Kasus 2
NamaPeserta
: dr. Alfiatur Rizki
NamaPendamping : dr. Eko Nugroho
NamaWahana
: RSUD Pasar Rebo
Topik
: Gangguan Somatisasi
Tanggal kasus
: 21 Mei 2015
Nama pasien
: Tn. AS / 32 tahun
Tanggal presentasi :
Tempat presentasi : Ruang diklat RSUD Pasar Rebo
Objektif presentasi
Keilmuan
Ketrampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Bayi
Anak
Remaja Dewasa
Lansia Bumil
Neonatus
Deskripsi
Tujuan
Bahan
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
Bahasan
Cara
Pustaka
Diskusi
Presentasi dan
Pos
membahas
Data Pasien
Diskusi
Nama: Tn. AS
NamaKlinik
Nomor
Telp
Registrasi
Terdaftar
Sejak
Pasien datang ke IGD RSPR dengan keluhan seluruh bagian perut terasa sakit, pasien
mengeluhkan sering sakit-sakitan sudah sejak 2 bulan yang lalu. Dan keluhan ini
belum menghilang sampai sekarang. Pasien juga merasakan sakit perut seperti
ditusuk-tusuk, perut terasa kembung, mual, dan muntah. BAB tidak lancar. Pasien
juga mengeluhkan sakit kepala, pegal-pegal pada badan, sakit pada bagian mata,
batuk, dan sakit tenggorokan. Pasien mengatakan keluhan tersebut sering muncul saat
sedang banyak masalah dan pada saat tanggal tua. Tetapi sehari-hari keluhan juga
timbul. Pasien mengatakan sering berobat apabila keluhannya datang. Keluhan ini
muncul saat pasien sedang mendapatkan tugas untuk memberikan laporan audit bank
1
dikantornya.
Pasien mengatakan bahwa sejak 2 bulan ini sangat banyak masalah dalam
kehidupannya. Pasien mempunyai tiga orang anak. saat ini pasien hidup mengontrak
di daerah tanjung barat. Pasien mengaku bahwa istrinya sering memarahinya karena
sering pulang malam. Pasien pernah memeriksakan sakitnya ini ke dokter bagian
penyakit dalam kemudian dilakukan pemeriksaan rontgen dan laboratorium dan
hasilnya masih normal. Pasien hanya diberikan obat dan di suruh rawat jalan. Tetapi
keluhan seperti ini muncul lagi.
Pasien meredakan keluhannya ini dengan istirahat, tiduran, memakai selimut, dan
meminum obat-obatan penghilang rasa nyeri namun keluhannya tidak menghilang.
Pasien menyangkal pernah mendengar suara-suara yang membisikinya dan orang lain
tidak mendengarnya. Pasien menyangkal pernah melihat adanya penampakan atau
bayangan yang hanya dilihat oleh pasien. Pasien juga tidak pernah merasakan
menghidu bau-bauan yang hanya dihidu oleh dirinya sedangkan lingkungan
Pasien sudah berobat ke klinik dan Rumah sakit. Menurut dokter, kondisi pasien baik
dan tidak terdapat penyakit yang serius. Pasien sudah dianjurkan untuk ke psikiater
oleh beberapa dokter. Namun pasien menolak karena pasien tidak mempunyai
gangguan jiwa.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
4. RiwayatKeluarga
:
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti ini
5. Riwayat Pekerjaan
:
Pasien bekerja di salah satu bank swasta bagian audit.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama istri dan ketiga anaknya disebuah kontrakan. Dalam hal ekonomi,
pasien termasuk ke dalam keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Istri pasien hanya
sebagai ibu rumah tangga. Pasien merupakan karyawan swasta di sebuah bank dengan
pendapatan diatas UMR per bulan, dan dipergunakan untuk membiayai kehidupannya sehariharinya. Pengobatan pasien menggunakan BPJS kelas I.
7. Diagnosis Holistik Multiaksial
2
Pasien mengkonsumsi makanan seperti pada umumnya. Istri pasien yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga memasak untuk pasien dan ketiga anaknya. Pola makan
pasien yang tiga kali dalam sehari diakui belum memenuhi kriteria gizi yang tidak
seimbang. Pasien sendiri menghindari makan sayuran karena ketidakgemarannya
sejak kecil, serta jarang mengkonsumsi buah karena alasan ekonomi keluarga.
Pasien mengaku jarang menjadwalkan waktu khusus untuk berolahraga.
Spiritual :
Pasien percaya bahwa penyakit yang dideritanya adalah cobaan dari Allah
SWT dan menerimanya dengan lapang dada apapun akibat yang akan terjadi
akibat penyakitnya.
7.3 Aspek Psikososial Keluarga (Faktor faktor eksternal yang mempengaruhi masalah
kesehatan pasien)
Dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari yang memasak makanan didalam keluarga
adalah istri pasien, dalam menyajikan makanan sehari-hari pasien tetap menghidangkan
makanan kesukaan keluarga pasien, dan tidak menggunakan prinsip gizi seimbang.
7.4 Aspek Fungsional
Berdasarkan skor Karnofsky pasien memilki skor 80% dimana pasien dimana
pasien menjalani aktifitas sehari-hari dengan normal disertai dengan beberapa
gejala dan keluhan yang berkaitan dengan penyakitnya.
Tabel 3.1 Tabel Skala Karnofsky (www.pallipedia.com)
DaftarPustaka
1.
Kaplan HI, Sadock Bj, sinopsis psikiatri jilid II, edisi ketujuh, binarupa aksara,
2.
3.
4.
http://www.idijakbar.com/prosiding/gangguan-somatoform.htm
Mangel MB. Dkk, Referensi Manual Kedokteran Keluarga, Editor edisi bahasa
5.
Hasil Pembelajaran :
1.
2.
3.
4.
5.
Pasien mengaku bahwa istrinya sering memarahinya karena sering pulang malam. Pasien pernah
memeriksakan sakitnya ini ke dokter bagian penyakit dalam kemudian dilakukan pemeriksaan
rontgen dan laboratorium dan hasilnya masih normal. Pasien hanya diberikan obat dan di suruh
rawat jalan. Tetapi keluhan seperti ini muncul lagi.
Pasien meredakan keluhannya ini dengan istirahat, tiduran, memakai selimut, dan meminum
obat-obatan penghilang rasa nyeri namun keluhannya tidak menghilang.
Pasien menyangkal pernah mendengar suara-suara yang membisikinya dan orang lain tidak
mendengarnya. Pasien menyangkal pernah melihat adanya penampakan atau bayangan yang
hanya dilihat oleh pasien. Pasien juga tidak pernah merasakan menghidu bau-bauan yang hanya
dihidu oleh dirinya sedangkan lingkungan sekitarnya tidak menghidu bau yang dikeluhkan
pasien.
Keadaan umum/kesadaran
Tanda-tanda vital
: 20x/menit
: 36.6oC
BMI : 22
Hidung
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Ekstremitas
: Hangat
+ , edema
+ +
Assesment
Pasien didiagnosis sebagai gangguan somatisasi ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan keluhan seluruh bagian perut terasa sakit, pasien
mengeluhkan sering sakit-sakitan sudah sejak 2 bulan yang lalu. Dan keluhan ini belum
menghilang sampai sekarang. Pasien juga merasakan sakit perut seperti ditusuk-tusuk, perut
terasa kembung, mual, dan muntah. BAB tidak lancar. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala,
6
pegal-pegal pada badan, sakit pada bagian mata, batuk, dan sakit tenggorokan. Pasien
mengatakan keluhan tersebut sering muncul saat sedang banyak masalah dan pada saat tanggal
tua. Tetapi sehari-hari keluhan juga timbul. Pasien mengatakan sering berobat apabila
keluhannya datang. Keluhan ini muncul saat pasien sedang mendapatkan tugas untuk
memberikan laporan audit bank dikantornya. Pasien mengatakan bahwa sejak 2 bulan ini sangat
banyak masalah dalam kehidupannya.
Tanda-tanda vital didapatkan
36.6oC.
Penatalaksanaan meliputi terapi farmakologis, dan edukasi kepada pasien dan
memberikan saran untuk konsultasi ke Spesialis Jiwa.
Plan
Diagnosis
: Gangguan Somatisasi
Pengobatan
Medikamentosa :
-
Pendidikan
Na Diclofenac (2x1)
Ranitidin (3x1)
Ondancentron (3x1)
Surat pengantar ke dokter Spesialis Penyakit Dalam
Surat pengantae ke dokter Spesialis Jiwa
Konsultasi
: Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pentingnya dukungan dan peran serta
keluarga dalam mengatasi stressor sosial yang dialami
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Gangguan somatisasi ditandai oleh banyaknya gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan
secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan
dibedakan dari gangguan somatoform lainnya karena banyaknya keluhan dan melibatkan sistem
organ yang multipel (sebagai contoh, gastrointestinal dan neurologis). Gangguan ini adalah
kronis (dengan gejala ditemukan selama beberapa tahun dan dimulai sebelum usia 30 tahun) dan
disertai dengan penderitaan psikologis yang bermakna, gangguan fungsi sosial dan pekerjaan,
dan perilaku mencari bantuan medis yang berlebihan.(1)
Gangguan ini merupakan pasien-pasien yang terutama menunjukkan keluhan somatis
yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan depresif, anxietas atau penyakit medis. Ada
dua gangguan yang termasuk dalam kelompok gangguan somatoform: pertama, yang gambaran
utamanya adalah kekhawatiran bahwa gejala yang ada merupakan bukti adanya penyakit
(hipokondriasis) atau deformitas (dismorfofobia), dan kedua, yang gambaran utamanya adalah
kekhawatiran tentang gejala somatik itu sendiri (antara lain gangguan somatisasi, disfungsi
autonomikk persisten, dan gangguan nyeri somatoform persisten).(2)
Gambaran somatisasi telah dikenal sejak zaman mesir kuno. Nama awal untuk gangguan
somatisasi adalah histeria, suatu kedaan yang secara tidak tepat diperkirakan hanya mengenai
wanita. Kata histeria didapatkan dari bahasa yunani untuk rahim, hystera.(1.2)
II. DEFINISI
Somatisasi adalah suatu proses seseorang mengalami dan mengungkapkan rasa
ketidaknyamanan emosional atau stres psikososial dengan menggunakan gejala-gejala fisik.(2.3)
III.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi seumur hidup menderita gangguan pada populasi umum diperkirakan adalah
0,1 sampai dengan 0,2 persen, walaupun beberapa kelompok penelitian percaya bahwa angka
8
sesungguhnya mungkin mendekati 0,5 persen. Wanita dengan gangguan somatisasi melebihi
jumlah laki-laki sebesar 5-20 kali, walaupun perkiraan tertinggi mungkin karena kecendrungan
awal yang tidak mendiagnosis gangguan somatisasi pada laki-laki.
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa gangguan somatisasi sering kali bersamasama dengan gangguan mental lainnya. Kira-kira dua pertiga dari semua pasien dengan
gangguan somatisasi memiliki gejala psikiatrik yang dapat di identifikasi.(1)
IV.
ETIOLOGI
Penyebab gangguan somatisasi belum diketahui dengan pasti tetapi Banyak teori telah
somatisasi, demikian pula faktor-faktor iantrogenik seperti pengujian yang tidak perlu,
efek samping obat, dan komplikasi pemeriksaan pemeriksaan invasif.(4)
V. GAMBARAN KLINIS
Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang-ulang
disertai dengan permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya
negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak ditemukan kelainan yang menjadi
dasar keluhannya.
Penderita juga menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara
keluhan fisiknya dengan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya, bahkan
meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas dan deprasi. (5)
VI.
DIAGNOSIS
1.
c.
gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. (3)
Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahkan tidak
ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.
Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan
dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.(5)
c.
Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti
pada gangguan buatan atau berpura-pura).
10
d.
Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau
sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.
e.
Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau
memerlukan pemeriksaan medis.
f.
Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi
semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan
dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.(3.5)
c.
keluhannya.(5)
Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.(3)
gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi.
Kemungkinan ada ataupun tidak faktor penyebab psikologis belum jelas, akan
tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dari keluhan-keluhanya.(5)
c.
fisik.
Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem
psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi
c.
VII. TERAPI
1. Farmakoterapi
Tidak ada percobaan klinis terapi obat yang adekuat untuk somatisasi primer. Obat-obat
yang yang efektif dalam situasi-situasi sebagai berikut :
a. Gejala-gejala spesifik yang sulit disembuhkan seperti nyeri kepala, mialgia, dan
bentuk-bentuk penyakit kronik lainnya dapat hilang dengan antidepresan trisiklik.
Demikian pula pasien-pasien cemas dengan terapi aprazolam, benzodiazepin, atau
beta-bloker. Walaupun pasien-pasien tersebut tidak memnuhi kriteria gangguan panik
atau kecemasan.
b. Obat-obat simtomatik murni (misal: analgetik, antasida)
2. Konsultasi psiatrik
Kita harus merujuk pasien pada suatu pelayanan hubungan konsultasi atau kepada
seorang dokter ahli jiwa.konsultasi mengakibatkan intervensi psikiatrik jangka pendek
selain strategi-strategi penatalaksanaan yang dianjurkan oleh dokter di perawatan primer.
12
Pasien dengan somatisasi kronik berat mungkin mendapatkan perbaikan dengan programprogram terapi rawat inap.(4)
3. Strategi penatalaksanaan
Terapi perilaku kognitif (CBT, cognitive behavior therapy) akan bermanfaat jika
diadaptasi untuk keluhan somatisasi utama. Pasien mugkin perlu dibantu untuk
mengenali dan mengatasi stresor sosial yang dialami.(2)
VIII. PROGNOSIS
1.
Sebagian besar pasien dengan gejala-gejala somatik fungsional sembuh tanpa intervensi
khusus. Faktor-faktor yang lebih prognostik antara lain awitan yang akut dan durasi
gejala yang singkat, usia muda, kelas sosioekonomi tinggi, tidak ada penyakit organik,
2.
3.
primernya.
Gejala-gejala konversi yang diskret mempunyai prognosis yang lebih baik. Gejala-gejala
ini meungkin dapat hilang secara spontan bila sudah tidak diperlukan lagi atau berespons
baik terhadap psikoterapi spesifik. (4)
IX.
KESIMPULAN
Gangguan psikosomatis merupakan gangguan yang melibatkan antara pikiran dan
tubuh. Hal ini berarti bahwa adanya faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi
medis.
Komponen emosional memainkan penanan penting pada gangguan psikosomatis.
Manifestasi penyakit fisik juga sering diturunkan dan kepnibadian seseorang.
Gangguan psikosomatis dapat rnelibatkan berbagai sistem organ di dalam tubuh
sehingga
memerlukan penanganan secara terintegrasi dari ahli medis dan ahli psikiatri.
Pengobatan gangguan psikosomatik dani sudut pandang psikiatrik adalah tugas yang
sulit.
Tujuan terapi haruslah mengerti motivasi dan mekanisme gangguan fungsi dan untuk
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock Bj, sinopsis psikiatri jilit II, edisi ketujuh, binarupa aksara, Jakarta:
1997, hal 84-90
2. Maramis FM, Albert AM, catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi kedua, Airlangga
University Press, Jakarta: hal 315-316
3. Perdamean Engelberta, Sinopsis Sehari kesehatan Jiwa dalam Rangka Menyambut hari
kesehatan
Jiwa
Sedunia,
Update
27
oktober
2007,
Availible
from
http://www.idijakbar.com/prosiding/gangguan-somatoform.htm
4. Mangel MB. Dkk, Referensi Manual Kedokteran Keluarga, Editor edisi bahasa
Indonesia, perpustakaan Nasional, jakarta:2001 hal 701-709
5. Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan jiwa, Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III,
jakarta: 2001, hal 84-86
14