Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH IMPLEMENTASI KEWIRAUSAHAAN DI RUMAH SAKIT

(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan Bidang


Kesehatan)

Disusun oleh :
Kelompok 2
Shelly Rosalia

(112110101002)

Siti Safarina Utami

(112110101010)

Qurrotul Ainy

(122110101071)

Andita Cindy Faulina

(122110101186)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA


1.1 Konsep Kewirausahaan
1.1.1 Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jwa yang selalu aktif
dalam usaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan
pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu kewirausahaan adalah
kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya
untuk mencari peluang menuju sukses. Sedangkan menurut Menurut Peggy A.
Lambing

& Charles

R. Kuehl

dalam

buku Entrepreneurship

(1999),

kewirausahaan adalah suatu usaha yang kreatif yang membangun suatu value dari
yang belum ada menjadi ada dan bisa dinikmati oleh orang banyak.
Dari beberapa konsep yang ada di atas, ada enam hakekat penting
kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13) :
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan
hasil bisnis (Acad Sanusi,1994)
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda (Drucker,1959)
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan (Zimmerer,1996)
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha
dan perkembangan usaha ( Soeharto Prawiro,1997)
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan
sesuatu yang berbeda yang bermanfaat member nilai lebih
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakandengan cara
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan
cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien,
memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada,dan menemukan cara baru untuk
memberikan kepuasan baru kepada konsumen.
1.1.2 Memasuki Dunia Usaha
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai atau memasuki dunia
usaha yaitu :

1. Merintis usaha baru yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru yaitu
membentuk dan mendirikan usaha baru dengan menggunakan modal,
ide,organisasi dan manajemen yang dirancang sendiri.
2. Membeli perusahaan orang lain (buying) yaitu dengan membeli perusahaan
yang telah didirikan atau dirintis atau diorganisir oleh orang lain dengan nama
(goodwill) dan organisasi usaha yang sudah ada.
3. Kerjasama Manajemen (Frachising) yaitu kerjasama antara franchisee dengan
franchisor/parent company. Kerjasama ini biasanya: pemilihan tempat, rencana
bangunan, peralatan, pengendalian kualitas, riset.
Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Peggy Lambing (2000; 90) yaitu
Sekitar 43% responden mendapatkan ide bisnis dari pengalaman yang diperoleh
ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat - tempat profesional lainnya.
Ada 2 pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk mencari peluang
1. Pertama, Inside out (idea generation) adalah pendekatan berdasarkan gagasan
sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha.
2. Kedua, pendekatan outside in, atau opportunity recognition, yaitu pendekatan
yang menekankan pada basis ide bahwa kebutuhan akan berhasil apabila
menanggapi atau menciptakan kebutuhan di pasar.
Opportinity recognition tak lain adalah pengamatan lingkungan, yaitu alat
pengembangan yang akan ditransfer menjadi peluang-peluang ekonomi.
Berita peluang tersebutb bersumber dari :
a. Surat kabar
b. Laporan periodik tentang perubahan ekonomi
c. Jurnal Perdagangan dan pameran dagang
d. Publikasi Pemerintah
e. Informasi lisensi produk yang disediakan oleh pialang saham, universitas
dan perusahaan lainnya.

Dalam merintis usaha baru terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan:
a.
b.
c.
d.
e.

Bidang dan jenis usaha yang dimasuki.


Bentuk usaha dan kepemilikan yang akan dipilih.
Organisasi usaha yang akan digunakan.
Jaminan usaha yang mungkin diperoleh.
Lingkungan usaha yang akan berpengaruh.

1.1.3 Cara Membuat Studi Kelayakan Usaha dalam Pelayanan Kesehatan

Studi kelayakan usaha, atau dikenal juga sebagai Studi Kelayakan Bisnis
(Business Feasibility Study) adalah paparan analisis multi aspek yang melibatkan
ahlinya masing-masing terhadap Rencana Usaha apakah layak atau tidak layak
dijalankan. Studi Kelayakan Usaha merupakan bahan pertimbangan untuk
memutuskan apakah menerima atau menolak Rencana Usaha dan diperlukan oleh:
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.

Investor
Kreditur
Pemerintah
Tim manajemen
Secara umum, daftar isinya terdiri dari :
Ringkasan
Deskripsi usaha
Analisis
Kesimpulan

1.1.4 Deskripsi Usaha


Jelaskan produk atau layanan (terutama bidang pelayanan kesehatan) yang
ingin diberikan. Contoh: Layanan pertolongan persalinan normal. Berikutnya
dapat dijabarkan dengan 4W, yaitu:

What
a.
b.
c.
d.

Periksa kehamilan
Persalinan normal
Suntik KB
Imunisasi

Who
a. Untuk ibu dan anak
b. Oleh bidan

When

Where

a. 24 jam

a. Rumah pasien
b. Klinik

1.1.5 Analisis Deskripsi Usaha


Aspek-aspek analisis sebenarnya sangat fleksibel tergantung pada bidang
usaha tetapi aspek-aspek analisis yang diperlukan dalam bidang pelayanan
kesehatan adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Aspek hokum
Aspek sosial, ekonomi dan budaya
Aspek lingkungan
Aspek pasar dan pemasaran
Aspek teknis dan teknologi
Aspek manajemen
Aspek keuangan
Contoh singkat analisis Studi Kelayakan Usaha dalam Pelayanan Kesehatan

(Klinik Bersalin):
a. Latar belakang : Masyarakat perlu tempat bersalin senyaman di rumah sendiri
tetapi seaman di rumah sakit.
b. Deskripsi usaha : Klinik kesehatan khusus untuk persalinan normal dan
perawatan kesehatan rutin bayi dari lahir sampai usia 9 bulan.
c. Aspek hukum : Bentuk usaha perseorangan. Memiliki Izin Balai Pengobatan,
Surat Izin Praktek Bidan, Izin Domisili, Izin Mendirikan Bangunan, dan Izin
Gangguan.
d. Aspek sosekbud-sosial : Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
anak. Aspek ekonomi : Menambah lapangan kerja dan pajak negara. Budaya:
meningkatkan kesadaran dalam kesehatan ibu dan anak.
e. Aspek lingkungan : Limbah medis dan non-medis dikelola secara khusus.
f. Aspek pasar dan pemasaran-pasar : wanita usia produktif golongan
menengah. Pemasaran : program periksa kehamilan gratis 1 bulan pertama,
kerjasama bidan puskesmas dan insentif untuk bidan yang merujuk.
g. Aspek teknis dan teknologi : Pelayanan disupervisi oleh dokter spesialis
kandungan. Memiliki alat Ultrasonografi (USG) untuk menunjang diagnosis.
5

h. Aspek manajemen : Memiliki Standard Operating Procedures (SOP) dan


sistem komputer untuk administrasi.
i. Aspek keuangan : Modal yang diperlukan Rp. 50 juta. Pemasukan dan
pengeluaran seimbang di bulan ke-9. Break Even Point (BEP) di bulan ke-15.
Total laba Rp. 25 juta di bulan ke-24. Return Of Investment (ROI) dalam 2
tahun 150%.
1.2 Rumah sakit
1.2.1 Pengertian Rumah Sakit
a.

Departemen Kesehatan RI
1)

Suatu kompleks atau ruangan-ruangan yang digunakan


untuk menampung atau merawat orang sakit atau bersalin.

2)

Kamar-kamar orang sakit yang berada dalam perumahan


khusus, seperti rumah sakit khusus, rumah bersalin, lembaga masyarakat.

3)

Rumah sakit yang melaksanakan pelayanan dan adanya


ahli-ahli dalam rumah sakit disertai dengan implementasi komponen
pelengkapnya.

4)

Sarana kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan


pelayanan kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi) secara paripurna.

b.

WHO (World Health Organization)


Menurut WHO Rumah Sakit adalah organisasi terpadu dari bidang
sosial dan medik yang berfungsi sebagai pusat pemberi pelayanan kesehatan,
baik pencegahan penyembuhan dan pusat latihan dan penelitian biologisosial.

c.

Rumah Sakit adalah suatu fasilitas umum (public facility) yang


berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan meliputi pencegahan dan
penyembuhan penyakit, serta pemeliharaan, peningkatan dan pemulihan
kesehatan secara paripurna.

1.2.2 Penggolongan Rumah Sakit (Peraturan Menteri Kesehatan RI Tentang


Rumah Sakit, BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1)
a. Berdasarkan Bentuk Pelayanan
1) Rumah Sakit Umum
6

Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis


penyakit dari yang bersifat dasar sampai sub spesialistik.
2) Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan
jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu.
b. Berdasarkan Jumlah Tempat Tidur, Pemilik, dan Pengelola :
1)

Rumah sakit kelas A


1000-1500 tempat tidur, pemilik dan pengelola Pemerintah (Depkes).

2)

Rumah sakit kelas B


400-1000 tempat tidur, pemilik dan pengelola Pemerintah Dati I di Ibu
Kota Propinsi).

3)

Rumah sakit kelas C


100-300 tempat tidur, pemilik dan pengelola Pemerintah Dati II/III,
memiliki minimal 4 cabang spesialis.

4)

Rumah sakit kelas D


25-100 tempat tidur, pemilik dan pengelola Pemerintah Dati I/II/III, umum.

5)

Rumah sakit kelas E


Pelayanan kesehatan tertentu (kusta, paru-paru, bersalin, dan lain-lain).

c. Berdasarkan Kepemilikan dan Penyelenggaraan


1) Rumah Sakit Pemerintah
Rumah sakit yang dibiayai, dipelihara, dan diawasi oleh Departemen
Kesehatan, Pemerintah Daerah, ABRI, dan departemen lain, termasuk
BUMN. Misalnya Rumah Sakit Umum Pusat, Provinsi, Kabupaten dan
lokal. Usaha ini dijalankan berdasarkan usaha sosial.
2) Rumah Sakit Swasta
Rumah sakit yang dijalankan oleh suatu yayasan atau swata lain
yang umumnya juga berdasarkan sosial serta tujuan ekonomi (mencari
keuntungan).
1.2.3 Persyaratan Penyelenggaraan Rumah Sakit
Berdasarkan kepemilikannya, rumah sakit dapat dibedakan menjadi 2
(dua), yaitu Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta. Pada dasarnya,

peraturan yang dilakukan pada kedua jenis rumah sakit tersebut sama, namun ada
beberapa peraturan yang membedakannya. Misalnya penyelenggaraan rumah sakit
bertujuan untuk memberikan pelayanan penyembuhan penyakit, peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemulihan kesehatan individu yang bermutu,
efisien, efektif, dan merata; Rumah sakit wajib mempunyai ruangan untuk
penyelenggaraan rawat jalan, rawat inap minimal 25 tempat tidur, rawat darurat,
penunjang medik dan non-medik; Kelas pelayanan rumah sakit terdiri dari kelas
VIP, kelas I, kelas II, kelas III.
Berikut adalah perbedaan persyaratan penyelenggaraan Rumah Sakit
Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta.
a.

Pemerintah
1)

Rumah sakit pemerintah dimiliki dan diselenggarakan oleh:


a)

Departemen Kesehatan

b) Pemerintah Daerah
c) ABRI
d) Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
2)

Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah terdiri dari:


a)

Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan


medik spesialistik luas dan sub-spesialistk luas.

b)

Kelas B II mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayana


medik spesialistik luas dan sub-spesialistik terbatas.

c)

Kelas B I mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan


medik spesialistik sekurang-kurangnya 11 jenis spesialistik.

d)

Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan


medik spesialistik sekurang-kurangnya spesialistik 4 dasar lengkap.

e)

Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurangkurangnya pelayanan medik dasar.

Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah ditentukan berdasarkan tingkat


fasilitas dan kemampuan pelayanan dalam bidang kekhususannya dan ditetapkan
tersendiri oleh Menteri Kesehatan.
b.

Swasta

1)

Rumah sakit swasta diselenggarakan berasaskan kemandirian


dengan prinsip wirausaha dengan tetap melaksanakan fungsi sosial.

2)

Kepemilikan rumah sakit berbentuk yayasan, Perseroan


Terbatas (P.T), koperasi dan atau badan hokum lainnya.

3)

Rumah sakit swasta harus memenuhi persyaratan standar


bangunan, prasarana, dan peralatan sesuai dengan jenis dan klasifikasi
rumah sakit, meliputi :
a)

Lokasi atau letak bangunan prasrana harus sesuai


dengan rencana umum tataruang dan terhindar dari pencemaran.

b)

Bangunan,

prasarana,

peralatan,

harus

dalam

kondisi terpelihara dan memenuhi standar keamanan, keselamatan, dan


kesejahteraan kerja.
c)

Memenuhi persyaratan teknis bengunan, prasarana,


peralatan, dan dampak lingkungan internal dan eksternal.

d)

Peralatan medik harus memenuhi persyaratan


pengujian/kalibrasi.

4)

Rumah sakit swasta dalam memberikan pelayanan harus


menjamin hak-hak pasien.

5)

Rumah sakit swasta wajib menyelenggarakan peningkatan


mutu pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah.

6)

Rumah sakit swasta wajib mempunyai komite medik dan


komite keperawatan.

7)

Rumah sakit swasta wajib merujuk pasien ke rumah sakit


yang lebih mampu pelayanannya apabila rumah sakit tersebut tidak
mampu menangani pasien tersebut.

8)

Bentuk pelayanan rumah sakit swasta adalah rumah sakit


umum dan rumah sakit khusus.

9)

Rumah sakit khusus swasta diklasifikasikan menjadi rumah


sakit khusus swasta pratama dan madya.

10)

Setiap rumah sakit swasta wajib melaksanakan fungsi sosial.

11)

Rumah sakit swasta yang dimiliki yayasan, perhimpunan,


perkumpulan sosial, dan rumah sakit BUMN yang melayani pasien

umum minimal 25%, dan rumah sakit swasta yang dimiliki pemilik
modal minimal 10 %.
1.3

Bisnis Rumah Sakit


Rumah sakit merupakan suatu unit usaha jasa yang memberikan jasa

pelayanan sosial di bidang medis klinis. Pengelolaan unit usaha rumah sakit
memiliki keunikan tersendiri karena selain sebagai unit bisnis , usaha rumah sakit
juga nemiliki misi sosial, disamping pengelolaan rumah sakit juga sangat
tergantung pada status kepemilikan rumah sakit. Misi rumah sakit tidak terlepas
dari misi layanan sosial, namun tidak dipungkiri bahwa dalam pengelolaan rumah
sakit tetap terjadi konflik kepentingan dari berbagai pihak. Konflik kepentingan
berbagai pihak ini dapat bersumber dari klasifikasi organisasi rumah sakit.
Biaya kesehatan cenderung terus meningkat,dan rumah sakit dituntut untuk
secara mandiri mengatasi masalah tersebut. Peningkatan biaya kesehatan ini
menyebabkan fenomena tersendiri bagi rumah sakit pemerintahan karena rumah
sakit pemerintah memiliki segmen layanan kesehatan untuk kalangan menengah
ke bawah. Akibatnya rumah sakit pemerintah diharapkan menjadi rumah sakit
yang murah dan bermutu. Rumah sakit pemerintah menghadapi dilemma antara
misi melayani masyarakat kelas menengah ke bawah dan adanya keterbatasan
sumber dana, serta berbagai aturan dan birokrasi yang harus dihadapi. Kondisi
tersebut akan mengakibatkan rumah sakit pemerintah mengalami kebingungan
apakah rumah sakit dijadikan sebagai lembaga birokrasi dalam sistem kesehatan
ataukah sebagai lembaga pelayanan kesehatan yang tidak birokratis.
Sedikitnya ada 3 unsur yang terlibat dalam bisnis rumah sakit yakni
penyedia pelayanan kesehatan (rumah sakit), pasien sebagai penerima pelayanan
dan pihak ketiga yang secara tidak langsung terlibat yakni asuransi kesehatan atau
perusahaan lainnya dan pemerintah. Dalam menghadapi kompetisi saat ini, rumah
sakit melakukan investasi berupa alat-alat yang canggih, namun sangat
disayangkan karena tidak adanya regulasi yang jelas, dalam satu kota bisa terdapat
beberapa jenis alat canggih yang sama yang dimiliki setiap rumah sakit, padahal
mungkin kebutuhannya tidak sebesar itu. Hal ini bisa berdampak pada mahalnya
tarif yang dikenakan, karena rumah sakit harus menghitung pengembalian

10

investasi, atau yang lebih berbahaya adalah penggunaan alat yang tidak
seharusnya pada pasien untuk mengejar pengembalian investasi.
Pada umumnya rumah sakit masih menerapkan pola tarif berdasarkan fee
for service, hal ini seringkali dikeluhkan oleh pasien yang tidak dapat mengetahui
secara pasti biaya yang harus dikeluarkan ketika berada di rumah sakit. Pola
pentarifan prospective payment masih dianggap kurang bisa diterapkan oleh
rumah sakit swasta, padahal metode tersebut dapat menjadi salah satu strategi
dalam peningkatan mutu dan penurunan biaya. Bahkan pada umumnya rumah
sakit masih menerapkan pola tarif operasi mengikuti kelas perawatan, yang
disegmentasikan berdasarkan kemampuan bayar pasien. Ruangan rawat inap pun
hampir seluruhnya dinamai berdasarkan strata kelas, yang juga dianggap
menunjukan kemampuan bayar pasien.
Perilaku dari konsumen atau pasien juga sangat mempengaruhi kompetisi
ini. Saat ini sistem rujukan sepertinya sudah mulai melemah, pasien terutama
kelas menengah dan atas, selalu lebih puas jika langsung bertemu dengan dokter
spesialis. Bahkan saat ini rumah sakit juga berkompetisi secara tidak langsung
dengan praktek swasta dokter spesialis. Pasien yang sepenuhnya dijamin oleh
asuransi atau dijamin oleh perusahaan tempatnya bekerja memiliki kecenderungan
menghabiskan biaya yang lebih besar. Hal ini juga ditangkap oleh rumah sakit
sebagai salah satu target /captive /marketnya. Rumah sakit berlomba-lomba
bekerja sama dengan perusahaan dan asuransi bahkan dengan menawarkan tarif
yang lebih rendah.
Pada akhirnya rumah sakit sebagai sebuah bisnis boleh berlomba-lomba
menyasar segmen sosial ekonomi kelas menengah atas dan dikota besar, namun
jangan dilupakan bahwa rumah sakit pada dasarnya memiliki azas pemerataan.
Rumah Sakit boleh memiliki strategi pentarifan sebagai sebuah bisnis dan
mengikuti mekanisme pasar namun jangan dilupakan rumah sakit memiliki azas
persamaan hak dan anti diskriminasi.
Rumah sakit harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi namun jangan dilupakan rumah sakit memiliki asas nilai etika dan
profesionalitas, nilai perlindungan dan keselamatan pasien yang menjadi tanggung
jawab rumah sakit dan dokter. Karena Rumah sakit bukan bisnis biasa tapi bisnis
yang luar biasa, yang pemilik dan semua orang yang didalamnya tidak cukup
hanya memiliki modal keuangan yang besar, keilmuan yang
11

tinggi namun yang paling penting adalah modal hati yang mau melayani
bagi sesama. Sehingga kompetisi yang seharusnya terjadi antar rumah sakit
bukanlah kompetisi melawan rumah sakit satu sama lain, bahkan yang lebih baik
adalah /co-operation/. Kompetisi yang sebenarnya adalah bagaimana memberikan
pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu, efisien, terdepan dalam ilmu
kedokteran dan bisa menyentuh hati para pasien.
1.
Kendala dalam mengelola unit usaha rumah sakit
Salah satu kendala utama dalam bisnis rumah sakit swasta adalah kurangnya
sumber daya kesehatan (SDM) yang berkualitas dan memadai. Sebagai contoh,
sekitar 80% dari dokter spesialis yang bekerja di rumah sakit swasta saat ini juga
merangkap bekerja di rumah sakit milik pemerintah. Hal ini disinyalir sebagai
akibat masih relatif langkanya keberadaan para dokter spesialis ini, padahal
kebutuhan akan jasa mereka sangat tinggi.
Di samping itu, ketersediaan SDM kesehatan saat ini juga sangat
terkonsentrasi di pulau Jawa saja, sehingga ditengarai dapat menjadi penghalang
bagi pengembangan rumah sakit di luar pulau Jawa. Namun demikian, pemerintah
saat ini telah membuka peluang bagi tenaga medis ahli dari luar negeri untuk
berkarir di Indonesia sehingga diharapkan sedikit banyak dapat mengurangi faktor
kelangkaan SDM.
Masalah besarnya nilai investasi juga sering menjadi kendala tersendiri bagi
investor untuk membangun rumah sakit baru. Sebagai gambaran, nilai investasi
rumah sakit sederhana saja dapat mencapai lebih dari Rp. 50 miliar. Sedangkan
untuk biaya investasi rumah sakit mewah berstandar internasional dapat mencapai
Rp. 200 miliar ke atas.
Investasi sangat mahal ini umumnya dikeluarkan demi melengkapi rumah
sakit dengan peralatan medis tercanggih. Hal ini sepertinya merupakan salah satu
strategi rumah sakit swasta untuk menarik pasien berobat ke tempatnya. Untuk
rumah sakit yang dilengkapi dengan peralatan medis standar saja, investasi
peralatannya dapat mencapai Rp. 10 miliar ke atas. Umumnya, besaran investasi
peralatan medis bisa mencapai setengah dari total investasi pembangunan rumah
sakit baru.
Selain kendala investasi yang mahal, telah sejak lama beredar anggapan
bahwa pelayanan rumah sakit di Indonesia masih kalah dibandingkan dengan
rumah sakit di luar negeri, sehingga menyebabkan banyak warga Indonesia

12

khususnya yang berpenghasilan tinggi lebih memilih berobat ke luar negeri.


Singapura dan Malaysia misalnya, sering menjadi negara tujuan utama pasienpasien dari Indonesia. Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia Fachmi Idris,
sekitar 1 juta warga Indonesia berobat ke luar negeri dan menghabiskan dana
hingga Rp. 20 triliun setiap tahunnya (Tempointeraktif, 2009).
Terakhir, bisnis rumah sakit tidak akan pernah dapat terlepas dari sifat
rumah sakit itu sendiri yang merupakan penyedia jasa sosial-kemasyarakatan. Di
satu sisi, rumah sakit diharapkan dapat menyediakan fungsi sosial terutama
kepada masyarakat yang kurang/tidak mampu. Namun di sisi lainnya, besarnya
investasi yang dikeluarkan oleh pihak pengelola rumah sakit, khususnya swasta,
memaksa pihak rumah sakit untuk menetapkan biaya yang tinggi dan peraturan
yang terkesan kaku demi meng-cover biaya-biaya tersebut. Hal ini seringkali
menyebabkan benturan-benturan yang dapat mempengaruhi image sebuah rumah
sakit, padahal image merupakan salah satu modal utama bagi penyedia jasa.

2.

Peran investor asing dalam pengelolaan unit usaha


rumah sakit
Sejak beberapa tahun yang lalu, pemerintah telah mencanangkan tahun

Indonesia sehat dengan 2010 sebagai target pencapaiannya. Melalui berbagai


program, pemerintah aktif mendorong perbaikan-perbaikan di bidang kesehatan
termasuk investasi di bisnis rumah sakit swasta. Melalui Keputusan Presiden No.
96/2000 dan 118/2000 misalnya, pemerintah membuka lebar-lebar pintu investasi
bagi pemodal asing di bisnis rumah sakit Indonesia dengan kepemilikan mencapai
49% persen modal disetor (belakangan, proporsi ini diusulkan naik menjadi 65%
modal disetor rumah sakit).
Keputusan ini tidak pelak menyebabkan meningkatnya investasi asing di
bisnis rumah sakit Indonesia. Berbagai nama besar seperti Gleneagles
Development Pte. Ltd. dari Singapura dan Grup Ramsay Healthcare dari Australia
berbondong-bondong melakukan joint venture dengan pengembang-pengembang
ternama seperti PT. Lippo Karawaci Tbk. untuk mengembangkan rumah sakit
modern bertaraf internasional. Tujuannya jelas, yaitu untuk menampung pasienpasien yang memiliki kebutuhan berobat, sekaligus menginginkan pelayanan kelas
satu.
13

Maraknya pembangunan rumah sakit oleh pemerintah dan swasta (baik


melalui joint venture dengan pemodal asing maupun murni pemodal dalam
negeri) semakin mendorong terciptanya lingkungan bisnis rumah sakit yang lebih
baik. Sepanjang periode 2005-2006 saja misalnya, Departemen Kesehatan
mencatat bahwa tidak kurang dari 96 rumah sakit baru telah dan akan dibangun di
19 propinsi di Indonesia, walaupun sampai saat ini realisasinya masih rendah
(Depkes, Data Pratama, 2008).
Trend ini diharapkan untuk terus berlanjut dan membaik di tahun-tahun
berikutnya. Selain itu, pemerintah juga semakin aktif mendorong terciptanya
environment rumah sakit yang baik. Pada 2009 lalu misalnya, pemerintah sibuk
menggodok UU Rumah Sakit yang isinya mengatur berbagai hal seperti
akreditasi, tipe kelas perawatan, pola tarif hingga kebebasan suara pelanggan
rumah sakit.
Dengan berlakunya UU ini nanti, diharapkan profesionalisme dan fungsi
pelayanan kesehatan rumah sakit semakin terjamin sehingga tidak terjadi lagi
berbagai permasalahan seperti pasien yang ditolak rumah skits karena alasan
ketidaktersediaan kelas perawatan, standar pelayanan yang kurang baik, hingga
kasus perseteruan nama baik seperti yang terjadi antara Prita dan RS. Omni
Internasional yang beberapa waktu lalu sempat ramai dibicarakan media.

14

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Implementasi Kewirausahaan di Rumah Sakit
2.1.1 Implementasi kewirausahaan di Rumah Sakit Bersalin
a. Pengertian Rumah Sakit Bersalin
Pengertian bersalin dapat dijabarkan yaitu dalam arti sempit rumah
sakit bersalin dapat dikatakan sebagai proses pengeluaran bayi dan ari-ari.
Sedangkan dalam arti luas rumah sakit bersalin digunakan agar segala soal
yang bersangkutan dengan kelahirannya yaitu mulai dari kehamilan
persalinan nifas dan bai yang baru dilahirkan.
Bersalin adalah sesuatu tindakan atau perbuatan melahirkan anak.
Rumah Sakit Bersalin adalah lembaga yang sekaligus sebagai wadah yang
memberi pertolongan berupa pengobatan, perawatan dan pelayanan kesehatan
bagi wanita masa hamil, bersalin, serta bayinya dimana dokter ahli
kebidanan/kandungan bertanggung jawab secara medik.
b.

Fungsi Rumah Sakit Bersalin


Rumah sakit bersalin termasuk sebagai :
1)

Rumah sakit Khusus, karena menyelenggarakan pelayanan kesehatan


berdasarkan penyakit tertentu (penyakit kandungan) dan disiplin ilmu
tertentu (kedokteran kandungan).

2)

Golongan rumah sakit kelas E, dimana memberikan pelayanan


kesehatan khusus, yaitu kandungan.

3)

Rumah Sakit Swasta, karena dijalankan oleh suatu yayasan atau


swasta lain yang umumnya juga berdasarkan social serta tujuan ekonomi
(mencari keuntungan).

c.

Persyaratan Penyelenggaraan Rumah Sakit Bersalin


Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, diketahui beberapa hal yang

dapat membedakan penyelenggaraan Rumah Sakit Bersalin dengan Rumah Sakit


Khusus lainnya, yaitu :

1) Dipimpin oleh seorang dokter spesialis kandungan.

15

2) Memiliki Unit Gawat Darurat untuk memberikan pertolongan pertama


kecelakaan pada kandungan.
3) Peralatan yang digunakan adalah peralatan khusus untuk kebidanan yang
menunjang selama proses pemeriksaan di Rumah Sakit Berasalin, yaitu :
a)

CTG

b)

USG

c)

Curratage set

d)

Doppler

e)

Stetoskop Laenec

f)

IVD dan injeksi KB

g)

Pap Smear set

h)

Timbangan bayi

i)

Meja Ginekologi

j)

Partus set

k)

Forsep set

l)

(Neigel, keiland, pip)

m)

Obstetrik Vakum

n)

CVP set

o)

Laparatomi set

p)

Histeroktomi set

q)

Embrotomi set

r)

Resusitator set

s)

Inkubator bayi

t)

Laparoskopi untuk sterilisasi ring aplikator

u)

Endoskopik Videomonitor

4) Poliklinik yang tersedia merupakan poli sub-spesialistik kebidanan.


5) Perawatan setelah operasi
Memiliki :
1.

Surat Ijin Mendirikan Bangunan.

2.

Surat Keputusan Dinas Pengawasan Bangunan Kota.

3.

Surat Ijin Usaha berdasarkan /undang-Undang Gangguan.

4.

Surat Tanah.

16

5.

Tanda Daftar Perusahaan.

6.

Pajak Bumi dan Bangunan.

Gambar 1 .Tampak depan gedung RS Limijati

2.1.2 Data Rumah Sakit Bersalin Limijati


1. Data Proyek
Nama Proyek

: Rumah Sakit Bersalin Limijati

Lokasi

: Jl. LLRE. Martadinata no.39 Bandung

Tipe Pelayanan

: Pelayanan Medis Sub-spesialistik

Status

: Rumah Sakit Khusus

Pemilik

: Badan Swasta

2. Sejarah Rumah Sakit Bersalin Limijati


Rumah sakit bersalin Limijati berkembang dari sebuah klinik bersalin, yang
didirikan oleh zuster/bidan Liem (Ny. Hetty Limijati) pada tahun 1961. sejak
tahun 1970 dikembangkan dengan mengadakan renovasi dan perluasan baik
bangunan atau gedung maupun peralatannya, sehingga pada bulan mei 1973
klinik bersalin berubah status menjadi Rumah sakit Bersalin.
Renovasi dan perluasan bangunan berjalan terus dan berhasil membangun
gedung bertingkat tiga dengan segala fasilitasnya. Pada tanggal 23 januari 1995
Rumah Sakit Bersalin Limijati diresmikan oleh Kepala Kantor Wilayah
Departemen RI propinsi Jawa Barat.
3. Misi, Falsafah dan Motto
a. MISI
17

Memberikan pelayanan kesehatan paripurna bermutu dalam rangka


meningkatkan derajat kesehatan, kesejahteraan bagi ibu dan bayinya serta
menyelenggarakan kegiatan pelayanan yang ada kaitannya dengan perawatan
medis dan non medis.
b. FALSAFAH
1) Pelayanan pasien yang bermutu adalah tujuan kami
2) Pelayanan professional dan kerja sama adalah modal kami.
c. MOTTO
Kepuasan anda adalah kebahagiaan kami
4. Jenis Pelayanan
a. Pelayanan Medis
1)
Persalinan normal dengan dokter spesialis atau bidan.

Gambar 2 .Ruang Persalinan


2)

Gambar 4 .Partus Kit / Bidan Kit

Persalinan dengan operasi Secto Caesarea

Gambar 3 .Ruang Operasi


3)

Kuretase, MOW/strerilisasi pada ibu

4)

Poliklinik Kebidanan/ BKIA

5)

pemeriksaan bayi sehat, pemeriksaan ibu hamil dan pasca


salin.

6)
7)
8)
9)
10)

Imunisasi
Konsultasi dan pemberian KB
Poliklinik Anak
Pijat Bayi
Poliklinik Gizi dan Laktasi

18

a) Konsultasi ini ditujukan bagi anak-anak yang mengalami gangguan


pertumbuhan, atau untuk ibu menyusui yang mempunyai masalah,
seperti produksi ASI yang dirasakan tidak mencukupi dll.
b) Poliklinik Tumbuh Kembang dengan Psikologi anak
c) Klinik Tumbuh Kembang adalah klinik terpadu yang menangani
gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak dengan mengikuti
program:
Tes pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Tes kecerdasan IQ.
Tes untuk mengetahui kesiapan sekolah.
Dan juga menyediakan materi dan kursus tata cara perawatan bayi,

11)
12)
13)
14)

yang berisi :
a)

Membekali diri dengan cara-cara praktis merawat bayi,


memandikan bayi, merawat tali pusat dll.

b)

Pengetahuan tentang Imunisasi dan makanan bayi.

c)

Pengetahuan P3K pada bayi di rumah dan keluarga


berencana.

d)

Memberi pengetahuan-pengetahuan baru sesuai dengan


perkembangan medis.

b.

Pelayanan Penunjang Medis


1)

Laboratorium

2)

USG 2D dan USG 3-4D


Gambar 5 .Alat untuk mendeteksi janin
(USG 3-4D)

3)

Apotik (obat-obatan)

19

Gambar 1 .Ruang Apotik


c.

Pelayanan Non Medis


1) Senam Hamil

Gambar 1 .Ruang Senam Hamil


Memberikan dukungan dan bekal bagi ibu-ibu hamil untuk siap
menghadapi persalinan. Senam hamil pada kehamilan normal dapat
dimulai pada usia kehamilan 6 bulan. Adapun materi senam hamil
meliputi :
a)

Perawatan kebidanan dan rawat gabung.

b)

Latihan pernapasan dan otot-otot tubuh untuk persalinan.

c)

Pengetahuan tentang gizi ibu hamil.

d)

Hubungan senam hamil dengan persalinan serta pengetahuan


tentang proses persalinan normal dan abnormal.

e)

Pengetahuan dan pelatihan bersama0sama (praktek) tentang


cara=cara perawatan payudara agar diperoleh ASI yang maksimal.

f)

Pengetahuan tentang perawatan luka pasca salin.

20

5. Lingkup Pelayanan
Perhitungan jumlah tempat tidur dan jumlah rawat inap RSB Limijati
Bandung yaitu:
a. Jumlah Penduduk di Bandung 2005

: 2.209.772 Jiwa

b. Jumlah Rumah Sakit di Bandung

: 25 Rumah Sakit

c. Jumlah Rumah Sakit di Bandung dengan RSB Limijati : 26 Rumah Sakit


Standard perhitungan untuk menentukan jumlah tempat tidur ( TT ) yang
diambil dari Ernst Neufert Data Arsitek, Jilid 1 yaitu :
0.5 TT / 1000 Jumlah Penduduk
Maka perhitungan jumlah TT yang akan direncanakan adalah :
(Jumlah Penduduk : 1000) x 0.5
Jumlah TT R.S. di Bandung

21

(2209772 : 1000) x 0.5

1104,886 = 1108 TT

Anda mungkin juga menyukai