika metode dilakukan dengan menggunakan jasa pos, maka relatif tidak
membutuhkan atau tidak terikat pada petugas pengumpul data.
7) Jika metode ini menggunakan petugas lapangan pengumpul data, hanya
terbatas pada fungsi menyebarkan dan menghimpun angket yang telah diisi
atau dijawab oleh responden. Kemampuan teknis dalam menggali dan atau
mencatat data seperti metode lain tidak dibutuhkan disini.
Kekurangan Metode Angket
Kekurangan metode angkat, diantaranya (Bungin, 2005):
1) Metode angket hanya dapat digunakan pada responden yang bisa baca dan
tulis saja, sedangkan pada responden yang tidak mampu baca tulis, metode
angket tidak berguna sama sekali.
2) Formulasi angket membutuhkan kecermatan tinggi, sehingga betul-betul
mampu mewakili peneliti dalam pengumpulan data. Karena tuntutan yang
demikian, menyusun formulasi angket membutuhkan waktu yang lama,
termasuk kebutuhan uji coba dan merevisi angket tersebut.
3) Penggunaan metode angket menyebabkan peneliti terlalu banyak
tergantung atau membutuhkan kerjasama dengan objek penelitian.
4) Kemungkinan pada kasus tertentu, akan terjadi salah menerjemahkan
beberapa poin pertanyaan, maka peneliti tidak dapat memperbaiki dengan
cepat, akhirnya mempengaruhi jawaban responden.
5) Kadang kala orang lain di sekitar responden ikut memengaruhinya pada saat
pengisian angket, hal ini menyebabkan jawaban responden tidak objektif
lagi.
6) Responden dapat menjawab seenaknya, atau kadang kala bersifat mainmain atau berdusta. Hal itu mungkin sekali terjadi terutama kalau angket
bersifat anonymous (tanpa nama dan alamat responden di lembaran
angket).
1.3.2 Metode Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus diteliti dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
2)
B.
PEWAWANCARA
Karakteristik sosial
Ketrampilan berwawancara
Motivasi
Rasa aman
RESPONDEN
Karakteristik sosial
Kemampuan menangkap
pertanyaan
Kemampuan menjawab
pertanyaan
ISI WAWANCARA
Peka untuk ditanyakan
Sukar untuk ditanyakan
Sumber kekhawatiran
Gambar 1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Wawancara
C.
Perlengkapan Wawancara
Wawancara dapat menggunakan alat bantu atau perlengkapan wawancara
seperti tape recorder, bolpoin, pensil, block-note, karet penghapus, stopmap
plastik, daftar pertanyaan, hardboard, surat tugas, surat ijin, dan daftar
responden, bahkan peta lokasi (Bungin, 2005).
Teknik penggunaan alat-alat bantu wawancara ini menjadi otoritas pewawancara,
yang digunakan berdasarkan kemampuan, pengalaman, dan kondisi yang ada
(Bungin, 2005).
1.3.3 Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner. Karena
observasi tidak selalu dengan obyek manusia tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.
Sutrisno Hadi, dalam Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa, observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis
dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan. Dari segi proses pelaksanaannya, observasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
observasi berperan serta (participant observation) dan observasi non partisipan (non
participant observation).
Observasi (pengamatan) adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan
pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti
telinga, penciuman, mulut dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan
seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata
serta dibantu dengan pancaindra lainnya (Bungin, 2005).
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian, data-data penelitian tersebut dapat diamati oleh
peneliti. Dalam berarti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti
melalui penggunaan pancaindra (Bungin, 2005).
Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data
penelitian apabila memiliki kriteria sebagai berikut (Bungin, 2005):
1) Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara
sistematik
2) Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan
3) Pengamatan tersebut dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan
proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik
perhatian.
4) Pengamatan dapat di cek dan di kontrol mengenai validitas dan reliabilitasnya.
A.
Bentuk-Bentuk Observasi
1) Observasi Langsung
Pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang
diobservasikan, dalam arti bahwa pengamatan tidak menggunakan mediamedia transparan. Observasi langsung dibagi dalam beberapa bentuk, yaitu
(Bungin, 2005):
Observasi Berstruktur
Pada observasi berstruktur, peneliti telah mengetahui aspek atau
aktivitas apa yang akan diamati, yang relevan dengan masalah atau
tujuan penelitian karena pada pengamatan, peneliti telah terlebih
dahulu mempersiapkan materi pengamatan dan instrumen yang akan
digunakan. Observasi berstruktur, biasanya disebut dengan pengamatan
sistematik, dimana peneliti secara lebih leluasa dapat menentukan
perilaku apa yang akan diamati pada awal kegiatan pengamatan, agar
permasalahan dapat dipecahkan.
B.
10
3)
4)
Beberapa kesulitan umum dalam metode observasi, terutama yang terjadi pada
pengamat dan objek pengamatan, antara lain (Bungin, 2005):
1) Amat sering pengamat tertangkap dalam subjektivitasnya tanpa disadari ataupun
mengetahui jalan keluarnya.
2) Kadang pula pengamat terbawa situasi yang diamati sehingga melupakan
fungsinya yang utama.
3) Timbulnya gejala yang diobservasi sering menyulitkan pengamat, terutama kalau
gejala itu sulit dipastikan kapan munculnya.
4) Sering bahwa pelaksanaan observasi menjadi terganggu, akibat dari munculnya
peristiwa lain yang tak terduga.
5) Pelaksanaan observasi amat terbatas oleh berlangsungnya gejala tersebut, dan ini
sangat menyulitkan karena ada beberapa gejala yang berlangsungnya amat cepat
atau sekejap mata, tetapi ada gejala lain yang berlangsungnya sangat lama.
6) Kadang kala tanpa disadari bahwa pengamat mencampuradukkan antara data
observasi dengan pendapat pribadi atau persepsi pribadi pengamat.
1.3.4 Dokumentasi
Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan
dalam metodologi penelitian sosial. Metode dokumenter adalah metode yang
digunakan untuk menelusuri data historis (Bungin, 2005).
Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian,
kenang-kenangan, laporan, dan sebagainya (Bungin, 2005).
Dokumenter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan
dokumenter. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu
(Bungin, 2005):
1) Autobiografi
2) Surat-surat pribadi, buku-buku atau catatan harian, memorial.
3) Kliping
11
4)
5)
6)
2.
POPULASI
Populasi merupakan subyek penelitian. Menurut Sugiyono (2010) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga
bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Menurut Hartono (2011), populasi dengan karakteristik tertentu ada yang jumlahnya terhingga
dan ada yang tidak terhingga. Penelitian hanya dapat dilakukan pada populasi yang jumlahnya
terhingga saja.
Dalam metode penelitian, kata populasi amat populer, digunakan untuk menyebutkan
serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian
merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objekobjek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2005).
Populasi dilihat dari penentuan sumber data, maka populasi dapat dibedakan menjadi (Bungin,
2005):
Populasi Terbatas
Populasi yang memiliki sumber data yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif.
Contoh: jumlah murid SLTA di Surabaya pada tahun 2004 sebanyak 150.000 siswa, terdiri
dari 78.000 murid putra dan 72.000 murid putri.
Populasi Tak Terhingga
Populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara
kuantitatif. Oleh karenanya, luas populasi bersifat tak terhingga dan hanya dapat dijelaskan
secara kualitatif.
Contoh: jumlah gelandangan di Indonesia. Ini berarti harus dihitung jumlah gelandangan di
Indonesia dari tahun ke tahun, dan tiap kota. Tidak saja perhitungan terhadap jumlah
gelandangan yang ada sekarang, tetapi juga dilakukan penafsiran jumlah gelandangan di
waktu yang akan datang.
Dilihat dari kompleksitas objek populasi, maka polpulasi dapat dibedakan menjadi (Bungin,
2005):
Populasi Homogen
Keseluruhan individu yang menjadi anggota populasi, memiliki sifat-sifat yang relatif sama
satu sama lainnya. Ciri yang menonjol dari populasi homogen, tidak ada perbedaan hasil
tes dari jumlah tes populasi yang berbeda.
Contoh: tukang emas, apabila hendak mencoba kadar emas sebuah cincin, cukup hanya
dengan mengetes beberapa bekas gosokan cincin tersebut, karena sifat emas adalah
homogen.
12
Populasi Heterogen
Keseluruhan individu anggota populasi relatif memiliki sifat-sifat individual, dimana sifat
tersebut membedakan individu anggota populasi yang satu dengan yang lainnya. Dengan
kata lain, individu anggota populasi memiliki sifat yang bervariasi sehingga memerlukan
penjelasan terhadap sifat-sifat tersebut baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Populasi juga dapat dibedakan antara populasi sampling dan populasi sasaran. Misalnya:
apabila kita mengambil rumah tangga sebagai sampel, sedangkan yang diteliti hanyalah rumah
tangga yang bekerja sebagai nelayan, maka keseluruhan rumah tangga dalam wilayah penelitian
disebut populasi sampling, sedangkan seluruh nelayan dalam wilayah penelitian disebut
populasi sasaran (Bungin, 2005).
Ada beberapa sifat populasi, yang kalau tidak terjadi tumpang tindih satu dengan yang lainnya,
maka terlihat sifat-sifat berikut (Bungin, 2005):
Populasi Berstrata
Sifat populasi ini terdiri dari unit-unit yang sifatnya berstrata (berlapis). Unit populasi
adalah golongan-golongan, kelompok-kelompok, dan sebagainya yang memiliki sifat
bertingkat atau berlapis yang jelas. Sifat strata dari suatu populasi selalu mengelompokkan
unit-unit populasi dalam tingkatan atau lapisan yang paling tidak dua lapisan yaitu lapisan
bawah dan lapisan atas.
Contoh: suatu penelitian yang berpopulasi pedagang di kota Surabaya, pedagang-pedagang
tersebut dapat dibagi menjadi: pedagang kecil, pedagang, menengah, dan pedagang besar.
Populasi Area
Sifat populasi area adalah amat mudah ditentukan, asalkan penelitian mengetahui batasbatas area tersebut.
Contoh: penelitian yang menggunakan pembatasan suatu area dilihat dari pembatasan
sistem pemerintahan, maka unit populasi adalah dukuh, desa, kecamatan, kabupaten, dan
seterusnya.
13
Populasi Cluster
Populasi ini menunjukkan unit-unit yang berumpun atau berkelompok, tanpa ada pada
tingkatan masing-masing kelompok atau rumpun yang ada.
Contoh: populasi umat beragama adalah umat beragama kristen, katolik, hindu, budha,
dan islam.
3.
PENETAPAN SAMPEL
Menurut Sugiyono (2010) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Apabila peneliti melakukan penelitian terhadap populasi yang besar,
sementara peneliti ingin meneliti tentang populasi tersebut dan peneliti memeiliki keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel, sehingga
generalisasi kepada populasi yang diteliti. Maknanya sampel yang diambil dapat mewakili atau
representatif bagi populasi tersebut. Keuntungan melakukan penelitian sampel adalah:
Peneliti tidak repot harus meneliti populasi, cukup hanya meneliti sampelnya saja.
Populasi yang terlalu besar memungkinkan ada subyek yang bisa tercecer atau luput dari
peneliti pada saat diambil datanya.
Lebih efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga.
Menghindari hal-hal yang destruktif
Penelitian tidak bisa dilakukan dengan mengguakan populasi sebagai sumber data.
Sampel total yaitu keseluruhan populasi merangkap sebagai sampel penelitian. Sedangkan
sampel adalah wakil semua unit strata dan sebagainya yang ada dalam populasi. Sampel yang
dapat menjamin ketepatan kesimpulan adalah sampel yang benar-benar representatif (Bungin,
2005).
14
Sampel
Populasi
Ukuran Sampel
Besarnya jumlah sampel yang harus diambil dari populasi dalam suatu kegiatan penelitian
sangat tergantung dari keadaan populasi itu sendiri, semakin homogen keadaan
populasinya maka jumlah sampel semakin sedikit, begitu juga sebaliknya. Adapun
15
penentuan jumlah sampel yang dikembangkan oleh Roscoe dalam Sugiyono (2010) adalah
sebagai berikut:
Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan
lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau
regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah
variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen),
maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50
Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 s/d 20.
Penetapan ukuran sampel dari populasi dapat juga menggunakan rumus Slovin, dimana
penetapan sampel mempertimbangkan batas ketelitian yang dapat mempengaruhi
kesalahan pengambilan sampel populasi.
Rumus perhitungan besaran sampel (Bungin, 2005):
=
Keterangan : n
N
d
( ) 2 + 1
: Jumlah sampel yang dicari
: Jumlah populasi
: Nilai presisi (ditentukan dalam contoh ini sebesar 90% atau = 0,1
( , )
= 97,84
Dengan demikian maka dari jumlah populasi 4540 diperoleh ukuran sampel sebesar 97,84
atau 98 sampel penelitian. Persoalan kemudian adalah bagaimana memperoleh sebanyak
sampel itu dari populasi sebesar 4540 itu. Jawabannya adalah bagaimana kita menunjuk
(menarik) sampel yang representatif, karena itu maka akan dijelaskan pada metode
sampling.
B.
16
17