Moral Kerja
Jochan Hasdiabsar
ABSTRAK
apabila moral kerja karyawan tinggi, maka sikap sukarela dari karyawan untuk
bekerja melebihi kapasitas formal yang telah ditentukan akan meningkat dengan
sendirinya. Moral kerja ini dapat terbentuk dan ditunjang dari hubungan kedekatan
antara atasan dan bawahan (LMX), serta beban kerja yang baik dan sesuai.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh yang
signifikan dari leader-member exchange dan beban kerja terhadap moral kerja.
Pengumpulan data dilakukan pada perusahan swasta yang bergerak dibidang
entertainment. Data diambil dari 90 orang crew sinetron stripping (kejar tayang).
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan analisis regresi
berganda dengan bantuan program SPSS.
Hasil uji hipotesis dengan analisis regresi linear ganda menunjukkan bahwa :
(1) Terdapat pengaruh yang signifikan dari LMX terhadap moral kerja dengan nilai
kontribusi sebesar 56 %; (2) Terdapat pengaruh yang signifikan dari beban kerja
terhadap moral kerja dengan nilai kontribusi sebesar 16 %; dan (3) Terdapat
kontribusi yang signifikan dari LMX dan beban kerja terhadap moral kerja dengan
nilai kontribusi sebesar 57 %.
Kata Kunci : Semangat (moral) kerja, Leader-Member Exchange dan Beban Kerja
PENDAHULUAN
Beberapa tahun ini persaingan perusahaan-perusahaan industri perfilman
atau production house sedang meningkat. Munculnya berbagai macam film,
sinetron, serta realty show menandakan semakin ketatnya persaingan diantara
perusahaan - perusahaan tersebut. Dalam pembuatan/produksi sinetron, film,
reality show dan lain lain, tentunya tidak lepas dari peran kinerja orang
orang di belakang layar atau bisa di sebut juga para crew di lapangan yang
terlibat dalam pembuatan produksi film atau sinetron tersebut.
Pada pembuatan sinetron stripping (kejar tayang), para crew dituntut
untuk bekerja lebih berat dan mengharuskan mereka mengeluarkan tenaga ekstra
dalam pekerjaannya, jam kerja yang lebih (lebih dari 9 jam kerja), tuntutan
pekerjaan yang berat kadang kadang membuat para crew kehilangan semangat
kerjanya, dalam hal ini tentunya semangat kerja menjadi satu masalah penting
dalam meningkatkan kinerja para crew di lapangan.
Semangat (moral) kerja karyawan merupakan masalah yang penting
dalam setiap usaha kerjasama kelompok orang dalam mencapai tujuan tertentu
dari kelompok tersebut. Menurut Moekijat (1989), semangat (moril) kerja adalah
kemampuan sekelompok orang-orang untuk bekerja sama dengan giat dan
konsekuen dalam mengejar tujuan bersama.
Menurut Nitisemito (2002), salah satu cara untuk meningkatkan moral kerja
karyawan adalah menciptakan suasana kerja yang santai yang dapat mengurangi
beban kerja. Beban kerja yang berlebihan merupakan salah satu faktor yang dapat
menimbulkan stress serta dapat mempengaruhi produktivitas seseorang.
Menurut Groenewegen dan Hutten (1991), beban kerja adalah keseluruhan
waktu yang digunakan oleh pegawai dalam melakukan aktivitas atau kegiatan selama
jam kerja.
Selain beban kerja, Hubungan antara pemimpin dan bawahan tentunya
mempunyai pengaruh pada moral kerja, apabila pemimpin mempunyai hubungan
baik dengan bawahannya, diharapkan akan membuat karyawan tersebut lebih
bekerja keras, berkomitmen pada sasaran sasaran tugas serta lebih setia kepada
pemimpin tersebut. Menurut Zainun (1991) Hubungan yang harmonis antara
pimpinan dengan bawahan terutama antara pimpinan kerja sehari-hari langsung
berhubungan dan berhadapan dengan para bawahan merupakan salah satu faktor
penyebab munculnya moral kerja.
Selain itu pemimpin juga bisa menentukan apabila beban kerja/tugas dari
para karyawannya tersebut berlebihan atau tidak, karena apabila beban
kerja/tugas terasa berat oleh karyawannya, hal ini mungkin dapat menurunkan
semangat kerja karyawan. Roach (dalam Harris 1984) berpendapat bahwa tingkat
tekanan dan beban kerja yang berlebihan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi moral kerja seseorang. Oleh karena itu penelitian ini ingin menguji
sejauh mana pengaruh kepemimpinan dan beban kerja terhadap semangat kerja
TINJAUAN PUSTAKA
Moral Kerja
Keith Davis (1989) menyatakan bahwa bila berbicara mengenai moral kerja,
orang selalu mengartikan moral sebagai sikap perorangan dan kelompok terhadap
lingkungan kerjanya dan sikap untuk bekerja sebaik-baiknya dengan mengerahkan
kemampuan yang dimiliki secara sukarela. Dalam hal ini lebih menekankan pada
dorongan untuk bekerja dengan sebaikbaiknya daripada sekedar kesenangan saja.
Sedangkan Drafke & Kossen (1998) mengatakan bahwa moral kerja mengacu
pada sikap-sikap karyawan baik terhadap organisasi-organisasi yang mempekerjakan
mereka, maupun terhadap faktor-faktor pekerjaan yang khas, seperti supervisi,
sesama karyawan, dan rangsangan-rangsangan keuangan. Ini dapat dianggap berasal
baik dari individu maupun kelompok yang merupakan bagian dimana karyawan
berada.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa moral kerja berarti
sikap individu dan kelompok terhadap seluruh lingkungan kerja dan terhadap kerja
sama dengan orang lain untuk mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan
kepentingan organisasi.
Benge (dalam Sartika 2007) mengemukakan terdapat tiga aspek moral kerja,
yaitu:
a. Aspek Sikap Terhadap Pekerjaan
Merupakan sikap pekerja secara umum terhadap aspek-aspek yang meliputi jenis
pekerjaan, kemampuan untuk melakukan pekerjaan, suasana lingkungan kerja,
hubungan dengan rekan sekerja, serta sikap terhadap imbalan yang diterima.
b. Aspek Sikap Terhadap Atasan
Sikap terhadap atasan dapat dipengaruhi oleh bagaimana perlakuan atasan
terhadap karyawan, cara menangani keluhan pekerja, cara penyampaian
informasi, perancangan tugas, tindakan, pendisiplinan pekerja, dan bagaimana
pandangan pekerja terhadap kemampuan atasannya dalam melaksanakan tugas.
c. Aspek Sikap Terhadap Perusahaan
Sikap terhadap perusahaan atau organisasi dipengaruhi oleh kebijakan yang
berlaku, pemenuhan kebutuhan pekerja, perbandingan dengan perusahaan lain,
citra perusahaan, semangat kelompok dengan pihak atasan.
Beban Kerja
Menurut Groenewegen dan Hutten (1991), Beban kerja adalah keseluruhan
waktu yang digunakan oleh pegawai dalam melakukan aktivitas atau kegiatan selama
jam kerja.
Menurut DiDomenico (2003), beban kerja (workload) didefinisikan sebagai
pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh seseorang dengan memberikan kapasitas
mereka dalam mencapai tingkat performansi dari suatu pekerjaan dengan tuntutan
yang spesifik. Tuntutan dari suatu pekerjaan atau kombinasi pekerjaan di antaranya
adalah menjaga stabilitas sikap, melakukan aksi fisik, dan melakukan pekerjaan
cognitive (performing cognitive task).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa beban kerja dicirikan
sebagai sejumlah kegiatan, waktu, dan energi yang harus dikeluarkan seseorang baik
fisik ataupun mental dengan memberikan kapasitas mereka untuk memenuhi tuntutan
tugas yang diberikan.
Untuk mengukur beban kerja ada beberapa cara pengukuran, yaitu
pengukuran objektif dan subjektif. Pengukuran objektif beban kerja biasanya lebih di
kaitkan dengan aktifitas fisik, sedangkan untuk pengukuran subjektif lebih dikaitkan
pada aktifitas mental. Karena penelitian ini lebih mengukur beban kerja mental, oleh
karena itu peneliti mengunakan pengukuran beban kerja secara subjektif. Salah
satunya adalah NASA-TLX.
Hart & Staveland, 1988 (dalam Rubio,dkk 2004) mengemukakan 6 dimensi
yang digunakan dalam alat ukur:
- Mental Demand : Seberapa besar aktivitas mental dan perceptual yang
dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan mencari. Apakah pekerjaan tsb
mudah atau sulit, sederhana atau kompleks, longgar atau ketat.
- Physical Demand : Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan (mis.mendorong,
menarik, mengontrol putaran, dll).
- Temporal Demand : Jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang
dirasakan selama elemen pekerjaan berlangsung. Apakah pekerjaan perlahan
atau santai atau cepat dan melelahkan.
- Performance : Seberapa besar keberhasilan seseorang di dalam pekerjaannya
dan seberapa puas dengan hasil kerjanya.
- Effort : Seberapa keras kerja mental dan fisik yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan.
- Frustration Level : Seberapa besar tingkat keamanan, kenyamanan,
ketenangan yang dirasakan selama melaksanakan pekerjaan tersebut.
Hipotesis
Berdasarkan keterkaitan antar variabel tersebut di atas, maka dalam penelitian
ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari LMX terhadap moral kerja
2. Terdapat pengaruh signifikan dari beban kerja terhadap moral kerja.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan dari LMX dan beban kerja secara
bersama terhadap moral kerja.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sample Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui moral kerja crew pada setiap
sinetron stripping (kejar tayang), jadi populasi dalam penelitian ini adalah semua
crew yang pernah terlibat dalam pembuatan sinetron, khususnya sinetron stripping.
Sampel (subjek) penelitian, terdiri dari para crew yang menjadi bagian dalam
pembuatan sinetron stripping tersebut yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan
populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling.
Penelitian ini mengambil sampel dari 90 crew dari 3 judul sinetron stripping. Masingmasing sinetron terdapat 3 team dan setiap team terdiri dari sekitar 50 orang. Untuk
itu dalam hal ini penulis akan mengambil sampel masing-masing 10 orang dari tiap
team, sehingga total sampel adalah sebanyak 90 responden.
Moral Kerja
Moral kerja, adalah sikap individu terhadap seluruh lingkungan kerja dan
terhadap kerja sama dengan orang lain untuk mencapai hasil yang maksimal sesuai
dengan kepentingan organisasi..
Moral kerja dalam penelitian ini diukur dengan kuesioner yang
dikembangkan oleh penulis berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh
Benge (dalam Sartika 2007), aspek-aspek tersebut terdiri dari : sikap terhadap
pekerjaan, sikap terhadap atasan, serta sikap terhadap perusahaan.
Bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert yang
terdiri atas 19 item dengan menggunakan kategori respon tingkat kesesuaian, yang
mempunyai variasi jawaban sebagai berikut : Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak
Setuju (TS), Agak Tidak Setuju (ATS), Agak Setuju (AS), Setuju (S), Sangat Setuju
(SS).
Beban Kerja
Beban kerja dicirikan sebagai sejumlah kegiatan, waktu, dan energi yang
harus dikeluarkan seseorang baik fisik ataupun mental dengan memberikan kapasitas
mereka untuk memenuhi tuntutan tugas yang diberikan.
Beban kerja dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan alat ukur
NASA-TLX yang dikembangkan oleh Hart & Staveland, dan telah diadaptasikan oleh
Narhetali (2007). NASA-TLX mengukur beban kerja dalam 6 dimensi yaitu :Mental
Demand, Physical Demand, Temporal Demand, Performance, Effort, Frustration.
HASIL PENELITIAN
Uji Validitas dan Reliabilitas Skala
Skala moral kerja
Pada Skala Moral Kerja yang disusun dengan menggunakan skala Likert, dari
19 item yang digunakan dinyatakan 19 item tersebut valid. Item yang valid memiliki
nilai korelasi berkisar antara 0,270 sampai 0,727. Penggunaan batas bawah item valid
adalah berdasarkan tabel koefisien korelasi dari Pearson. Uji reliabilitas dilakukan
dengan tehnik Alpha Cronbach dan diperoleh angka koefisien reliabilitas sebesar
0,889. Pengujian validitas dan reliabilitas ini dilakukan dengan bantuan program
SPSS versi 17 for windows.
Skala LMX
Pada Skala LMX yang disusun dengan menggunakan skala Likert, dari 12
item yang digunakan dinyatakan 12 item tersebut valid. Item yang valid memiliki
nilai korelasi berkisar antara 0,513 sampai 0,742. Penggunaan batas bawah item valid
adalah berdasarkan tabel koefisien korelasi dari Pearson. Uji reliabilitas dilakukan
dengan tehnik Alpha Cronbach dan diperoleh angka koefisien reliabilitas sebesar 0,
914. Pengujian validitas dan reliabilitas ini dilakukan dengan bantuan program SPSS
versi 17 for windows.
Skala Beban Kerja
Pada Skala beban kerja yang disusun dengan menggunakan alat ukur NASATLX, dari 6 dimensi yang digunakan diperoleh 4 dimensi yang valid, sementara 2
dimensi lainnya dinyatakan gugur. Dimensi yang valid memiliki nilai korelasi
berkisar antara 0,297 sampai 0,394. Penggunaan batas bawah item valid adalah
berdasarkan tabel koefisien korelasi dari Pearson. Uji reliabilitas dilakukan dengan
tehnik Alpha Cronbach dan diperoleh angka koefisien reliabilitas sebesar 0, 500.
Pengujian validitas dan reliabilitas ini dilakukan dengan bantuan program SPSS versi
17 for windows.
Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya asumsi
dianalisis regresi yang digunakan untuk uji hipotesis. Asumsi yang diuji adalah
normalitas sebaran data dan linearitas hubungan antar variabel.
Uji Normalitas
Untuk uji normalitas digunakan alat bantu program SPSS versi 17 for
windows yaitu uji Kolmogorov Smirnov dan Shapiro Wilk untuk menguji normalitas
sebaran skor.
Berdasarkan pengujian normalitas pada variabel moral kerja diperoleh hasil
signifikansi sebesar 0,149 pada Kolmogorov Smirnov (p > 0.05) dan Shapiro Wilk
dengan signifikansi 0,249 (p>0.05). Pengujian menunjukan bahwa skor moral kerja
sampel berdistribusi normal.
Pada skala LMX diperoleh signifikansi sebesar 0,200 pada Kolmogorov
Smirnov (p 0.05) dan Shapiro Wilk dengan signifikansi sebesar 0,110 (p> 0.05).
Secara umum dikatakan bahwa skor LMX pada sampel berdistribusi normal.
Sedangkan pada skala beban kerja diperoleh signifikansi sebesar 0,116 pada
Kolmogorov Smirnov (p 0.05) dan Shapiro Wilk dengan signifikansi sebesar 0,256
(p> 0.05). Secara umum dikatakan bahwa skor beban kerja pada sampel berdistribusi
normal.
Uji Linearitas
Dari hasil pengujian linearitas diperoleh nilai F sebesar 111,746, 16,337 dan
57,368 dengan signifikansi sebesar 0.000 (p 0.05). Hasil pengujian ini menunjukkan
bahwa hubungan variabel-variabel diatas adalah linear.
Uji Hipotesis
Pengaruh Leader Member Exchange (LMX) terhadap Moral Kerja
Hasil analisa data LMX terhadap Moral Kerja dengan analisis regresi
diperoleh nilai F sebesar 111,746 dengan signifikansi sebesar 0.000 (p 0.05) dan
nilai kontribusi (R) = 0.559. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi :
Terdapat pengaruh yang signifikan dari kedekatan hubungan atasan dan bawahan
(LMX) terhadap moral kerja diterima dan LMX memberikan kontribusi sebesar 56%
terhadap moral kerja.
Pengaruh Beban Kerja terhadap Moral Kerja
Hasil analisa data pengaruh beban kerja terhadap moral kerja dengan analisis
regresi diperoleh nilai F sebesar 16,337 dengan signifikansi sebesar 0.000 (p 0.05)
dan nilai kontribusi (R) = 0.157. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis yang
berbunyi : Terdapat pengaruh yang signifikan dari beban kerja terhadap moral kerja
diterima dan beban kerja memberikan kontribusi sebesar 16% terhadap moral kerja.
Pengaruh Leader Member Exchange (LMX) dan Beban Kerja terhadap Moral Kerja
Hasil analisa data pengaruh LMX dan beban kerja terhadap moral kerja
dengan analisis regresi berganda diperoleh nilai F sebesar 57,368 dengan signifikansi
sebesar 0.000 (p 0.05) dan nilai kontribusi (R) = 0.569. Hasil ini menunjukkan
bahwa hipotesis yang berbunyi : Terdapat pengaruh yang signifikan dari LMX dan
beban kerja terhadap moral kerja diterima dan memberikan kontribusi sebesar 57%
terhadap moral kerja.
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa
terdapat kualitas hubungan atasan - bawahan (LMX) terhadap semangat (moral)
kerja, pengaruh beban kerja terhadap moral kerja serta pengaruh LMX dan beban
kerja secara bersama-sama terhadap moral kerja crew sinetron stripping. Berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa hipotesis tersebut diterima :
terdapat pengaruh yang signifikan dari LMX terhadap moral kerja, beban kerja
terhadap moral kerja serta LMX dan beban kerja yang secara bersama-sama
memberikan pengaruh terhadap moral kerja.
LMX memberikan pengaruh sebesar 56 % terhadap moral kerja seorang
karyawan (crew). Pengaruh yang diberikan LMX terhadap moral kerja, cenderung
tinggi, hal ini dapat diartikan bahwa hubungan kedekatan antara atasan dan bawahan
di lapangan dari setiap team sinetron stripping berbeda-beda dengan yang lainnya.
Tingkat moral kerja yang baik dapat ditentukan oleh berbagai macam faktor.
Dalam penelitian ini subjek penelitian yang berusia rata-rata 20-30 tahun memiliki
nilai mean yang paling tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena pada usia ini
subjek lebih energic, memiliki jiwa muda dan semangat yang lebih dan juga
kesadaran dalam membantu tercapainya tujuan organisasi.
Dalam penelitian ini, moral kerja bila dilihat dari tingkat pendidikannya,
subjek dengan pendidikan SMU/ sederajat memiliki nilai mean yang paling tinggi
dibandingkan dengan diploma maupun sarjana. Hal ini mungkin disebabkan oleh
karena subjek dengan pendidikan SMU/sederajat merasa kurang memiliki keahlian
ketimbang yang berpendidikan diploma atau sarjana sehingga kesadaran subjek untuk
belajar lebih giat dan membantu sesama rekan kerja cenderung lebih tinggi. Karena
subjek juga merasa membutuhkan bantuan orang lain, maka ia pun tidak segan-segan
untuk membantu orang lain.
Nilai mean moral kerja berdasarkan masa kerja 1 tahun menunjukkan nilai
yang paling tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena pada masa itu subjek masih
semangat dalam melakukan pekerjaannya untuk mendapatkan penilaian yang baik
dari atasan. Pada masa ini subjek memiliki kesadaran yang tinggi untuk
meningkatkan kinerjanya untuk dapat mengembangkan kariernya. Selain itu karena
masih terbilang cukup baru bergabung di perusahaan itu, sehingga subjek belum
menunjukkan kejenuhan di tempat kerja sehingga masih bersemangat dalam
melakukan pekerjaannya maupun dalam memberikan bantuan kepada orang lain.
Pada status pernikahan, nilai mean moral kerja subjek dengan status menikah
memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan dengan status lajang. Hal ini
mungkin dapat diartikan bahwa subjek yang telah menikah lebih memiliki empati dan
pengertian dalam membantu sesama rekan kerja karena telah memiliki pengalaman
dalam menjalani kehidupan bersama orang lain dalam sebuah rumah tangga sehingga
merasa bahwa untuk dapat mewujudkan tercapainya suatu tujuan yang diinginkan
maka harus saling bekerjasama. Pemahaman untuk saling membantu dan bekerjasama
inilah yang kemudian diterapkan dalam lingkungan kerja. Selain itu subjek yang telah
menikah memiliki pemikiran lebih matang ketimbang subjek yang belum menikah.
Dilihat dari jenis kelamin subjek, nilai mean moral kerja yang paling tinggi
adalah subjek dengan jenis kelamin pria. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh
karena subjek dengan dengan jenis kelamin pria merasa mempunyai tanggung jawab
yang lebih besar dari pada subjek dengan jenis kelamin wanita. sehingga kesadaran
untuk memberikan kontribusi kepada perusahaan pun semakin besar. Salah satunya
adalah dengan cara membantu rekan kerja yang pada akhirnya dapat membantu
meningkatkan keefektifan kinerja perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyani, Dewi. 2008. Membina semangat kerja untuk meningkatkan produktivitas
kerja karyawan. Bulletin studi ekonomi volume 13. Denpasar Universitas
Udayana.
Azwar, Saifuddin. 2002. Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.