Anda di halaman 1dari 10

BAB II

LANDASAN TEORI
I. Hubungan Interpersonal
Berdasarkan teori dari Coleman dan Hammen, Jalaludin Rakhmat (1996: 120-124)
menyebutkan ada empat buahh teori atau model hubungan interpersonal, yaitu: 1. Model
pertukaran sosial, 2. Model peranan, 3. Model permainan , 4. Model interaksional.
1. Model pertukaran sosial
Model ini memandang bahwa hubungan interpersonal menyerupai transaksi dagang.
Hubungan interpersonal (antar manusia) itu mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah
masing-masing merasa memperoleh keuntungan atau malah merugi. Jika merasa memperoleh
keuntungan maka hubungan interpersonal berjalan mulus, tetapi jika merasa rugi hubungan
itu akan terganggu, putus atau bahkan berubah menjadi permusuhan.
Jalaludin Rakhmat (1996: 121) menjelaskan ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai
positif yang diperoleh seseorang dari hubungan. Dalam perspektif sosial ini, seseorang
menajlin hubungan intepersonal dengan orang lain, maka akan selalu melakukan tentang hasil
atau laba dari sebuah hubungan.
2. Model Peranan
Jalaludin Rakhmat (1996: 122) mengatakan, apabila model pertukaran sosial
memandang interpersonal sebagai transaksi dagang, maka peranan melihatnya sebagai
panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memainkan peranan sesuai dengan skenario
yang dibuat oleh masyarakat. Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi skenario, maka
hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahkan skenario, maka ia akan dicemooh.
Asumsi peranan mengatakan bahwa hubungan interpersonal akan berjalan harmonis
mencapai kadar hubungan yang baik ditandai dengan ekspedisi peranan, tuntutan peranan dan
terhindar dari konflik peranan. Ekspedisi peranan atau peranan yang diharapkan, artinya
hubungan interpersonal berjalan baik apabila masing-masing individu dapat memainkan
peranan sebagaimana yang diharapkan.
Tuntutan peranan adalah keadaan yang memaksa individu memainkan peranan
tertentu yang sebenarnya tidak di harapkan. Dalam hubungan interpersonal, kadang-kadang
seseorang dipaksa untuk memainkan peranan tertentu, meskipun tidak diharapkan. Apabila
tuntutan peranan tersebut dapat dilaksanakan, hubungan interpersonal masih akan bisa tetap
dijaga dengan baik. Konflik peranan terjadi ketika individu tidak sanggup mempertemukan
berbagai tuntutan perana yang kontradikitif.

3. Model permainan
Menurut teori ini, klasifikasi manusia itu dibagi tiga, yaitu anak-anak, orang dewasa
dan orang tua. Suasan rumah tangga, dan hubungan antarmanusia dalam masyarakat juga
ditentukan oleh bagaimana kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan perilaku yang
semestinya ditunjukan oleh sifat yang sudah kodratnya.
4.Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem dengan beberapa
subsistem atau komponen yang saling bergantung dan bertindak bersama suatu kesatuan
untuk mencapai tujuan tertentu. Johnson, Kast & RosenZweig (1963: 81-82) menjelaskan ada
tiga kompomem sistem, yaitu input, proses (mengolah),output. Input merupakan komponen
penggerak, proses (mengolah) merupakan suatu sistem operasi, output menggambarkan hasilhasil kerja sistem.

INPUT:

Proses:

Harapan,
kepentingan dan
lain-lain

Interaksi
Interpersonal

OUTPUT:
Pengalaman,
kesenangan, dan
lain-lain

II. Komunikasi Interpersonal


Secara konsektual, komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu komunikasi
atara dua individu atau sedikit individu, yang mana saling berinteraksi, saling memberikan
umpan balik satu sama lain. Namun, memberikan definisi konsektual saja tidak cukup untuk
menggambarkan komunikasi interpersonal karena setiap interaksi antara satu individu dengan
individu lain berbeda-beda.
Menurut Arni Muhammad (2005) menyatakan komunikasi interpersonal adalah
proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau
biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya.
Mulyana (2000) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi
yang hanya dua orang, seperti suami-istri, dua sejawat, dua sahabat, guru-murid dan
sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian
informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi pesan baik
sebagai komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk mencapao saling pengertian,
mengenai masalah yang akan dibicarkan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan
perilaku.
Komponen-komponen Komunikasi Interpersonal
Dari pengertian komunikasi interpersonal yang telah diuraikan diatas, dapat
diindentifikasi beberapa komponen yang harus ada dalam komunikasi interpersonal. Menurut
Suranto A.W (20011) komponen komponen komunikasi interpersonal yaitu:
a) Sumber/komunikator
Merupakan hasil orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, yakni
keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat emosional
maupun informasuonal dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan
untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain. Dalam konteks komunikasi
interpersonal komunikator adalah individu yang
menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan
pesan.
2) Encoding
Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator
dalam menciptakan pesan melalui pemilihan simbolsimbol verbal dan non verbal,
yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan
karakteristik komunikan.
3) Pesan

Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal


maupun non verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan khusus
komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Dalam aktivitas komunikasi,
pesan merupakan unsur yang sangat penting. Pesan itulah disampaikan oleh
komunikator untuk diterima dan diinterpretasi oleh komunikan.
4) Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau yang
menghubungkan orang ke oranglain secara umum. Dalam konteks komunikasi
interpersonal, penggunaan saluran atau media semata-mata karena situasi dan kondisi
tidak memungkinkan dilakukan komunikasi secara tatap muka.
5) Penerima/ komunikan
Adalah seseorang yang menerima, memahami, dan menginterpretasi pesan. Dalam
proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat aktif, selain menerima pesan
melakukan pula proses interpretasi dan memberikan umpan balik. Berdasarkan umpan
balik dari komunikan inilah seorang komunikator akan dapat mengetahui keefektifan
komunikasi yang telah dilakukan, apakah makna pesan dapat dipahami secara
bersama oleh kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan.
6) Decoding
Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melaui indera, penerima
mendapatkan macammacam data dalam bentuk mentah, berupa kata-kata dan
simbol-simbol yang harus diubah kedalam pengalamanpengalaman yang mengandung
makna. Secara bertahap dimulai dari proses sensasi, yaitu proses di mana indera
menangkap stimuli.
7) Respon
Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai sebuah
tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif, netral, maupun negatif.
Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki komunikator. Netral berarti
respon itu tidak menerima ataupun menolak keinginan komunikator. Dikatakan
respon negatif apabila tanggapan yang diberikan bertentangan dengan yang
diinginkan oleh komunikator.
8) Gangguan (noise)
Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam, untuk itu harus didefinisikan dan
dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam komponen-komponen manapun dari sistem
komunikasi. Noise merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau
penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan psikis.

9) Konteks komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada tiga dimensi
yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada lingkungan konkrit dan

nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman dan jalanan. Konteks
waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya:
pagi, siang, sore, malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya yang
mempengaruhi suasana komuniasi seperti: adat istiadat, situasi rumah, norma
pergaulan, etika, tata krama dan sebagainya.
Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pertukaran makna antara orangorang yang saling berkomunikasi. Orang yang saling berkomunikasi tersebut adalah sumber
dan penerima. Sumber melakukan encoding untuk menciptakan dan memformulasikan
menggunakan saluran. Penerima melakukan decoding untuk memahami pesan, dan
selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak dapat dihindarkan bahwa proses
komunikasi senantiasa terkait dengan konteks tertentu, misalnya konteks waktu. Hambatan
dapat terjadi pada sumber, encoding, pesan, saluran, decoding, maupun pada diri penerima.

d. Tujuan Komunikasi Interpersonal


Arni Muhammad (2005:168) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai
beberapa tujuan, yaitu:
1) Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila
kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali
tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan
kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah
sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah
laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber
balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
2) Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri
kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. . Banyak informasi yang kita ketahui
datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang
kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau
didalami melalui interaksi interpersonal.

3) Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti

Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan
dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal
diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
4) Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan
pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya
mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku,
memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak
menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
5) Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari
kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pesan,
berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu
adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan
komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam
pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
6) Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal
dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi
membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan
seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang
sebaiknya diambil dan lain sebagainya.Dapat disimpulkan bahwa ketika melakukan
komunikas interpersonal, setiap individu dapat mempunyai tujuan yang berbedabeda, sesuai
dengan kebutuhan masing-masing.
III. Impression Management
Kesan pertama atau first impression yang baik merupakan hal yang penting bagi
setiap orang. Cara kita berbicara dan memilih pemakaian kata, cara kita bersikap,
kepercayaan diri kita serta perilaku kita merupakan sebagian besar faktor yang dapat
menciptakan kesan pertama.
Sebelumnya mari kita melihat pemaparan teori Proses Pembentukan Kesan oleh
Jalaludin Rakhmat dalam buku Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi)
1. Stereotyping
Ketika seseorang menghadapi sosok-sosok dengan beraneka ragam perilaku, maka
seseorang tersebut akan mengkategorikan mereka pada konsep-konsep tertentu; cerdas,
tampan, bodoh, cantik, berwibawa, dll. Dengan begitu seseorang ini lebih mudah
menyederhanakan persepsi yang lahir dari prilaku Orang lain yang menjadi objek
penilaiannya.

Menurut Jalaludin Rahmat, dalam psikologi kognitif pengalaman-pengalaman baru


akan dimasukkan kedalam laci kategori yang ada dalam memorinya, berdasarkan kesamaan
dengan pengalaman indra masa lalu. Sehingga dengan cepat seseorang tersebut dapat
meramalkan dan menyimpulkan stimulus yang baru baginya. Contoh kasus;
Joko, 18 tahun, berasal dari daerah, diterima di fakultas kedokteran di Jakarta. Orang
tuanya sangat bangga karena keinginan anak tunggalnya menjadi dokter segera tercapai.
Karena ada fasilitas asrama, orang tua menganjurkan Joko untuk tinggal diasrama agar bisa
konsentasi belajar. Semenjak kecil Joko sangat dimanja oleh orang tuanya, semua
kebutuhannya selalu dipenuhi oleh keluarganya. Saat diasrama Joko harus tinggal sekamar
dengan tiga orang lainnya yang berasal dari berbagai daerah. Dengan kondusi ini Joko merasa
tidak nyaman dan sering tidak tinggal diasrama, jarang kuliah, serta jarang mengerjakan
tugas. Sering menyalahkan teman, mengatur sesuai kemauannya dan jarang berbagi rasa.
Joko merasa bingung bagaimana cara bergaul dengan teman-temannya
Maka, kesan pertama terbentuk. Kesimpulan sementara kita terhadap Joko adalah
Joko seorang anak tunggal yang selalu dimanja dan pada saat dia diasrama, Joko bingung
cara bergaul dengan temannya dikarenakan Joko yang tidak nyaman, menyuruh temannya
semuanya. Tidak heran memang karena dirumah dia terbiasa semua keinginan dia ada tapi
diasrama dia tidak bisa berbuat seenaknya.
Stereotyping menjelaskan 2 hal. Pertama, pembentukan kesan pertama saya terhadap
Joko . kesan itulah yang akan menentukan pengkategorian dalam otak saya. Kedua, stimuli
yang saya senangi atau tidak senangi telah mendapat kategori tertentu yang positif ataupun
negatif dan ia akan memasukkan kategori tersebut pada memori kategori yang positif atau
negatif pula. Tempat semua sifat-sifat yang positif atau negatif. Setelah itu barulah saya
menyimpulkan Joko adalah anak yang cerdas dalam akademik karena dia berhasil lulus tes
menjadi mahasiswa FK tapi dia harus di dekati secara baik dengan komunikasi efektif dan
simpatik agar Joko mau merubah sikapnya menjadi yang lebih baik.
2. Implisit Personality Theory
Implisit Personality theory adalah sebuah konsepsi yang tak butuh diungkapkan.
Karena dalam prosesnya ia berlangsung secara alamiah, berdasarkan pengalamannya selama
ada dalam kehidupan.
3. Atribusi
Atribusi adalah proses menyimpulakan motif, maksud dan karakteristik orang lain
dengan melihat pada perilaku yang tampak. (Baron & Byrne, 1979:56)
Selanjutnya kita akan bertanya Ada apa dibalik itu semua?
Pemaparan tentang teori Proses Pembentukan Kesan Jalalludin Rakhmat diatas
setidaknya membuktikan bahwa Kesan pertama itu sangat berpengaruh terhadap
pembentukan Kesan dalam diri seseorang untuk orang lain.

Jadi hal ini sudah sangat cukup untuk membuktikan bagaimana pentingnya kesan
pertama itu sebagai sebuah senjata dalam melakukan komunikasi dengan orang lain. Gerak
tubuh dan kepekaan, Penampilan, Raut wajah, kontak mata, fokus pada masalah dan cara
penyampaian yang tepat situasi dan kondisi merupakan beberapa hal yang mesti diperhatikan
oleh seorang Public Relations.
IV. Konsep Diri
Elizabeth B. Hurlock (1978) mengatakan bahwa pola kepribadian merupakan suatu
penyatuan struktur yang multidimensi terdiri atas Konsep Diri (self-concept) sebagai inti
atau pusat gravitasi kepribadian dan Sifat-sifat (traits) sebagai struktur yang
mengintegrasikan kecenderungan pola-pola respon.
1. Konsep Diri (Self-concept)
Konsep Diri (Self-concept) ini dapat diartikan sebagai (a) persepsi, keyakinan,
perasaan, atau sikap seseorang tentang dirinya sendiri; (b) kualitas penyikapan individu
tentang dirinya sendiri; dan (c) suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya sendiri dan
pandangan orang lain tentang dirinya.
Konsep Diri (Self-concept) ini memiliki tiga komponen, yaitu:
1. perceptual atau physical self-concept: Citra seseotang tentang penampilan dirinya
(kemenarikan tubuh atau bodinya), seperti: kecantikan, keindahan, atau kemolekan
tubuhnya.
2. Conceptual atau psychological self-concept, konsep seseorang tentang kemampuan
(keunggulan) dan ketidakmampuan (kelemahan) dirinya, dan masa depannya, serta
meliputi kualitas penyesuaian hidupnya: honesty, self-confidence, independence, dan
courage.
3. Attitudinal: menyangkut perasaan seseorang tentang dirinya, sikapnya terhadap
keberadaan dirinya sekarang dan masa depannya, sikapnya terhadap keberhargaan,
kebanggaan, dan kepenghinaannya. Apabila seseorang sudah masuk masa dewasa,
komponen ketiga ini juga terkait dengan aspek-aspek: keyakinan, nilai-nilai, idealita,
aspirasi, dan komitmen terhadap way of life hidupnya.

Dilihat dari jenisnya, Konsep Diri (Self-concept) ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu:
The Basic Self-concept. Jane menyebutnya real-self, yaitu konsep seseorang
tentang dirinya sebagaimana adanya. Jenis ini meliputi : persepsi seseorang tentang

penampilan dirinya, kemampuan dan ketidakmampuannya, peranan dan status dalam


kehidupannya, dan nilai-nilai, keyakinan, serta aspirasinya.
The Transitory Self-concept. Ini artinya bahwa seseorang memiliki self-concept
yang pada suatu saat dia, memegangnya, tetapi pada saat lain dia melepaskannya. selfconcept ini mungkin menyenangkan tapi juga tidak menyenangkan. Kondisinya sangat
situasional, sangat dipengaruhi oleh suasana perasaan (emosi), atau pengalaman yang lalu.
The Social Self-concept. Jenis ini berkembang berdasarkan cara individu
mempercayai orang lain yang mempersepsi dirinya, baik melalui perkataan maupun tindakan.
Jenis ini sering juga dikatakan sebagai mirror image. Contoh: jika kepada seorang anak
dikatakan secara terus-menerus bahwa dirinya naughty (nakal), maka dia akan
mengembangkan konsep dirinya sebagai anak yang nakal.
Perkembangan konsep diri sosial seseorang dipengaruhi oleh jenis kelompok sosial
dimana dia hidup, baik keluarga, sekolah, teman sebaya, atau masyarakat. Jersild mengatakan
bahwa apabila seorang anak diterima, dicintai, dan dihargai oleh orang-orang yang berarti
baginya (yang pertama orang tuanya, kemudian guru, dan teman) maka anak akan dapat
mengembangkan sikap untuk menerima dan menghargai dirinya sendiri. Namun apabila
orang-orang yang berarti (signifant others) itu menghina, menyalahkan, dan menolaknya,
maka anak akan mengembangkan sikap-sikap yang tidak menyenangkan bagi dirinya sendiri.
The Ideal Self-concept. Konsep diri ideal merupakan persepsi seseorang tentang apa
yang diinginkan mengenai dirinya, atau keyakinan tentang apa yang seharusnya mengenai
dirinya. Konsep diri ideal ini terkait dengan citra fisik maupun psikhis. Pada masa anak
terdapat diskrepansi yang cukup renggang antara konsep diri ideal dengan konsep diri yang
lainnya. Namun diskrepansi itu dapat berkurang seiring dengan berkembangnya usia anak
(terutama apabila seseorang sudah masuk usia dewasa).
Perkembangan Konsep Diri (Self-concept) dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tertera
pada gambar berikut ini.
Kepribadian Individu - Elizabeth B. Hurlock2. Sifat-sifat (Traits)
Sifat-sifat (Traits) ini berfungsi untuk mengintegrasikan kebiasaan, sikap, dan
keterampilan kepada pola-pola berpikir, merasa, dan bertindak. Sementara konsep diri
berfungsi untuk mengintegrasikan kapasitas-kapasitas psikologis dan prakarsa-prakarsa
kegiatan.
Sifat-sifat (Traits) dapat diartikan sebagai aspek atau dimensi kepribadian yang terkait
dengan karakteristik respon atau reaksi seseorang yang relatif konsisten (ajeg) dalam rangka
menyesuaikan dirinya secara khas. Dapat diartikan juga sebagai kecenderungan yang
dipelajari untuk mereaksi rangsangan dari lingkungan.
Deskripsi dan definisi Sifat-sifat (Traits) di atas menggambarkan bahwa Sifat-sifat
(Traits) merupakan kecenderungan-kecenderungan yang dipelajari untuk (a) mengevaluasi
situasi dan (b) mereaksi situasi dengan cara-cara tertentu.

Setiap Sifat-sifat (Traits) mempunyai tiga karakteristik: (a) Uniqueness, kekhasan


dalam berperilaku, (b) likeableness, yaitu bahwa trait itu ada yang disenangi (liked) dan ada
yang tidak disenangi (disliked), sebab traits itu berkontribusi kepada keharmonisan atau
ketidakharmonisan, kepuasan atau ketidakpuasan orang yang mempunyai traits tersebut.
Traits yang disenangi seperti: jujur, murah hati, sabar, kasih sayang, peduli, dan bertanggung
jawab. Sedangkan yang tidak disenangi seperti: egois, tidak sopan, ceroboh, pendendam, dan
kejam/bengis. Sikap seseorang terhadap traits ini merupakan hasil belajar dari lingkungan
sosialnya; dan (c) consistency, artinya bahwa seseorang itu diharapkan dapat berperilaku atau
bertindak secara ajeg.
Sama halnya dengan Konsep Diri (Self-concept), Sifat-sifat (Traits) pun dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh faktor hereditas dan belajar. Faktor yang paling
mempengaruhi adalah (a) pola asuh orang tua, dan (b) imitasi anak terhadap orang yang
menjadi idolanya.
Beberapa trait dipelajari secara trial dan error, artinya belajar anak lebih bersifat
kebetulan, seperti perilaku agresif dalam mereaksi frustasi. Contohnya: anak menangis sambil
membanting pintu kamarnya, gara-gara tidak dibelikan mainan yang diinginkannya. Apabila
dengan perbuatan agresifnya itu, orang tua akhirnya membelikan mainan yang diinginkan
anak, maka anak cenderung akan mengulangi perbuatan tersebut.
Demikian terjadi pada orang dewasa bersikap kurang percaya kepada orang lain
sehingga menunjukkan perilaku suka protes seperti unjuk rasa sambil berperilaku brutal
terhadap ketidakpuasan manajerial perusahaan atau menuntut kenaikan gaji kepada
perusahaan. Para pengunjuk rasa melakukan aksi protes dengan cara brutal tersebut apabila
pada akhirnya dipenuhi oleh perusahaan maka cara-cara protes demikian akan diulang-ulang
untuk mengintimidasi para pengambil kebijakan.
Anak juga belajar (memahami) bahwa traits atau sifat-sifat dasar tertentu sangat
dihargai (dijunjung tinggi) oleh semua kelompok budaya secara universal, seperti: kejujuran,
respek terhadap hak-hak orang lain, disiplin, tanggung jawab, dan sikap apresiatif.

Anda mungkin juga menyukai