Disusun oleh :
Kelompok 2
Shelly Rosalia
(112110101002)
(112110101010)
Qurrotul Ainy
(122110101071)
(122110101186)
& Charles
R. Kuehl
dalam
buku Entrepreneurship
(1999),
kewirausahaan adalah suatu usaha yang kreatif yang membangun suatu value dari
yang belum ada menjadi ada dan bisa dinikmati oleh orang banyak.
Dari beberapa konsep yang ada di atas, ada enam hakekat penting
kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13) :
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan
hasil bisnis (Acad Sanusi,1994)
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda (Drucker,1959)
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan (Zimmerer,1996)
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha
dan perkembangan usaha ( Soeharto Prawiro,1997)
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan
sesuatu yang berbeda yang bermanfaat member nilai lebih
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakandengan cara
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan
cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien,
memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada,dan menemukan cara baru untuk
memberikan kepuasan baru kepada konsumen.
1.1.2 Memasuki Dunia Usaha
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai atau memasuki dunia
usaha yaitu :
1. Merintis usaha baru yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru yaitu
membentuk dan mendirikan usaha baru dengan menggunakan modal,
ide,organisasi dan manajemen yang dirancang sendiri.
2. Membeli perusahaan orang lain (buying) yaitu dengan membeli perusahaan
yang telah didirikan atau dirintis atau diorganisir oleh orang lain dengan nama
(goodwill) dan organisasi usaha yang sudah ada.
3. Kerjasama Manajemen (Frachising) yaitu kerjasama antara franchisee dengan
franchisor/parent company. Kerjasama ini biasanya: pemilihan tempat, rencana
bangunan, peralatan, pengendalian kualitas, riset.
Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Peggy Lambing (2000; 90) yaitu
Sekitar 43% responden mendapatkan ide bisnis dari pengalaman yang diperoleh
ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat - tempat profesional lainnya.
Ada 2 pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk mencari peluang
1. Pertama, Inside out (idea generation) adalah pendekatan berdasarkan gagasan
sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha.
2. Kedua, pendekatan outside in, atau opportunity recognition, yaitu pendekatan
yang menekankan pada basis ide bahwa kebutuhan akan berhasil apabila
menanggapi atau menciptakan kebutuhan di pasar.
Opportinity recognition tak lain adalah pengamatan lingkungan, yaitu alat
pengembangan yang akan ditransfer menjadi peluang-peluang ekonomi.
Berita peluang tersebutb bersumber dari :
a. Surat kabar
b. Laporan periodik tentang perubahan ekonomi
c. Jurnal Perdagangan dan pameran dagang
d. Publikasi Pemerintah
e. Informasi lisensi produk yang disediakan oleh pialang saham, universitas
dan perusahaan lainnya.
Dalam merintis usaha baru terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan:
a.
b.
c.
d.
e.
Studi kelayakan usaha, atau dikenal juga sebagai Studi Kelayakan Bisnis
(Business Feasibility Study) adalah paparan analisis multi aspek yang melibatkan
ahlinya masing-masing terhadap Rencana Usaha apakah layak atau tidak layak
dijalankan. Studi Kelayakan Usaha merupakan bahan pertimbangan untuk
memutuskan apakah menerima atau menolak Rencana Usaha dan diperlukan oleh:
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
Investor
Kreditur
Pemerintah
Tim manajemen
Secara umum, daftar isinya terdiri dari :
Ringkasan
Deskripsi usaha
Analisis
Kesimpulan
What
a.
b.
c.
d.
Periksa kehamilan
Persalinan normal
Suntik KB
Imunisasi
Who
a. Untuk ibu dan anak
b. Oleh bidan
When
Where
a. 24 jam
a. Rumah pasien
b. Klinik
Aspek hokum
Aspek sosial, ekonomi dan budaya
Aspek lingkungan
Aspek pasar dan pemasaran
Aspek teknis dan teknologi
Aspek manajemen
Aspek keuangan
Contoh singkat analisis Studi Kelayakan Usaha dalam Pelayanan Kesehatan
(Klinik Bersalin):
a. Latar belakang : Masyarakat perlu tempat bersalin senyaman di rumah sendiri
tetapi seaman di rumah sakit.
b. Deskripsi usaha : Klinik kesehatan khusus untuk persalinan normal dan
perawatan kesehatan rutin bayi dari lahir sampai usia 9 bulan.
c. Aspek hukum : Bentuk usaha perseorangan. Memiliki Izin Balai Pengobatan,
Surat Izin Praktek Bidan, Izin Domisili, Izin Mendirikan Bangunan, dan Izin
Gangguan.
d. Aspek sosekbud-sosial : Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
anak. Aspek ekonomi : Menambah lapangan kerja dan pajak negara. Budaya:
meningkatkan kesadaran dalam kesehatan ibu dan anak.
e. Aspek lingkungan : Limbah medis dan non-medis dikelola secara khusus.
f. Aspek pasar dan pemasaran-pasar : wanita usia produktif golongan
menengah. Pemasaran : program periksa kehamilan gratis 1 bulan pertama,
kerjasama bidan puskesmas dan insentif untuk bidan yang merujuk.
g. Aspek teknis dan teknologi : Pelayanan disupervisi oleh dokter spesialis
kandungan. Memiliki alat Ultrasonografi (USG) untuk menunjang diagnosis.
5
Departemen Kesehatan RI
1)
2)
3)
4)
b.
c.
2)
3)
4)
5)
peraturan yang dilakukan pada kedua jenis rumah sakit tersebut sama, namun ada
beberapa peraturan yang membedakannya. Misalnya penyelenggaraan rumah sakit
bertujuan untuk memberikan pelayanan penyembuhan penyakit, peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemulihan kesehatan individu yang bermutu,
efisien, efektif, dan merata; Rumah sakit wajib mempunyai ruangan untuk
penyelenggaraan rawat jalan, rawat inap minimal 25 tempat tidur, rawat darurat,
penunjang medik dan non-medik; Kelas pelayanan rumah sakit terdiri dari kelas
VIP, kelas I, kelas II, kelas III.
Berikut adalah perbedaan persyaratan penyelenggaraan Rumah Sakit
Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta.
a.
Pemerintah
1)
Departemen Kesehatan
b) Pemerintah Daerah
c) ABRI
d) Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
2)
b)
c)
d)
e)
Swasta
1)
2)
3)
b)
Bangunan,
prasarana,
peralatan,
harus
dalam
d)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
umum minimal 25%, dan rumah sakit swasta yang dimiliki pemilik
modal minimal 10 %.
1.3
pelayanan sosial di bidang medis klinis. Pengelolaan unit usaha rumah sakit
memiliki keunikan tersendiri karena selain sebagai unit bisnis , usaha rumah sakit
juga nemiliki misi sosial, disamping pengelolaan rumah sakit juga sangat
tergantung pada status kepemilikan rumah sakit. Misi rumah sakit tidak terlepas
dari misi layanan sosial, namun tidak dipungkiri bahwa dalam pengelolaan rumah
sakit tetap terjadi konflik kepentingan dari berbagai pihak. Konflik kepentingan
berbagai pihak ini dapat bersumber dari klasifikasi organisasi rumah sakit.
Biaya kesehatan cenderung terus meningkat,dan rumah sakit dituntut untuk
secara mandiri mengatasi masalah tersebut. Peningkatan biaya kesehatan ini
menyebabkan fenomena tersendiri bagi rumah sakit pemerintahan karena rumah
sakit pemerintah memiliki segmen layanan kesehatan untuk kalangan menengah
ke bawah. Akibatnya rumah sakit pemerintah diharapkan menjadi rumah sakit
yang murah dan bermutu. Rumah sakit pemerintah menghadapi dilemma antara
misi melayani masyarakat kelas menengah ke bawah dan adanya keterbatasan
sumber dana, serta berbagai aturan dan birokrasi yang harus dihadapi. Kondisi
tersebut akan mengakibatkan rumah sakit pemerintah mengalami kebingungan
apakah rumah sakit dijadikan sebagai lembaga birokrasi dalam sistem kesehatan
ataukah sebagai lembaga pelayanan kesehatan yang tidak birokratis.
Sedikitnya ada 3 unsur yang terlibat dalam bisnis rumah sakit yakni
penyedia pelayanan kesehatan (rumah sakit), pasien sebagai penerima pelayanan
dan pihak ketiga yang secara tidak langsung terlibat yakni asuransi kesehatan atau
perusahaan lainnya dan pemerintah. Dalam menghadapi kompetisi saat ini, rumah
sakit melakukan investasi berupa alat-alat yang canggih, namun sangat
disayangkan karena tidak adanya regulasi yang jelas, dalam satu kota bisa terdapat
beberapa jenis alat canggih yang sama yang dimiliki setiap rumah sakit, padahal
mungkin kebutuhannya tidak sebesar itu. Hal ini bisa berdampak pada mahalnya
tarif yang dikenakan, karena rumah sakit harus menghitung pengembalian
10
investasi, atau yang lebih berbahaya adalah penggunaan alat yang tidak
seharusnya pada pasien untuk mengejar pengembalian investasi.
Pada umumnya rumah sakit masih menerapkan pola tarif berdasarkan fee
for service, hal ini seringkali dikeluhkan oleh pasien yang tidak dapat mengetahui
secara pasti biaya yang harus dikeluarkan ketika berada di rumah sakit. Pola
pentarifan prospective payment masih dianggap kurang bisa diterapkan oleh
rumah sakit swasta, padahal metode tersebut dapat menjadi salah satu strategi
dalam peningkatan mutu dan penurunan biaya. Bahkan pada umumnya rumah
sakit masih menerapkan pola tarif operasi mengikuti kelas perawatan, yang
disegmentasikan berdasarkan kemampuan bayar pasien. Ruangan rawat inap pun
hampir seluruhnya dinamai berdasarkan strata kelas, yang juga dianggap
menunjukan kemampuan bayar pasien.
Perilaku dari konsumen atau pasien juga sangat mempengaruhi kompetisi
ini. Saat ini sistem rujukan sepertinya sudah mulai melemah, pasien terutama
kelas menengah dan atas, selalu lebih puas jika langsung bertemu dengan dokter
spesialis. Bahkan saat ini rumah sakit juga berkompetisi secara tidak langsung
dengan praktek swasta dokter spesialis. Pasien yang sepenuhnya dijamin oleh
asuransi atau dijamin oleh perusahaan tempatnya bekerja memiliki kecenderungan
menghabiskan biaya yang lebih besar. Hal ini juga ditangkap oleh rumah sakit
sebagai salah satu target /captive /marketnya. Rumah sakit berlomba-lomba
bekerja sama dengan perusahaan dan asuransi bahkan dengan menawarkan tarif
yang lebih rendah.
Pada akhirnya rumah sakit sebagai sebuah bisnis boleh berlomba-lomba
menyasar segmen sosial ekonomi kelas menengah atas dan dikota besar, namun
jangan dilupakan bahwa rumah sakit pada dasarnya memiliki azas pemerataan.
Rumah Sakit boleh memiliki strategi pentarifan sebagai sebuah bisnis dan
mengikuti mekanisme pasar namun jangan dilupakan rumah sakit memiliki azas
persamaan hak dan anti diskriminasi.
Rumah sakit harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi namun jangan dilupakan rumah sakit memiliki asas nilai etika dan
profesionalitas, nilai perlindungan dan keselamatan pasien yang menjadi tanggung
jawab rumah sakit dan dokter. Karena Rumah sakit bukan bisnis biasa tapi bisnis
yang luar biasa, yang pemilik dan semua orang yang didalamnya tidak cukup
hanya memiliki modal keuangan yang besar, keilmuan yang
11
tinggi namun yang paling penting adalah modal hati yang mau melayani
bagi sesama. Sehingga kompetisi yang seharusnya terjadi antar rumah sakit
bukanlah kompetisi melawan rumah sakit satu sama lain, bahkan yang lebih baik
adalah /co-operation/. Kompetisi yang sebenarnya adalah bagaimana memberikan
pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu, efisien, terdepan dalam ilmu
kedokteran dan bisa menyentuh hati para pasien.
1.
Kendala dalam mengelola unit usaha rumah sakit
Salah satu kendala utama dalam bisnis rumah sakit swasta adalah kurangnya
sumber daya kesehatan (SDM) yang berkualitas dan memadai. Sebagai contoh,
sekitar 80% dari dokter spesialis yang bekerja di rumah sakit swasta saat ini juga
merangkap bekerja di rumah sakit milik pemerintah. Hal ini disinyalir sebagai
akibat masih relatif langkanya keberadaan para dokter spesialis ini, padahal
kebutuhan akan jasa mereka sangat tinggi.
Di samping itu, ketersediaan SDM kesehatan saat ini juga sangat
terkonsentrasi di pulau Jawa saja, sehingga ditengarai dapat menjadi penghalang
bagi pengembangan rumah sakit di luar pulau Jawa. Namun demikian, pemerintah
saat ini telah membuka peluang bagi tenaga medis ahli dari luar negeri untuk
berkarir di Indonesia sehingga diharapkan sedikit banyak dapat mengurangi faktor
kelangkaan SDM.
Masalah besarnya nilai investasi juga sering menjadi kendala tersendiri bagi
investor untuk membangun rumah sakit baru. Sebagai gambaran, nilai investasi
rumah sakit sederhana saja dapat mencapai lebih dari Rp. 50 miliar. Sedangkan
untuk biaya investasi rumah sakit mewah berstandar internasional dapat mencapai
Rp. 200 miliar ke atas.
Investasi sangat mahal ini umumnya dikeluarkan demi melengkapi rumah
sakit dengan peralatan medis tercanggih. Hal ini sepertinya merupakan salah satu
strategi rumah sakit swasta untuk menarik pasien berobat ke tempatnya. Untuk
rumah sakit yang dilengkapi dengan peralatan medis standar saja, investasi
peralatannya dapat mencapai Rp. 10 miliar ke atas. Umumnya, besaran investasi
peralatan medis bisa mencapai setengah dari total investasi pembangunan rumah
sakit baru.
Selain kendala investasi yang mahal, telah sejak lama beredar anggapan
bahwa pelayanan rumah sakit di Indonesia masih kalah dibandingkan dengan
rumah sakit di luar negeri, sehingga menyebabkan banyak warga Indonesia
12
2.
14
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Implementasi Kewirausahaan di Rumah Sakit
2.1.1 Implementasi kewirausahaan di Rumah Sakit Bersalin
a. Pengertian Rumah Sakit Bersalin
Pengertian bersalin dapat dijabarkan yaitu dalam arti sempit rumah
sakit bersalin dapat dikatakan sebagai proses pengeluaran bayi dan ari-ari.
Sedangkan dalam arti luas rumah sakit bersalin digunakan agar segala soal
yang bersangkutan dengan kelahirannya yaitu mulai dari kehamilan
persalinan nifas dan bai yang baru dilahirkan.
Bersalin adalah sesuatu tindakan atau perbuatan melahirkan anak.
Rumah Sakit Bersalin adalah lembaga yang sekaligus sebagai wadah yang
memberi pertolongan berupa pengobatan, perawatan dan pelayanan kesehatan
bagi wanita masa hamil, bersalin, serta bayinya dimana dokter ahli
kebidanan/kandungan bertanggung jawab secara medik.
b.
2)
3)
c.
15
CTG
b)
USG
c)
Curratage set
d)
Doppler
e)
Stetoskop Laenec
f)
g)
h)
Timbangan bayi
i)
Meja Ginekologi
j)
Partus set
k)
Forsep set
l)
m)
Obstetrik Vakum
n)
CVP set
o)
Laparatomi set
p)
Histeroktomi set
q)
Embrotomi set
r)
Resusitator set
s)
Inkubator bayi
t)
u)
Endoskopik Videomonitor
2.
3.
4.
Surat Tanah.
16
5.
6.
Lokasi
Tipe Pelayanan
Status
Pemilik
: Badan Swasta
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
Imunisasi
Konsultasi dan pemberian KB
Poliklinik Anak
Pijat Bayi
Poliklinik Gizi dan Laktasi
18
11)
12)
13)
14)
yang berisi :
a)
b)
c)
d)
b.
Laboratorium
2)
3)
Apotik (obat-obatan)
19
b)
c)
d)
e)
f)
20
5. Lingkup Pelayanan
Perhitungan jumlah tempat tidur dan jumlah rawat inap RSB Limijati
Bandung yaitu:
a. Jumlah Penduduk di Bandung 2005
: 2.209.772 Jiwa
: 25 Rumah Sakit
21
1104,886 = 1108 TT