21FEB
GANGGUAN PAROKSISMAL KEJANG S.W. Herlinawati
Bahan bacaan:
Fenichel, GM Clinical Pediatric Neurology, a signs and symptoms approach
Buku Ajar Neurologi Anak UKK Neurologi IDAI
Konsensus Penanganan Kejang Demam UKK Neurologi IDAI
Gangguan Peroksismal: Disfungsi neurologis yang terjadi mendadak
Contoh: Kejang, Apnea dan Breath-Holding, migraine, distonia, stereotipi
Tanyakan: Apakah pernah terjadi sebelumnya? Adakah keluarga yang menderita
kelainan yang sama?
GANGGUAN PAROKSISMAL PADA NEONATUS
Paling sering : Kejang
Lainnya : Apnea, nocturnal myoclonus benigna
Diagnosis differensial kejang pada neonates banyak ditentukan oleh usia pada
saat onset kejang
Contoh Usia 24 jam: infeksi intrauterine, meningitis bacterial dan sepsis,
perdarahan subarachnoid, efek obat, hypoxic-ischemic encehalophaty
Contoh Usia 24-72 jam: meningitis bacterial dan sepsis , kontrusi dengan
perdarahan subdural gangguan elektrolit
GANGGUAN PAROKSISMAL PADA ANAK < 2TAHUN
Tersering: kejang terutama kejang demam
Tanyakan: Deskripsikan kejang? Bila pernah terjadi sebelumnya, maka
gambarkan kejang yang terjadi sebelumnya? Apa yang dikerjakan anak sebelum
kejang? Apakah disertai semam? Apakah terjadi perubahan warna (pada kulit)?
Bila ada terjadi perubahan warna kulit, kapan dan menjadi warna apa?
Bagaimana gerakan mata? Kearah mana? Apakah lebih menonjol pada 1 bagian
tubuh?
GANGGUAN PAROKSISMAL PADA ANAK-ANAK
Paling Sering: kejang
Lainnya: Sinkope, Migraine dan gangguan tidur
KEJANG
Keterangan: Biasanya terjadi pada umur 6 bulan sampai 5 tahun. Anak < 6bulan
dan > 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain
misalnya infeksi SSP, epilepsy yang kebetulan terjadi bersama demam. Anaka
yang pernah kejang tanpa demam kemudian kejang dengan demam tidak
termasuk dalam kejang demam.
Epidemiologi Kejang: Pada usia 17 23 Bulan, 2-4% populasi anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun, 80% kejang demam sederhana (KDS), 20% kejang demam
kompleks (KDK), 8% berlangsung lama (>15 menit), 16% berulang dalam waktu
24jam, lebih sering terjadi pada anak laki-laki, anak perempuan sering terjadi
kejang histeris. Bila KDS I terjadi pada usia < 12Bulan, resiko kejang 50%. Bila
KDS I terjadi pada usia > 12Bulan, resiko kejang 30%. Resiko terjadi epilepsy
pada anak dengan KD, 4x resiko populasi umum.
Klasifikasi: Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure) dan Kejang
Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure).
Kejang Demam Sederhana < 15menit, kejang tonik dan atau idonik, tanpa
gerakan fokal, umumnya berhenti sendiri, tidak berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang Demam Kompleks kejang demam dengan ciri (salah satu): Kejang
lama, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang
parsial, Berulang atau >1x dalam 24 jam.
Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan lab rutin tidak dianjurkan (dikerjakan
untuk mencari sumber infeksi atau factor penyebab). Pencitraan jarang
diperlukan (hanya atas indikasi. Pungsi lumbal dan pemeriksaan LCS dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis (Risiko meningitis 0,6-6,7%). Pada
bayi kecil gejala klinis meningitis tidak jelas sehingga pungsi lumbal sangat
dianjurkan pada bayi dibawah 12bulan dan dianjurkan pada bayi 12-18bulan
namun tidak rutin pada bayi diatas 18bulan. Elektroenseflografi (EEG) tidak
direkomendasikan, tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau
memperkirakan kemungkinan terjadinya epilepsy, dapat dilakukan pada kejang
demam kompleks, kejang demam usia > 6 tahun atau kejang demam local.
Faktor resiko berulangnya kejang demam: Riwayat kejang demam dalam
keluarga, usia kurang dari 15 bulan, temperature yang rendah saat kejang, dan
cepatnya kejang setelah demam. Terdapat seluruh factor maka kemungkinan
berulang 80% sedangkan hanya 10-15% apabila tidak terdapat satupun factor.
Faktor resiko terjadinya epilepsy: Kelainan neurologis / perkembangan sebelum
KD pertama, Kejang demam kompleks dan Riwayat epilepsy pada orang tua atau
saudara kandung. Masing-masing resiko meningkatkan kemungkinan epilepsy 46%. Kombinasi factor resiko meningkatkan kemungkinan sampai 10-49%.
Kemungkinan menjadi epilepsy tidak dapat dicegah dengan obat rumat.
Kemungkinan kecacatan, kelainan neurologis atau kematian karena
kejang demam tidak pernah dilaporkan
limfosit, kadar glukosa dan protein normal atau meningkat), CT-Scan / MRI
(menunjukkan edema atak dan pada ensefalitis herpes simpleks pada hari ketiga
tampak gambaran hipodens pada darah frontotemporal)
Penatalaksanaan: Tergantung etiologi (Herpes simpleks: asiklovir 10mg/kgBB/x iv
tiap 8jam), Suportif (Atasi kejang, atasi hiperpireksia, atasi gangguan cairan dan
elektrolit, atasi edema otak: manitol 0,5-1g/kgBB/x tiap 8jam dan
metilprednisolon 1-2 mg/kgBB/hari
Prognosis: Kematian 35-50%, 20-40% pasien yang hidup menderita sekuele
brupa paresis/ paralisis, gerakan koreoatetoid, gangguan penglihatan atau
kelainan neurologis lainnya.
MENINGITIS BAKTERIALIS
Definisi: infeksi/radang selaput otak karena bakteri.
Etiologi: usia 2bulan-5tahun (H. influenza, S.pneumonia, N.meningitis), usia>
5tahun (S.pneumonia, N.meningitis, H.influenzae).
Prevalensi: imunisasi.
Manifestasi klinis: Sering didahului saluran cerna, Demam, nyeri kepala,
meningismus, dengan/tanpa penurunan kesadaran atau iritabilitas, dapat
ditemukan kejang, UUB menonjol, deficit neurologis fokal, tanda rangsang
meningeal positif, tanda rangsang meningeal tidak ditemukan pada bayi < 1th.
Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan darah lengkap, glukosa dan elektrolit,
biakan darah dan uji resistensi mikroba, lumbal fungsi (sel 100-100.000/mmk, sel
PMN predominan, protein 200-500 mg/dl, glukosa < 40mg/dl krn glukosa diambil
oleh bekteri untuk metabolism, pewarnaan gram, identifikasi antigen dengan
lateks aglutinasi, Lp ditunda 2-3 hari pada kasus berat: koma, herniasi, deficit
neurologis persisten, status konvulsivus).
Penatalaksanaan: Diawali dg terapi empiric antibiotic kemudian disesuaikan
dengan hasil uji resistensi antibiotika. Terapi empiric antibiotic (1-3bln: ampisilin
200-400 mg/kgBB/hari tiap 6jam iv dan sefotaksim 200 mg/kgBB/hari tiap 6jam
iv atau seftriakson 100 mg/kgBB/hari tiap 12jam iv ; >3bln: sefotaksim 200
mg/kgBB/hari tiap 6jam iv, atau seftriakson 100 mg/kgBB/hari tiap 12jam iv atau
ampisilin 200 mg/kgBB/hari tiap 6jam dan kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari tiap 6
jam iv), Deksametakson (diberi 2jam sebelum pemberian antibiotic untuk
membuka sawar darah otak) 0,6 mg/kgBB/hari selama 2hari. Lama pengobatan
antibiotic 10-14hari. Tindakan bedah diperlukan bila ada komplikasi (empiema
subdural, abses, hidrosefalus). Monitor tanda vital, status neurologis dan lingkar
kepala (bila sutura masih terbuka).
MENINGITIS TUBERKULOSIS
Definisi: radang selaput otak yang disebabkan oleh Micobacterium tuberculosis
Jarang terjadi pada usia <3bulan, terbesar pada usia >5tahun.