Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang
khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam
rangkaian proses perkembangan seseorang. Secara jelas masa anak dapat dibedakan
dari masa dewasa

dan masa tua. Seorang

anak masih belum selesai

perkembangannya, orang dewasa dapat dianggap sudah berkembang penuh, ia sudah


menguasai sepenuhnya fungsi-fungsi fisik dan psikisnya, pada masa tua pada
umumnya terjadi kemunduran terutama fungsi fisiknya. Anak masih harus banyak
belajar untuk dapat memperoleh tempat dalam masyarakat sebgai warga negara yang
bertanggung jawab dan bahagia. Anak belajar hal-hal ini melalui enkulturasi,
sosialisasi dan adaptasi aktif. Orang dewasa dengan kemampuan-kemampuan nya
yang sudah berkembang diharapkan sudah menemukan tempatnya di masyarakat,
orang tua makin menarik diri di masyarakat meskipun sukar ditentukan pada usia
berapa betul-betul tidak lagi aktif sama sekaali, hal ini banyak ditemukan oleh faktorfaktor kebudayaan, faktor-faktor genetika dan sejarah hidup orang itu sendiri.
1.2. Rumusan Masalah
a.
b.
c.
d.
e.

Apa pengertian remaja ?


Apa tugas-tugas perkembangan remaja ?
Bagaimana hakekat pertumbuhan dan perkembangan remaja ?
Bagaimana hukum-hukum perkembangan bagi remaja ?
Bagaimana karakteristik umum perkembangan remaja ?

1.3. Tujuan Masalah


a.
b.
c.
d.
e.

Untuk mengetahui pengertian remaja


Untuk mengetahui tugas-tugas perkembangan remaja
Untuk mengetahui hakekat pertumbuhan dan perkembangan remaja
Untuk mengetahui hukum-hukum perkembangan bagi remaja ?
Untuk mengetahui karakteristik umum perkembangan remaja

BAB II
PEMBAHASAN
1

2.1. Pengertian Remaja


Menurut Mappieare (1982), masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai
21 tahun bagi wanita dan 13 sampai dengan 22 tahu bagi pria. Rentang usia remaja
tersebut dapat dibagi mejadi dua bagian, yaitu usia 12/13 sampai 17/18 tahun adalah
remaja awal dan usia 17/118 tahun sampai 21/22 tahun yaitu remaja akhir.
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence (Lat. Adolescere =
adultus) yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Menurut
Hurlock (1991) Istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti mencakup
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan tersebut didukung oleh
Piaget, yang menyatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana
individu menjadi julam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa
berada di bawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan merasa sama atau sejajar.
Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung afektif, lebih atau kurang dari usia
pubertas.
Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek
intelektual. Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja ini memungkinkan
mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa,
tetapi juga merupakan karakterisktik yang paling menonjol dari semua periode
perkembangan (Shaw dan Costanzo, 1985).
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak
termasuk ke dalam golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara
penuh untuk masuk ke dalam golongan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja
serigkali dikenal dengan fase mencari jati diri atau fase topan dan badai. Remaja
masih belum mampu menguasai secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya
(Monks, 1989). Akan tetapi, yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja
merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial.
Ausubel (1965) menyebutkan status orang dewasa sebagai status primer,
artinya status itu diperoleh dari kemampuan dan usaha sendiri. Status anak adalah
status diperoleh (derived), artinya tergantung daripada apa yang diberikan oleh orang
tua (dan masyarakat). Remaja ada dalam status interim sebagai akibat daripada posisi
yang sebagian diberikan oleh orang tua dan sebagian diperoleh melalui usaha sendiri
yang selanjutnya memberikan prestise tertentu padanya. Status interim berhubungan
dengan masa peralihan yang timbul setelah pubertas. Masa peralihan tersebut
diperlukan untuk mempelajari remaja mampu memikul tanggung jawabnya nanti

dalam masa dewasa. Makin maju masyarakatnya makin sukar tugas remaja untuk
mempelajari tanggung jawab ini.
Perkembangan intelektual

yang

terus-menerus

menyebabkan

remaja

mencapai tahap berpikir operasional formal yang memungkinkan remaja mampu


berfikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis, dan mempertimbangkan sesuatu.
Kemampuan seperti ini lah yang membedakan fase remaja dengan fase-fase
sebelumnya. Studi tentang remaja agak sulit karena para remaja sudah mulai banyak
meninggalkan lingkungan kebudayaan yang lebih luas.
2.1.1. Karakteristik Masa Remaja
a. Konsep tentang Adolescence
Banyak buku pendidikandan psikologi yang mendefinisikan adolescence
dengan menunjuk kepada periode yang penuh dengan tekanan dan ketegangan (stress
and strain). Suatu periode dimana individu belum menjadi sesuatu. Generalisasi
semacam ini tentu saja memiliki keterbatasan karena tidak semua remaja mengalami
tekanan dan ketegangan.
Dalam dunia yang mengalami perubahan yang cepat, memang tidak bisa
dihindarkan bahwa tingkah laku sebagian remaja mengalami ketidaktentuan saat
mereka mencari kedudukan dan identitas. Mereka cenderung bersifat lebih sensitif
karena perannya belum tegas. Ia mengalami pertentangan nilai-nilai dan harapan yang
akibatnya lebih mempersulit dirinya yang sekaligus merubah perannya. Para remaja
adalah individu-individu yang sedang mengalami serangkain tugas perkembangan
yang khusus.
b. Keunikan Remaja
Psikologi objektif selalu menekankan bahwa pertumbuhan adalah sesuatu yang
berlangsung terus menerus dan bersifat setahap demi setahap. Oleh karena itu,
individu tidak sekaligus berubah menjadi orang yang sama sekali berbeda walaupun
terjadi kematangan pada organ-organ kelamin, tumbuhnya kumis, tumbuhnya bulu
pada bagian-bagian tertentu di badan, atau dengan timbulnya perubahan suara pada
laki-laki.
Keunikan para remaja terletak pada individu-individunya. Tampak jelas bahwa
para remaja dari keluarga yang sama memperlihatkan perbedaan-perbedaan dalam
besar badan,intelegensi, minat, dan sifat sosialnya. Anak kembar pun memperlihatkan
perbedaan-perbedaan sekalipun mereka memiliki kesamaan pembawaan. Para remaja
3

dari kelas sosial yang satu berbeda dengan remaja dari kelas yang lain dalam sikap
dan cita-citanya. Pendeknya, beberapa keunikan para remaja terletak dalam
individualitasnya, bukan pada masa remajanya.
2.2. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap
dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap
dan beperilaku secara dewasa. Menurut Hurlock (1991) tugas-tugas perkembangan
masa remaja adalah :
1) mampu menerima keadaan fisiknya
2) mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
3) mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan
jenis
4) mencapai kemandirian emosional
5) mencapai kemandirian ekonomi
6) mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
7) memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
8) mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa
9) mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10) memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga
Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dengan
baik, diperlukan kemampuan kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai
oleh perkembangan kognitif nya.

2.3. Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja


Istilah pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan fisiologis
yang bersifat progresif dan kontinu serta berlangsung dalam periode tertentu. Oleh
karena itu, sebagai hasil dari pertumbuhan adalah bertambahnya berat, panjang, atau
4

tinggi badan, tulang otot-otot menjadi lebih kuat, lingkar tubuh menjadi lebih besar,
dan organ tubuh menjadi lebih sempurna. Pada akhirnya, pertumbuhan ini mencapai
titik akhir yang berarti bahwa pertumbuhan telah selesai. Bahkan pada usia tertentu,
misalnya usia lanjut, justru terdapat bagian-bagian fisik tertentu yang mengalami
penurunan dan pengurangan (Berk, 1989)
Sedangkan perkembangan, para ahli psikologi pada umumnya menunjuk
pengertian pekembangan sebagai suatu proses perubahan yang bersifat progresif dan
menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru.
Perkembangan erat kaitannya dengan pertumbuhan. Berkat adanya pertumbuhan,
pada saatnya anak akan mencapai kematangan. Terdapat perbedaan antara
pertumbuhan dan kematangan, pertumbuhan menunjuk pada perubahan biologis yang
bersifat kuantitatif. Sedangkan kematangan menunjukkan perubahan biologis yang
bersifat kualitatif. Akan tetapi, perubahan kualitatif tersebut sulit untuk di amati. Kita
lebih muda melihat bertambah luasnya ukuran telapak tangan seorang anak daripada
melihat kompleksnya sistem syaraf dan semakin kuatnya jaringan otot pada anak yang
memungkinkan organ tersebut melakukan hal yang lebih kompleks. Pertumbuhan dan
kematangan merupakan perubahan yang berasal dari dalam diri anak yang dapat
dipercepat dengan rangsangan-rangsangan dari lingkungan dalam batas-batas tertentu.
Kemampuan belajar menulis hanya dapat dicapai jika proses latihan diberikan
kepada anak pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna dan telah mampu
memahami bentuk huruf yang diperkenalkannya. Dengan demikian, anak berhasil
dalam belajar memegang pensil dan membaca huruf-huruf. Pertumbuhan, kematangan
belajar, dan perkembangan merupakan proses belajar yang seiring.
2.4. Hukum-hukum Perkembangan Bagi Remaja
a. Hukum Tempo perkembangan
Hukum tempo perkembangan bermakna bahwa berlangsungnya perkembangan
individu yang satu tidak sama cepat atau lambatnya dengan individu lain. Ada anak
yang berkembang dalam waktu relatif cepat, misalnya nelajar berbicara atau belajar
berjalan. Akan tetapi, pada anak lain ketika belajar berbicara atau berjalan
memerlukan waktu yang cukup lama.
b. Hukum Irama Perkembangan
Hukum

irama

perkembangan

mengatakan

bahwa

berlangsungnya

perkembangan individu tidak dengan irama konstan, tetapi kadang-kadang dengan


5

irama cepat, lambat, atau bahkan seperti berhenti dan kemudian cepat seperti dipacu.
Sebagai contoh, pada saat dalam perkembangannya kecepatan belajar bahasa anak
ditunjukkan dengan banyaknya kata-kata baru yan dikuasai. Akan tetapi, jika
kemudian tidak ada lagi, tetapi kemudian tampak giat lagi seperti dipacu untuk belajar
dengan cepat sehingga melampaui anak yang lain.
c. Hukum Rekapitulasi
Hukum rekapitulasi pertama kali diungkapkan oleh Hackel (Jerman) yang
mengatakan bahwa perkembangan suatu makhluk adalah rekapitulasi dari
perkembangan seluruh jenis. Hukum rekapitulasi berpendapat bahwa perkembangan
psikis individu akan pengulangan urutan tingkah laku dari perkembangan nenek
moyang suatu bangsa. Oleh karena itu, ada semacam perilaku kolektif atau
ketidaksadaran kolektif. Diantara beberapa ahli ada yang setuju dengan hukum
rekapitulasi ini, tetapi ada juga yang menolak sebagian atau bahkan ada yang menolak
sama sekali.
Berdasarkan hukum rekapitulasi tersebut, perkembangan individu dapat
digolongkan ke dalam beberapa fase yang berntuk riil nya dapat dilihat dari
permainan mereka. Adapun fase-fase tersebut adalah :
1) masa berburu dan menyamun (sampai dengan 8 tahun)
Ciri-ciri yang menonjol adalah anak menunjukkan kesenangan menangkap
binatang, bermain panah-panahan, membuat rumah-rumahan, saling mengintai, dan
lain sebagainya
2) masa berternak (8-10 tahun)
Ciri yang menonjol adalah anak senang sekali memelihara binatang.
3) masa bertani atau bercocok tanam (10-12 tahun)
Ciri yang menonjol adalah anak gemar memelihara tanaman.
4) masa berdagang (12-14 tahun)
Ciri yang menonjol pada masa ini adalah perhatian anak terutama tertuju pada
hal yang mirip dengan perdagangan. Misalnya bermain jual beli dengan uang kertas
atau daun.
5) masa industri ( 15 tahun ke atas)
Ciri yang menonjol adalah anak gemar membuat permainannya sendiri dengan
bahan-bahan yang ada di sekelilingnya. Misalnya membuat layang-layang.
d. Hukum Masa Peka

Hukum ini pertama kali diungkapkan oleh M. Montessori dari Italia yang
mengatakan dalam perkembangan anak terdapat suatu saat yang sangat tepat bagi
suatu fungsi untuk dapat berkembang dengan baik sekali atau sangat sensitif dan
sangat dengan mudah merespon stimulus yang datang kepada dirinya. Pada masa ini,
anak mempunyai kesiapan terbaik untuk melaksanakan tugas perkembangannya
dalam fungsi tertentu.
e. Hukum Trotzalter (Masa Menantang)
Hukum ini berpendapat bahwa perkembangan individu tidak selalu berlangsung
tenang dan teratur, tetapi pada masa tertentu terjadi data guncangan yang membawa
perubahan secara radikal. Masa mengalami guncangan terjadi pada dua periode.
Periode yang pertama terjadi saat usia 3-4 tahun periode yang kedua terjadi pada saat
usia 14-17 tahun. Pada periode itu anak mengalami perubahan mencolok dalam
dirinya baik aspek fisik maupun psikis sehingga menimbulkan reaksi emosional dan
radikal.
Perilaku yang seringkali ditunukkan adalah adanya sikap mampu berdiri sendiri,
mampu mengerjakan sesuatu secara sendiri, dan merasa tidak perlu dengan bantuan
orang lain sehingga sering timbul sikap menentang ketika ada stimulus dari orang lain
yang dirasa kurang sesuai.
f. Hukum Masa Eksploratif
Hukum masa eksploratif dipelopori oleh Langeveld ( Belanda) yang
berpandangan bahwa perkembangan individu merupakan suatu proses yang
berlangsung sebagai suatu penjelajahan dari penemuan pada individu yang
bersangkutan.indiviidu yang lahir tentunya belum mengenal dunia sekelilingnya. Oleh
karena itu perlu dikenalkan tentang segala yang ada di sekelilingnya dengan cara
melakukan penjelajahan agar kemudian menemukan bermacam-macam kehidupan
duniawi dan nilai-nilai kemanusiaan. Melalui proses penjelajahan itulah individu
mengalami perkembangannya.
g. Hukum Pertahanan Diri
Pertahan diri yang dimaksud adalah respons dalam bentuk perilaku yang
dimunculkan ketika dirinya merasa mendapatkan stimulus yang tidak sesuai. Bentuk
pertahan diri setiap individu itu berbeda-beda. Contohnya pada saat anak merasa
lapar, haus, sakit, dan lain sebagainya kemudian anak akan menangis. Dengan
menangis terkaandung maksud agar orang lain segera datang memenuhi
kebutuhannya.
7

h. Hukum Pengembangan Diri


Hukum ini berpendapat

bahwa sesungguhnya seorang individu memiliki

dorongan alamiah untuk mengembangkan potemsi yang dimilikinya. Misalnya, pada


remaja ada rasa ingin selalu bersaing dengan orang lain, perasaan kurang puas
terhadap hasil yng telah dicapai, keinginan untuk mengetahui segala sesuatu, semua
ini merupakan dorongan untuk mengembangkan diri.
2.5 . Karakteristik Umum Perkembangan Remaja
Di tinjau dari segi fisiknya, remaja sudah bukan anak-anak lagi, tetapi jika
mereka diperlakukan seperti orang dewasa, ternyata belum dapat menunjukkan sikap
dewasa. Oleh karena itu, terdapat sejumlah sikap yang sering ditunjukkan oleh
remaja, yaitu :
a. Kegelisahan
Remaja memiliki banyak keinginan dan ingin mendapatkan pengalaman
sebanyak-banyaknya unutuk menambah pengetahuan, naum, sesungguhnya remaja
belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk semua itu. Seringkali
angan-angan mereka kebih besar daripada kemampuannya. Tarik-menarik antara
angan-angan yang tinggi dan kemampuannya yang masih belum memadai
mengakibatkan tibulnya kegelisahan.
b. Pertentangan
Remaja sering mengalami kebingungan karena pertentangan pendapat antara
mereka dan orang tu. Pertentangan yang terjadi menimbulkan keinginan untuk
melepaskan diri dari orng tua, namu ditentangnya sendiri karena perasaan belum
mampu mandiri dan keinginan untuk memperoleh rasa aman. Remaja sebenarnya
belum berani mengambil resiko meninggalkan keluarganya yang jelas aman baginya.
Selain itu, remaja juga belum sanggup untuk berdiri sendiri tanpa orang tua dalam
soal keuangan. Akibatnya pertentangan yang sering terjadi menimbulkan kebingungan
dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang tua.
c. Mengkhayal
Keinginan untuk menjelajah dan berpetualang tidak semua tersalurkan karena
akan

membutuhkan biaya yang banyak. Akibatnya, mereka mengkhayal mencari

kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi. Khayalan remaja


putra biasanya berkisar pada soal prestasi dan jenjang karier, sedangkan remaja putri
lebih mengkhayalkan romantika hidup.
8

d. Aktivitas Kelompok
Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka
berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka
melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat
diatasi bersama-sama.
e. Keinginan Mencoba Segala Sesuatu
Pada umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga mereka
ingin bertualang, menjelajah, dan mecoba segala sesuatu yang belum pernah
dialaminya. Selain itu didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa yang
menyebabkan remaja ingin melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa.
Akibatnya tidak jarang secara sembunyi-senbunyi remaja putra merokok karena
sering melihat orang dewasa melakukannya. Remaja putri seringkali mencoba
memakai kosmetik baru.
Oleh karena itu, remaja perlu diberikan bimbingan agar rasa ingin tahunya
yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan positif, kreatif, dan produktif. Jika
tidak, di khawatirkan dapat menjurus pada kegiatan yang negatif. Misalnya, mencoba
narkoba, minum minuman keras, penyalahgunaan obat, atau perilaku seks pranikah.

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Masa remaja terletak di antara masa anak dan masa dewasa. Masa remaja
dianggap telah mulai ketika anak telah matang dalam aspek seksual dan kemudian
berakhir setelah matang secara hukum. Pengertian pertumbuhan adalah proses
perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinu serta berlangsung selama
periode tertentu. Sedangkan perkembangan ialah perubahan psikis yang bersifat
progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan sifat-sifat baru. Karakteristik
umum pertumbuhan remaja adalah bahwa remaja merupakan peralihan dari masa
anak menuju masa dewasa sehingga seringkali menunjukkan sifat-sifat karakteristik
seperti kegelisahan dan kebingungan karena terjadi suatu pertentangan, keinginan
untuk mengkhayal, dan aktivitas kelompok .

DAFTAR PUSTAKA

10

Monks.Fj, Koers, Siti Rahayu Haditono, 1996, Psikologi Perkembangan, Pengantar


Dalam Berbagai Bagiannya, Gajahmada University Press, Yogyakarta
Hartinah Sitti, 2008, Pengembangan Peserta Didik, Refika Aditama, Tegal

11

Anda mungkin juga menyukai