Anda di halaman 1dari 3

JUMP 7

Mengapa keluhan disertai tenggorokan kering terutama pagi hari, kadang nyeri telan, dan
batuk?
Pada kasus di skenario, pasien mengeluh tenggorokan kering pada pagi hari dimana pasien baru
saja terbangun dari tidur. Selama tidur tubuh tidak mengkonsumsi cairan yang cukup, dimana hal
ini berkaitan dengan anjuran yang terkenal di masyarakat yakni untuk meminum air segera
setelah bangun tidur. Konsumsi cairan atau air yang kurang menyebabkan tenggorokan terasa
kering disertai dengan keringnya mukosa tenggorokan. Mukosa tenggorokan yang kering akan
membuat keadaaan menjadi lebih beresiko untuk terjadi infeksi dikarenakan kurangnya mucus
pelindung dinding tenggorokan. Mikroorganisme maupun benda asing yang menyebabkan
terjadinya infeksi tersebut akan membuat tubuh untuk melakukan refleks sebagai usaha
mengeluarkan benda asing tersebut berupa batuk. Infeksi pada permukaan mukosa tenggorokan
juga akan menyebabkan terjadi nyeri saat menelan.
Selain itu, kebiasaan merokok yang dimiliki pasien juga memiliki kemungkinan untuk
berpengaruh terhadap kondisi batuk pasien. Zat zat kimia pada rokok bersifat silia toksik yang
akan menghancurkan struktur dan fungsi dari silia dimana silia akan memproduksi mucus secara
berlebihan. Mukus tersebut akan membaut dinding tenggorokan memberikan refleks batuk untuk
mengeluarkannya. Silia yang rusak juga dapat menyebabkan terjadi ulserasi pada dinding
mukosa tenggorokan yang dapat menjadi penyebab adanya nyerti telan.
Sumber : Guyton

Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?


Pada pemeriksaan tenggorokan di temukan tonsil T1-T1 yang menandakan tonsila palatine dalam
ukuran normal dan masih berada pada fossa tonsilaris. Adanya granulasi pada dinding posterior
faring merupakan tanda adanya infeksi faring atau faringitis dimana granulasi terjadi akibat
pembesaran kelenjar getah bening di sekitar faring yang disebabkan oleh masuknya
mikroorganisme pathogen. Masuknya mikroorganisme ini akan menyebabkan terjadinya proses
inflamasi berupa terlepasnya mediator mediator inflamasi yang salah satu reaksinya berupa

pelebaran pembuluh darah. Pelebaran pembuluh darah di area infeksi akan menyebabkan
terjadinya hiperemis yakni tampak warna kemerah merahan pada permukaan mukosa yang
terinfeksi.
Dari pemeriksaan laringoskopi didapatkan adanya edema pada aritenoid epiglottis dan plica
vocalis sedangkan tidak terdapat adanya edema pada epiglottis dan plica aryepiglotica. Hal ini
berhubungan dengan penyebab keluhan pasien dan posisi anatomis masing masing struktur
yang disebut di atas. Plica vocalis berada pada larynx dimana, plica vocalis akan membentuk
suatu celah yang disebut rima glottis. Rima glottis terdiri dari dua bagian yakni bagian
intermembran di anterior dan bagian intercartilago di posterior. Arytenoid merupakan salah satu
cartilago yang membentuk bagian intercartilago rima glottis yang terdapat di posterior plica
vocalis. Epiglotis dan plica aryepiglotica berada di superior plica vocalis dimana, plica
aryepiglotica membentang dari lateral epiglottis menuju cartilage arytenoidea membentuk jalan
masuk larynx atau yang bisa disebut dengan adytus laryngis. Edema yang hanya terjadi pada
plica vocalis menandakan infeksi hanya terjadi pada plica vocalis dan tidak terjadi pada larynx
secara keseluruhan karena tidak didapatkan edema pada bagian bagian lain. Selain itu dugaan
infeksi dari pharynx yang menyebar dari superior ke inferior menuju plica vocalis juga
tereliminasi dikarenakan keadaan epiglottis dan plica aryepiglotica yang tidak edema. Hal ini
semakin memperkuat bahwa penyebab dari infeksi yang terjadi pada pasien dikarenakan vocal
abuse yang ditandai dengan iritasi yang spesifik hanya pada plica vocalis pasien. Mukosa yang
hiperemis menandakan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah yang disebabkan karena adanya
media inflamasi. Pada pemeriksaan hidung dan telinga tidak didapatkan adanya kelainan
menandakan sumber infeksi pada plica vocalis tidak berasal dari cavum nasi maupun auris media
yang paling berhubungan dekat dengan larynx (melalui tuba auditiva menuju cavum nasi, dan
berjalan ke inferior menuju larynx). Rhinitis dan otitis media yang merupakan salah satu faktor
resiko terjadinya laryngitis bisa dieliminasi dari penyebab terjadinya infeksi pada pasien. Tidak
adannya lymphadenopaty menandakan infeksi tidak disebabkan oleh bakteri karena agen infeksi
tidak motil menuju kelenjar getah bening sekitar.
Sumber :
Bickley. L.S., (2006). Buku Saku pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates. Ed. 5. Jakarta
: EGC.

Munir M. (2012). Tonsilitis. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Edisi ke-7. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Anda mungkin juga menyukai