Anda di halaman 1dari 27

11

KARYA TULIS ILMIAH


PEMUDA SEBAGAI SOLUSI PANGAN DI INDONESIA DENGAN
MENJADI GENERUS (PETANI) YANG KOMPETEN,UNGGUL SERTA
BERBASIS TEKNLOGI YANG BERDAYA SAING GLOBAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


PURWOKERTO
2015

LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS

3.

4.
5.

1. Judul Karya Tulis

: Pemuda sebagai Solusi Pangan di Indonesia dengan


menjadi Generus (Petani) yang Kompeten,Unggul serta
Berbasis Teknlogi yang Berdaya Saing Global

2. Sub-Tema

: Pangan (Menciptakan pemerataan dan ketahanan pangan)

Ketua Pelaksana Kegiatan


a. Nama Lengkap
: Fajar Musafak
b. NIM
: D0A013017
c. Jurusan
: Peternakan
d. Universitas
: Universitas Jenderal Soedirman
e. Alamat Rumah dan No.Telp
: Gondang Candi Mulyo Rt 11 Rw 03 Kertek Wonosobo
Alamat email
: musafak.fajar@gmail.com Anggota
Pelaksana Kegiatan
: 2 orang
Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
: Dr.Ir. Krismiwati Muatip,MSi
b. NIP
: 19640219 198903 2 002
c. Alamat Rumah dan No. Telp
: Perum Puri Indah E-34
Karangklesem Purwokerto
(0281) 6843805

Purwokerto, 01 Oktober 2015


Menyetujui
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni

Ketua Penulis

Dr.Drh.Muhamad Samsi,M.P

Fajar Musafak

NIP. 19571007 198703 1 001

NIM. D0A013017

Wakil Rektor
Bidang Kemahasiswaan dan Alumni

Dosen Pendamping

Dr.Ir. Krismiwati Muatip,M.Si

Dr.Ir.V.Prihananto,M.Si
NIP. 19640529 198901 1 001

I.

DAFTAR ISI

NIP. 19640219 198903 2 002

PENDAHULUAN...................................................................................5

1.1.

Latar Belakang.................................................................................5

1.2.

Rumusan Masalah............................................................................6

1.3.

Tujuan..............................................................................................6

1.4.

Manfaat Penulisan............................................................................6

II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................7


III.

Metodologi Penulisan atau Metode Penulisan.....................................9

IV.

ANALISIS DAN SINTESIS.............................................................10

V. SIMPULAN DAN SARAN..................................................................21


DAFTAR PUSTAKA...................................................................................23

Abstraksi
Salah satu ukuran produktivitas pertanian dapat
dikaitkan dengan kondisi ketersediaan pangan nasional dan
dinamika
untuk
memenuhi
kebutuhan
pangan tersebut.
Kebutuhan dari pangan nasional cukup besar dapat diama dari
nilai rupiah yang dibelanjakan dari APBN untuk kebutuhan
pangan tersebut. Sebagaimana hasil kajian beberapa penulisan
bahwa pada tahun 2009 sekitar 5 persen dari APBN atau
sekitar 50 triliun digelontorkan untuk menyediakan atau
membeli enam komoditas pangan, yaitu kedelai, gandum,
daging, sapi, susu dan gula, termasuk garam. Kondisi ini
menunjukkan betapa besarnya ketergantungan pangan kita
kepada negara lain.
Regenerasi terhadap generasi muda akan diharapkan
memberikan energi baru baik yang bersifat sik maupun non
sik. Bersifat sik terkait dengan kebutuhan umur produktif
yang secara jasmaniah mampu menopang kerja-kerja sik
dalam usahatani. Bersifat non sik terkait dengan kemampua
belajar untuk selanjutnya melakukan adopsi inovasi dala
menjalankan usaha tani. Kemampuan belajar terus menerus
dan penguasaan terhadap teknologi khususnya dalam pemanfaatan
teknologi informasi akan berdampak positif bagai peningkatan
daya saing petani
Metode pengkajian terhadap relevansi regenerasi SDM
untuk
pencapaian
ketahanan dan pemerataan
pangan
menggunakan penelusuran pustaka (studi pustaka) khususnya yang
terkait dengan SDM pertanian terkini. Penelusuran
sumber
pustaka memanfaatkan hasil penulisan terdahulu baik dari
publikasi online maupun referensi dalam bentuk buku, berkala
maupun sumber ilmiah lainnya. Kajian terhadap hasil penulisan
diharapkan dapat memberikan informasi terkini yang relevan
dengan kondisi SDM petani.

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan teknologi dan informasi telah membuat
dunia pertanian menjadi salah satu aspek kehidupan yang
penting dan menjadi sorotan utama dalam mengawali sebuah
pembangunan perekonomian suatu negara, khususnya negara-negara
berkembang, seperti Indonesia. Dunia pertanian tidak lagi
dipandang sebelah mata, sejarah telah membuktikan bahwa sebelum
terlaksananya revolusi industri, revolusi hijau terjadi lebih
dahulu. Akan tetapi, setelah revolusi industry hadir
ke
permukaan, semua stake holders (penyedia barang)beralih dari
segala
aktivitas
industri
atau aktivitas hilir dan perlahan
meninggalkan lahan-lahan pertanian. Alhasil, lahan-lahan pertanian
pun menjadi terbengkalai, berdampak pada produksi pertanian
yang mengalami penurunan serta melahirkan sebuah paradigma
baru. Paradigma baru yang mulai tertancap di benak para generasi
muda dan masyarakat umum lainnya. Paradigma ini berkata bahwa
dunia industri lebih berperan penting dalam kemajuan perekonomian
suatu negara dan dunia ini lebih bergengsi daripada dunia pertanian.
Tidak
salah
jika
kebanyakan generasi muda dan
mahasiswa mempunyai paradigma bahwa profesi petani adalah
profesi yang rendahan dan tidak memiliki prospek yang cerah
untuk masa depan mereka. Mereka beranggapan bahwa petani
itu adalah orang-orang miskin yang setiap hari pergi ke sawah
membawa cangkul, memakai caping, kemudian membajak sawah
dengan bantuan dua ekor kerbau yang kotor dan bau, lalu
menanami sawahnya dengan benih-benih padi, menunggu, dan
merawatnya hingga waktu panen tiba. Namun, kenyataannya
memang seperti itu. Banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi
sebagai petani masih hidup miskin dari dulu sampai sekarang,
tidak ada yang berubah dari mereka. Di lingkungan tempat
mereka hidupnya Fakta inilah yang membuat generasi muda
khususnya mahasiswa enggan terjun ke dunia pertanian.
Bagaimana tidak?
Mahasiswa pertanian saja
yang
seharusnya berkiprah pada dunia pertanian dengan perbekalan ilmu
pertanian yang mereka dapatkan di perguruan tinggi/universitasnya
justru malah lebih suka berkiprah di dunia non-pertanian seperti
perbankan, perindustrian, dan sebagainya. Terbukti. Contohnya saja
mahasiswa lulusan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) lebih
banyak yang bekerja di dunia non-pertanian dari pada pertanian.
Bagai kacang lupa dengan kulitnya. Mahasiswa yang kini selalu

dibantu dan dibiayai oleh rakyat dengan harapan mereka mampu


memperbaiki pertanian yang ada dan memajukannya, tetapi
justru menghianati rakyat dengan enggan bekerja pada bidang
pertanian.

1.2. Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.

Kurangnya minat generasi muda dalam bidang pertanian


Kesejahteraan petani masih rendah,
Pemanfaatan teknologi yang masih minim, tradisional
Penggunaan sumber daya lokal yang belum optimal

1.3. Tujuan
Berfokus pada pemikiran tersebut maka tujuan dari penulisan
karya tulis ini adalah:
(a) Menguraikan kondisi

tantangan

global terhadap peran

pemuda dalam ketersediaan pangan dan dinamikanya,


(b) menguraikan karakteristik SDM pertanian saat ini,
(c) meningkatkan peran generasi muda yang inovatif dalam
pembangunan pertanian
(d) membantu pemecahan permasalahan dalam krisis pangan di
Indonesia
1.4. Manfaat Penulisan
Memberikan solusi, kesadaran dan langkah menuju ketahanan dan
pemerataan pangan

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Pemuda, sebagai kelompok usia produktif merupakan


bagian masyarakat yang paling dinamis dalam mengejar akan
tujuannya dalam memecahkan
Kesadaran

akan

tujuan

persoalan ekonomi
yang

ingin diraih

keluarga.
membangun

representasi dan orientasi kerja yang termotivasi. Hal ini sekaligus


memacu penggunaan cara dan alat yang paling sesuai dengan situasi
yang ada (Parsons, 1937).
Apabila dilihat dari perspektif kepentingannya pada jumlah
tenaga kerja, maka pertanian menyerap sekitar 33,32% total
tenaga kerja. Kondisi lainnya adalah bahwa pada rumah tangga
pedesaan bergantung sekitar 70% dari sektor pertanian sebagai
sumber utama pendapatan. Dalam konteks ketenagakerjaan, maka
pertanian memiliki peran vital dalam mengurangi pengangguran
yang semakin besar. Kondisi tersebut memberikan klarikasi bahwa
pertanian menjadi faktor penutup bagi potensi pengangguran yang
besar. Terdapat fakta bahwa pertanian adalah suatu keniscayaan
bagi

keberlanjutan kehidupan

manusia,

dalam

penyediaan pangan(Luckey, et al: 2013).


Daya saing yang lemah tentu

akan

Indonesia

ASEAN

mengingat pasar

terpadu

konteks
merugikan
sudah

terealisasikan. Sebagaimana yang diketahui bahwa implementasi


The ASEAN Economic Community (AEC) sudah berlaku pada
tahun ini. Integrasi pasar dan pintu masuk pasar global yang tidak
diantisipasi,

tentu

akan

sangat

merugikan bangsa Indonesia.

Salah satu faktor penting bagi upaya melakukan proses produksi


yang tepat, adalah dengan menyiapkan SDM yang memenuhi
standar kebutuhan sektor pertanian. SDM
dibutuhkan

adalah

sesuai

yang

dengan kebutuhan

tepat
dalam

yang
rangka

memenuhi upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam memenuhi


ekspektasi daya saing yang tepat. Dalam konteks ini para pelaku atau
SDM yang tepat sangat diharapkan dapat melaksanakan kegiatan
pertanian yang sesuai (Wibowo, 2014).

Indonesia sampai saat ini adalah Negara pengimpor bahan


pangan pokok antaralain gandum, beras, dan kedelai dan beberapa
komoditas lainnya. Jumlah impor tersebut memiliki konsekuensi
ketergantungan Indonesia terhadap beberapa
memenuhi

Negara

untuk

kebutuhan akan pangan. Semakin besar jumlah

kebutuhan pangan, semakin besar ketergantungan Indonesia


terhadap Negara-negara penyedia pangan. Bila kondisi tersebut
berlanjut

maka

krisis

pangan

akan

benar-benar

terjadi.

Kecenderungan semakin meningkatnya impor beberapa komoditas


oleh Indonesia, dinilai sebagai kondisi yang membahayakan.
Indonesia dinilai sudah masuk dalam jebakan pangan (food trap)
(Wibowo, 2014).
Regenerasi

terhadap generasi muda akan

diharapkan

memberikan energi baru baik yang bersifat sik maupun non sik.
Bersifat sik terkait dengan kebutuhan umur produktif yang
secara jasmaniah

mampu

menopang

kerja-kerja

sik

dalam

usahatani. Bersifat non sik terkait dengan kemampua belajar untuk


selanjutnya melakukan adopsi inovasi dala menjalankan
tani.

Kemampuan

belajar

usaha

terus menerus dan penguasaan

terhadap teknologi khususnya dalam pemanfaatan teknologi


informasi akan berdampak positif bagai peningkatan daya saing
petani (Muksin, 2007).

III.

Metodologi Penulisan atau Metode Penulisan

Metode pengkajian terhadap relevansi regenerasi SDM untuk


pencapaian

ketahanan dan pemerataan

pangan menggunakan

penelusuran pustaka (studi pustaka) khususnya yang terkait dengan


SDM pertanian terkini. Penelusuran

sumber

pustaka

memanfaatkan hasil penulisan terdahulu baik dari publikasi


online maupun referensi dalam bentuk buku, berkala maupun sumber
ilmiah lainnya. Kajian terhadap hasil penulisan diharapkan dapat
memberikan informasi terkini yang relevan dengan kondisi SDM
petani. Untuk

menghasilkan

analisis

yang

relevan,

maka

pengamatan terhadap data utama dilakukan terhadap hasil data


yang

dikeluarkan

Pusat

Statis (BPS) dan data

bersumber dari peneli tian lainnya atau

penulisan terdahulu.

Penulisan

oleh

terdahulu

Badan

yang dimaksud adalah penulisan yang

dilakukan oleh penulis maupun

karya

penelilainnya.

Penulis

berupaya untuk melakukan proses pembandingan terhadap data


langsung dari hasil penelusuran pustaka, dan melakukan analisis
untuk keperluan menjawab pertanyaan penulisan.
Selanjutnya dari hasil komparasi dan analisis data tersebut
tersebut penulis melakukan review terhadap kajian-kajian yang
memiliki substansi dan ruang lingkup masalah yang relevan.
Berdasarkan review tersebut

penulis melakukan

sintesa

untuk

memberikan pemahaman dan pemaknaan atas informasi yang


diperoleh.

Berdasarkan

keseluruhan

aktivitas

tersebut penulis

melakukan sintesa untuk melakukan pemaknaan dan


implikasi maupun penarikan kesimpulan dari
Sintesa
lapangan
pertanian.

kajian

menyusun
tersebut.

memberikan

gambaran terhadap informasi faktual di

khususnya

dalam kehidupan dan dinamika SDM

IV.

ANALISIS DAN SINTESIS

Salah satu ukuran produktivitas pertanian dapat


dikaitkan dengan kondisi ketersediaan pangan nasional dan
dinamika
untuk
memenuhi
kebutuhan
pangan tersebut.
Kebutuhan dari pangan nasional cukup besar dapat diama dari
nilai rupiah yang dibelanjakan dari APBN untuk kebutuhan
pangan tersebut. Sebagaimana hasil kajian beberapa penulisan
bahwa pada tahun 2009 sekitar 5 persen dari APBN atau
sekitar 50 triliun digelontorkan untuk menyediakan atau
membeli enam komoditas pangan, yaitu kedelai, gandum,
daging, sapi, susu dan gula, termasuk garam. Kondisi ini
menunjukkan betapa besarnya ketergantungan pangan kita
kepada negara lain.
Bersamaan dengan hal tersebut di banyak belahan dunia
yang lain kondisi kekurangan ketersediaan pangan juga terjadi.
Selain persoalan iklim yang
dak menentu sebagai akibat
kehidupan modern yang tidak terkendali dan tidak ramah
terhadap lingkungan, maka pesoalan pertumbuhan jumlah
penduduk yang terus meningkat menjadi penyebab utama akan
ketersediaan pangan yang terus menurun. Data beberapa penulisan
menyebutkan bahwa secara ideal angka pasokan pangan atas
kebutuhan jumlah penduduk, saat ini dinilai berada pada angka
ketersediaan 30-40persen dari jumlah keseluruhan. Kondisi
tersebut secara factual tentu memprihatinkan dan banyak
memunculkan banyak kekhawatiran (Suswono, 2014) .
Produksi pangan berasal dari proses produksi
pertanian. Sementara produksi dan perdagangan yang terkait
langsung dengan sarana produksi hanya dikuasai atau dikontrol
oleh tengkulak, sehingga petani hanya memiliki peran kecil dalam
kontribusi terhadap perdagangan. Dengan demikian krisis pangan
dan ancaman terhadap ketersediaan pangan disejajarkan
dengan konsepsi ancaman tradisional dan non tradisional pada
keamanan nasional. Krisis terhadap keberlanjutan
pertanian
adalah konsekuensi logis dari kondisi saat ini. Sebagaimana
tela
diuraikan
bahwa produktivitas
pertanian
terus
mengalami penurunan. Produktivitas yang menurun memberikan
ancaman serius terhadap kedaulatan pangan. Bahkan ancaman
terhadap krisis
pangan
dimasukkan
sebagai
ancaman
serius terhadap ketahanan dan kemanan Negara (Bappenas,
2009).
Generasi muda saat ini lebih tertarik bekerja pada sektor
industri , hal ini menyebabkan sektor hulu yang menjadi cikal bakal

produksi pangan di Indonesia kurang mendapat sentuhan dari tenaga


pemuda yang potensial jika hal ini dibiarkan akan berdampak pada
menurunnya produktivitas bahan pangan di Indonesia, yang
selanjutnya berdampak pada sulitnya untuk mencapai pemerataan
dan ketahanan pangan.
Strategi pembangunan pertanian dengan bekerja sama generus petani
Menghadapi tantangan ketahanan pangan yang saat ini
dirasakan oleh Indonesia, diperlukan

beberapa

dirancang oleh pemuda , mulai

peningkatan

dari

strategi yang
ketahanan

pangan baik dalam ketersediaan, stabilitas, aksesabilitas, konsumsi


sehingga dapat dilihat kemajuan pertumbuhan ekonomi, dan suatu
individu dapat memiliki daya saing individu dan bangsa. Misalnya
dengan melaksanakan tujuh gema revitalisasi yang dialaksanakan
generasi penerus petani. Pengembangan teknologi dan industry hilir,
revitalisasi

lahan,

revitalisasi

perbenihan

dan

pembibitan,

perbaikan infrastruktur dan sarana, pengembangan sumber daya


manusia,

revitalisasi

kelembagaan

petani.

pembiayaan
Sebagai

contoh

petani,
dalam

penguatan
permasalahan

konversi lahan, kepemilikan lahan yang sempit, sulitnya akses


petani ke lahan terlantar, strategi yang cocok adalah revitalisasi
lahan (Anonim, 2011).
Kesiapan lahan pertanian
Pemuda mempersiapkan lahan pertanian yang ada untuk
pangan

sebaiknya lebih

ditingkatkan produktivitasnya sehingga

dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Faktor dominan


penyebab rendahnya produktivitas tanaman pangan di Indonesia
antara

lain

disebabkan

oleh penerapan teknologi budidaya di

lapangan yang masih rendah, tingkat kesuburan lahan yang terus


menurun, dan eksplorasi potensi genetik tanaman
belum optimal di sisi lain

yang

masih

pemerintah juga harus tegas dalam

memberikan ijin dalam alih fungsi lahan dari pertanian ke non

pertanian. Pembagian kawasan pertanian di Indonesia sangat penting


untuk meningkakan hasil pangan. Melihat kondisi daerah topografi
wilayah tertentu terutama dalam skala nasional. Pertambahan
penduduk menuntut penggunahan lahan semakin besar, baik sector
industri

maupun

sarana

infrastruktur.

Hal

ini

tentu

akan

mengancam lahan pertanian akan semakin sempit. Solusi yang bisa


diterapkan oleh pemuda dalam bidang perencanaan lahan pertanian
yaitu SIG (Sistem Informasi Geospasial) merupakan metode
yang efektif dalam pengambilan keputusan pengelolaan lahan
pertanian. Tetapi

penyediaan data

SIG

(Sistem Informasi

Geospasial) di Indonesia belum diterapkan secara penuh khususnya


skala nasional. Teknologi penginderaan jauh dengan memanfaatkan
citra satelit sangat mendukung penyediaan data SIG dalam
menentukan kawasan-kawasan yang menjadi lokasi penyediaan
lahan pertanian. Karena SIG sendiri mencakup dasar-dasar lahan,
kondisi topografi, serta informasi pendukung lahan tersebut.
Metode

ini

produktivitas

menjadi
lahan.

sangat

mudah

dalam

mengevaluasi

Sehingga kekurangan hasil produksi serta

pengelolaan lahan pertanian tersebut bisa direncanakan dan bisa


menargetkan
Evaluasi

hasil

lahan

produksi
pertanian

sesuai

jangka

waktu

tertentu.

sangat penting untuk melihat

perkembangan lahan pertanian. Demi tercapainya keseimbangan


lahan pertanian di Indonesia (Mulyani , 2013).
Kebijakan Pemerintah dalam ketahanan dan Pemerataan Pangan Nasional
Ketahanan pangan nasional masih merupakan isu yang
strategis bagi Indonesia mengingat kecukupan produksi, distribusi
dan konsumsi pangan memiliki dimensi yang terkait dengan dimensi
sosial, ekonomi dan politik. Dengan demikian diperlukan peran
aktif generasi pemuda dalam peningkatan produksi. Ketahanan
pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang terdiri atas
berbagai subsistem, subsistem utamanya adalah ketersediaan pangan,
distribusi pangan dan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan

pangan merupakan sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut


(Anonim, 2012).
1) Subsistem

ketersediaan

pangan

mencakup

aspek

produksi, cadangan serta keseimbangan antara impor dan


ekspor pangan. Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian
rupa sehingga walaupun produksi pangan bersifat musiman,
terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume pangan
yang

tersedia

bagi

dan

jenisnya

serta

masyarakat

harus

cukup

jumlah

stabil penyediaannya dari waktu ke

waktu.
2)

Subsistem

distribusi

pangan

mencakup

aspek

aksesibilitas secara fisik dan ekonomi atas pangan secara


merata. Sistem distribusi bukan semata-mata menyangkut
aspek fisik dalam arti pangan tersedia disemua lokasi yang
membutuhkan tetapi juga masyarakat. Surplus pangan di
tingkat wilayah belum menjamin kecukupan pangan bagi
individu masyarakatnya. Sistem distribusi ini perlu dikelola
secara optimasl dan tidak bertentangan dengan mekanisme
pasar terbuka agar tercapai efisiensi dalam proses pemerataan
akses pangan bagi seluruh penduduk.
3)

Subsistem

pangan

menyangkut

upaya

peningktan

pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mempunyai


pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik.
Sehingga

dapat mengelola konsumsinya secara optimal.

Ketahanan pangan merupakan prioritas nasional dalam


Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional (RPJMN)
tahap

II 2010-2014. Kebijakan pembangunan pertanian

Kementerian

Pertanian tahun 2010-2014 berkaitan dengan

pembangunan ketahanan pangan yaitu :1) Melanjutkan dan


memantapkan kegiatan tahun sebelumnya yang terbukti
sangat baik kinerja dan hasilnya, antara lain bantuan

benih/bibit unggul, subsidi pupuk, alsintan, Sekolah Lapangan


Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT); 2) Melanjutkan dan
memperkuat

kegiatan

yang

berorientasi

masyarakat

seperti Pengembangan

pemberdayaan

Usaha

Agribisnis

Pedesaan (PUAP), Lembaga Mandiri yang Mengakar di


Masyarakat (LM3), Sarjana Membangun Desa (SMD) dan
Penggerak Membangun Desa (PMD), dan rekrutmen tenaga
pendamping lapang guna mempercepat pertumbuhan industri
pertanian di perdesaan;3) Pemantapan swasembada beras,
jagung, daging ayam,
peningkatan produksi
swasembada kedelai,

telur, dan gula konsumsi melalui


yang berkelanjutan;4)
daging sapi,

dan

Pencapaian

gula

industri;5)

Peningkatan produksi susu segar, buah lokal, dan produkproduk substitusi komoditas impor; 6)Peningkatan kualitas dan
kuantitas public goods melalui perbaikan dan pengembangan
infrastruktur pertanian seperti irigasi, embung, jalan desa,
dan

jalan usahatani; 7)

produktif;8)
berbasis
perbenihan

Pembangunan

kelompok
dan

Jaminan penguasaan lahan


sentra-sentra

tani;9)

perbibitan

Penguatan

pupuk

organic

kelembagaan

nasional;10) Pemberdayaan

masyarakat petani miskin melalui bantuan sarana, pelatihan,


dan

pendampingan,

dll.

Untuk

melaksanakan

tugas

pembangunan pertanian selama periode 2010-2014, strategi


yang akan ditempuh Kementerian Pertanian dilakukan melalui
penerapan Tujuh Gema Revitalisasi, yaitu: (1) Revitalisasi
Lahan, (2) Revitalisasi Perbenihan dan Pembibitan, (3)
Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana, (4) Revitalisasi Sumber
Daya Manusia, (5) Revitalisasi Pembiayaan Petani, (6)
Revitalisasi Kelembagaan Petani, serta (7) Revitalisasi
Teknologi dan Industri Hilir. Ketujuh gema revitalisasi
pembangunan pertanian tersebut, menjadi acuan pada strategi

Badan Ketahanan Pangan dalam memfasilitasi program


pembangunan ketahanan pangan tahun 2010-2014.
Peran Generasi Muda dalam Menghadapi pasar global di kawasan
ASEAN
Pemuda

harus

segera

mempersiapkan

diri

untuk

menghadapi pasar liberal komoditas pangan, di antaranya


dengan menyiapkan hambatan nontarif seperti Standar
Nasional Indonesia, pembatasan pintu masuk impor, serta
persyaratan terkait penyakit. Dengan demikian, komoditas
pangan yang masuk ke Indonesia dan dikonsumsi masyarakat
benar-benar berkualitas dan aman. Sudah waktunya pemuda
memperkuat

daya

saing

produk

pangan

sehingga

komoditas pertanian tersebut siap bersaing dan memiliki


keunggulan komparatif.

Sejauh ini,

beras,

tertinggal

Indonesia masih

untuk komoditas

dari

Thailand

dan

Vietnam yang sudah mampu menjadikan beras berada dalam


sistem

yang

terintegrasi,

mulai

penanaman,

panen,

pengeringan, hingga pengolahan. Sistem tersebut mampu


menekan angka kehilangan panen yang selama ini masih
menjadi momok bagi tanaman padi di Indonesia. Persiapan
Sektor Pertanian menghadapi AEC (Asean Economic
Comunity) 2015. Dalam menghadapi AEC 2015 seluruh
lini termasuk produk pertanian sehingga generus petani
harus memperhatikan 3 hal penting yaitu :
1. Peningkatan Daya Saing (peningkatan produktifitas,
distribusi, infrastruktur, perbankan, efisiensi regulasi dll)
2. Pengamanan Pasar Domestik (mis: lebih mencintai
produk lokal), dan
3. Penguatan Ekspor dengan memperhatikan 3 K (kualitas,
kuantitas dan kontinyuitas).

Mewujudkan Ketahanan Pangan dengan Kerjasama


Pemerintah dengan Generus Petani
Keamanan Pangan & Tata Kelola Pangan harus dikawal
dengan politik pangan yang bekerja sama dengan generus petani
Pemerintah harus menggerakkan

semua komponen kekuatan

nasional untuk melaksanakan kebijakan keamanan pangan


yang melibatkan pemuda. Pemerintah harus mewujudkan
akuntabiltas dan pengendalian untuk memastikan kepatuhan
semua

komponen

kekuatan

nasional

dalam

mengimnplementasikan kebijakan keamanan pangan. Pemerintah


harus mampu dan mau mengambil langkah korektif bila sasaran
kebijakan

tidak

terpenuhi

dalam

jangka

waktu

tertentu.

Pemerintah dengan generus petani membuat kerangka regulasi


dan langkah administrative untuk meningkatkan ketersediaan
pangan, akses, dan kualitas (Usman, 2013).
Ketahanan pangan harus kokoh dalam era masyarakat ekonomi ASEAN 2015
Menghadapi pasar global ASEAN, perlu disiapkan
komoditi

pertanian

yang

menjadi

andalan

dalam

perdagangan regional. Kita harus memilah dari sekian


banyak produk dan komoditi pertanian tersebut yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain itu, kita juga harus
menyiapkan produk pertanian andalan yang mampu bertahan
dalam pasar domestik, dan juga produk yang mampu
menyerang di pasar regional dan global. Selain itu
pembangunan jangka menengah yaitu bersama sama
memberikan penguatan kelembagaan dan usaha pada sector
input maupun produksi dalam skala sedang, sedangkan
untuk

skala

kecil

perlu

diperbaiki kelembagaan dan

organisasi skala kecil sehingga mampu memberikan efisiensi


ekonomi dalam produksinya.
Pemanfaatan Teknologi oleh Generus Petani dalam Pembangunan Ketahanan dan
Pemerataan Pangan Saat ini

Rapuhnya ketahanan pangan merupakan sebuah


ironi mengingat besarnya potensi pertanian. Sayangnya,
potensi

tersebut

belum

mampu

mendukung

sistem

ketahanan pangan nasional sebab masih kurangnya peran


generus petani. Upaya
berkaitan

erat

mewujudkan ketahanan pangan

secara

langsung

dengan keberhasilan

penerapan teknologi dalam pembangunan pertanian di


Indonesia,

baik

ekstensifikasi

untuk kepentingan

pertanian,

intensifikasi

peningkatan

dan

produktivitas,

pengolahan hasil pertanian, maupun diversifikasi pangan.


Dalam teori pembangunan, teknologi tepat sasaran dengan
sumberdaya manusia (SDM)
Pemuda dengan usia 15 30

tahun

diharapkan

mampu berkarya dengan memberikan pemikiran dan


tenaganya

untuk

sebuah

pertanian.

Pemikiran

terobosan

dalam

sektor

dan tenaga yang dimaksud ialah

mampu menerapkan inovasi salah satu contohnya pupuk


alami buatan~sendiri. Dengan proses fermentasi dari
dedaunan yang ada disekitar kita mampu disulap menjadi
sebuah pupuk organik. Apalagi didesa-desa masih banyak
penduduk

yang

memelihara

hewan

ternak

bisa

adanya

industrialisasi

dimanfaatkan kotorannya.
Oleh

karena

itu

perlu

pengembangan teknologi dari skala lab ke skala industri.


Penerapan teknologi dalam skala komersial diperlukan
adanya kerjasama dengan industri pangan. Kerjasama ini
dapat memberikan manfaat kepada pihak petani. Para petani
dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui komoditi
tertentu yang dijual kepada pihak industri. Secara tidak
langsung

melalui

kegiatan

ini

dapat

meningkatkan

kesejahteraan mereka. Peranan teknologi pertanian antara


lain dalam usaha peningkatan produktivitas, penjaminan

mutu (gizi dan fisik), kemasan dan penampilan produk


secara keseluruhan. Pemilihan teknologi juga berpeluang
untuk menekan biaya produksi, menekan harga jual serta
akan berpengaruh dalam meningkatkan daya saing. Salah
satu solusinya dengan menggunakan teknologi tepat guna
yang dapat digunakan oleh petani ( Hanani, 2012).

Ketahanan dan pemertaan pangan yang di programkan Generus


Petani akan membawa bangsa yang lebih sejahtera
Sistem pangan nasional harus dibangun menuju
ketahanan dan pemertaan pangan nasional yang berbasis
pada

penyediaan

Paradigma

baru

pangan
dalam

di

tingkat

individu.

pembangunan sistem pangan

nasional ini akan menjamin ketahanan pangan di tingkat


rumah tangga, lokal, regional, dan nasional. Meskipun
demikian,

mengingat

kompleks

permasalahan

yang

tercakup, ketahanan pangan di kelima jenjang itu


hendaknya

dibangun

secara

bersamaan.

Ketahanan

pangan dan pemeretaan nasional bermakna pengadaan


pangan nasional, dan distribusi pangan nasional. Kedua
makna ini menuntut adanya kebijakan pangan secara
nasional yang dipegang wewenangnya oleh pemerintah
pusat dan kebijakan pangan secara regional, lokal, rumah
tangga, dan individu yang dipegang wewenangnya oleh
pemerintah

daerah

otonom

(kabupaten/kota,

yang

berfungsi rowing).
Generus petani mencegah ketergantungan Impor
Impor bahan baku dan alat untuk industri dan
usaha lainnya di dalam negeri mencapai 92 persen
dari total impor Indonesia, sehingga generus petani

sebaiknya berusaha mencegah ketergantungan bahan


baku dan alat impor, salah satunya dengan cara
mendirikan industri bahan baku atau penolong di dalam
negeri.
Usaha Generus Petani menggenjot daya saing
Usaha
Dagang

generus petani ,Pemerintah


dan

Industri

(Kadin)

dan

Kamar

Indonesia

dalam
upaya

menggenjot

daya

saing

bidang

pertanian

peningkatan

daya

saing

untuk

industri,

melalui

peningkatan daya saing ini untuk meningkatkan komoditi


ekspor

guna

memperkuat

perekonomian

nasional.

Hingga saat ini perekonomian daerah masih terkendala


pada persoalan-persoalan klasik. Misalnya UKM yang
selalu tersendat dalam masalah permodalan. Akses yang
terbatas terhadap bank, serta penerapan sistem kehatihatian perbankan

yang masih dirasakan berlebihan

sering kali menjadi kendala untuk mengembangkan


usaha. Di sisi lain, Kadin merekomendasikan kepada
para pelaku usaha untuk bisa mengakses permodalan
melalui lembaga non perbankan, sehingga tidak terpaku
hanya pada lembaga perbankan.
Generus Petani Benahi sektor hulu
Generus petani akan berusaha membenahi
sektor hulu untuk memudahkan penambahan nilai.
Hal ini dapat dilakukan dengan peranan strategis
stakeholder termasuk Civil Society Organization
(CSO)

dalam

ketahanan

pangan

sektor hulu.

Misalnya Kementerian Dalam Negeri bekerja sama


dengan generus petani membagi urusan kewenangan,
mengeksekusi perda yang berkaitan

dengan

pangan di daerah, Kementerian Pertanian berperan

dalam kebijakan operasional dan progam peningkatan


produksi pangan, Kementerian Keuangan berperan
dalam kebijakan perkreditan bagi petani, dll (Hanani,
2012).
Kebijakan pemerintah memudahkan generus petani untuk ketahanan dan
pemerataan pangan
Perlu kebijakan pemerintah yang lebih memudahkan
generus petani untuk menciptkan ketahanan dan
pemerataan pangan

dengan

cara

mendorong

perdagangan antara lain dengan pemberian subsidi


atau bantuan finansial bagi produsen domestik dalam
bentuk pembayaran tunai, pinjaman berbunga rendah,
keringanan pajak, atau bentuk lainnya. Bertujuan
membantu

perusahaan-perusahaan

domestic

mengimbangi pesaing internasional.


Dengan Peran aktif Generus petani Pangan bisa tersedia dan
tercukupi
Indonesia memiliki daratan seluas 188,20 juta
ha, yang terdiri atas 144 juta ha lahan kering

dan

44,20 juta ha lahan basah. Pemanfaatan lahan


potensial untuk perluasan areal pertanian harus sesuai
dengan peruntukannya. Kawasan untuk pertanian lahan
basah dan lahan kering tanaman pangan semusim akan
dimanfaatkan oleh generus petani untuk tanaman
pangan dan hortikultura. Komoditas

penghasil

bioenergi

diarahkan

pada

nonpangan

lahan

tahunan.

dan

perkebunan

kering potensial

Pemanfaatan

untuk

lahan

terlantar

tanaman
perlu

diiringi

dengan pengembangan varietas yang

mempunyai

daya

suboptimal.

adaptasi

tinggi

pada

lahan

V.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Paradigma mahasiswa sekarang ini terbentuk tidak lain dan
tidak bukan adalah dari lingkungan mereka berasal atau lingkungan
tempat mereka tinggal. Sebagai contoh, di lingkungan sekitar
Unsoed masih banyak petani yang menggarap lahan pertaniannya
dengan cara-cara, dan mereka hidup dengan ekonomiyang paspasan. Inilah yang selalu terbanyang di benak mahasiswa Unsoed.
Jika hal ini dibiarkan terus menerus, Indonesia tidak akan pernah
menjadi Negara maju, karena Indonesia yang notabene-nya sebagai
negara agraris dan kaya akan sumber daya alam pertanian akan
kekurangan tenaga-tenaga ahli atau SDM yang mampu mengolah
hasil pertanian dan pangan pertanian sehingga Indonesia akan
terancam ketergantungan pangan dengan negara lain yang saat
ini juga sudah mulai krisis pangan. Pernyataan ini sudah mulai
terbukti, yaitu dengan semakin naiknya nilai impor bahan pangan
Indonesia tiap tahun.
Semua hal mempunyai sebab-akibat, begitu juga dengan
ketidakmajuan pertanian Indonesia. Selama ini sektor pertanian
memang merupakan sektor yang paling sedikit mendapat perhatian
pemerintah. Pembahasan tentang pertanian umumnya dilakukan
tanpa dikaitkan dengan sektor lainnya. Akibatnya pembangunan
ekonomi dipandang sebagai bagian yang terpisah dari
pembangunan di bidang lainnya seperti bidang industri,
perdagangan dan jasa serta sektor ekonomi lainnya. Padahal
pandangan yang sempit inilah yang menyebabkan pembangunan
pertanian di negara-negara berkembang menjadi sangat jauh
tertinggal dibandingkan pembangunan pertanian dan pembangunan
ekonomi negara-negara maju. Ada hal yang terlupakan oleh
pemerintah dan masyarakat bahwa kemajuan dunia industri

bukanlah semata-mata disebabkan oleh kerja keras peindustri


melainkan banyak kontribusi dan sumbangsih yang berarti dari dunia
pertanian kepada dunia industri. Konsep hulu-hilir merupakan
sebuah syarat kemajuan dunia pertanian maupun dunia industri.
Tanpa industri, pertanian masih bisa bertahan walaupun tidak
dapat begitu berkembang. Namun, tanpa pertanian, industri akan
mati lumpuh dikarenakan tidak ada suplai bahan baku yang tersedia.
Ternyata, kebenaran konsep ini terbukti. Di tengah-tengah hirukpikuk kemajuan
industri, dunia pertanian kembali menjadi sorotan utama dan diyakin
i memiliki
peranan penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara.

Saran
Hal yang perlu dipahami dari pertanian adalah bahwa pertanian
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai bidang lainnya
seperti industri, perdagangan, jasa, pertanahan dan lain sebagainya.
Semuanya adalah bagian integral yang saling berhubungan erat.
Mahasiswa yang dipercaya sebagai manusia intelektual, ber-daya-nalar
dan idealisme tinggi seharusnya sadar bahwa tugas mahasiswa setelah lulus
adalah mengabdi kepada masyarakat dan bangsa ini.Mahasiswa pertanian
berkewajiban membangun dan memperbaiki pertanian Indonesia, dengan
senantiasa menuangkan ide- ide kreatifnya, pikiran kritisnya dalam
menyikapi fakta di masyarakat, dan menjadi agen perubahan (agent
of change) untuk mengantarkan masyarakat pada kondisi yang lebih
baik. Begitu juga dengan pemerintah yang harus mendukung
sepenuhnya, dengan membuat program-program yang dapat
membangkitkan semangat generasi muda membangun pertanian.
Sempitnya peluang kerja pada bidang non-pertanian, seharusnya membuka
mata para pemuda dan mahasiswa untuk lebih survive pada dunia pertanian
yang sebenarnya sangat prospektif karena didukung dengan hamparan
agraris Indonesia yang begitu luas dan kekayaan alam seperti

keanekaragaman jenis tumbuhan yang bisa menjadi objek penelitian bahan


pangan baru, kemudian dari sumber daya lautnya juga Indonesia sangat
kaya dengan berbagai jenis ikan, rumput laut, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Politik Pangan Indonesia: Ketahanan Pangan Berbasis
Kedaulatan

dan

Kemandirian

http://setkab.go.id/en/artikel-

6833-.html.
Anonim, 2012. Kebijakan Pemerintah Dalam Pencapaian Swasembada
Beras

Pada

Program

Peningkatan

Panganhttp://jdih.bpk.go.id/?p=17177
Bappenas, 2009. Grand Strategi Keamanan

Ketahanan

Nasional. Bappenas,

Jakarta.
Hanani, N. dan Zakaria W.A., 2012. Industri Hulu Ketahanan
Pangan.
Luckey, AN., TP.
Perceptions

Murphrey, RL. Cummins. 2013.

Assessing Youth

and

The

Knowledge

of

Agriculture:

Impact

of

Parcipating intaneAgVenture Program. Journal of Extention (JoE).


Volume 51, Number 3: 2. Diakses pada 2 Maret 2014) dari
www.joe.org
Mulyani,A., S. Ritung, dan I. Las., 2013. Potensi dan ketersediaan
sumberdaya lahan untuk mendukung ketahanan pangan.
Muksin. 2007. Kompetensi Pemuda Tani yang Perlu dikembangkan di
Jawa Timur. IPB, Bogor, Hal 154-161.
Parsons, Talcott. 1937. The Structure of

Social

Action. The

Free

Press. New York. Collier-Macmillan Limited. London.


Suswono. 2014. Kebijakan Pembangunan Pertanian Untuk Mewujudkan
Kedaulatan Pangan dan Energi dalam Menyongsong Era Asia.
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional UNS, 24 April 2014
Usman, S., 2013.Ketahanan Pangan dan Politik Pangan Nasional, Politik
Wibowo,

dan Ketahanan Pangan Memulai Dari Daerah .


R.,
2014.
Masalah
Tantangan
Indonesia

dalam

Meningkatkan Ketahanan Pangan. Seminar Nasional Ketahanan


Pangan (15 Maret 2014). Polije, Jember, Hal 5-6.

Biodata Ketua dan Anggota

A. Identitas Diri
1

Nama lengkap (dengan gelar)

Fajar Musafak

Jenis Kelamin

L/P

Program Studi

D3 Produksi Ternak

NIM

D0A013017

Tempat dan Tanggal Lahir

Wonosobo/ 04 Januari 1994

Email

Musafak.fajar@gmail.com

Nomor Telepon/HP

085743377919

B. Riwayat Pendidikan
SD
Nama Institusi
Jurusan
Tahun MasukLulus

SMP

SD N 1
Candimulyo
-

SMP N 2 Kertek

2001-2007

2007-2010

SMA
SMK N 2
Wonosobo
Animasi
2010-2013

C. Pemakalah Seminar Ilmiah ( Oral Presentation )


NO

Nama Pertemuan
Ilmiah / Seminar

Judul Artikel Ilmiah

Waktu dan
Tempat

1
D. Penghargaan Dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah,
asosiasi atau instansi lainnya )
N
O
1

Jenis Penghargaan
Mahasiswa Berprestasi

Institusi pemberi
Penghargaan

Tahun

Fakultas peternakan
UNSOED

2015

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup
menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Lomba Karya Tulis HMJ-an UNSOED.

Purwokerto, Oktober
2015

NIM. D0A013017
A. Identitas Diri
1

Nama lengkap (dengan gelar)

Aditya Bayu Novriansyah

Jenis Kelamin

L/P

Program Studi

D3 Produksi Ternak

NIM/NIDN

D0A013020

Tempat dan Tanggal Lahir

Tangerang

Email

Adit.bayu116@gmail.com

Nomor Telepon/HP

082135261080

B. Riwayat Pendidikan
SD
Nama Institusi

SD I Almubarak

Jurusan

Tahun MasukLulus

SMP

2001-2007

SMA

SMP I Alhasanah

SMA N 5
TANGSEL

IPA

2007-2010

2010-2013

C. Pemakalah Seminar Ilmiah ( Oral Presentation )


NO

Nama Pertemuan
Ilmiah / Seminar

Judul Artikel Ilmiah

Waktu dan
Tempat

1
D. Penghargaan Dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah,
asosiasi atau instansi lainnya )
N
O

Jenis Penghargaan

Institusi pemberi
Penghargaan

Tahun

1
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di
kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan,
saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi


salah satu persyaratan dalam pengajuan Lomba Karya Tulis HMJ-an
UNSOED..
Purwokerto,Oktober
2015

NIM. D0A013020

11

Anda mungkin juga menyukai