III.Epidemiologi
Pada saat ini diduga terdapat 16-27 kasus TB di seluruh dunia dengan 8
juta kasus baru setiap tahunnya. Dua juta dari penderita ini meninggal setiap
tahunnya dan ini merupakan 26% dari angka kematian pada dewasa muda.
Target primer dari infeksi TB adalah paru-paru walaupun demikian banyak
organ yang secara potensial dapat terkena, diduga sebanyak 10% penderita TB
yang imunokempeten akan mengalami infeksi sususnan saraf pusat. Bentuk
tersering dari infeksi susunan saraf pusat oleh basil TB adalah Meningitis
tuberculosis. Meningitis tuberculosis terdapat pada rentan usia 14-57 tahun
dan rata-rata pada usia 26,5 tahun dengan distribusi terbanyak di kelompok
usia pada dibawah 29 tahun.1
IV.
Anatomi
V. Patogfisiologi
Seluruh rongga otak yang melingkupi otak dan medulla spinalis memiliki
kapasitas kira-kira 1600 sampai 1700 mililiter, dan sekitar 150 mililiter
kapasitas in ditempati oleh cairan serebrospinal, dan sisanya oleh otak dan
medulla. Funsi utama cairan serebrospinal adalah untuk melindungi otak
dalam ruangnya yang padat. Cairan serebropsinal dibentuk dengan kecepatan
sekitar 500 mililiter per hari, yaitu sebanyak tiga sampai empat kali volume
total cairan di seluruh system cairan serebrospinal. Kira-kira dua pertiga atau
lebih cairan ini berasal dari sekresi pleksus koroideus di keempat ventrikel,
terutama dikedua ventrikel lateral. Sejumlah kecil cairan tambahan
disekresikan oleh permukaan ependim ventrikel dan membrane arachnoid,
dan sebagian kecil berasal dari otak itu sendiri melalui ruang pervaskular yang
mengelilingi pembuluh darah yang masuk ke dalam otak.6
Cairan yang diskresikan di ventrikel lateral, mula-mula mengalir ke dalam
ventrikel ketiga;kemudian, setelah mendapat sejumlah kecil cairan dari
ventrikel ketiga, cairan tersebut mengalir ke bawah sepanjang akuaduktus
Sylvii ke dalam ventrikel keempat, tempat sejumlah cairan kecil ditambahkan.
Akhirnya, cairan ini keluar dari ventrikel keempat melalui tiga pintu kecil,
yaitu dua foramen Luchska di lateral dan satu foramen Magendie di tengah,
dan memasuki sisterna magna, yaitu suatu ringga cairan yang terletak di
belakang medulla dan di bawah serebelum.6
Sisterna
magna
berhubungan
dengan
ruang
subarachnoid
yang
infeksi utamanya adalah manusia, dan penyakit ini ditularkan dari orang ke
orang terutama melalui partikel droplet yang dikeluarkan oleh penderita
tuberkulosis
paru
pada
saat
batuk.
Partikel-partikel
yang
fagosit
akan melunak dan mengalami pencairan, basil mengalami proliferasi, lesi akan
pecah lalu melepaskan organisme dan produk-produk antigen ke jaringan
disekitarnya. Apabila hal-hal yang dijelaskan di atas terjadi pada susunan saraf
pusat maka akan terjadi infeksi yang disebut meningitis tuberkulosis.7
Fokus tuberkel yang berlokasi dipermukaan otak yang berdekatan dengan
ruang sub arakhnoid dan terletak sub ependimal disebut sebagai Focus Rich.
Reaktivasi dan ruptur dari fokus rich akan menyebabkan pelepasan basil
Tuberkulosis dan antigennya kedalam ruang sub arakhnoid atau sistem
ventrikel, sehingga terjadi meningitis tuberkulosis.7
Manifestasi Klinis
Susah untuk mendiagnosis meningitis TB. Ini disebabkan karena
meningitis TB menunjukkan gejala dan tanda yang tidak spesifik.
Gejala umum yaitu :
A. Demam lebih dari tujuh hari.
B. Takikardi
C. Syok
D. Malaise
Diagnosis
Diagnosis meningitis TB biasanya berdasarkan adanya riwayat kontak
dengan penderita tuberculosis, uji tuberculin, PCR, ziehl-Nelssen, foto
thoraks, gambaran CT atau MRI adanya tuberkel khoroid, gambaran CSS
yang karakteristik.2
A. Gambaran CSS :
1. Peningkatan kadar protein antara 100-500 mg/dl
2. Leukosit antara 10-500 sel/mm3 dengan predominan limfosit,
3. Penurunan konsentrasi glukosa.
4. Kultur CSS ditemukannya basil tahan asam
B. Gambaran pemeriksaan X-Ray:
1. TB paru : TB paru primer, TB millier, kalsifikasi
etionamid,
cycloserine,
para-aminosalisilat
acid
(PAS),
Potensi
agen
Fluoroquinolones
baru
termasuk
berguna
oksazolidinon
dan
pengobatan
TBM
dalam
isepamicin.
termasuk
mikobakteri
lain
seperti
Mycobacterium
fortuitum,
dosis terbagi selama 18-24 bulan ; tidak melebihi 1 g / hari. Monitor kadar
dalam darah. Efek samping: kebingungan, pusing, Sakit Kepala, susah
tidur, kejang.7
3. Etambutol
Tempat kerjanya di ekstraseluler. Bekerja pada patogen yang berkembang
pesat di dinding rongga. Hal ini juga efektif dalam memperlambat
pertumbuhan patogen. Etambutol diindikasikan sebagai obat anti-TB lini
pertama. Pengobatan TB awal : 15 mg / kg PO/ hari. Pengobatan TB
sebelumnya : 25 mg / kg PO qDay ; setelah 60 hari , menurun menjadi 15
mg / kg PO / hari. Efek samping: gout akut atau hyperuricemia, sakit
perut, anafilaksis, Anorexia, Kebingungan, disorientasi, demam,
Sakit
yang
terganggu,
diare,
mual,
rasa
tebal,
muntah,
5. Isoniazid
INH adalah bakterisida terhadap patogen dividing tetapi bakteriostatik
terhadap
nondividing.
Sangat
efektif
terhadap
M.
tuberculosis.
10
6. Pirazinamid
PZA memiliki efek bakterisida terhadap M tuberculosis dalam
lingkungan asam dalam makrofag dan jaringan yang meradang; bekerja
baik intraseluler dan ekstraseluler. Bersama dengan RIF bekerja efektif. Ini
mengurangi sekresi tubular asam urat. PZA diindikasikan sebagai bagian
dari rejimen multidrug selama 2 bulan pertama; dapat dilanjutkan jika
perlu. Dosis: TB untuk HIV Negatif : 15-30mg/kg PO tidak melebihi
2g/hari,. TB untuk terinfeksi HIV : 20-40 mg/kg/dosis PO tidak melebihi
2g/hari. Efek samping : 1-10% : malaise, mual, muntah, anoreksia,
arthalgia, mialgia, 1 % : demam, ruam, gatal, jerawat, fotosensitifitas,
gout, disuria, porforia, trombositopenia, hipitoksisitas, nefritis interstitial.7
7. Rifampisin (Rifadin)
RIF memiliki efek bakterisida terhadap berbagai organisme, termasuk
organisme intraseluler dan yang semidormant atau persisten. Umumnya,
dicadangkan untuk pengobatan TB dan kusta dan infeksi mikobakteri
atipikal oportunistik seperti pada pasien dengan infeksi AIDS atau HIV.
11
(granuloma
inguinale),
spesies
Brucella,
Klebsiella
9. Asam para-aminosalisilat
Asam para-aminosalisilat adalah agen bakteriostatik lemah yang tersedia
sebagai granul salut enterik. Hal ini diyakini kompetitif menghambat
konversi asam aminobenzoic untuk dihydrofolic asam dan / atau untuk
menghambat penyerapan zat besi. Dalam pengobatan TB klinis, PAS tidak
boleh diberikan sendiri. Diindikasikan untuk pengobatan TB dalam
kombinasi dengan bahan aktif lainnya ; yang paling umum digunakan
dalam regimen untuk multi - obat TB yang resistan terhadap atau ketika
terjadi intoleransi terhadap agen antitubercular lainnya, dosis : 4 g PO TID
12
dan mencampur butiran cairan asam atau taburkan di makanan asam. Efek
samping : Intoleransi GI diwujudkan dengan mual , muntah , diare , dan
sakit perut. Reaksi hipersensitivitas : Demam , erupsi kulit dari berbagai
jenis, termasuk dermatitis eksfoliatif , infeksi mononucleosis -like , atau
sindrom limfoma seperti , leukopenia , agranulositosis , trombositopenia ,
anemia hemolitik Coombs positif ' , sakit kuning , hepatitis , perikarditis ,
hipoglikemia , neuritis optik , ensefalopati , Leoffler sindrom , vaskulitis
dan pengurangan protrombin. Kristaluria ( mencegah dengan menjaga urin
pada pH netral atau basa ). 7
10. Rifapentin
Rifapentin memiliki aktivitas in vitro lebih tinggi dari Rimpisin terhadap
isolat M tuberculosis dan M avium kompleks. diindikasikan untuk
pengobatan infeksi TB laten yang disebabkan oleh M. tuberculosis pada
orang dewasa dan anak-anak berusia 2 tahun berisiko tinggi terhadap
pengembangan penyakit TB ( termasuk mereka yang kontak dekat dengan
pasien TB aktif , konversi baru untuk tes kulit tuberkulin positif , HIV
pasien yang terinfeksi , atau mereka dengan fibrosis paru pada radiografi )
Setelah PO mingguan rifapentin ( berat dosis berbasis bawah ) ditambah
isoniazid sekali seminggu selama 12 minggu sebagai terapi diamati secara
langsung ( DOT ) : 12 tahun dan > 50 kg : 900 mg, 12 tahun dan 32,150 kg : 750 mg. Dosis Isoniazid : 15 mg / kg ( dibulatkan ke terdekat 50
mg atau 100 mg ) ; tidak melebihi 900 mg sekali seminggu selama 12
minggu. Efek samping : > 10 % Hiperurisemia ( kemungkinan besar d / t
pirazinamid dari tahap awal combo Tx ), 1-10 % : hipertensi, sakit kepala,
pusing, ruam, pruritus, jerawat, anorexia, mual / muntah, pencernaan yg
terganggu,
diare,
neutropenia,
limfopenia,
anemia,
leucopenia,
13
terkait
deoxystreptamine.
dengan
inti
Amikasin
aminocyclitol.
sangat
Inti
bakterisida
adalah
2-
terhadap
14
12. Fluoroquinolones
Beberapa fluoroquinolones telah menunjukkan aktivitas in vitro
terhadap TBM. Target dari kuinolon adalah girase DNA enzim. Ofloxacin
dan ciprofloxacin adalah senyawa family ini yang diizinkan untuk
digunakan di Amerika Serikat. Namun, tak satu pun dari obat ini disetujui
FDA untuk pengobatan TB. 7
13. Ciprofloxacin
Ciprofloxacin telah terbukti memiliki aktivitas in vitro dalam TBM,
namun data tentang penggunaan klinis dari agen ini terbatas. Ciprofloxacin
tidak disetujui di Amerika Serikat untuk pengobatan TB. Mungkin
memiliki khasiat yang lebih besar pada dosis yang lebih tinggi. Targetnya
adalah enzim DNA girase. Ciprofloxacin umumnya ditoleransi dengan
baik. Memimiliki efek toksisitas, penggunaan harus disesuaikan dengan
kadar kreatinin. Dosis : 750 mg PO q12jam atau 400 mg IV q8jam selama
7-14 hari. Efek samping : 1-10% ;Mual (3%), Nyeri perut (2%), Diare (2%
orang dewasa; 5% anak-anak), Peningkatan kadar aminotransferase (2%),
Muntah (1% orang dewasa; 5% anak-anak), Sakit kepala (1%),
Peningkatan kreatinin serum (1%), Ruam (2%), Gelisah (1%), <1%
Asidosis, Reaksi alergi, Kejang jantung, Anorexia, Arthralgia, Ataxia,
Sakit
punggung,
Cengis,
Penglihatan
kabur,
Nyeri
payudara,
15
5 %), Vaginitis (1-5 %), Diare (1-4 %), Muntah (1-4 %), Appetite menurun
(1-3 %), Kram perut (1-3 %), Abnormal rasa (1-3 %), Nyeri dada (1-3 %),
Pruritis genital eksternal pada wanita (1-3 %), Kelelahan (1-3 %), Perut
kembung (1-3 %), GI distress (1-3 %), Gugup (1-3 %), Faringitis (1-3 %),
Pireksia (1-3 %), Ruam / pruritis (1-3 %), Gangguan tidur (1-3 %),
Gangguan visual (1-3 %), Xerostomia (1-3 %). < 1 % : Interval QT yang
berkepanjangan, pingsan, vaskulitis, busung, HTN, palpitasi, vasodilatasi,
Stevens- Johnson syndrome, Nekrolisis epidermal toksik, agranulositosis,
anemia
aplastik,
pansitopenia,
trombositopenia,
thrombocytopenic
enzim
hati,
peningkatan
alkali
fosfatase.
Psikiatri:
16
kepala
hipopigmentasi,
kering,
edema,
gangguan
eritema
wajah,
penyembuhan
luka,
hiper
atau
meningkat
manifestasi
dari
diabetes
mellitus
laten
dan
17
sekunder
dan
hipofisis
unresponsiveness
karena
katabolisme
protein.
Muskuloskeletal:
tekanan
intrakranial
dengan
papilledema
sensorik,
vertigo.
Exophthalmos,
glaukoma,
18
faktor
kemotaksis
dan
faktor-faktor
yang
glukosuria,
hepatomegali,
alkalosis
hipokalemia,
Prognosis
Prognosis meningitis TB tergantung pada usia penderita (prognosis buruk
pada
usia
ekstrim),
berat
ringannya
infeksi
penyakit
penyulit
(TB
DAFTAR PUSTAKA
19
13. Pellegrino ED, Petrik FG, Horton R. The Treatment of Tuberculous Meningitis
in Infants with Streptomycin and Isonicotinic Acid Hydrazide (Isoniazid) :A
Preliminary Report of Six Patients Under the Age of Two Years Treated
Without Intrathecal Medication. [Online] August 21 2015 [Cited 2015 April
2]. Available from: http://journal.publications.chestnet.org/article.aspx?
articleid=1053377
HALAMAN PENGESAHAN
20
Stambuk
: K1 A2 10 026
Judul Kasus
: Meningitis TB