Anda di halaman 1dari 3

Nama: Oryza Sativa Sinuhaji

NPM: 260110130006

SEJARAH OBAT
Obat adalah bahan kimia atau sediaan biologik yang dipergunakan untuk
diagnostik, pengobatan maupun pencegahan penyakit adalah peluru utama bagi
senjata seorang dokter. Walaupun dunia kedokteran mengenal berbagai cara
pengobatan, seperti tindakan operatif, fisioterapi, radioterapi, psikoterapi, diet dan
sebagainya, namun pemberian obat tetap menjadi bagian yang dominan. Obat
dapat dianggap sebagai zat kimiawi, hewani maupun nabati yang dalam dosis
layak dapat menyembuhkan, meringankan, mencegah penyakit atau untuk
kepentingan diagnostic (Yahya, et al, 1992).
Asal mula pemakaian obat obatan tidak diketahui dengan pasti. Dahulu
pengobatan terhadap suatu penyakit lebih cenderung kepada hal hal mistis
begitu pula pengobatan. Nenek moyang kita meramu berbagai macam bahan dari
tanaman atau hewan dengan cara yang tradisional. Bahan obat tersebut bisa
direbus, digiling halus atau cara lain yang konvensional. Hasil rebusan atau
gilingan bahan obat tersebut diberikan kepada penderita sakit baik diminumkan
atau dioleskan disertai dengan kegiatan mistik berdasarkan kepercayaan.
Obat obat ini digunakan secara turun menurun dari nenek moyang mereka,
sehingga pengunaanya pun masih secara empiris atau belum ada penelitian yang
pasti. Sebagai contoh penduduk lokal pulau jawa melakukan pengobatan dengan
menggunakan obat yang berasal dari bahan alam yang dikenal dengan istilah
jamu, sedangkan pada belahan dunia lain yaitu India pengobatan tradisional yang
mereka gunakan adalah ayurveda (Tjay, 2007).
Pada mulanya penggunaan obat dilakukan secara empirik dari tumbuhan,
hanya berdasarkan pengalaman dan selanjutnya Paracelsus (1541-1493 SM)
berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat perlu pengetahuan kandungan

zat aktifnya dan dibuat obat dari bahan yang sudah diketahui zat aktifnya.
Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan bapak kedokteran dalam
praktek pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan.
Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan
teori kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi. Selanjutnya Ibnu Sina
(980-1037) telah menulis beberapa buku tentang metode pengumpulan dan
penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan obat seperti pil,
supositoria, sirup dan menggabungkan pengetahuan pengobatan dari berbagai
negara yaitu Yunani, India, Persia, dan Arab untuk menghasilkan pengobatan yang
lebih baik. Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi efek
farmakologi dan toksikologi obat pada hewan percobaan, ia mengatakan :I
pondered at length, finally I resolved to clarify the matter by experiment. Ia
adalah orang pertama yang melakukan penelitian farmakologi dan toksikologi
pada hewan percobaan. Percobaan pada hewan merupakan uji praklinik yang
sampai sekarang merupakan persyaratan sebelum obat diujicoba secara klinik
pada manusia.
Sejak tahun 1945 ilmu-ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang
dengan pesat, dan ha ini menguntungkan sekali bagi penyelidikan yang sistematis
dari obatobat baru. Beribu-ribu zat sintetik telah ditemukan, rata-rata 500 obat
setiap tahunnya, yang mengakibatkan perkembangan revolsioner di bidang
farmako-terapi. Kebanyakan obat kuno ditinggalkan diganti dengan obat-obat
modern (Yahya, et al, 1992).

Daftar Pustaka
Sukandar, Y. E., Tren dan Paradigma Dunia Farmasi, Departemen Farmasi,
FMIPA, Institut Teknologi Bandung.
Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2007, Obat Obat Penting: Khasiat, Penggunaan
dan Efek Sampingnya, Farmakologi Umum, Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Yahya, F., T., et al, 1992, Supercritical Carbondioxide and Solvent Extraction of
2-acetyl- 1-pyrroline. J. of Supercritical Fluids 55: 200207.

Anda mungkin juga menyukai