wto
Tugas utamanya adalah mendorong
perdagangan bebas, dengan
mengurangi dan menghilangkan
hambatan-hambatan perdagangan
seprti tariff dan non tariff (misalnya
regulasi); menyediakan forum
perundingan perdagangan
internasional; penyelesaian sengketa
dagang dan memantau kebijakan
perdagangan di negara-negara
Perdagangan bebas
Berdasarkan UU No. 36 tahun 2000
yang dimaksud dengan kawasan
perdagangan bebas dan pelabuhan
bebas adalah kawasan yang ada
dalam wilayah hukum NKRI yang
terpisah dari daerah pabean
sehingga bebas dari pengenaan bea
masuk, pajak pertambahan nilai,
pajak penjualan atas barang mewah
dan cukai.
AC-FTA
Apa itu AC-FTA?
Kesepakatan pembentukan perdagangan bebas AC-FTA diawali oleh
kesepakatan para peserta ASEAN-China Summit di Brunei Darussalam
pada November 2001. Hal tersebut diikuti dengan penandatanganan
Naskah Kerangka Kerjasama Ekonomi (The Framework Agreement on A
Comprehensive Economic Cooperation) oleh para peserta ASEAN-China
Summit di Pnom Penh pada November 2002, dimana naskah ini menjadi
landasan bagi pembentukan ACFTA dalam 10 tahun dengan suatu
fleksibilitas diberikan kepada negara tertentu seperi Kamboja, Laos,
Myanmar dan Vietnam.
Pada bulan November 2004, peserta ASEAN-China Summit
menandatangani Naskah Perjanjian Perdagangan Barang (The Framework
Agreement on Trade in Goods) yang berlaku pada 1 Juli 2005.
Berdasarkan perjanjian ini negara ASEAN-5 (Indonesia, Thailand,
Singapura, Philipina, Malaysia) dan China sepakat untuk menghilangkan
90% tarif komoditas pada tahun 2010. Untuk negara ASEAN lainnya
pemberlakuan kesepakatan dapat ditunda hingga 2015
Mengapa China?
Seperti telah diketahui bahwa Cina merupakan negara
berkembang di Asia yang perkembangan ekonominya cukup
pesat dan mampu mempertahankan pertumbuhan yang tinggi
dibanding negara-negara lainnya, sehingga posisi Cina saat ini
cukup penting dalam perekonomian global. Disamping itu,
pasar Cina cukup besar dan potensial sehingga akan saling
menguntungkan apabila dapat dijalin kerjasama diberbagai
sektor ekonomi, karena disamping memiliki kemampuan
investasi yang tinggi, Cina juga membutuhkan bahan
baku/penolong dan barang modal untuk menggerakkan sektor
industrinya. Dalam pada itu sebagai salah satu pemain dalam
pasar global, Cina juga membutuhkan tempat untuk
merelokasi industri yang dinilai sudah tidak kompetitif lagi.
http://dessym1.blogspot.com/2013/0
3/evaluasi-persaingan-perdaganganbebas.html
etapi untuk SNI yang perlu diwaspadai adalah China telah membeli 6.779 SNI yang telah
ditetapkan oleh BSN, sehingga China dapat memproduksi semua produk Indonesia yang
telah memiliki SNI, jelas Ariawan. Survei Kemenperin menurut Ariawan menunjukkan
adanya indikasi persaingan tidak seimbang antara produk dalam negeri dan produk asal
China. Survei itu antara lain menemukan indikasi tindakan dumping pada 38 produk yang
diimpor dari China melalui skema ACFTA. Hasil survei tersebut juga dijadikan pedoman
untuk dapat ditindaklanjuti oleh pemerintah, ungkap Ariawan.
Solusi lainnya menurut Ariawan adalah optimalkan Agreed Minutes yang telah disepakati.
Agreed Minutes of the Meeting for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation
adalah kesepakatan kedua, Indonesia dengan China terhadap sejumlah langkah bersama
yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh sektor tertentu di
Indonesia yang terkena dampak ACFTA. Kemudian juga mengefektifkan fungsi Komite Anti
Dumping serta menangani setiap kasus dugaan praktek anti dumping dan pemberian
subsidi secara langsung oleh negara mitra dagang, lalu Mengefektifkan fungsi Komite
Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) termasuk Restrukturisasi dan Renegosiasi
skema perdagangan bebas ACFTA yang saat ini telah di upayakan KADIN dan YLKI, kata
Ariawan. Selain itu Ariawan menekankan pentingnya agar Indonesia dapat memanfaatkan
ACFTA bukan sebagai ancaman, tetapi peluang sebelum tahapan Highly Sensitive List di
tahun 2018. Walaupun terdapat dampak Injuries atas keikutsertaan Indonesia dalam ACFTA
yang sangat luar biasa, baik dimensi hukum maupun ekonomi.
Kegagalan Pemerintah
Sumber ketidakefisienan dan atau eksternalitas
tidak saja diakibatkan oleh kegagalan pasar tetapi
juga karena kegagalan pemerintah (government
failure). Kegagalan pemerintah banyak
diakibatkan tarikan kepentingan pemerintah
sendiri atau kelompok tertentu (interest groups)
yang tidak mendorong efisiensi. Kelompok
tertentu ini memanfaatkan pemerintah untuk
mencari keuntungan (rent seeking) melalui proses
politik, melalui kebijaksanaan dan sebagainya.