LANDASAN TEORI
I. Hubungan Interpersonal
Berdasarkan teori dari Coleman dan Hammen, Jalaludin Rakhmat (1996: 120-124)
menyebutkan ada empat buahh teori atau model hubungan interpersonal, yaitu: 1. Model
pertukaran sosial, 2. Model peranan, 3. Model permainan , 4. Model interaksional.
1. Model pertukaran sosial
Model ini memandang bahwa hubungan interpersonal menyerupai transaksi dagang.
Hubungan interpersonal (antar manusia) itu mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah
masing-masing merasa memperoleh keuntungan atau malah merugi. Jika merasa memperoleh
keuntungan maka hubungan interpersonal berjalan mulus, tetapi jika merasa rugi hubungan
itu akan terganggu, putus atau bahkan berubah menjadi permusuhan.
Jalaludin Rakhmat (1996: 121) menjelaskan ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai
positif yang diperoleh seseorang dari hubungan. Dalam perspektif sosial ini, seseorang
menajlin hubungan intepersonal dengan orang lain, maka akan selalu melakukan tentang hasil
atau laba dari sebuah hubungan.
2. Model Peranan
Jalaludin Rakhmat (1996: 122) mengatakan, apabila model pertukaran sosial
memandang interpersonal sebagai transaksi dagang, maka peranan melihatnya sebagai
panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memainkan peranan sesuai dengan skenario
yang dibuat oleh masyarakat. Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi skenario, maka
hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahkan skenario, maka ia akan dicemooh.
Asumsi peranan mengatakan bahwa hubungan interpersonal akan berjalan harmonis
mencapai kadar hubungan yang baik ditandai dengan ekspedisi peranan, tuntutan peranan dan
terhindar dari konflik peranan. Ekspedisi peranan atau peranan yang diharapkan, artinya
hubungan interpersonal berjalan baik apabila masing-masing individu dapat memainkan
peranan sebagaimana yang diharapkan.
Tuntutan peranan adalah keadaan yang memaksa individu memainkan peranan
tertentu yang sebenarnya tidak di harapkan. Dalam hubungan interpersonal, kadang-kadang
seseorang dipaksa untuk memainkan peranan tertentu, meskipun tidak diharapkan. Apabila
tuntutan peranan tersebut dapat dilaksanakan, hubungan interpersonal masih akan bisa tetap
dijaga dengan baik. Konflik peranan terjadi ketika individu tidak sanggup mempertemukan
berbagai tuntutan perana yang kontradikitif.
3. Model permainan
Menurut teori ini, klasifikasi manusia itu dibagi tiga, yaitu anak-anak, orang dewasa
dan orang tua. Suasan rumah tangga, dan hubungan antarmanusia dalam masyarakat juga
ditentukan oleh bagaimana kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan perilaku yang
semestinya ditunjukan oleh sifat yang sudah kodratnya.
4.Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem dengan beberapa
subsistem atau komponen yang saling bergantung dan bertindak bersama suatu kesatuan
untuk mencapai tujuan tertentu. Johnson, Kast & RosenZweig (1963: 81-82) menjelaskan ada
tiga kompomem sistem, yaitu input, proses (mengolah),output. Input merupakan komponen
penggerak, proses (mengolah) merupakan suatu sistem operasi, output menggambarkan hasilhasil kerja sistem.
INPUT:
Proses:
Harapan,
kepentingan dan
lain-lain
Interaksi
Interpersonal
OUTPUT:
Pengalaman,
kesenangan, dan
lain-lain
9) Konteks komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada tiga dimensi
yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada lingkungan konkrit dan
nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman dan jalanan. Konteks
waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya:
pagi, siang, sore, malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya yang
mempengaruhi suasana komuniasi seperti: adat istiadat, situasi rumah, norma
pergaulan, etika, tata krama dan sebagainya.
Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pertukaran makna antara orangorang yang saling berkomunikasi. Orang yang saling berkomunikasi tersebut adalah sumber
dan penerima. Sumber melakukan encoding untuk menciptakan dan memformulasikan
menggunakan saluran. Penerima melakukan decoding untuk memahami pesan, dan
selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak dapat dihindarkan bahwa proses
komunikasi senantiasa terkait dengan konteks tertentu, misalnya konteks waktu. Hambatan
dapat terjadi pada sumber, encoding, pesan, saluran, decoding, maupun pada diri penerima.
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan
dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal
diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
4) Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan
pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya
mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku,
memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak
menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
5) Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari
kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pesan,
berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu
adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan
komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam
pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.
6) Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal
dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi
membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan
seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang
sebaiknya diambil dan lain sebagainya.Dapat disimpulkan bahwa ketika melakukan
komunikas interpersonal, setiap individu dapat mempunyai tujuan yang berbedabeda, sesuai
dengan kebutuhan masing-masing.
III. Impression Management
Kesan pertama atau first impression yang baik merupakan hal yang penting bagi
setiap orang. Cara kita berbicara dan memilih pemakaian kata, cara kita bersikap,
kepercayaan diri kita serta perilaku kita merupakan sebagian besar faktor yang dapat
menciptakan kesan pertama.
Sebelumnya mari kita melihat pemaparan teori Proses Pembentukan Kesan oleh
Jalaludin Rakhmat dalam buku Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi)
1. Stereotyping
Ketika seseorang menghadapi sosok-sosok dengan beraneka ragam perilaku, maka
seseorang tersebut akan mengkategorikan mereka pada konsep-konsep tertentu; cerdas,
tampan, bodoh, cantik, berwibawa, dll. Dengan begitu seseorang ini lebih mudah
menyederhanakan persepsi yang lahir dari prilaku Orang lain yang menjadi objek
penilaiannya.
Jadi hal ini sudah sangat cukup untuk membuktikan bagaimana pentingnya kesan
pertama itu sebagai sebuah senjata dalam melakukan komunikasi dengan orang lain. Gerak
tubuh dan kepekaan, Penampilan, Raut wajah, kontak mata, fokus pada masalah dan cara
penyampaian yang tepat situasi dan kondisi merupakan beberapa hal yang mesti diperhatikan
oleh seorang Public Relations.
IV. Konsep Diri
Elizabeth B. Hurlock (1978) mengatakan bahwa pola kepribadian merupakan suatu
penyatuan struktur yang multidimensi terdiri atas Konsep Diri (self-concept) sebagai inti
atau pusat gravitasi kepribadian dan Sifat-sifat (traits) sebagai struktur yang
mengintegrasikan kecenderungan pola-pola respon.
1. Konsep Diri (Self-concept)
Konsep Diri (Self-concept) ini dapat diartikan sebagai (a) persepsi, keyakinan,
perasaan, atau sikap seseorang tentang dirinya sendiri; (b) kualitas penyikapan individu
tentang dirinya sendiri; dan (c) suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya sendiri dan
pandangan orang lain tentang dirinya.
Konsep Diri (Self-concept) ini memiliki tiga komponen, yaitu:
1. perceptual atau physical self-concept: Citra seseotang tentang penampilan dirinya
(kemenarikan tubuh atau bodinya), seperti: kecantikan, keindahan, atau kemolekan
tubuhnya.
2. Conceptual atau psychological self-concept, konsep seseorang tentang kemampuan
(keunggulan) dan ketidakmampuan (kelemahan) dirinya, dan masa depannya, serta
meliputi kualitas penyesuaian hidupnya: honesty, self-confidence, independence, dan
courage.
3. Attitudinal: menyangkut perasaan seseorang tentang dirinya, sikapnya terhadap
keberadaan dirinya sekarang dan masa depannya, sikapnya terhadap keberhargaan,
kebanggaan, dan kepenghinaannya. Apabila seseorang sudah masuk masa dewasa,
komponen ketiga ini juga terkait dengan aspek-aspek: keyakinan, nilai-nilai, idealita,
aspirasi, dan komitmen terhadap way of life hidupnya.
Dilihat dari jenisnya, Konsep Diri (Self-concept) ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu:
The Basic Self-concept. Jane menyebutnya real-self, yaitu konsep seseorang
tentang dirinya sebagaimana adanya. Jenis ini meliputi : persepsi seseorang tentang