Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II

FRAKSINASI ENZIM
Senin, 23 Maret 2015
Kelompok I
Senin, Pukul 13.00 16.00 WIB

Oleh:
Hasna Nur Syahidah

260110130001

Marita Isti Wulandari

260110130002

Anisa Rosdiana

260110130003

Intan Merita

260110130004

Nujaimah R. Sholeh

260110130005

Oryza Sativa S.

260110130006

LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

Fraksinasi Enzim dari Buah Jeruk (Citrus sp)


Hasna Nur Syahidah, Marita Isti Wulandari, Anisa Rosdiana,
Intan Merita, Nujaimah R. Sholeh, Oryza Sativa S.
Biokimia II, Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Abstrak: Percobaan yang dilakukan yaitu ekstraksi enzim pectin dari buah jeruk, enzim
merupakan suatu biokatalisator yang berfungsi sebagai katalis dalam proses biologis.
Enzim adalah molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino dalam
komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Adapun tujuan dari pecobaan adalah
untuk melakukan pemisahan fraksi enzim berdasarkan ukuran molekul protein. Prinsip
yang mendasari percobaan ini adalah fraksinasi protein yaitu pemisahan protein oleh
garam konsentrasi tinggi dan ukuran protein yang bervariasi dalam hal ukuran dan
diklasifikasikan berdasarkan fisik mereka sebagai nanopartikel. Langkah kerja yang
dilakukan dalam fraksinasi enzim yaitu membuat kolom dari sephadex G- 100, kemudian
penjenuhan kolom menggunakan buffer fosfat 0,05 M pH 6, kemudian pemisahan ekstrak
jeruk, ditampung dalam vial dan diukur nilai absorbansinya menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 280 nm. Dan diperoleh hasilnya adalah dari
25 vial didapatkan tiga kelompok rentang nilai absorbansi setelah diukur dengan detektor
spektro UV yaitu, nilai absorbansi 1,99, didapatkan enam buah vial (vial 2,3,4,6,7,8),
rentang nilai absorbansi 0,8-1,8, didapatkan dua vial (vial 5,11) dan rentang 0,5-0,7
didapatkan lima vial (vial 9,10,12,13,14).
Kata kunci: fraksinasi, absorbansi, ukuran partikel
Abstract: Experiments conducted extraction of pectin from citrus fruit enzyme, the
enzyme is a biokatalisator that serve as catalysts in biological processes. Enzymes are
molecules composed of a series of biopolymers which amino acids in the composition and
arrangement of regular chains and fixed. The purpose of pecobaan is to perform
separation based on molecular size fraction of the enzyme protein. The underlying
principle of this experiment is the fractionation of proteins, namely the separation of
proteins by high salt concentration and size of proteins that vary in size and are classified
based on their physical as nanoparticles. Step work done in the fractionation of enzymes
that create columns of sephadex G-100, then the saturation of the column using 0.05 M
phosphate buffer pH 6, then the separation of orange extract, accommodated in the vial
and the absorbance value measured using a spectrophotometer with a wavelength of 280
nm. And the obtained result is of 25 vials obtained three groups of the range of values
measured by the absorbance after spektro UV detector that is, 1.99 absorbance values,
obtained six vials (vials 2,3,4,6,7,8), the absorbance value range 0 , 8 to 1.8, obtained
two vials (vials 5.11) and the range of 0.5-0.7 obtained five vials (vials 9,10,12,13,14).
Keywords: fractionation, absorbance, particle size.

PENDAHULUAN
Enzim adalah protein yang berfungsi
sebagai biokatalisator, senyawa yang
meningkatkan kecepatan reaksi kimia.
Enzim merupakan biokatalisator organik
yang dihasilkan organisme hidup di dalam
protoplasma, yang terdiri atas protein atau
suatu senyawa yang berikatan dengan
protein. Enzim disintesis dalam bentuk
calon enzim yang tidak aktif, kemudian
diaktifkan dalam lingkungan pada kondisi
yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang
disintesis dalam pankreas, diaktifkan
dengan memecah salah satu peptidanya
untuk membentuk enzim tripsin yang aktif.
Bentuk enzim yang tidak aktif ini disebut
zimogen (Poedjiadi, 2006).
Fraksinasi
merupakan
proses
pemisahan suatu larutan menjadi fraksi
atau bagian-bagian tertentu. Pembagian
atau pemisahan ini didasarkan pada bobot,
massa jenis dari tiap fraksi, fraksi yang
lebih berat akan berada paling dasar biasa
disebut Pelet sedangkan fraksi yang lebih
ringan akan berada dibagian diatas yang
biasa disebut Supernatan. Salah satu
contoh
fraksinasi
ialah
fraksinasi
subseluler. Fraksinasi subseluler ialah
pemecahan sel melalui homogenasi dan
pemisahan organel-organel dari yang satu
degan lainnya menggunakan alat setrifs.
Fraksinasi biasanya dilakukan pada suhu
rendah, biasanya 4C meminimalisasi
degradasi enzim- enzim yang ada terhadap
komponen sel serta mempertahankan
struktur dan fungsi dari organel (Irsyad,
2009).
Pemurnian enzim bertujuan untuk
memisahkan enzim yang dikehendaki dari
enzim lain yang tidak diinginkan. Ada tiga
strategi yang harus diperhatikan dalam
pemurnian enzim: 1) kualitas, perlu
tindakan untuk mempertahankan aktivitas
enzim dengan mengurangi proteolisis dan

denaturasi, 2) kuantitas, perlu diperhatikan


jumlah pemakaian akhir protein murni, dan
3) ekonomis, perlu dipertimbangkan biaya
apabila
diterapkan
dalam
skala
laboratorium maupun industry (Harris,
1989).
Kromatografi filtrasi gel merupakan
teknik pemisahan protein dan makro
molekul biologi lain berdasarkan ukuran
molekul, jadi bekerja sebagai suatu
penyaring molekul seperti terlihat pada
gambar 10. Proses pemisahan ini
menggunakan gel yaitu dekstran (polimer
gula yang larut dalam air) dan mengalami
reaksi ikatan silang (cross linkage)
sehingga dekstran menjadi tidak larut
dalam
air,
tetapi
masih
dapat
menyerap molekul air dalam molekulnya
(Scopes, 1987).
Molekul dalam larutan, pada filtrasi
gel, dipisahkan menurut perbedaan
ukurannya ketika molekul itu melewati
sebuah kolom yang dikemas dengan media
kromatografi yang disebut gel. Gel pada
filtrasi gel terdiri dari rangkaian molekul
tiga dimensi yang diikat dilang, berbentuk
manik-manik,
untuk
memudahkan
pengemasan dalam kolom. Pori-pori
adalah
berukuran
tertentu
yang
menyebabkan protein berukuran besar
tidak dapat menembusnya, sedangkan
molekul kecil dapat menembus semua
pori-pori. Ketikmampuan molekul besar
untuk menembus pori-pori dikarenakan
pori-pori terlalu sempit untuk dimasuki
sampai kebawah, dan tidak ada saluran
agar pori-pori itu dapat dimasuki ( Harjono
dkk, 2001).
Banyak metode yang digunakan untuk
fraksinasi protein terutama berdasarkan
ukuran molekul dari protein. Sebagai
contoh, protein yang diangkat dari larutan
dengan menambahkan garam, proses dari
ukuran molekul protein yang lebih besar ke

ukuran yang lebih kecil. Peristiwa


pemisahan atau pengendapan protein oleh
garam
berkonsentrasi
tinggi
disebut "salting out". Metode "salting
out" ini mungkin bergantung pada
fenomena fisik, dua fenomena tersebut
yang penting di antaranya adalah
penghentian dari daya tarik dari
permukaan protein oleh ion garam dan
perpindahan air dari sekitar molekul
protein oleh kompetisi dari ion dari garam
dengan air (Dahab, 2005).
METODE
Alat: Kolom, botol semprot, gelas ukur,
pipet tetes, vial, dan kapas.
Bahan : Bahan bahan yang digunakan
dalam fraksinasi enzim ini yaitu ekstrak
buah jeruk, aquades dan larutan dapar
fosfat (PBS) 0.05 M pH 6 suhu.
Fraksinasi Enzim
Ditimbang 0,5 g sephadex G-100
dilarutkan dalam 60 mL air bebas ion
sambil diaduk dengan magnetic stirer
perlahan selama 30 menit, kemudian
didiamkan selama 3 hari pada suhu dingin
atau selama 3 jam pada suhu 90C.
Kemudian matriks dicuci dengan 50 mL
PBS 0,05 M pH 6 dan diagitasi sampai
gelembung udara hilang. Dituangkan
matriks gel sephadex G-100 secara
perlahan tapi kontinyu. Jika terbentuk
rongga udara, bagian luar kolom diketuk
sehingga rongga udara tersebut hilang.
Dilakukan ekuilibrasi kolom dengan
mengalirkan sejumlah PBS 0,05 M pH 6
untuk mencuci kolom. Dituangkan 5 ml
sampel protein pada bagian atas kolom,
didiamkan 5 menit hingga sampel
memiliki kesempatan untuk memasuki
kolom. Dituangkan buffer fosfat 0,05 M
pH 6 hingga memenuhi atas kolom.
Dielusi perlahan dengan laju 30
tetes/menit. Fraksi ditampung dengan
volume 3 ml. Diukur absorbansi pada 280

nm dari fraksi individual untuk mendeteksi


protein.
HASIL PENGAMATAN
Kolom disumbat menggunakan kapas,
kemudian dialiri aquades. Selanjutnya
matriks gel sephadex G-100 dituangkan
secara
perlahan
tetapi
kontinyu,
menyebabkan matriks gel berada didalam
kolom. Sejumlah PBS 0,05 M pH 6
dialirkan untuk mencuci kolom sehingga
matriks kolom menjadi jenuh. 5 mL
sampel dituangkan pada bagian atas
kolom, sehingga sampel berada di atas
matriks gel di dalam kolom. Didiamkan
selama 5 menit dan ditambahkan PBS 0,05
M pH 6 agar kolom tidak kering. Terdapat
tiga lapisan yaitu: lapisan bawah adalah
matriks gel, lapisan tengah adalah sampel,
dan lapisan atas adalah PBS 0,05 M pH 6.
Fraksi ditampung dalam 25 vial, masingmasing berisi 3 mL ekstrak.

Gambar 1. Pembuatan kolom filtrasi gel

Gambar 2. Memisahkan protein dari


ekstrak

Gambar 3. 25 buah vial berisi masingmasing 3 ml hasil fraksinasi


PEMBAHASAN
Praktikum kali ini merupakan tahap
lanjutan dari ekstraksi enzim dari buah
jeruk
yaitu tahap fraksinasi enzim,
fraksinasi adalah pemisahan dilakukan
tehnik yang bermacam macam dan
seringkali dilakukan secara berulang-ulang
agar didapat fraksi zat yang lebih banyak
maka fraksinasi enzim merupakan suatu
proses pemisahan enzim pectin dari
ekstrak jeruk yang sebelumnya telah
dibuat. Dalam fraksinasi enzim ini
digunakan metode kromatografi gel yaitu
dengan cara kolom diisi dengan gel yang
permeable sebagai fasa stasioner sangat
berguna untuk untuk pemisahan spesies
dengan berat molekul tinggi (BM >2000),
terutama yang tak terionkan. Selain dari
resolusi dari setiap makromolekuler seperti
protein dan asam nukleat, kromatografi gel
dapat digunakan untuk mendapatkan
distribusi berat molekul dari polimer
sintetiskromatografi gel dapat digunakan
untuk mendapatkan distribusi berat
molekul dari polimer sintetis. Kedua,
campuran sederhana dapat dipisahkan
secara mudah dengan kromatografi gel,
terutama jika penyusun campuran itu
memiliki berat molekul yang sangat
berbeda. Untuk hal ini dapat dilakukan
dalam jumlah besar. Ketiga, kromatografi
gel sangat cocok untuk kerja awal,

pemisahan eksplorasi dari campuran yang


tak diketahui. Pemisahan ini memberikan
gambaran isi campuran, sehingga dapat
diketahui dengan cepat apakah campuran
itu ada yang memiliki berat molekul
rendah atau berat molekul tinggi.
Alat
yang
digunakan
dalam
kromatografi gel untuk fraksinasi enzim
pectin ini
yaitu timbangan untuk
menimbang berat sephadex gel yang
diperlukan 0,5g, gelas kimia untuk wada
pembuatan gel dan magnetic stirer untuk
mengaduk gel yang akan dibuat, agitator
untuk menghilangan gelembung udara
pada gel, gelas ukur untuk mengukur
banyaknya sephadex gel dan buffer
phosfat, kolom yang berfungsi untuk
tempat untuk gel dan mengalirkan ekstrak
dan pada kolom terdapat kran yang dapat
dibuka tutup untuk mengeluarkan fraksi
yang didapat Kolom dapat melewatkan
molekul pelarut yang merupakan fasa
bergerak, sedangkan molekul polimer yang
lebih kecil dapat memasuki pori pori gel,
karena itu bergerak lebih lambat
disepanjang kolom dibanding molekul
besar. kapas untuk menyubat lubang dari
kolom untuk mempengaruhi kecepatan dari
tetesan yang didapatkan dan vial untuk
menampung tetesan hasil fraksinasi dan
juga Detektor spektro UV untuk mengukur
absorbansi dari protein yaitu pada 280 nm
dari fraksi individual, prinsip kerjanya
yaitu berdasarkan interaksi sample dengan
sinar UV. Sinar UV memiliki panjang
gelombang sebagai sumber sinar dapat
digunakan lampu deuterium. Deuterium
disebut juga heavy hydrogen yang
merupakan isotop hidrogen yang stabil
yang, Inti atom deuterium mempunyai satu
proton dan satu neutron, sementara
hidrogen hanya memiliki satu proton dan
tidak memiliki neutron sample tidak
berwarna tidak perlu dibuat berwarna

dengan penambahan reagent tertentu


bahkan sample dapat langsung dianalisa
meskipun tanpa preparasi. Namun sample
keruh harus dibuat jernih dengan filtrasi
atau centrifugasi, prinsip dasar pada
spektrofotometri adalah sample harus
jernih dan larut sempurna jangan ada
partikel koloid apalagi suspensi.
Bahan
yang
digunakan
yaitu
Sephadex G-100 yaitu bahan untuk gel
yang dapat memfitrasi zat yang memiliki
rentang berat molekul 4000-100000,
Buffer Phosfat Solution (PBS) pH 6,8 yang
dapat masuk keintrasel da dlam tahap
fraksinasi berfungsi untuk membasahi gel
agar tidak menjadi kering dan pecah PBS
sendiri merupakan zat yang telah dipakai
dalam proses eksraksi, eksrak jeruk yang
telah dibuat sebagai sumber sampel yang
akan ditarik fraksinya agar didapat enzim
pectin dari ekstrak tersebut.
Enzim Pektin yang terdapat pada
jeruk merupakan suatu protein tersusun
atas molekul asam galakturonat yang
berikatan dengan ikatan - (1-4)-glikosida
sehingga
membentuk
asam
poligalakturonat. Gugus karboksil sebagian
teresterifikasi dengan methanol dan
sebagian
gugus
alcohol
sekunder
terasetilasi Pektin secara umum terdapat di
dalam dinding sel primer tanaman,
khususnya di sela-sela antara selulosa dan
hemiselulosa. Senyawa-senyawa pektin
berfungsi sebagai perekat antara dinding
sel yang satu dengan yanglain. Bagian
antara dua dinding sel yang berdekatan
tersebut dinamakan lamella tengah. pektin
merupakan asam poligalakturonat yang
mengandung metil ester. Pektin diekstraksi
secara komersial dari kulit buah jeruk dan
apel dalam kondisi asam. Masing-masing
cincin merupakan suatu molekul dari asam
poligalakturonat, dan ada 300 1000
cincin seperti itu dalam suatu tipikal

molekul pektin, yang dihubungkan dengan


suatu rantai linier.
Enzim pektin dengan kadar metoksil
lebih rendah dari 7% dapat membentuk gel
bila ada ion-ion logam bivalen. Ion logam
bivalen dapat bereaksi dengan gugusgugus karboksil dari 2 molekul asam
pektat dan membentuk jembatan. Pada
pembentukan gel ini, tidak diperlukan gula
dan tekstur gel proses pengendapan pektin
merupakan suatu proses pemisahan pectin
dari larutannya. Pektin adalah koloid
hidrofilik yang bermuatan negatif (dari
gugus karboksil bebas yang terionisasi)
dan tidak mempunyai titik isoelektrik
seperti kebanyakan koloidal hidrofilik.
Pektin lebih utama distabilkan oleh hidrasi
partikelnya daripada oleh muatannya.
Penambahan etanol dapat mendehidrasi
pektin sehingga mengganggu stabilitas
larutan koloidalnya, dan akibatnya pektin
akan terkoagulasi.
Pektin memiliki potensi yang baik
dalam bidang farmasi sejak dahulu pektin
digunakan dalam penyembuhan diare dan
menurunkan kandungan kolesterol darah.
Pektin melalui pembuluh darah dapat
memperpendek waktu koagulasi darah
yang
berguna
untuk
mengendalikan
pendarahan. Pada industri farmasi, pectin
digunakan sebagai emulsifier bagi preparat
cair dan sirup, obat diare pada bayi dan
anak-anak, obat penawar racun logam, dan
bahan penyusut kecepatan penyerapan
bermacam-macam obat. Selain itu, pektin
juga berfungsi sebagai bahan kombinasi
untuk memperpanjang kerja hormon dan
antibiotika,
bahan
pelapis
perban
(pembalut luka) untuk menyerap kotoran
dan jaringan rusak atau hancur sehingga
luka tetap bersih dan cepat sembuh,
Pada praktikum ini, dimulai dengan
persiapan bahan pengepak dan dilanjutkan

dengan
fraksinasi
dengan
metode
kromatografi filtrasi gel. Prinsip dari
teknik filtrasi gel (kromatografi filtrasi gel)
adalah pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan ukurannya. Perlakuan enzim
selanjutnya adalah pemurnian berdasarkan
ukuran dengan kolom kromatografi filtrasi
gel menggunakan sephadex G-100.
Sephadex G-100 ini berfungsi sebagai fasa
diam, syarat-syarat bahan yang bisa
digunakan untuk fasa diam adalah tidak
terlarutpada fasa gerak, stabil pada kondisi
proses yang dikehendaki dan mampu
menyerap zat-zat yang dipisahkan.
Sedangkan bahan yang bisa dipakai
sebagai fasa gerak harus mempunyai sifat sifat tidak melarutkan fasa diam, stabil
terhadap kondisi proses dan mampu
melepaskan atau melarutkan unsur - unsur
atau ion - ion yang terserap/terikat pada
fasa diamnya, dengan besar kelarutan yang
berbeda beda. Sephadex G-100
ditimbang sebanyak 0,5 gram yang
dilarutkan dalam 60 mL air bebas ion
sambil diaduk. Proses pengadukan
bertujuan
agar
sephadex
G-100
menghomogen dengan sempurna dengan
air. Proses homogen ini juga tujuannya
adalah untuk memecahkan sel tanpa
merusak organel.
Setelah selesai dimasukkan kedalam
suatu kolom yang sudah bersih secara
perlahan, didiamkan hingga mamadat pada
kolom. Jika terbentuk rongga udara, bagian
luar kolom diketuk hingga tidak ada
rongga udara. Karena roda udara ini, akan
menyebabkan matriks gel pecah dan akan
menggaggu proses fraksinasi. Matriks gel
dalam kolom yang sudah memadat, diberi
PBS 0,05 M pH 6 sedikit demi sedikit
melalui pinggir kolom. PBS 0,05 M pH 6
ini akan mencuci matriks gel dari kotoran
yang ada dan sebagai fase gerak. Selain
sebagai pencuci PBS 0,05 M pH 6 ini juga

sebagai buffer atau penyangga. Buffer


ialah suatu larutan encer yang mengandung
asam lemah dan basa konjugatnya atau
basa lemah dan asam konjugatnya.
Perubahan pH-nya sangat kecil ketika
sedikit asam atau basa kuat ditambahkan
kepadanya
dan
dengan
demikian
digunakan untuk mencegah per-ubahan pH
dalam larutan. Larutan buffer digunakan
untuk mempertahankan pH pada nilai yang
hampir konstan dalam berbagai aplikasi
kimia.
Banyak
bentuk
kehidupan
berkembang hanya dalam rentang pH yang
relatif
kecil
sehingga
mereka
memanfaatkan larutan buffer untuk
mempertahankan pH konstan. larutan PBS
ini biasa digunakan untuk buffer intrasel
yang ada pada makhlik hidup, baik hewan
maupun tumbuhan. Lalu, ekstrak jeruk
dituang pada kolom melalui pinggir kolom
agar tidak merusak matriks gel. Ditunggu
hingga ekstrak melewati kolom, sambil
ditambahkan PBS 0,05 M pH hingga
memenuhi batas kolom. Pada kolom PBS
0,05 M pH ini jangan sampai habis karena
akan jika kolom sampai kering maka
kolom akan pecah. Dielusi perlahan hingga
laju 30 tetes per menit dan ditampung
dengan vial sebanyak 30 ml. Ekstrak buah
jeruk yang memiliki bobot molekul lebih
besar dari pori-pori gel akan melewati
ruang antar pori-pori sehingga akan lebih
dahulu keluar dari kolom sebaliknya yang
berbobot molekul lebih kecil akan masuk
ke dalam pori-pori matriks sehingga akan
keluar lebih lambat. Kemudian didapatkan
25 vial atau sekitar 75 ml pada 25 vial
yang berbeda.
Protein dapat dideteksi pada panjang
gelombang 280nm maka digunakan
detector spektro UV, detector spektro UV
ini memiliki panjang gelombang antara
190-380 nm maka protein dapat dideteksi
nilai absorbansinya, Ikatan peptida pada

protein terlarut akan menyerap sinar UV


pada panjang gelombang sekitar 280 nm.
Sehingga semakin banyak sinar yang
diserap sample (Absorbansi tinggi), maka
konsentrasi protein terlarut semakin besar.
Dari 25 vial didapatkan tiga kelompok
rentang nilai absorbansi setelah diukur
dengan detektor spektro UV. Yang
pertama yaitu nilai absorbansi 1,99,
didapatkan enam buah vial (Vial
2,3,4,6,7,8). Sedangkan untuk yang kedua
dengan rentang nilai absorbansi 0,8-1,8,
didapatkan dua vial (vial 5,11). Kemudian
pada rentang 0,5-0,7 didapatkan lima vial
(vial 9,10,12,13,14). Pada kelompok
dengan nilai 1,99 ini merupakan nilai
absorbansi maksimum yang menandakan
bahwa protein yang nilai absorbansinya
1,99 ini termasuk yang paling pekat atu
mempunyai konsentrasi protein yang
paling besar fraksi yang didapat memiliki 3
rentang nilai absorbansi yang berbeda
menandakan dalam sampel tersebut
memiliki jenis protein yang berbeda.
Rentang nilai antara vial satu sampai 25
tidak beraturan karena setiap vial
mempunyai konsentrasi yang berbeda. Dan
juga dapat terjadi kesalahan, yaitu ada
pengotor pada saat mendetektor nilai
absorbansinya.
SIMPULAN
Dari fraksinasi enzim yang berasal dari
ekstrak jeruk yang dilakukan, diukur
absorbansi menggunakan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 280 nm.
Sehingga diperoleh:
1. Absorbansi 1.99: vial 2, 3, 4, 6, 7,
dan 8.
2. Absorbansi 0.8- 1.8: vial 5 dan 11.
3. Absorbansi 0.5- 0.7: vial 9, 10, 12,
13, dan 14.

DAFTAR PUSTAKA
Dahab GM, Hesham YD. 2005. Effect of
Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitors Captopril and Lisinopril
on Collagen Synthesis by Cultured
rat liver Cell. Saudi Pharmaceutical
Journal 37:39. [terhubung berkala].
http://www.biochemj.org. [27 Maret
2015]
Girsang M, et al. 2003.Teknik Sentrifugasi
untuk Meningkatkan Penemuan
Bakteri Tahan Asam (BTA) dari
Sputum Penderita TBC Melalui
Metode Zielh-Neelsen. [terhubung
berkala].
http://www.litbang.depkes.go.id/med
ia/index. [27 Maret 2015]
Harjono, S.M Widyastuti dan Sebastian
Margino. 2001. Pemurnian dan
Karakterisasi Enzim Endokitinase
dari Agen Pengendali Hayati
Trichoderma reesei. Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia.
7(2): 114-120.
Harris and S Angel. 1989. Protein
purification methods: A Practical
Approach. Oxford : IRL Press at
Oxford University Press,. .
Irsyad, 2009. Dasar- dasar Isolasi Protein
available online at
http://inherent.brawijaya.ac.id/biomo
l/materi/Lecture13/.pdf.html [27
Maret 2015]
Poedjiadi, A., F.M. T. Supriyanti. 2006.
Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press.
Jakarta.
Scopes, R.K. 1987. Protein Purification:
Principles and Practice, second
edition. New York : Springer-Verlag
Inc.

Anda mungkin juga menyukai