FRAKSINASI ENZIM
Senin, 23 Maret 2015
Kelompok I
Senin, Pukul 13.00 16.00 WIB
Oleh:
Hasna Nur Syahidah
260110130001
260110130002
Anisa Rosdiana
260110130003
Intan Merita
260110130004
Nujaimah R. Sholeh
260110130005
Oryza Sativa S.
260110130006
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
PENDAHULUAN
Enzim adalah protein yang berfungsi
sebagai biokatalisator, senyawa yang
meningkatkan kecepatan reaksi kimia.
Enzim merupakan biokatalisator organik
yang dihasilkan organisme hidup di dalam
protoplasma, yang terdiri atas protein atau
suatu senyawa yang berikatan dengan
protein. Enzim disintesis dalam bentuk
calon enzim yang tidak aktif, kemudian
diaktifkan dalam lingkungan pada kondisi
yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang
disintesis dalam pankreas, diaktifkan
dengan memecah salah satu peptidanya
untuk membentuk enzim tripsin yang aktif.
Bentuk enzim yang tidak aktif ini disebut
zimogen (Poedjiadi, 2006).
Fraksinasi
merupakan
proses
pemisahan suatu larutan menjadi fraksi
atau bagian-bagian tertentu. Pembagian
atau pemisahan ini didasarkan pada bobot,
massa jenis dari tiap fraksi, fraksi yang
lebih berat akan berada paling dasar biasa
disebut Pelet sedangkan fraksi yang lebih
ringan akan berada dibagian diatas yang
biasa disebut Supernatan. Salah satu
contoh
fraksinasi
ialah
fraksinasi
subseluler. Fraksinasi subseluler ialah
pemecahan sel melalui homogenasi dan
pemisahan organel-organel dari yang satu
degan lainnya menggunakan alat setrifs.
Fraksinasi biasanya dilakukan pada suhu
rendah, biasanya 4C meminimalisasi
degradasi enzim- enzim yang ada terhadap
komponen sel serta mempertahankan
struktur dan fungsi dari organel (Irsyad,
2009).
Pemurnian enzim bertujuan untuk
memisahkan enzim yang dikehendaki dari
enzim lain yang tidak diinginkan. Ada tiga
strategi yang harus diperhatikan dalam
pemurnian enzim: 1) kualitas, perlu
tindakan untuk mempertahankan aktivitas
enzim dengan mengurangi proteolisis dan
dengan
fraksinasi
dengan
metode
kromatografi filtrasi gel. Prinsip dari
teknik filtrasi gel (kromatografi filtrasi gel)
adalah pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan ukurannya. Perlakuan enzim
selanjutnya adalah pemurnian berdasarkan
ukuran dengan kolom kromatografi filtrasi
gel menggunakan sephadex G-100.
Sephadex G-100 ini berfungsi sebagai fasa
diam, syarat-syarat bahan yang bisa
digunakan untuk fasa diam adalah tidak
terlarutpada fasa gerak, stabil pada kondisi
proses yang dikehendaki dan mampu
menyerap zat-zat yang dipisahkan.
Sedangkan bahan yang bisa dipakai
sebagai fasa gerak harus mempunyai sifat sifat tidak melarutkan fasa diam, stabil
terhadap kondisi proses dan mampu
melepaskan atau melarutkan unsur - unsur
atau ion - ion yang terserap/terikat pada
fasa diamnya, dengan besar kelarutan yang
berbeda beda. Sephadex G-100
ditimbang sebanyak 0,5 gram yang
dilarutkan dalam 60 mL air bebas ion
sambil diaduk. Proses pengadukan
bertujuan
agar
sephadex
G-100
menghomogen dengan sempurna dengan
air. Proses homogen ini juga tujuannya
adalah untuk memecahkan sel tanpa
merusak organel.
Setelah selesai dimasukkan kedalam
suatu kolom yang sudah bersih secara
perlahan, didiamkan hingga mamadat pada
kolom. Jika terbentuk rongga udara, bagian
luar kolom diketuk hingga tidak ada
rongga udara. Karena roda udara ini, akan
menyebabkan matriks gel pecah dan akan
menggaggu proses fraksinasi. Matriks gel
dalam kolom yang sudah memadat, diberi
PBS 0,05 M pH 6 sedikit demi sedikit
melalui pinggir kolom. PBS 0,05 M pH 6
ini akan mencuci matriks gel dari kotoran
yang ada dan sebagai fase gerak. Selain
sebagai pencuci PBS 0,05 M pH 6 ini juga
DAFTAR PUSTAKA
Dahab GM, Hesham YD. 2005. Effect of
Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitors Captopril and Lisinopril
on Collagen Synthesis by Cultured
rat liver Cell. Saudi Pharmaceutical
Journal 37:39. [terhubung berkala].
http://www.biochemj.org. [27 Maret
2015]
Girsang M, et al. 2003.Teknik Sentrifugasi
untuk Meningkatkan Penemuan
Bakteri Tahan Asam (BTA) dari
Sputum Penderita TBC Melalui
Metode Zielh-Neelsen. [terhubung
berkala].
http://www.litbang.depkes.go.id/med
ia/index. [27 Maret 2015]
Harjono, S.M Widyastuti dan Sebastian
Margino. 2001. Pemurnian dan
Karakterisasi Enzim Endokitinase
dari Agen Pengendali Hayati
Trichoderma reesei. Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia.
7(2): 114-120.
Harris and S Angel. 1989. Protein
purification methods: A Practical
Approach. Oxford : IRL Press at
Oxford University Press,. .
Irsyad, 2009. Dasar- dasar Isolasi Protein
available online at
http://inherent.brawijaya.ac.id/biomo
l/materi/Lecture13/.pdf.html [27
Maret 2015]
Poedjiadi, A., F.M. T. Supriyanti. 2006.
Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press.
Jakarta.
Scopes, R.K. 1987. Protein Purification:
Principles and Practice, second
edition. New York : Springer-Verlag
Inc.