Anda di halaman 1dari 21

CASE REPORT

EPISODE DEPRESI SEDANG F32.1

Oleh :
Feri Eka Supratanda, S.Ked
Zelvi Ninaprilia, S.Ked
Pembimbing:
dr. Cahyaningsih Fibri R, Sp.KJ, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RS JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN
Tn. Tz, 63 tahun, Islam, Petani, pendidikan terakhir SD, sudah menikah, alamat Desa
Karang Jaya kec Merbau Mataram Lampung Selatan, datang ke poliklinik Rumah Sakit
Jiwa tanggal 6 April 2015.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


ANAMNESIS PSIKIATRI
Autoanamnesis : Ny. Tr
Anamnesis dilakukan di poli Rumah Sakit tanggal 6 April 2015.
A. Keluhan Utama
Susah tidur
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Autoanamnesis
Dari hasil wawancara, Os mengatakan 2,5 bulan terakhir os merasa sulit untuk tidur.
Awal mula keluhan susah tidur ini dimulai dari bulan Januari 2015, dimana Os merasa
kehilangan akibat meninggalnya istrinya 1,5 tahun yang lalu. Os mengatakan bahwa
sejak kehilangan istrinya os merasa kasepian, tidak ada tepat curhat dan berbagi
masalah sehingga os merasa sedih. Mulai dari itulah Os selalu memikirkannya setiap
malam, awalnya os masih bisa tertidur, tapi makin hari pasien semakin susah untuk
tertidur. Saat tertidur os mengatakan tiba-tiba terbangun lalu tak bisa tidur lagi sampai
keesokan harinya. Selama dua bulan ini sebelum tidur Os mengkonsumsi obat tidur
untuk membantu agar tertidur namun pada 3-4 jam setelah tidur Os terbangun dan
tidak dapat tidur kembali hingga malam hari, sedangkan pada pagi harinya pasien
tidak merasakan kantuk ataupun ingin tidur. Selain itu, Os juga merasa kurang
bersemangat untuk beraktivitas karena lemas, lelah dan letih seperti sebelumnya dan
os juga merasa kesal terhadap diri sendiri karena tidak bisa melakukan aktivitas
sendiri sehingga os sering mengeluh tentang kondisi Os. Os juga mengalami
penurunan nafsu makan sejak istrinya meninggal dan semakin lama semakin turun
dan kepercayaan diri berkurang yang ditunjukan dengan cara berpikir os dalam
menyikapi penyakitnya ini seperti os berpikir akan cepat menyusul istrinya. Os
menyengkal bahwa os kehilangan kosentrasi dan pelupa. Melalui alloanamnesis pada
anaknya bahwa os pernah mengalami masa dimana os terlihat banyak bicara dan
mudah tersinggung, namun tidak mengganggu aktivitas. Hal ini terjadi sekitar 2 bulan
2

setelah kematian istrinya dan berlangsung selama setang bulan kemudian os tampak
normal lagi, namun tidak ada keluhan semangat berkerja yang berlebihan hingga
mengganggu aktivitas di massa lampau.

C. Riwayat Gangguan Dahulu


1. Riwayat gangguan psikiatri
Tidak ada
2. Riwayat gangguan fisik
Riwayat trauma kepala disangkal, riwayat hipertensi disangkal, riwayat kencing
manis ada, sudah melakukan pengobatan selama 2 bulan ini, namun jenis obat
yang dikonsumsi tidak diketahui
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif / alkohol
Pasien merokok namun sekarang sudah berhenti, riwayat minum alkohol dan
mengkonsumsi zat psikoaktif lainnya disangkal. Riwayat minum jamu-jamuan
positif.
D. Riwayat tumbuh kembang
1.

Prenatal dan perinatal


Lahir spontan, ditolong dukun langsung menangis, ada riwayat biru, kuning dan

kejang tidak diketahui.


2. Masa kanak awal (0-3 tahun)
Sesuai Usia
3. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Sesuai Usia
4.Masa kanak akhir dan remaja
Pasien dapat bergaul dengan teman sebaya, os mengatakan cenderung menyimpan
masalahnya sendiri.
E. Masa-masa dewasa
1.

Riwayat pendidikan
Pasien lulusan SD, tidak pernah tinggal kelas selama pendidikan.
2. Riwayat pekerjaan
Pasien sehari-hari bekerja sebagai petani
3. Riwayat Pernikahan
Telah menikah dan mempunyai 5 orang anak laki-laki dan 1 orang anak
perempuan.
4. Riwayat kehidupan keluarga
3

Merupakan anak keenam dari duabelas bersaudara. Sejak lahir ia tinggal bersama
kedua orang tuanya di Lampung. Ia hidup dalam keluarga yang memiliki status
ekonomi kurang. Penyakit psikiatri dalam keluarga tidak diketahui.

Keterangan :
: Pasien
: Perempuan
: Laki-laki
: Meninggal
5.

Riwayat sosial ekonomi


Pasien merupakan seorang petani, kehidupan ekonomi keluarga pasien cukup.
Pasien merupakan seorang bapak yang memiliki satu orang istri yang sudah
meninggal 1,5 tahun yang lalu. Dan memiliki 5 orang anak laki-laki dan 1 orang
perempuan. Anak pertama dan anak ketiga pasien yang merupakan seorang lakilaki sudah menikah dan masing-masing memiliki 2 orang anak. Anak yang kedua
pasien

merupakan

seorang

perempuan,

anak

tersebut

tidak

diketahui

keberadaannya sejak tahun 2000 hingga sekarang. Anak keenam merupakan


seorang laki-laki berkerja sebagai Satpam, namun memiliki riwayat pengguna
narkoba pada tahun 2013 dan sekarang sudah selesai rehabilitasi. Anak kelima
seorang laki-laki telah meninggal dunia pada usia 6 tahun akibat penyakit jantung.
Anak terakhir seorang laki-laki merupakan lulusan sarjana dan sedang berkerja.
Pada saat di wawancara pasien hanya mengaku memiliki empat orang anak dan
tidak memiliki masalah pada anak-anaknya, namun setelah melakukan
alloanamnesis didapatkan bahwa os memiliki 6 orang anak.
Pasien dahulu merupakan seorang yang aktif ikut dalam kegiatan masyarakat
seperti gotong royong atau ke acara lainnya. Namun selama 2 bulan ini pasien
menarik diri dari kegiatan social karena merasa sudah lelah dan merasa kurang
6.

percaya diri.
Riwayat agama
4

Pasien beragama Islam dan selalu melakukan salat lima waktu.

E. Persepsi Pasien tentang dirinya


Pasien merasa dirinya sakit tetapi tidak tahu mengenai penyebab penyakitnya.

III. STATUS PSIKIATRI


A. Deskripsi Umum
1. Sikap : kooperatif
2. Kesadaran : kompos mentis
3. Penampilan :
Seorang pria terlihat sesuai usianya memakai pakaian baju batik berwarna coklat
dilapisi jaket serta celana panjang warna hitam dan memakai peci. penampilan
terkesan cukup rapi, perawakan tinggi, kurus, kulit kuning langsat, rambut
terpotong rapi, kuku pendek dan kebersihan diri cukup baik.
4. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara pasien duduk dengan tenang. Kontak mata dengan pemeriksa
cukup.
5. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi sedang, volume cukup, kualitas baik, kuantitas sedang,
artikulasi jelas.
B. Suasana perasaan
1. Mood : duka cita
2. Afek :normal
3. Keserasian : appropiate
C. Persepsi
1. Halusinasi
Ilusi
2. Depersonalisasi
3. Derealisasi

:tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada

D. Pikiran
1. Proses berpikir
Produktivitas : menurun, pasien dapat menjawab namun pada hal tertentu
lambat dalam memberikan jawaban.
5

Kontuinitas: koheren
Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi pikiran
Normal
E. Fungsi kognitif
1. Memori : jangka panjang, menengah, pendek, segera : baik
2. Daya konsentrasi : baik
3. Orientasi: waktu, tempat, orang :baik
4. Pikiran abstrak : baik
F. Tilikan
Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh suatu yang tidak diketahui pasien
IV.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, napas:

V.

16x/menit
Kondisi medis umum : tidak ditemukan kelainan

IKHTISAR PENEMUAN
Tn. Tz, 63 tahun, Islam, Petani, pendidikan terakhir SD, sudah menikah, alamat Desa
Karang Jaya kec Merbau Mataram Lampung Selatan, datang ke poliklinik Rumah
Sakit Jiwa tanggal 6 April 2015. Diantar oleh anak laki-lakinya, dan dilakukan
anamnesis pada tanggal 6 April 2015
Pasien terlihat sesuai usianya, cara berpakaian, dan perawatan diri cukup baik. Os
mengatakan 2,5 bulan terakhir os merasa sulit untuk tidur. Awal mula keluhan susah
tidur ini dimulai dari bulan Januari 2015, dimana Os merasa kehilangan akibat
meninggalnya istrinya 1,5 tahun yang lalu. Os mengatakan bahwa sejak kehilangan
istrinya os merasa kasepian, tidak ada tepat curhat dan berbagi masalah sehingga os
merasa sedih. Mulai dari itulah Os selalu memikirkannya setiap malam, awalnya os
masih bisa tertidur, tapi makin hari pasien semakin susah untuk tertidur. Saat tertidur
os mengatakan tiba-tiba terbangun lalu tak bisa tidur lagi sampai keesokan harinya.
Selama dua bulan ini sebelum tidur Os mengkonsumsi obat tidur untuk membantu
agar tertidur namun pada 3-4 jam setelah tidur Os terbangun dan tidak dapat tidur
kembali hingga malam hari, sedangkan pada pagi harinya pasien tidak merasakan
kantuk ataupun ingin tidur. Selain itu, Os juga merasa kurang bersemangat untuk
beraktivitas karena lemas, lelah dan letih seperti sebelumnya dan os juga merasa kesal
terhadap diri sendiri karena tidak bisa melakukan aktivitas sendiri sehingga os sering
mengeluh tentang kondisi Os. Os juga mengalami penurunan nafsu makan sejak
6

istrinya meninggal dan semakin lama semakin turun dan kepercayaan diri berkurang
yang ditunjukan dengan cara berpikir os dalam menyikapi penyakitnya ini seperti os
berpikir akan cepat menyusul istrinya. Os menyengkal bahwa os kehilangan
kosentrasi dan pelupa. Melalui alloanamnesis pada anaknya bahwa os pernah
mengalami masa dimana os terlihat banyak bicara dan mudah tersinggung, namun
tidak mengganggu aktivitas. Hal ini terjadi sekitar 2 bulan setelah kematian istrinya
dan berlangsung selama setang bulan kemudian os tampak normal lagi. Pembicaraan
pasien sedikit lambat, lancar, intonasi cukup, volume cukup, kualitas baik, kuantitas
banyak, artikulasi jelas. Jawaban atas pertanyaan koheren, konsentrasi pasien tidak
terganggu. Memori segera, jangka pendek, menengah dan panjang baik. Orientasi
tempat, waktu dan orang baik.

VI.

FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya (1) kehilangan minat dan kegembiraan, (2)
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah ( rasa lelah
yang nyata sesudah sedikit kerja) dan menurunya aktivitas, (3) harga diri dan
kepercayaan diri berkurang, (4) merasa dirinya tidak berguna, (5) pandangan masa
depan yang suram dan pesimistis, (6) tidur terganggu dan (7) nafsu makan berkurang.
Setelah dilakukan anamnesis, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, kejang
sebelumnya ataupun adanya kelainan organik, serta penggunaan alkohol. Hal ini dapat
menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.20) dan
penggunaan zat psikoaktif (F.1). aksis I diagnosis episode depresif Sedang (F.32.1).
Pada episode depresi sedang sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala utama dan ditambah
sekurangnya 3 dari gejala tambahan, lama episode minimal 2 minggu dan hanya
sedikit kesulitan dalam pekerjaan. Pada pasien ini dapat dilihat memenuhi kriteria
diatas dengan episode lebih dari 2 minggu dan pasien menghadapi kesulitan yang
nyata dalam melakukan aktifitas, sosial dan pekerjaan. aksis II tidak ada gangguan
mental, dan dari intelegensianya baik. Dari alloanamnesis pasien memiliki penyakit
diabetes mellitus yang diketahui sejak dua bulan ini hingga sekarang masih menjalani
pengobatan dengan mengkonsumsi obat, namun dari pemeriksaan fisik tidak
ditemukan riwayat penyakit fisik, pada pemeriksaan laboratorium hasil dalam batas
normal sehingga pada aksis III dapat didiagnosis terdapat gangguan endokrin
(Diebetes Mellitus) termasuk dalam E00-G90 Penyakit endokrin, nutrisi dan
7

metabolik. Pasien ini memiliki masalah dalam keluarga dimana ada masalah yang
dipendam yang membebani pikiran pasien, sehingga untuk aksis IV dapat didiagnosis
terdapat masalah keluarga. Penilaian Global Assessment of Fungtional (GAF) Scale
yaitu 60-51 (gejala sedang (Moderate), disabilitas sedang) menjadi diagnosis untuk
aksis V.
VII.

EVALUASI MULTIAKSIAL
1.
2.
3.
4.
5.

Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V

: episode depresif sedang (F.32.1)


: Tidak ada gangguan kepribadian dan retardasi mental
: E00-G90 Penyakit endokrin, nutrisi dan metabolik
: Masalah keluarga
: GAF 60-51

VIII. DAFTAR MASALAH


1. Organobiologik
Terdapat gangguan organik berupa diabetes mellitus, namun pada pemeriksaan fisik
tidak ditemukan kelainan.
2. Psikologik
Pada pasien episode depresif sedang ditemukan dengan ditemukan adanya
kehilangan minat dan kegembiraan, energi yang mudah lelah saat beraktivitas, harga
diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa tidak berguna, pandangan masa depan
yang suram dan pesimitis, gangguan tidur dan penurunan nafsu makan.
3. Sosiologik
Pada pasien sudah berkurang dalam beraktivitas dan bersosialisasi dengan
IX.

masyarakat sekitar.
RENCANA TERAPI
A. Psikofarmaka :
Fluoxetine 20 mg 1 x tab
Clobazam 10 mg 1x tab
Lorazepam 2 mg 1 x tab
B. Psikoterapi
1. Psikoterapi supportif
a. Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan dan
efek samping pengobatan
b. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol.
c. Memotivasi pasien agar pasien melakukan kegiatan, dan hindari melamun.
2. Psikoedukasi
8

Kepada keluarga :
a. Memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga pasien tentang
gangguan yang dialami pasien.
b. Berpartisipasi dalam mendukung kegiatan yang dilakukan pasien.
X.

PROGNOSIS
Kondisi yang memberatkan.
Kondisi yang meringankan.
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam

XI. PEMBAHASAN
Penegakan diagnosis aksis I berdasarkan anamnesis dengan pasien adanya kehilangan
minat dan kegembiraan, energi yang mudah lelah saat beraktivitas, harga diri dan
kepercayaan diri berkurang, merasa tidak berguna, pandangan masa depan yang suram
dan pesimitis, gangguan tidur dan penurunan nafsu makan yang sudah dialami selama
2.5 bulan. Pada episode depresi sedang sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala utama dan
ditambah sekurangnya 3 dari gejala tambahan, lama episode minimal 2 minggu dan
hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan (Rusdi Maslim, 2003).
Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur,
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya
dan gagasan bunuh diri (Maramis, 2009).

EPIDEMIOLOGI
Gangguan depresi berat adalah suatu gangguan yang sering terjadi, dengan prevalensi
seumur hidup kira-kira 15 % dan kemungkinan sekitar 25 % terjadi pada wanita. Diduga
adanya hormon, pengaruh melahirkan, menyebabkan perempuan dua kali lipat lebih
mudah terkena depresi (FK UI, 2013).

Paling sering terjadi pada orang yang tidak mempunyai hubungan interpersonal yang erat
atau pada mereka yang bercerai dan berpisah (FK UI, 2013). Seperti yang dialami pasien
yaitu mengalami sulit tidur setelah kehilangan istrinya.

ETIOLOGI
asar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi diduga faktor-faktor
dibawah ini berperan :
Faktor Biologis
Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan depresi berat
adalah berhubungan dengan disregulasi pada amin biogenik (norepineprin dan
serotonin). Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi dan pada beberapa pasien
yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di dalam cairan serebrospinal
yang

rendah

serta

konsentrasi

tempat

ambilan

serotonin

yang

rendah

di

trombosit(Kaplan, 2007).
STRESSOR

Istri yang
meninggal
Anak yang
hilang hingga
sekarang
Anak pencandu
narkoba
Anak meninggal
Rencana yang
tidak tercapai

SISTEM
LIMBIK

KETIDAKSEIMBANGAN
NEUROTRANSMITER

HIPOTALAMUS

SEROTONIN, DOPAMIN,
NOREPINEFRIN

HIPOFISIS
ANTERIOR

KEL.
ADRENAL
10

SYARAF
SIMPATIS

KORTISOL
ANERGIA

GANGGUAN
TIDUR, POLA
MAKAN

ANHEDNIA

DEPRESI

GLUKONEOGENSIS
PENINGKATAN
GLUKOSA DARAH
Bagan 1. Patofisiologi Gangguan Depresi
Sumber : Maramis, 2009; Guyton, 2008; Kaplan, 2007.

Otak manusia, adalah organ yang unik dan dasyat, tempat diaturnya proses berfikir,
berbahasa, kesadaran, emosi dan kepribadian, secara garis besar, otak terbagi dalam 3
bagian besar, yaitu neokortek atau kortex serebri, system limbik dan batang otak, yang
berkerja secara simbiosis. Bila neokortex berfungsi untuk berfikir, terhitung, memori,
bahasa, maka sistek limbik berfugsi dalam mengatur emosi dan memori emosional, dan
batang otak mengarur fungsi vegetasi tubuh antara lain denyut jantung, aliran darah,
kemampuan gerak atau motorik, Ketiganya bekerja bersama saling mendukung dalam
waktu yang bersamaan, tapi juga dapat bekerja secara terpisah.
Stress adalah kondisi yang dihasilkan ketika

seseorang berinteraksi dengan

lingkungannya yang kemudian merasakan suatu pertentangan, apakah itu riil ataupun
tidak, antara tuntutan situasi dan sumber daya system biologis, psikologis dan sosial,
dalam terminologi medis, stress akan mengganggu system homeostasis tubuh yang
berakibat terhadap gejala fisik dan psikologis (Rippetoe-Kilgore, Mark and Lon. 2006).
Stress dapat mengakibatkan homeostatis dalam tubuh terganggu, sehingga stress dapat
mengakibatkan penstimulasian beberapa bagian dalam tubuh kita untuk mempertahankan
diri agar tetap stabil (Maramis, 2009). Seperti stressor mempengaruhi HPA aksis dan
regulasi hormone serta neurotransmitter (Guyton, 2008).
Stressor dapat mempengaruhi sistem limbik yang merupakan pusat emosi manusia.
Hipotalamus merupakan bagian utama dari sitem limbik, selain itu hipotalamus
merupakan organ yang berperan dalam jalur Hipotalamus-hipofisis anterior. Ketika
11

mendapatkan stressor dari luar maka hipotalamus akan mengeluarkan CRH


(Corticotrophin Releasing Hormone) kemudian CRH menstimulasi hipofisis anterior
untuk mengeluarkan ACTH (Adenocorticotropik Hormone). Pada tahap selanjutnya
ACTH menstimulasi kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon kortisol (Guyton, 2008).
Gejala psikiatrik dari hiperkortisolisme seperti energia, anhedonia dan depresi
berhubungan. Pada gangguan depresi mayor terdapat beberapa studi yang menunjang
hubungan dengan peningktan kadar kortisol seperti 1) peningkatan kadar kortisol dalam
plasma darah, CCS (cairan serebrospinal) dan urine; 2) peningkatan CRH pada CCS; 3)
terjadi hipertropi kelenjar adrenal (Maramis, 2009).
Selain berpengaruh pada jalur HPA aksis, hipotalamus juga organ yang mengatur sistem
perilaku serta pusat internal tubuh seperti suhu tubuh, osmolaritas cairan, dorongan untuk
makan dan minum serta berat badan. Sehingga perangsangan yang terlalu berlebihan
pada hipotalamus dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi hipotalamus tersebut
(Guyton 2008).

Faktor Genetika
Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari penderita gangguan
depresi berat kemungkinan 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar daripada sanak saudara derajat
pertama subyek kontrol untuk penderita gangguan. Pada pasien tidak diketahui secara
jelas adanya riwayat gangguan suasana perasaan yang pernah dialami oleh keluarga
pasien (Lubis, 2009).
Faktor psikososial
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatu pengamatan klinis yang telah lama
direplikasi bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului
episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya, hubungan tersebut telah
dilaporkan untuk pasien dengan gangguan depresi berat(Maslim, 2003).
Gejala dan Penegakan Diagnosis Depresi
Untuk menegakkan diagnosa depresi seseorang, maka yang dipakai pedoman adalah ada
tidaknya gejala utama dan gejala penyerta lainnya, lama gejaa yang muncul, dan ada
tidaknya episode depresi ulang (Rusdi Maslim, 2003). Sebagaimana tersebut berikut ini :
12

1. Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat


1) Afek depresi
2) Kehilangan minat dan kegembiraan
3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yang mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
2. Gejala penyerta lainnya:
1) Konsentrasi dan perhatian berkurang
2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6) Tidur terganggu
7) Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresi dan ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurangkurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis depresi ringan, sedang dan berat hanya digunakan untuk episode
depresi tunggal (yang pertama). Episode depresi berikutnya harus diklasifikasikan di
bawah salah satu diagnosis gangguan depresi berulang
Pedoman Diagnostik Episode Depresi Sedang

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode

depresi ringan (F30.0);


Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;
Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.
13

Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan
rumah tangga.
Karakter kelima :
F32.10 = Tanpa gejala somatik
F32.11 = Dengan gejala somatic
Pada pasien didapatkan pasien mengetahu bahwa dia sakit tapi pasien tidak tahu apa
penyebabnya, pasien ingin sembuh, namun pasien berpikiran bahwa penyakit pasien ini
akan mengakibatkan pasien segera menyusul istrinya. Pada pasien didapatkan penilaian
Global Assessment of Fungtional (GAF) Scale yaitu 60-51 (gejala sedang (Moderate),
disabilitas sedang).
Rencana terapi yang diberikan adalah Fluoxetine 20 mg 1 x tab. Alasan penggunaan
Fluoxetine (Antidepresan Golongan Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI))
adalah karena secara umum SSRI merupakan lini pertama pada pengobatan depresi, obat
ini berkerja dengan menghambat pengambilan serotonin secara spesifik. Selain itu
kelebihan obat ini dibandingkan antidepresan trisiklik obat ini mempunyai efek
antikolinergik lebih kecil dan kardiotoksik lebih rendah (Neal, 2008).
Selain itu diberika psikofarmaka berupa Clobazam 10 mg 1x tab dan Lorazepam 2 mg
1 x tab, kedua obat ini merupakan obat golongan benzodiazepin, merupakan obat
penenang atau obat untuk anxietas. Obat ini memiliki efek samping sedasi atau rasi
mengantuk (Muslim R, 2007
Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan. Pada kasus ini
dimana pasien perlu melakukan kegiatan atau meningkatkan aktivitas, serta hindari
melamun.
Prognosis pada pasien adalah dubia ad bonam karena episode depesi sedang dapat
disembuhkan, dengan dukungan keluarga serta kemauan pada diri pasien yang tinggi.

14

LAMPIRAN

15

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT


-Anak os
perempuan
hilang sejak
tahun 2000sekarang
-Anak 5 meninggal
-Anak 4 narkoba
2013
-Istri meninggal
dunia 2014

- kehilangan
kegembiraan
- mudah lelah saat
aktivitas
- gangguan tidur
- menarik diri dari
masyrakat
- pesimistis
- gangguan makan

Tahun 2000 - Sekarang

16

ANAMNESIS YANG DILAKUKAN


Autoanamnesis
Dilakukan pada tanggal 6 April 2015, pada pukul 11.00 WIB
DM

: Pemeriksa

: Pasien (Ny. Tr)

DM

: Selamat siang pak, perkenalkan saya dokter muda zelvi dan feri yang sedang
bertugas di poliklinik ini. Sekarang saya mau bertanya tentang keluhan yang bapak
alami, , apakah bersedia ??

: Iya boleh.

DM

: ok, baik pak. Ada beberapa pertanyaan tentang keluhan bapak ditambah riwayat
penyakit sebelumnya. Maaf bapak namanya siapa ya?

: Tanzili

DM

: Umurnya sekarang berapa tahun ya pak?

: umurnya 63 tahun.

DM

: bapak alamatnya dimana?

: alamatnya Desa Karang Jaya Kec. Merbau Mataram, Lampung-Selatan

DM

: Pendidikan terakhirnya apa bapak?

: tamat SD dok

DM

: disana tinggal sama siapa aja?

: dengan anak, menantu dan cucu

DM

: pekerjaan bapak apa ya?

: dulu petani, sekarang sudah gak kerja

DM

: bapak anaknya berapa kalo boleh tau?

: ada 4 dok.
17

DM

: Laki-laki atau perempuan? berapa usianya pak?

: laki-laki semua, usia lupa, anak yang pertama sudah menikah punya dua anak
sekarang di medan, anak kedua sudah menikah punya dua anak tinggal sama saya,
anak ketiga dirumah berkerja sebagai satpam, anak yang keempat sarjana dan
berkerja di Jakarta

DM

: bagaimana hubungan bapak dan anak-anak? Apakah anak-anak ada masalah?

: Alhamdulillah hubungan baik, anak-anak tidak ada masalah.

DM

: oh, begitu yah...bapak tahu sekarang sedang dimana?

: lagi dirumah sakit jiwa

DM

: Boleh tau alasan bapak datang ke RS?

: Begini dok, saya tuh sudah 2,5 bulan gak bisa tidur. Awalnya saya periksa ke dokter
penyakit dalam. Ternayata setelah di periksa saya punya kencing manis dok. Terus
saya di rujuk kesini untuk masalah gak bisa tidurnya dok.

DM

: Tidak bisa tidurnya seperti apa?

: Saya itu malam-malam ga bisa tidur terus, gak tau kenapa, nanti tidur sebentar trus
kebangun, sampai pagi gak tidur lagi. Itu pun selama ini saya bisa tidur karena
bantuan obat tidur, namun beberapa hari ini sudah minum obat tidur gak bisa tidur
lagi, saya dok termasuk orang yang dulunya gampang tidur namun sekarang sulit
untuk tidur.

DM

: kenapa pak kok nggak bisa tidur?

: saya juga nggak tau dok kenapa.

DM

: apakah bapak ada masalah selama ini?

: begini dok, jadi saya ini baruditinggal istri saya meninggal dunia sekitar 1,5 tahun
yang lalu, saya jadi merasa sedih dan sendirian, saya merasa tidak mempunyai teman
lagi untuk curhat dan berbagi masalah.

DM

: oh jadi merasa sedih ya pak, jadi selama ini aktivitas bapak gimana pak, terganggu
tidak?

: iya dok saya sekarang kurang bersemangat dan cepat merasa lemas, lelah, letih
lesu, sehingga membuat saya enggan beraktivitas maupun ikut dalam kegiatan
masyarakat. Dulu mah saya aktif dok. Kalau ada acara di lingkungan saya. Sekarang
saya merasa minder ya tidak percaya diri lah dok.

DM

: jadi apakah bapak ada perasaan merasa bersalah, atau maaf pak merasa ingin bunuh
diri?

18

: gak si dok, saya gak sampai segitu, saya hanya merasa sedih tapi tidak saya dalamdalamin banget dok, Cuma saya merasa kesal aja kadang sama diri saya sendiri
karena sudah jarang beraktivitas dan sukanya juga berguling-guling di depan TV.

DM

: ooo. Jadi suka kesal sendiri ya pak, baik pak untuk nafsu makan bapak bagaimana
pak ada perubahan gak pak?

: iya dok, nafsu makan saya ini menurun dok.

DM

: mulai kapan pak, nafsu makan menurun?

: mulai menurun sejak istri saya meninggal, sekarang agak semakin menurun, dulu
saya makan selalu nambah, sekarang satu centong aja udh cukup dok.

DM

: tadi bapak sudah periksa ke penyakit dalam , katanya ada kencing manis ya pak,
itu baru ketahuan atau gimana pak?, minum obatnya apa pak? Sudah berapa lama
minum obat?

: iya dok, itu baru ketahuan pas periksa kemaren dok. Saya masih minum obat sampe
sekarang tapi saya nggak tau dok nama obatnya apa. Taunya kapsul warna merah.

DM

: bapak suka minum alkohol atau obat-obatan gak pak?

: Gak dok. Kalau alkohol nggak, tapi jamu iya. Dulu saya merokok tapi sekarang
udah berhenti sejak istri meninggal.

DM

: Di keluarga ada yang punya keluhan sama seperti bapak?

: nggak tau dok.

DM

: menurut bapak, bagaimana si pak pendapat bapak mengenai penyakit bapak ini?

: sepertinya penyakit saya ini penyakit langka dok. Perasaan saya nggak lama lagi
saya mau menyusul istri saya lah dok.

DM

: Bapak masih ingat nama kami?

: masih, dokter zelvi dok ini kan, mas nya dokter feri

DM

: Baiklah bapak sekian dulu kami akhiri pertanya hari ini ya pak, mungkin ada yang
bapak ingin tanyakan ?

: Tidak dok

DM

: Terimakasih ya bapak.

Alloanamnesis :
SM

: Keluaraga pasien

: pemeriksa

: maaf mas, ini anaknya ya ?

SM

: iya dok, saya anaknya.


19

: jadi gini mas, tadi saya sudah bertanya beberapa hal keapada bapaknya, namun ada
beberapa hal yang saya harus tanyakan pada masnya, apakah mas bersedia?

SM

: iya saya bersedia dok.

: jadi ada masalah apa di keluarga bisa diceritakan tidak mas?

SM

: jadi begini loh dok, bapak saya ini emang sudah lama sulit tidur 2,5 bulan,
sebelumnya beliau telah kehilangan istrinya sejak 1,5 tahun yang lalu, sepertinya
beliau ini sangat sedih kehilangan istrinya, emang beliau sama ibu saya pernah
memiliki rencana mau punya kebun sawit buat penghasilan di masa tua, namun tidak
kesampean dok. Mungkin ini salah satu penyebabnya. Dan bapak ini orangnya
terlihat tegar dan suka menyimpan masalah sendiri.

: oooh jadi bapak ini orangnya tertutup ya mas, selain masalah ditinggal istri adakah
masalah yang lain? Sama anak atau lingkungan sekitar?

SM

: iya dok, jadi saya ini 6 bersaudara dok, saya anak ketiga, kakak saya nomor dua
cewek pada tahun 2000 hilang dan sampai sekarang gak tau kabarnya, selain itu
adek saya yang nomor 5 sudah meninggal pada umur 6 tahun karena sakit jantung,
dan juga adik saya yang nomor 4 pernah mengalami masalah yaitu menggunakan
narkoba, namun sekarang sudah selesai rehabilitasinya dan tinggal bersama saya.

: oo, jadi anaknya bapak 6 ya mas, tadi bapaknya cerita anaknya Cuma 4 mas,

SM

: iya dok, bapaknya emang tidak mau mengungkit masalah anak-anaknya, khususnya
anaknya yang cewek, yang hilang sampai sekarang, beliau cendrung melupakannya,
dan suka disimpan dalam hati sendiri.

: baik, mas terima kasih atas informasinya, adakah suatu hal yang ingin ditanaykan
lagi?

SM

: Tidak dok, maaf dok saya mau pamit pulang sudah siang.

: baik mas terima kasih ya mas.

20

DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta: FKUI; 2013.
Maramis W.F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Ilmu Kedokteran
Jiwa FK Unika Atma Jaya : Jakarta
Maslim, Rusdi. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika Edisi Ketiga.
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya : Jakarta
Neal, Michael J. Depresi dalam At a Glance Farmakologi Medis edisi 4. Penerbit Erlangga.
Jakarta. 2008.
Rippetoe Kligore. 2006. Practical Programming for Strength Training. The Aasgard
Company : United States of America
Sadock, Benjamin James,et al. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition Lippincott Williams & Wilkins. 2007

21

Anda mungkin juga menyukai