Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Wanita dikaruniai rahim sebagai tempat berkembangnya janin pada waktu

hamil. Hamil merupakan periode dimana terjadi banyak perubahan baik fisik maupun
psikis pada seorang wanita. Beberapa tanda dan gejala mulai dari awal masa
kehamilan tidak selalu sama pada tiap individu.1
Mual dan muntah lazim terjadi pada ibu hamil trimester pertama kehamilan.
Kemampuan beradaptasi terhadap kondisi akibat perubahan yang terjadi mungkin
tidak menjadi masalah namun kegagalan beradaptasi justru dapat menjurus ke
masalah psikologis wanita tersebut. Sebuah penelitian melaporkan bahwa masalah
psikologis yang lazim dialami selama kehamilan salah satunya yaitu kecemasan yang
dapat juga mengakibatkan terjadinya masalah fisik maupun komplikasi kehamilan.2
Kesehatan mental menurut WHO merupakan salah satu yang berperan sebagai
global burden of disease dimana pada Tahun 2000 diperoleh data gangguan mental
sebesar 12%, Tahun 2001 meningkat menjadi 13% dan diprediksi pada Tahun 2020
menjadi 15%.3,4 Sebuah studi di masyarakat Amerika menggunakan metode
Epidemiological Cathment Area menunjukkan prevalensi gangguan kecemasan
secara umum sebesar 4,1 - 6,6%.5 Adapun di Indonesia berdasarkan laporan hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), yang menggunakan self-reporting questionnaire

(SRQ) untuk menilai kesehatan jiwa penduduk, prevalensi tekanan psikologis (cemas,
depresi, penurunan energi) pada penduduk Indonesia yaitu 11,6% berusia >15 tahun,
7,3% berjenis kelamin wanita, 7,71% berstatus sudah menikah dan 10,3%
mengeluhkan pencernaan terganggu serta 11% merasakan kecemasan6. Diantara
banyaknya gangguan percernaan yang dialami oleh wanita, mual dan muntah menjadi
gangguan yang lazim dirasakan oleh wanita hamil dan terjadi pada sekitar >80% (5090%) kehamilan namun terdapat sekitar 0,5-2% dari keluhan mual dan muntah
tersebut adalah bentuk yang berat atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
Hyperemesis gravidarum (HG) dimana tiap negara juga bervariasi angka
kejadiannya.7,8 Kayhan et. al.9 menyatakan dalam penelitiannya bahwa terdapat
hubungan antara kelainan mood dan kecemasan pada wanita hamil dengan
Hyperemesis gravidarum begitu pula prevalensi kelainan mood dan kecemasan pada
wanita hamil dengan Hyperemesis gravidarum berturut-turut sebesar 15,4% dan
36,5%. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Tan PC et. al.10 juga menyatakan
bahwa kecemasan termasuk faktor resiko dari Hyperemesis gravidarum dan terdapat
hubungan antara kecemasan ibu hamil dengan Hyperemesis gravidarum. Azmi N et.
al.11 dalam penelitiannya menemukan prevalensi kecemasan pada wanita dengan
Hyperemesis gravidarum sebesar 19% dan terdapat hubungan antara stress, depresi
dan kecemasan dengan Hyperemesis gravidarum.
Variasi angka kejadian Hyperemesis gravidarum di berbagai negara
ditunjukkan melalui data Tahun 2011 dalam Journal of Developmental Origins of
Health and Disease Cambridge University yang menyatakan bahwa perkiraan angka

kejadian mual muntah yang berat atau Hyperemesis gravidarum yaitu sebesar 0,3% di
Swedia, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan, 1,9% di Turki dan 10.8% pada wanita
hamil terdaftar di China.12 Sementara itu, Ghadah13 dalam penelitiannya menjelaskan
bahwa prevalensi Hyperemesis gravidarum di Mesir Tahun 2009-2010 sebesar 4,5%.
Hyperemesis gravidarum juga ditemukan di salah satu negara di benua Asia yaitu
Malaysia sebesar 3,9% (192 dari 4937 wanita hamil). Penelitian Einarson dan
Piwko14 mencatat terdapat variasi jumlah kasus HG di USA Tahun 2002 dan 2005
dimana pada Tahun 2002 terdapat sebesar 0,7% (337 kasus HG dari 46.179
kehamilan) dan pada Tahun 2005 tercatat sebesar 1,2% (820 kasus HG dari 68.514
kehamilan).
Angka kejadian Hyperemesis gravidarum juga bervariasi di beberapa rumah
sakit di Indonesia diantaranya Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dengan
jumlah kasus HG Tahun 2011 sebanyak 6,24% (158 dari 2531 kehamilan) dan pada
Tahun 2012 sebanyak 4,83% (157 dari 3248 kehamilan)15, adapun di Rumah Sakit
PMC Pekanbaru selama bulan Januari-Oktober 2008 tercatat sebanyak 55 kasus
HG16, selain itu 4,85% (105 kasus HG dari 2163 kasus obsgin) tercatat di Rumah
Sakit Umum (RSU) Dr. Zainal Abidin Aceh dari Tahun 2007-201017, di wilayah
lainnya yaitu di RSU Dr. Soeroto Ngawi terdapat 72 pasien HG dari 660 pasien ibu
hamil selama Tahun 201018 begitu pula yang terjadi di Rumah Bersalin Raharja
Sukoharjo selama bulan Januari-Oktober 2012 terdapat 59 kasus Hyperemesis
gravidarum19. Selain dari keempat rumah sakit dan rumah bersalin tersebut diatas,
Hyperemesis gravidarum juga tercatat di RSUD Daya Makassar sebesar 11,5% (86

kasus HG dari 747 pasien ibu hamil)20 dan di RS Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti
Fatimah Makassar periode Juli-Desember 2011 yaitu sebanyak 37 dari 1780
kehamilan21.
Studi pendahuluan telah dilakukan di RST. Tk. II dr. J. A. Latumeten Ambon
dan RSKD Nania dimana hasilnya menunjukkan bahwa di RST. Tk. II dr. J. A.
Latumeten Ambon, jumlah kasus Hyperemesis gravidarum pada Tahun 2009 sebesar
69 kasus (19,06%), Tahun 2010 jumlahnya sebanyak 64 kasus (17,67%), pada Tahun
2011 meningkat sebesar 84 kasus (23,20%), di Tahun 2012 sebesar 70 kasus
(19,33%) dan di Tahun 2013 terdapat sebesar 75 kasus (20,71%), adapun hasil studi
pendahuluan di RSKD Nania menunjukkan bahwa selama Tahun 2012 terdata
sebanyak 96 kasus psikosomatik pada wanita dengan 5 kasus diantaranya disebabkan
oleh Hyperemesis gravidarum, sedangkan di Tahun 2013 jumlahnya meningkat
menjadi 115 kasus psikosomatik pada wanita dengan 13 kasus diantaranya
disebabkan oleh Hyperemesis gravidarum.
Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berat pada ibu hamil
trimester pertama dan pada sedikit kasus bahkan terjadi sampai hendak melahirkan
yang ditandai dengan gangguan ion-ion tubuh, ditemukannya badan keton dalam air
kencing, penurunan berat badan hingga 5% dari sebelum hamil. Rasa mual dan
muntah cenderung lebih parah terjadi pada kehamilan pertama, secara emosi ibu yang
baru pertama kali hamil cenderung lebih peka terhadap kecemasan dan ketakutan
yang akhirnya mengganggu lambung.22 Kecemasan menjadi faktor psikologis yang
dilaporkan berperan pada kehamilan dan pada beberapa penelitian dianggap

berhubungan dengan Hyperemesis gravidarum. Oleh sebab itu, berdasarkan temuan


tentang adanya variasi jumlah kejadian Hyperemesis gravidarum (HG) di setiap
negara, dan hipotesis yang mengaitkan faktor psikologis salah satunya kecemasan
dengan kejadian HG, serta belum adanya penelitian di Provinsi Maluku khususnya
Kota Ambon tentang hubungan kecemasan dan HG, maka peneliti merasa perlu untuk
melakukan penelitian tentang hubungan kecemasan pada ibu hamil trimester pertama
dengan kejadian Hyperemesis gravidarum di RST. Tk. II dr. J. A. Latumeten Ambon
pada Tahun 2014.
1.2

Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara kecemasan ibu hamil trimester pertama dengan

kejadian Hyperemesis gravidarum di RST. Tk. II dr. J. A. Latumeten Ambon?


1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, maka tujuan penelitian ini antara

lain:
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui ada atau tidak hubungan antara kecemasan ibu hamil trimester
pertama dengan kejadian Hyperemesis gravidarum di RST. Tk. II dr. J. A. Latumeten
Ambon.

1.3.2

Tujuan Khusus

1)

Menganalisis kecemasan ibu hamil trimester pertama di RST. Tk. II dr. J. A.


Latumeten Ambon.

2)

Menganalisis kejadian Hyperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester


pertama di RST. Tk. II dr. J. A. Latumeten Ambon.

3)

Menganalisis hubungan antara kecemasan ibu hamil trimester pertama dengan


kejadian Hyperemesis gravidarum di RST. Tk. II dr. J. A. Latumeten Ambon.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan latar belakang diatas, maka manfaat penelitian ini antara lain:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, kepekaan serta wawasan tentang
kajian teoritis hubungan kecemasan ibu hamil trimester pertama dengan kejadian
Hyperemesis gravidarum dan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
1)

Bagi Institusi
Sebagai masukan dalam sistem pendidikan, terutama untuk materi perkuliahan
dan memberikan gambaran serta informasi bagi penelitian selanjutnya.

2)

Bagi Tenaga Kesehatan


Penelititan ini sebagai tambahan informasi bahwasanya kecemasan pada ibu
hamil trimester pertama harus juga diperhatikan sehingga dalam pelayanan
kepada pasien khususnya ketika melakukan pemeriksaan antenatal (PAN) agar
edukasi yang tepat dapat diberikan bagi pasien dan keluarganya.

3)

Bagi Masyarakat
Sebagai wawasan bagi masyarakat bahwa sebaiknya masalah-masalah yang
ditanggung oleh pasien dapat lebih terbuka diberitahukan kepada dokter yang
bersangkutan sehingga dokter dapat membantu memberikan solusi untuk
mengurangi kecemasan pasien akibat masalah tersebut, contohnya pasien
merasa sangat cemas karena sering bertengkar dengan mertua sehingga dokter
dapat membantu berbicara dengan suami pasien tersebut agar lebih bijaksana
dan memperhatikan kondisi pasien yang sedang hamil tersebut.

Anda mungkin juga menyukai