Anda di halaman 1dari 18

Pengumpulan Data, Populasi,

dan Penetapan Sampel


Mata Kuliah : Metode Penelitian

REFIVIA AUDIE CALCRINA

041414253013

MASTER STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
TAHUN 2015

Penelitian dilakukan karena pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan manusia yang terbatas
akan suatu hal serta besarnya rasa ingin tahu manusia yang menyebabkan timbulnya pertanyaanpertanyaan dan ketidakpuasan akan apa yang telah dimiliki dan diketahui oleh manusia. Oleh sebab
itu, muncullah penelitian-penelitian terbaru akan suatu hal disetiap tahun, bulan atau bahkan tiap
minggunya. Hal ini dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu dan ketidak puasan manusia.
Dalam menyusun sebuah laporan penelitian, seorang peneliti membutuhkan alat bantu yang
digunakan sebagai alat atau instrumen penelitiannya. Serta membutuhkan data-data yang valid guna
mendukung hasil dari penelitian peneliti tersebut. Oleh karena itu, seorang peneliti harus
mengetahui dan memahami apa itu pengumpulan data, instrumen penelitian dan teknik-teknik
pengumpulan data.
Menyusun instrumen pengumpulan data dan penelitian dilakukan setelah peneliti memahami apa
yang menjadi variabel penelitiannya. Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai pengumpulan data,
instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data (kualitatif dan kuantitatif). Karena tujuan akhir
dari suatu ilmu atau pengetahuan adalah pengembangan dan pengujian teori. Sehingga apa yang
diteliti oleh peneliti akan bermanfaat dan mampu mengembangkan serta menguatkan teori-teori
yang telah ada sebelumnya.
1. PENGUMPULAN DATA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pengumpulan data adalah proses, cara,
perbuatan mengumpulkan, atau menghimpun data. Sedangkan instrumen adalah alat yg
dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat
kedokteran, optik, dan kimia), perkakas, sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan
sebagainya) untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Ibnu Hadjar (1996) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.
Sementara itu, Sumadi Suryabrata (2008) menyatakan bahwa instrument penelitian adalah alat
yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas
atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan
menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut
kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif,
perangsangnya adalah pernyataan.
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan penelitian
memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan
penyajian data secara sistematis dan objektif. Dari pengertian masing-masing kata tersebut di
atas maka instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan
menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu
persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi, semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian
bisa disebut instrumen penelitian. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai
variabel yang diteliti.
Maka dari pengertian dan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengumpulan data
dan instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk meneliti dan mengumpulkan

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

data dan disajikan dalam bentuk sistematis guna memecahkan atau menguji suatu hipotesis.
1.1 DATA KUANTITATIF
Menurut Burhan Bungin (2005) menyebutkan bahwa Data kuantitatif lebih mudah
dimengerti bila dibandingkan dengan jenis data kualitatif. Data kuantitatif biasanya dapat
dijelaskan dengan angka-angka. Data seperti ini biasanya hasil transformasi dari data
kualitatif yang memiliki perbedaan berjenjang. Namun ada juga data kuantitatif murni yang
keberadaannya sudah dalam bentuk kuantitatif.
Contoh:
Tabel 1
Data Kuantitatif Murni
Data Kuantitatif yang
Data Kuantitatif
Data Kuantitatif Murni
Ditransformasikan
Pandai
3
12345
Kurang pandai
2
6 7 8 9 10
Tidak pandai
1
11 12 13 14 15
Sumber: Bungin, 2005
Semua data kuantitatif dapat dianalisis dengan menggunakan analisis statistik, baik
inferensial ataupun noninferensial. Hal ini paling menonjol yang melekat pada sifat data
kuantitatif, yaitu dapat dihitung secara kuantitatif.
1.1.1 Data Nominal
Data nominal yaitu data yang memiliki ciri nominal, yaitu data hanya dapat digolonggolongkan secara terpisah menurut kategori. Seperti umpamanya menurut kategori
jenis, sifat, atau kondisi yang bervariasi menurut banyak atau frekuensinya (Bungin,
2005).
Contoh: bagaimana komposisi perbedaan jumlah laki-laki dan perempuan dalam
menonton acara Cek & Ricek yang ditayangkan di salah satu stasiun TV.
1.1.2 Data Kontinum
Dikatakan data kontinum karena data ini memiliki gejala kontinum, gejala tersebut
dapat bervariasi menurut tingkatan atau berjenjang (Bungin, 2005).
Contoh: Tingkat IQ anak yang lahir melalui operasi sesar adalah 99, 100, 101, 102, atau
110, 111, 112, 113, 114, dan seterusnya.
Data kontinum dapat dibedakan sebagai berikut:
A. Data Ordinal
Data ordinal menunjukkan data dalam suatu urutan tertentu atau dalam satu seri.
Penentuan posisi tidak memerhatikan jarak anatara data kuantitatif yang satu
dengan yang lain. Pada prinsipnya pemberian angka yang lebih besar atau lebih
kecil pada suatu jenjang kategori yang diinginkan, tidak menjadi persoalan selama
ada konsekuensi atau kesepakatan (Bungin, 2005).
Contoh: kita dapat memberikan nilai 5 untuk jawaban sangat cantik, dan nilai 0
untuk jawaban sangat tidak cantik atau sebaliknya, yang sangat cantik diberi angka
0 dan sangat tidak cantik diberi angka 5.

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

B. Data Interval
Data interval adalah data yang punya ruas atau interval, atau jarak yang
berdekatan dan sama. Jarak itu berpedoman pada ukuran tertentu (Bungin, 2005).
Contoh: mengklasifikasikan kelompok pendapatan per hari pekerja di sektor
pelabuhan.
Tabel 2
Data Interval Kelompok Pendapatan Sektor Informal
Kelompok Pekerja
Besaran Pendapatan Per Hari
Bakul rokok
15.000-20.000
Tukang parkir
20.000-25.000
Portiere
25.000-30.000
Sumber: Bungin, 2005
C. Data Rasio
Jika sebuah data memiliki titik nol absolut, maka data tersebut disebut sebagai
data rasio. Dengan kata lain rasio memiliki semua ciri dari data interval dan
ditambah pula mempunyai titik nol absolut sebagai titik permulaan (Bungin, 2005).
Contoh: jika mengukur berat dalam skala rasio, data ons memiliki titik nol yang
mutlak ada, begitu pula skala gram. Rasio antara setiap 2 berat tidak tergantung
kepada unit pengukuran. Apabila kita menentukan berat 2 benda yang berbeda,
bukan saja dengan pon, tetapi juga dengan gram, maka kita akan menemukan
bahwa rasio kedua berat tersebut dengan pon adalah sama rasionya dengan gram.
1.2

DATA DAN SUMBER DATA


1.2.1 Data Primer
Data primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi
penelitian atau objek penelitian. Data primer diperoleh dari sumber data primer, yaitu
sumber pertama dimana seduah data dihasilkan (Bungin, 2005).
Contoh: penelitian tentang pengaruh fokus tema siaran TV terhadap tingkat rating
siaran tersebut, kemudian mengambil data langsung kepada pemirsa acara TV
tersebut, maka itu artinya peneliti telah menggunakan sumber data primer.
1.2.2 Data Sekunder
Data dan sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Data sekunder diperoleh dari sumber
data sekunder, yaitu sumber data kedua sesudah sumber data primer. Karena sesuatu
dan lain hal, peneliti tidak atau sukar memperoleh data dari sumber data primer, dan
mungkin juga karena menyangkut hal-hal yang sangat pribadi sehingga sukar data itu
di dapat langsung dari sumber data primer (Bungin, 2005).
Contoh: Meneliti kebiasaan belajar murid SD, kemudian mengambil data penelitian
dari guru atau orang tua murid, berarti sumber data yang digunakan itu adalah
sumber data sekunder. Guru dan orang tua disebut sebagai sumber data sekunder
karena data penelitian diperoleh dari orang yang mungkin mengetahui data tersebut,
bukan dari murid itu sendiri.
Data sekunder diklasifikasikan menjadi (Bungin, 2005):

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

1.3

A.

Internal Data
Tersedia tertulis pada sumber data sekunder.
Contoh: pada data perusahaan dapat berupa faktur, laporan penjualan,
pengiriman; laporan hasil riset yang lalu; dan sebagainya.

B.

Eksternal Data
Data yang diperoleh dari sumber luar.
Contoh: data sensus dan data register, serta data yang diperoleh dari badan atau
lembaga yang aktivitasnya mengumpulkan data atau keterangan yang relevan
dengan/dalam berbagai masalah.

RAGAM METODE PENGUMPULAN DATA


Sugiyono (2012) metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini
sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian.
Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat
positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidahkaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini
juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan
dikembangkan sebagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data
penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik.
Metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan
berhasil atau tidaknya suatu penelitian (Bungin, 2005). Pada penelitian kuantitatif dikenal
beberapa metode, antara lain (Bungin, 2005):
1.3.1 Metode Angket
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Serta merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden.
Kuesioner juga cocok digunakan jika jumlah responden cukup besar dan terssebar
diwilayah yang luas Sugiyono (2012).
Metode angket sering disebut sebagai metode kuesioner. Metode angket merupakan
serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim
untuk diisi oleh responden. Setelah dikirim, angket dikirim kembali atau di kembalikan
ke petugas atau peneliti. Bentuk umum dari sebuah angket terdiri dari: bagian
pendahuluan berisikan petunjuk pengisian angket; bagian identitas berisikan identitas
responden, seperti nama, alamat umur, pekerjaan, jenis kelamin, dan sebagainya;
bagian isi angket. Dari bentuk isi inilah kemudian angket dibedakan menjadi beberapa
bentuk seperti (Bungin, 2005):
A. Angket Langsung Tertutup
Angket langsung tertutup adalah angket yang dirancang sedemikian rupa untuk
merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden sendiri, kemudian
semua alternatif jawaban yang harus dijawab responden telah tertera dalam
angket tersebut (Bungin, 2005).
Contoh: Apakah saudara hadir pada rapat terakhir pemegeng saham, di

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

perusahaan saudara?
(...) 1) Ya
(...) 2) Tidak
B.

Angket Langsung Terbuka


Angket langsung terbuka adalah daftar pertanyaan yang dibuat dengan
sepenuhnya memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab tentang
keadaan yang dialami sendiri, tanpa ada alternatif jawaban dari peneliti (Bungin,
2005).
Contoh: Coba jelaskan secara singkat, bagaimana pendapat Anda tentang
peristiwa pemogokan yang dilakukan oleh karyawan di perusahaan Anda,
beberapa hari lalu.
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

C.

Angket Tak Langsung Tertutup


Bentuk angket tak langsung tertutup dikonstruksi dengan maksud untuk menggali
atau merekam data mengenai apa yang diketahui responden perihal objek dan
subjek tertentu, serta data tersebut tidak dimaksud perihal mengenai diri
responden bersangkutan. Disamping itu alternatif jawaban telah disiapkan
sehingga responden tinggal memilih jawaban mana yang sesuai untuk dipilih
(Bungin, 2005).
Contoh: Menurut pengamatan Anda selaku salah satu karyawan di perusahaan
saudara, pimpinan saudara memiliki ciri-ciri tertentu berikut ini: (jawaban boleh
lebih dari satu, asal sesuai dengan hasil pengamatan saudara).
(...) 1) memiliki sikap ramah dan edukatif terhadap bawahan
(...) 2) berwibawa terhadap sesama karyawan
(...) 3) bersikap jujur dan sportif
(...) 4) memiliki disiplin kerja yang tinggi
(...) 5) memiliki hubungan luas dengan sesama karyawan
(...) 6) selalu berusaha bersikap bijaksana terhadap sesama karyawan.

D.

Angket Tak Langsung Terbuka


Bentuk angket dikonstruksi dengan ciri-ciri yang sama dengan angket langsung
terbuka, serta disediakan kemungkinan atau alternatif jawaban sehingga
responden harus memformulasikan sendiri jawaban yang dipandang sesuai
(Bungin, 2005).
Contoh: Sebutkan keistimewaan yang paling menonjol dari sifat-sifat yang
dimiliki oleh pimpinan saudara sehingga perusahaan saudara menjadi maju
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

Terdapat kelebihan dan kekurangan dari Metode Angket (Bungin, 2005), diantaranya:
Kelebihan Metode Angket
Apabila digunakan semestinya, metode angket memiliki kelebihan, sebagai
berikut:
1) Metode angket membutuhkan biaya yang relatif murah.
2) Pengumpulan data lebih mudah, terutama responden yang terpencarpencar.
3) Pada penelitian dengan sampel diatas 1000, penggunaan metode ini
sangatlah tepat.
4) Walaupun metode ini digunakan pada sampel yang relatif besar, tapi
penggunaannya dapat berlangsung serempak.
5) Metode ini relatif membutuhkan waktu yang sedikit.
6) Jika metode dilakukan dengan menggunakan jasa pos, maka relatif tidak
membutuhkan atau tidak terikat pada petugas pengumpul data.
7) Jika metode ini menggunakan petugas lapangan pengumpul data, hanya
terbatas pada fungsi menyebarkan dan menghimpun angket yang telah diisi
atau dijawab oleh responden. Kemampuan teknis dalam menggali dan atau
mencatat data seperti metode lain tidak dibutuhkan disini.
Kekurangan Metode Angket
Kekurangan metode angkat, diantaranya (Bungin, 2005):
1) Metode angket hanya dapat digunakan pada responden yang bisa baca dan
tulis saja, sedangkan pada responden yang tidak mampu baca tulis, metode
angket tidak berguna sama sekali.
2) Formulasi angket membutuhkan kecermatan tinggi, sehingga betul-betul
mampu mewakili peneliti dalam pengumpulan data. Karena tuntutan yang
demikian, menyusun formulasi angket membutuhkan waktu yang lama,
termasuk kebutuhan uji coba dan merevisi angket tersebut.
3) Penggunaan metode angket menyebabkan peneliti terlalu banyak
tergantung atau membutuhkan kerjasama dengan objek penelitian.
4) Kemungkinan pada kasus tertentu, akan terjadi salah menerjemahkan
beberapa poin pertanyaan, maka peneliti tidak dapat memperbaiki dengan
cepat, akhirnya mempengaruhi jawaban responden.
5) Kadang kala orang lain di sekitar responden ikut memengaruhinya pada saat
pengisian angket, hal ini menyebabkan jawaban responden tidak objektif
lagi.
6) Responden dapat menjawab seenaknya, atau kadang kala bersifat mainmain atau berdusta. Hal itu mungkin sekali terjadi terutama kalau angket
bersifat anonymous (tanpa nama dan alamat responden di lembaran
angket).
1.3.2 Metode Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus diteliti dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

jumlah respondenya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur


(peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh)
maupun tidak terstruktur (peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap sebagai pengumpul datanya) dan dapat
dilakukan secara langsung (tatap muka) maupun secara tidak langsung (melalui media
seperti telepon) (Sugiyono, 2012).
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara. Inti dari metode wawancara ini bahwa di setiap
penggunaan metode ini selalu ada beberapa pewawancara, responden, materi
wawancara, dan pedoman wawancara (Bungin, 2005).
Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus dia
bertindak sebagai pemimpin dalam proses wawancara tersebut. Dia pula berhak
menentukan materi yang akan diwawancarai serta kapan dimulai dan diakhiri.
Sedangkan, Responden adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh
pewawancara, ia diperkirakan menguasai data, informasi, ataupun fakta dari suatu
objek penelitian (Bungin, 2005).
Materi pewawancara adalah persoalan yang ditanyakan kepada responden berkisar
antara masalah atau tujuan penelitian. Materi wawancara yang baik memiliki
pembukaan, isi, dan penutup. Pembukaan wawancara adalah kata-kata tegur sapa
seperti: nama ibu/bapak siapa, alamatnya dimana, dan sebagainya. Isi wawancara
yaitu pokok pembahasan yang menjadi masalah atau tujuan penelitian. Sedangkan
penutup adalah bagian akhir dari suatu wawancara. Penutup wawancara, antara lain:
saya kira sampai disini wawancara kita, terima kasih atas bantuan bapak/ibu, serta
biasanya diisi dengan janji untuk bertemu wawancara pada waktu yang lainnnya
(Bungin, 2005).
A. Bentuk-Bentuk Wawancara
1) Wawancara Sistematik
Adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu pewawancara
menyiapkan pedoman (guide) tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan
kepada responden. Pedoman wawancara tersebut digunakan oleh
pewawancara sebagai alur yang harus diikuti, mulai dari awal sampai akhir
wawancara, karena biasanya pedoman tersebut telah disusun sedemikian
rupa sehingga merupakan sederetan daftar pertanyaan, dimulai dari hal-hal
yang mudah dijawab oleh responden sampai dengan hal-hal yang lebih
kompleks. Pedoman wawancara adalah instrumen yang digunakan untuk
memandu jalnnya wawancara (Bungin, 2005).
Pada kondisi tertentu, pedoman wawancara terasa amat penting bagi
pewawancara. Hal ini disebabkan beberapa fungsi berikut (Bungin, 2005):
Pedoman wawancara berfungsi membimbing alur wawancara terutama
mengarah tentang hal-hal yang harus ditanyakan.
Dengan pedoman wawancara dapat dihindari kemungkinan melupakan
beberapa persoalan yang relevan dengan permasalahan penelitian.

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

Mampu meningkatkan kredibilitas penelitian, karena secara ilmiah


wawancara jenis ini dapat meyakinkan orang lain tentang apa yang
dilakukannya, karena dapat dipertanggungjawabkan secara tertulis.
Wawancara Terarah
Wawancara terarah dilaksanakan secara bebas, namun kebebasan ini tetap
tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan ditanyakan kepada
responden dan telah dipersiapkan sebelumnya oleh pewawancara (Bungin,
2005).

2)

B.

Melaksanakan Wawancara yang Baik


Beberapa faktor utama yang harus diperhatikan dalam wawancara, yaitu:
bagaimana kemampuan wawancara, apa isi wawancara, bagaimana situasi
wawancara, dan bagaimana kesiapan responden (Bungin, 2005).
SITUASI WAWANCARA
Waktu
Tempat
Kehadiran orang lain
Sikap masyarakat

PEWAWANCARA
Karakteristik sosial
Ketrampilan berwawancara
Motivasi
Rasa aman

RESPONDEN
Karakteristik sosial
Kemampuan menangkap
pertanyaan
Kemampuan menjawab
pertanyaan

ISI WAWANCARA
Peka untuk ditanyakan
Sukar untuk ditanyakan
Sumber kekhawatiran
Gambar 1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Wawancara
C.

Perlengkapan Wawancara
Wawancara dapat menggunakan alat bantu atau perlengkapan wawancara
seperti tape recorder, bolpoin, pensil, block-note, karet penghapus, stopmap
plastik, daftar pertanyaan, hardboard, surat tugas, surat ijin, dan daftar
responden, bahkan peta lokasi (Bungin, 2005).
Teknik penggunaan alat-alat bantu wawancara ini menjadi otoritas pewawancara,
yang digunakan berdasarkan kemampuan, pengalaman, dan kondisi yang ada
(Bungin, 2005).

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

1.3.3 Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner. Karena
observasi tidak selalu dengan obyek manusia tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.
Sutrisno Hadi, dalam Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa, observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis
dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan. Dari segi proses pelaksanaannya, observasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
observasi berperan serta (participant observation) dan observasi non partisipan (non
participant observation).
Observasi (pengamatan) adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan
pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti
telinga, penciuman, mulut dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan
seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata
serta dibantu dengan pancaindra lainnya (Bungin, 2005).
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian, data-data penelitian tersebut dapat diamati oleh
peneliti. Dalam berarti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti
melalui penggunaan pancaindra (Bungin, 2005).
Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data
penelitian apabila memiliki kriteria sebagai berikut (Bungin, 2005):
1) Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara
sistematik
2) Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan
3) Pengamatan tersebut dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan
proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik
perhatian.
4) Pengamatan dapat di cek dan di kontrol mengenai validitas dan reliabilitasnya.
A.

Bentuk-Bentuk Observasi
1) Observasi Langsung
Pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang
diobservasikan, dalam arti bahwa pengamatan tidak menggunakan mediamedia transparan. Observasi langsung dibagi dalam beberapa bentuk, yaitu
(Bungin, 2005):
Observasi Berstruktur
Pada observasi berstruktur, peneliti telah mengetahui aspek atau
aktivitas apa yang akan diamati, yang relevan dengan masalah atau
tujuan penelitian karena pada pengamatan, peneliti telah terlebih
dahulu mempersiapkan materi pengamatan dan instrumen yang akan
digunakan. Observasi berstruktur, biasanya disebut dengan pengamatan
sistematik, dimana peneliti secara lebih leluasa dapat menentukan
perilaku apa yang akan diamati pada awal kegiatan pengamatan, agar
permasalahan dapat dipecahkan.

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

B.

Observasi Tidak Berstruktur


Observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi.
Pengamat harus mampu secara priadi mengembangkan daya
pengamatannya dalam mengamati suatu objek. Pengamat harus
menguasai ilmu tentang objek secara umum dari apa yang hendak
diamati. Dengan demikian akan membantu lebih banyak pekerjaannya
dalam mengamati objek yang baru.
Observasi Eksperimental
Penentuan gejala perbedaan antara dua kelompok yang berbeda dalam
menerima atau menolak suatu gejala yang lain. Untuk membuktikan
perbedaan-perbedaan itu, kadang kala peneliti tidak ingin terlibat dalam
dinamika dan kompleksitas gejala atau situasi yang ia selidiki. Walaupun
demikian peneliti merasa perlu untuk mengendalikan unsur-unsur
penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga gejala tersebut dapat
diukur sesuai dengan tujuan penelitian, serta dikendalikan untuk
menghindari dan mengurangi bahaya timbulnya faktor-faktor yang tidak
diharapkan memengaruhi situasi itu.
Observasi Partisipasi
Pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan
dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam
sirkulasi kehidupan objek pengamatan. Pengamat betul-betul meyelami
kehidupan objek pengamatan dan bahkan tidak jarang pengamat
kemudian mengambil bagian dalam kehidupan budaya mereka.
Observasi Kelompok
Observasi ini dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau
beberapa objek sekaligus.

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan Observasi


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengamatan, yaitu
(Bungin, 2005):
1) Hal-hal apa yang hendak diamati
Pengamat harus mengamati kembali kepada masalah dan tujuan penelitian
yang telah dirumuskan.
2) Bagaimana mencatat pengamatan
Setiap yang dilihat hendaknya dicatat karena sekedar mengamati dapat
mengakibatkan pengamat lupa terhadap apa yang telah diamatinya. Hal ini
disebabkan kemampuan pengamatan seseorang lebih lemah dari yang
seharusnya diingat, serta kemampuan ini pun berbeda satu dari yang
lainnya. Ada beberapa kesulitan dalam mencatat hasil pengamatan, yaitu:
Apabila peristiwa yang hendak diamati berlangsung amat cepat.
Pencatatan biasanya mengganggu konsentrasi pengamat karena harus
membagi perhatian
Objek pengamatan menunjukkan sikap mengubah diri, bahkan
keberatan apabila tahu dirinya sedang diamati dan dicatat.

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

10

3)

4)

Alat bantu pengamatan


Untuk meningkatkan validitas hasil pengamatan, diperlukan beberapa alat
bantu antara lain: kamera, tape rekorder, maupun pembantu atau
penerjemah.penggunaan alat bantu harus diseleksi sedemikian rupa baik
kualitas maupun teknis penggunaannya sehingga secara teknis mekanik alatalat tersebut tidak merugikan pengamat.
Bagaimana mengatur jarak antara pengamat dan objek yang diamati
Menjaga sedemikian rupa kondisi dalam masyarakat tetap berlangsung
wajar, serta dibina hubungan harmonis dan saling kerjasama antara
pengamat dan objek pengamatan, maka yang harus dilakukan adalah dengan
menghubungi key person (tokoh masyarakat). Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya kecurigaan anggota masyarakat atau objek
pengamatan. Pada keadaan tertentu, masyarakat sulit diberikan alasan
tentang keberadaan pengamat, maka cara penyamaran dapat dilakukan
sebagai alternatif.

Beberapa kesulitan umum dalam metode observasi, terutama yang terjadi pada
pengamat dan objek pengamatan, antara lain (Bungin, 2005):
1) Amat sering pengamat tertangkap dalam subjektivitasnya tanpa disadari ataupun
mengetahui jalan keluarnya.
2) Kadang pula pengamat terbawa situasi yang diamati sehingga melupakan
fungsinya yang utama.
3) Timbulnya gejala yang diobservasi sering menyulitkan pengamat, terutama kalau
gejala itu sulit dipastikan kapan munculnya.
4) Sering bahwa pelaksanaan observasi menjadi terganggu, akibat dari munculnya
peristiwa lain yang tak terduga.
5) Pelaksanaan observasi amat terbatas oleh berlangsungnya gejala tersebut, dan ini
sangat menyulitkan karena ada beberapa gejala yang berlangsungnya amat cepat
atau sekejap mata, tetapi ada gejala lain yang berlangsungnya sangat lama.
6) Kadang kala tanpa disadari bahwa pengamat mencampuradukkan antara data
observasi dengan pendapat pribadi atau persepsi pribadi pengamat.
1.3.4 Dokumentasi
Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan
dalam metodologi penelitian sosial. Metode dokumenter adalah metode yang
digunakan untuk menelusuri data historis (Bungin, 2005).
Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian,
kenang-kenangan, laporan, dan sebagainya (Bungin, 2005).
Dokumenter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan
dokumenter. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu
(Bungin, 2005):
1) Autobiografi
2) Surat-surat pribadi, buku-buku atau catatan harian, memorial.
3) Kliping

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

11

4)
5)
6)
2.

Dokumen pemerintah maupun swasta


Cerita roman dan cerita rakyat
Film, mikrofilm, foto, dan sebagainya.

POPULASI
Populasi merupakan subyek penelitian. Menurut Sugiyono (2010) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga
bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Menurut Hartono (2011), populasi dengan karakteristik tertentu ada yang jumlahnya terhingga
dan ada yang tidak terhingga. Penelitian hanya dapat dilakukan pada populasi yang jumlahnya
terhingga saja.
Dalam metode penelitian, kata populasi amat populer, digunakan untuk menyebutkan
serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian
merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objekobjek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2005).
Populasi dilihat dari penentuan sumber data, maka populasi dapat dibedakan menjadi (Bungin,
2005):
Populasi Terbatas
Populasi yang memiliki sumber data yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif.
Contoh: jumlah murid SLTA di Surabaya pada tahun 2004 sebanyak 150.000 siswa, terdiri
dari 78.000 murid putra dan 72.000 murid putri.
Populasi Tak Terhingga
Populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara
kuantitatif. Oleh karenanya, luas populasi bersifat tak terhingga dan hanya dapat dijelaskan
secara kualitatif.
Contoh: jumlah gelandangan di Indonesia. Ini berarti harus dihitung jumlah gelandangan di
Indonesia dari tahun ke tahun, dan tiap kota. Tidak saja perhitungan terhadap jumlah
gelandangan yang ada sekarang, tetapi juga dilakukan penafsiran jumlah gelandangan di
waktu yang akan datang.
Dilihat dari kompleksitas objek populasi, maka polpulasi dapat dibedakan menjadi (Bungin,
2005):
Populasi Homogen
Keseluruhan individu yang menjadi anggota populasi, memiliki sifat-sifat yang relatif sama
satu sama lainnya. Ciri yang menonjol dari populasi homogen, tidak ada perbedaan hasil
tes dari jumlah tes populasi yang berbeda.
Contoh: tukang emas, apabila hendak mencoba kadar emas sebuah cincin, cukup hanya
dengan mengetes beberapa bekas gosokan cincin tersebut, karena sifat emas adalah
homogen.

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

12

Populasi Heterogen
Keseluruhan individu anggota populasi relatif memiliki sifat-sifat individual, dimana sifat
tersebut membedakan individu anggota populasi yang satu dengan yang lainnya. Dengan
kata lain, individu anggota populasi memiliki sifat yang bervariasi sehingga memerlukan
penjelasan terhadap sifat-sifat tersebut baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Populasi juga dapat dibedakan antara populasi sampling dan populasi sasaran. Misalnya:
apabila kita mengambil rumah tangga sebagai sampel, sedangkan yang diteliti hanyalah rumah
tangga yang bekerja sebagai nelayan, maka keseluruhan rumah tangga dalam wilayah penelitian
disebut populasi sampling, sedangkan seluruh nelayan dalam wilayah penelitian disebut
populasi sasaran (Bungin, 2005).
Ada beberapa sifat populasi, yang kalau tidak terjadi tumpang tindih satu dengan yang lainnya,
maka terlihat sifat-sifat berikut (Bungin, 2005):
Populasi Berstrata
Sifat populasi ini terdiri dari unit-unit yang sifatnya berstrata (berlapis). Unit populasi
adalah golongan-golongan, kelompok-kelompok, dan sebagainya yang memiliki sifat
bertingkat atau berlapis yang jelas. Sifat strata dari suatu populasi selalu mengelompokkan
unit-unit populasi dalam tingkatan atau lapisan yang paling tidak dua lapisan yaitu lapisan
bawah dan lapisan atas.
Contoh: suatu penelitian yang berpopulasi pedagang di kota Surabaya, pedagang-pedagang
tersebut dapat dibagi menjadi: pedagang kecil, pedagang, menengah, dan pedagang besar.

Gambar 2 Populasi Berstrata

Populasi Area
Sifat populasi area adalah amat mudah ditentukan, asalkan penelitian mengetahui batasbatas area tersebut.
Contoh: penelitian yang menggunakan pembatasan suatu area dilihat dari pembatasan
sistem pemerintahan, maka unit populasi adalah dukuh, desa, kecamatan, kabupaten, dan
seterusnya.

Gambar 3 Populasi Area

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

13

Populasi Cluster
Populasi ini menunjukkan unit-unit yang berumpun atau berkelompok, tanpa ada pada
tingkatan masing-masing kelompok atau rumpun yang ada.
Contoh: populasi umat beragama adalah umat beragama kristen, katolik, hindu, budha,
dan islam.

Gambar 4 Populasi Cluster

3.

Populasi dengan Beraneka Sifat


Kesulitan awal yang dihadapi pada populasi ini adalah pada saat mengadakan pemantauan
terhadap keanekaragaman populasi. Sekilas, populasi terlihat berstrata, karena memang
unit-unit populasi berstrata. Akan tetapi jika diamati lebih jauh lagi sebenarnya tidak
berstrata saja, melainkan merupakan rumpun-rumpun tertentu, bahkan dapat dilihat lebih
jelas bahwa unit-unit populasi memiliki wilayah-wilayah tertentu.

PENETAPAN SAMPEL
Menurut Sugiyono (2010) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Apabila peneliti melakukan penelitian terhadap populasi yang besar,
sementara peneliti ingin meneliti tentang populasi tersebut dan peneliti memeiliki keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel, sehingga
generalisasi kepada populasi yang diteliti. Maknanya sampel yang diambil dapat mewakili atau
representatif bagi populasi tersebut. Keuntungan melakukan penelitian sampel adalah:
Peneliti tidak repot harus meneliti populasi, cukup hanya meneliti sampelnya saja.
Populasi yang terlalu besar memungkinkan ada subyek yang bisa tercecer atau luput dari
peneliti pada saat diambil datanya.
Lebih efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga.
Menghindari hal-hal yang destruktif
Penelitian tidak bisa dilakukan dengan mengguakan populasi sebagai sumber data.
Sampel total yaitu keseluruhan populasi merangkap sebagai sampel penelitian. Sedangkan
sampel adalah wakil semua unit strata dan sebagainya yang ada dalam populasi. Sampel yang
dapat menjamin ketepatan kesimpulan adalah sampel yang benar-benar representatif (Bungin,
2005).

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

14

Sampel

Populasi

Gambar 5 Sampel Representatif


Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sampel dalam suatu
penelitian, yaitu (Bungin, 2005):
Derajat Keseragaman (degree of homogenity) populasi. Populasi homogen cenderung
memudahkan penarikan sampel, sampai pada menentukan besar kecil sampel yang
dibutuhkan. Semakin homogen populasi, maka semakin besar kemungkinan penggunaan
sampel dalam jumlah kecil. Pada populasi heterogen, kecenderungan menggunakan
sampel besar kemungkinan sulit dihindari, karena sampel harus dipenuhi oleh wakil-wakil
unit populasi. Oleh karena itu, semakin kompleks atau semakin tinggi derajat
keberagaman, maka semakin besar pula sampel penelitian.
Derajat kemampuan peneliti mengenal sifat-sifat khusus populasi. Selain mengenal derajat
keberagaman populasi, peneliti juga harus mampu mengenal ciri-ciri khusus populasi yang
sedang atau akan diteliti.
Presisi (kesaksamaan) yang dikehendaki penelitian. Faktor ini biasanya merupakan
kebutuhan yang muncul pada penelitian survei atau penelitian kuantittatif lainnya.
Populasi penelitian amat besar, sehingga derajat kemampuan peneliti dalam mengenal
sifat-sifat populasi amat rendah. Untuk menghindari kebiasaan sampel, maka dilakukan
jalan pintas yaitu dengan memperbesar jumlah sampel. Oleh karenanya, apabila suatu
penelitian menghendaki derajat presisi yang tinggi, maka merupakan keharusan dari
penelitian itu menggunakan sampel dalam jumlah yang besar, karena derajat presisi
menentukan besar kecil sampel. Presisi juga tergantung pada tenaga, biaya, dan waktu,
karena untuk mencapai derajat presisi yang tinggi, peneliti harus mengeluarkan banyak
tenaga, biaya maupun waktu untuk melayani sampel yang besar. Apabila tenaga, biaya,
dan waktu terbatas, maka tidaklah mungkin dapat mengambil sampel dalam jumlah besar
dan ini berarti presisi akan menurun.
Penggunaan teknik sampling yang tepat. Penggunaan teknik sampling juga harus betulbetul diperhatikan kalau mau mendapatkan sampel yang representatif. Salah penggunaan
teknik sampling, berarti salah pula dalam memperoleh sampel.
A.

Ukuran Sampel
Besarnya jumlah sampel yang harus diambil dari populasi dalam suatu kegiatan penelitian
sangat tergantung dari keadaan populasi itu sendiri, semakin homogen keadaan
populasinya maka jumlah sampel semakin sedikit, begitu juga sebaliknya. Adapun

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

15

penentuan jumlah sampel yang dikembangkan oleh Roscoe dalam Sugiyono (2010) adalah
sebagai berikut:
Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan
lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau
regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah
variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen),
maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50
Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 s/d 20.
Penetapan ukuran sampel dari populasi dapat juga menggunakan rumus Slovin, dimana
penetapan sampel mempertimbangkan batas ketelitian yang dapat mempengaruhi
kesalahan pengambilan sampel populasi.
Rumus perhitungan besaran sampel (Bungin, 2005):
=

Keterangan : n
N
d

( ) 2 + 1
: Jumlah sampel yang dicari
: Jumlah populasi
: Nilai presisi (ditentukan dalam contoh ini sebesar 90% atau = 0,1

Contoh perhitungannya sebagai berikut:

( , )

= 97,84

Dengan demikian maka dari jumlah populasi 4540 diperoleh ukuran sampel sebesar 97,84
atau 98 sampel penelitian. Persoalan kemudian adalah bagaimana memperoleh sebanyak
sampel itu dari populasi sebesar 4540 itu. Jawabannya adalah bagaimana kita menunjuk
(menarik) sampel yang representatif, karena itu maka akan dijelaskan pada metode
sampling.
B.

Beberapa Metode Sampling


Metode sampling adalah pembicaraan bagaimana berbagai teknik dalam penarikan atau
pengambilan sampel penelitian, bagaimana kita merancang tata cara pengambilan sampel
agar menjadi sampel yang representatif (Bungin, 2005).
Dalam penelitian sosial, paling tidak terdapat dua rancangan sampel penelitian yaitu
(Bungin, 2005):
1) Rancangan Sampel Probabilitas (Probability Sampling Design)
Merupakan penarikan sampel didasarkan atas pemikiran bahwa keseluruhan unit
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Dengan demikian
dalam rancangan ini tidak terdapat diskriminasi unit populasi yang satu dengan yang
lainnya. Karena semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, maka
untuk menjadi sampel, unit-unit populasi harus di random. Oleh karenanya, rancangan

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

16

ini disebut sampling acakan (random sampling).


Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini meliputi:
Simple random sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Proportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional.
Disproportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata
tetapi kurang proporsional.
Cluster sampling
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas.
2)

Rancangan Sampel NonProbabilitas (NonProbability Sampling Design)


Penarikan sampel tidak penuh dilakukan dengan menggunakan hukum probabilitas,
artinya bahwa tidak semua unit populasi memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel
penelitian (Bungin, 2005).
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi:
Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
Sampling incidental
Yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulan insidental bertemu dengan peenliti dapat digunakan sebagai
sampel.
Sampling purposive
Yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Sampling jenuh
Yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunkan sebagai
sampel.
Snowball sampling
Yaitu teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian
membesar.

Pengumpulan Data, Populasi, dan Penetapan Sampel

17

Anda mungkin juga menyukai