1.TRACHEA(batang tenggorok)
Terdiri dari tulang rawan dan otot yang bebentuk pipa yang terletak ditengahtengah leher sam pai incisura jugularis dibelakang manubrium sternum masuk
mediastinum superior.dimulai dari bagian bawah cartilago cricoid setinggi
vertebrae thoracal v1 sampai bercabang menjadai bronchus dextra dan sinistra
setinggi vertebrae thoracal ke iv-v.percabangan tersebut dikenal
denganbifurcatio trachea.
panjang trachea 10-12 cm,pria(12cm) dan wanita(10cm) yang terdiri dari 16-20
cincin berbentuk lingkaran.berhubungan dengan daerah larynx melalui cartilago
cricoid dengan ligamentum cricotrachealis.diantara tulang rawan terdapat
jaringan ikatligamentum intertrachealis(lig.annulare).
2.BRONCHUS
Dimulai dari percabangan trachea setinggi batas vertebrae TH IV-V yang dikenal
dengan BIFURCATIO TRACHEAmemberi cabang2 bronchusbronchus dextra
dan bronchus sinistra,keduanya yang disebut sebagai BRONCHUS
PRIMARIUS.bronchus dextra lebih sering terkena infeksi bila dbandingkan dengan
bronchus sinistra.infeksi bronchusbronchitis.bronchus dalam paru memberi
cabang2 ke setiap lobus paru(disebut BRONCHUS SECUNDERIUS) yaitu:pada
paru kanan terdapat 3buah cabang bronchus yaitu:bronchus lobaris
superior,media dan inferior sesuai dengan lobus paru,sedangkan pada paru kiri
mempunyai 2buah cabang bronchus(bronchus lobaris superior dan inferior).
menurut nomenklatur jacson-huber setiap bronchus lobaris berbentuk
bronchus segmentalis(segmen bronchopulmonalis atau BRONCHUS
TERSIER(loburis).
apical,posterior,anterior
-lobus media mempunyai 2 buah BPS
:segmen lateral
dan media
-lobus inferior mempunyai 5 buah BPS :segmen
superior,medial,lateral,anterior,
dan posterior
BRONCHUS SINISTRA(terdiri dari 9 buah cabang segmen bronchiolus)
1.lobus superior mempunyai 4 buah segmen sbb:cabang atas(2buah):apica
posterior dan anterior
cabang bawah dikenal
dengansegmen lingula
2buah segmen superior
dan inferior
2.lobus inferior ada 5 bauh segmen
:segmen
superior,mediobasal,laterobasal,
anterobasal,posterobasal
Secara klinis pemeriksaan tracheobronchial dilakukan dengan alatbronchoscopy
untuk menentukan diagnosis klinis penyakit yang terdapat dalam bronchus.
skematis perjalanan oksigen mulai saluran bronchus dari bronchus
primerbronchus sekunder(bronchus lobaris)bronchus
tersier(bronchopulmonem)bronchiolus terminalis.dilanjutkan menjadi
bronchiolus respiratorius masuk jaringan paruductus alveolarisalveolus paru.
3.PULMO(paru)
Adalah organ utama untuk proses pernafasan yang berbentuk kerucut,dimana
bagian apex terdapat dibagian atas dan bagian basal dibagian bawah.terletak
dalam cavum thorac yang mengisi ruangan dibagian lateral dari mediastinum.
pulmo terbungkus oleh jaringan ikatkuat yaitu pleuralapisan luar yang melapisi
dinding dada yang etrletak dibawah fascia endothoracica dinamakanpleura
parietalisdan bagian yang melekat pada paru disebutpleura
visceralis.diantara kedua lapisan tersebut terdapat ruangan yang
disebutcavum pleura.
pleura parietalis berdasarkan letaknya terbagi atas:
a.pleura costalismelapis iga
b.pleura diaphragmaticamelpaisi diaphragma
c.pleura mediatinalismelapisi mediatinum
d.pleura cervicalis(cupula pleura)melapisi apex paru
pulmo ada 2 buah:pulmo dextra dan pulmo sinistra,pulmo dextra ada 3 buah
lobus dan sinistra ada 2 buah lobus.pulmo dextra terdiri dari:lobus superior,lobus
media,dan lobus inferior.pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior.antara
lobus superior dan media terdapat fissura horizontal dan antara lobus media
dengan inferior terdapat fissura obliq.
organ paru berhubungan dengan organ jantung melalui alat sbb:
a.2 buah arteri pulmonalis cabang truncus pulmonalis dari ventricel kanan
menuju paru kana dan kiri(membawa CO2 untuk dikeluarkan waktu ekspirasi)
b.4 buah vena pulmonalis dari 2 buah kanan dan 2 buah kiri menuju atrium
kiri(membawa o2 yang masuk paru waktu inspirasi)
yang mendarahi organ paru adalah arteria bronhialis cabang aorta thoracalis,dan
arteria pulmonalis tidak mendarahi paru hanya berfungsi untuk respirasi dan
vena bronchialis mengalirkan darah ke vena azygos dan hemiazygos.
apex pulmonalis bagian paru yang menjorok keluar apertura thoracis superior
mencapai ujung costae ke 1,dibawahcupula pleura.daerah ini lebuh mudah
terkena infeksi terutama kuman tuberculosis tbc,sebab pergerakan jaringan paru
kurang dari bagian lain.
Alat-alat penting yang keluar masuk paru dibagian posterior medial paru pada
hillus pulmonalis adalah sebagai berikut:
a.alat yang masuk pada hillus pulmonalis adalah:bronchus primer,arteria
pulmonalis,arteria bronchialis dan syaraf
b.alat yang keluar pada hillus pulmonalis adalah:vena pulmonalis,vena
bronchialis dan vasa limfatisi
Pada jaringan paru bagian posterior didapatkan jejas(alur)dari alat-alat yang
lewat yang menekan jaringan paru antara lain:
a)impresio cardiaca :jantung
b)sulcus vena cava :vena cava superior dan inferior
c)sulcus aorta thoracalis :aorta thoracalis
d)sulcus oesphagia :oesophagus
PERSARAFAN PARU
Serabut aferent dan eferrent visceralis berasal dari truncus symphaticus(th
3,4,5)dan serabut para symphaticus berasal dari nervus vagus.
1)serabut symphatis
:fungsi saraf symphatisnya untuk relaxasi tunica
muscularis dan menghambat sekresi bronchus.biasanya diberikan pada
penderita asthma bronchiale(karena menyempitnya lumen bronchus)
2)serabut parasymphatis :fungsi saraf parasymphatis untuk kontraksi tunica
muscularis akibatnya lumen menyempit dan merangsang sekresi bronchus.
Mikroskopik Saluran Pernapasan Bawah
a.
Laring
Terdiri dari tiga struktur yang penting
b.
Selaput/pita suara
Epilotis
Glotis
Trakhea
Bronkhi
Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini
disebut
dengan trachea.
Bronchus kanan bercabang menjadi : lobus superior, medius, inferior.
Brochus
Alveoli
Terdiri dari : membran alveolar dan ruang interstisial.
Membran alveolar :
-
Paru
Merupakan jalinan atau susunan bronhus bronkhiolus, bronkhiolus terminalis,
bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem limfatik.
Rongga dan Dinding Dada
Rongga ini terbentuk oleh:
-
Volume Pulmoner
Kapasitas Pulmoner
Difusi Gas
Difusi adalah pergerakan gas/partikel dari tempat yang bertekanan tinggi ke
tempat yang bertekanan rendah.
4 faktor yang berpengaruh pada difusi gas dari membran respirasi :
1. Ketebalan membran
ketebalan membran akan bertambah pada pasien dengan edema pulmoner
atau penyakit pulmoner yang lain.
Cardiac Output
merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah, normalnya 5 liter per
menit. Dalam kooondisi patologi yang dapat menurunkan cardiac output
( misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah ) akan mengurangi
jumlah oksigen yang dikirm ke jaringan. Umumnya, jantung mengkompensasi
dengan menambahkan rata rata pemompaannya untuk meningkatkan
transport oksigen.
Jumlah Erytrocit
Jumalh eritrosit pada laki laki 5juta/mm dan wanita 4,5 juta /mm.
Penurunan jumlah eritrosit anemia.
Latihan
Secara langsung berpengaruh terhadap transpot oksigen.
Bertambahnya latihan peningkatan transport O2 ( 20 x kondisi normal ),
menigkatkan cardiac uotput dan penggunaan O2 oleh sel.
Hematokrit Darah
Normalnya 40 % 54 % pada laki laki, dan 37 % 47 % pada wanita.
Meningkatnya hematokrit peningkatan viskositas bertambanya cardiac
output meningkatnya transport oksigen.
Normalnya, dalam kondisi istirahat sekitar 4 ml CO2 per 100 ml darah
ditransport dari jaringan ke paru paru.
Mekanisme Pernafasan
Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan
usaha keras pernafasan yang tergantung pada:
1.
Tekanan intar-pleural
2.
Compliance
SIRKULASI PARU
a.
= 0,8
b.
mmHg
Sehingga pada keadaan normal terdapat perbedaan 10 mmHg untuk
mengalirkan
pressure
rongga kapiler.
seimbang.Peningkatan tekanan
kapiler
garam dalam
rongga interstitial.
TRANSPOR OKSIGEN
1.Hemoglobin
Oksigen dalam darah diangkut dalam dua bentuk:
-
Plasma
Hemoglobin
REGULASI VENTILASI
Kontrol dari pengaturan ventilasi dilakukan oleh sistem syaraf dan
kadar/konsentrasi gas-gas yang ada di dalam darah
Pusat respirasi di medulla oblongata mengatur:
-Rate impuls
-Amplitudo impuls
Respirasi rate
Tidal volume
C.Sifat Pertumbuhan
M. tuberculosae
Varian Asian
Varian African I
Varian African II
M. Bovis
Komponen berikut ini terutama ditemukan pada dinding sel. Dinding sel
mikobakterium dapat menginduksi hipersensitivitas lambat dan beberapa
resistansi terhadap infeksi serta dapat menggantikan seluruh sel mikobakterium
pada adjuvant Freund.
a.
Lipid
Mikobakterium kaya akan lipid yang terdiri dari asam mikolat (asam lemak
rantai panjang C78-C90), lilin dan fosfat. Di dalam sel, lipid banyak terikat
dengan protein dan polisakarida. Muramil dipeptida (dari golongan
peptidoglikan) yang membuat kompleks dengan asam mikolat dapat
menyebabkan pembentukan granuloma; fosfolipid penginduksi nekrosis
kaseosa. Lipid pada beberapa hal bertanggung jawab pada sifat tahan
asamnya.
b.
Protein
Setiap tipe mikobakterium mengandung beberapa protein yang
membangkitkan reaksi tuberkulin. Protein berikatan dengan wax fraction can,
setelah injeksi, akan menginduksi sensitivitas tuberkulin. Protein ini juga
dapat merangsang pembentukan berbagai antibodi.
c.
Polisakarida
Mikobakterium mengandung berbagai polisakarida. Peran polisakarida dalam
patogenesis penyakit manusia tidak jelas. Polisakarida tersebut dapat
menginduksi hipersensitifitas tipe cepat dan dapat berperan sebagai antigen
dalam reaksi dengan serum pasien yang terinfeksi.
Penelitian Mitchison telah membagi kuman Mycobacterium tuberculosis
dalam beberapa populasi dalam hubungan antara pertumbuhannya dengan
aktivitas obat yang membunuhnya :
1. Populasi A
Dalam kelompok ini kuman tumbuh berkembang biak terus menerus
dengan cepat. Kuman-kuman ini banyak terdapat pada dinding kavitas
atau dalam lesi yang pH-nya netral. INH bekerja sangat baik pada populasi
ini karena aktivitas bakterisid segera kerjanya. Rifampisin dan
Streptomisin juga dapat bekerja pada populasi ini tetapi efeknya lebih
kecil daripada INH
2. Populasi B
Dalam kelompok ini kuman tumbuh sangat lambat dan berada dalam
lingkungan asam (pH rendah). Lingkungan asam ini melindungi kuman
terhadap obat anti tuberkulosis tertentu. Hanya pirazinamid yang dapat
bekerja disini.
3. Populasi C
Pada kelompok ini kuman berada dalam keadaan dormant (tidak ada
aktivitas metabolisme) hampir sepanjang waktu. Hanya kadang-kadang
saja kuman ini mengadakan metabolisme secara aktif dalam waktu yang
singkat. Kuman jenis ini banyak terdapat pada dinding kavitas. Di sini
hanya rifampisin yang dapat bekerja karena obat ini dapat segera bekerja
bila kontak dengan kuman selama 20 menit.
4. Populasi D
Dalam kelompok ini terdapat kuman-kuman yang sepenuhnya bersifat
dormant (complete dormant), sehingga sama sekali tidak bisa dipengaruhi
oleh obat anti tuberkulosis. Jumlah populasi ini tidak jelas hanya dapat
dimusnahkan oleh mekanisme petahanan tubuh manusia itu sendiri.
MEMAHAMI TUBERCULOSIS
Definisi
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan
pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium
tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru /
berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit
tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir
seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi
awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat
mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun
Etiologi
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan
batang aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas
dan sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah
M. Bovis dan M. Avium.
Epidemiologi Dan Penularan TBC
Dalam penularan infeksi Mycobacterium tuberculosis hal-hal yang perlu
diperhatikan
adalah :
1. Reservour, sumber dan penularan
Manusia adalah reservoar paling umum, sekret saluran pernafasan dari orang
dengan lesi aktif terbuka memindahkan infeksi langsung melalui droplet.
2. Masa inkubasi Yaitu sejak masuknya sampai timbulnya lesi primer umumnya
memerlukan waktu empat sampai enam minggu, interfal antara infeksi primer
dengan reinfeksi bisa beberapa tahun.
3. Masa dapat menular
Klasifikasi Tuberkulosis
1.) Pembagian secara patologis
TBC primer
TBC post-primer
2.) Pembagian secara aktivitas radiologis TBC paru (Koch Pulmonum) aktif,
non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)
3.) Pembagian secara radiologis (luas lesi)
TBC minimal
Moderately advanced TBC
Far advenced TBC
4.) Pembagian berdasarkan tahun 1947 American Thoracic Society
memberikan klasifikasi baru yang diambil berdasarkan aspek kesehatan
masyarakat :
Kategori 0 Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat
kontak negatif, tes tubekulin negatif
Kategori 1 Terpajan TBC, tapi tidak ada bukti ada infeksi. Riwayat
kontak positif dan tes tuberkulin negatif
Kategori 2 Terinfeksi TBC, tetapi tidak sakit. Tes tubekulin positif,
radiologis dan sputum negatif
Kategori 3 Terinfeksi TBC dan sakit
5.) Pembagian WHO 1991 berdasarkan terapi dibagi dalam 4 kategori yaitu :
Kategori 1 (Kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru
dengan bentuk TB berat)
Kategori 2 (Kasus kambuh dan kasus gagal dengan sputum BTA
positif)
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan laboratorium
Darah
Kekurangan : Hasil tidak sensitif
Hasil tidak spesifik
Sputum
Untuk memukan kuman BTA pada sputum,kuman dapat ditemukan bila bronkus
yang terlibat proses ini terbuka keluar jadi kuman BTA mudah keluar
Memberikan evaluasi pada pengobatan yang sudah diberikan
Pemeriksaan yang mudah dan murah (untuk puskesmas)
Pada pasien yang batuknya tidak produktif atau tidak batuk :
Pewarnaan sediaan memakai cara Tan Thiam Hok (modifikasi gabungan cara
pulasan kinyoun dan gabbet)
Cara pemeriksaan sediaan sputum :
Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa
Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop fluorosens (pewarnaan
khusus) : jarang dilakukan karena pewarnaan yang dipakai (auramin-rhodamin) dicurigai bersifat karsinogenik
Pemeriksaan sediaan dengan biakan (kultur) : setelah 4-6 minggu kuman
tuberculosis mulai tampak,kalau lebih dari 8 minggu tak tampak maka
hasil (-),medium yang dipakai lowenstein jensen,kudoh atau ogawa
Pemeriksaan terhadap resistensi obat
Sekarang sudah ditemukan pemeriksaan dengan cara bactec (bactec 400 radio
metric system) : kuman terdeteksi 7-10 hari
Dengan PCR : mendeteksi lebih cepat
Pada pemeriksaan mikroskopis terkadang hasil pemeriksaan mikroskopis biasa
kuman BTA (+),biakan (-) : karena dead bacilli atau non culturable bacilli karena
keampuhan panduan obat TB jangka pendek yang cepat mematikan kuman BTA.
Tes Tuberkulin
Tes ini digunakan untuk :
Pembengkakan
(Indurasi)
2.
Pembengkakan
(Indurasi)
3.
Pembengkakan
(Indurasi)
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan
pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar
getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh
organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar
getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering
terkena yaitu paru-paru.
Pemeriksaan radiologis dapat memperkuat diagnosis, karena lebih 95% infeksi
primer terjadi di paru-paru maka secara rutin foto thorax harus dilakukan.
Ditemukannya kuman Mikobakterium tuberkulosa dari kultur merupakan
diagnostik TBC yang positif, namun tidak mudah untuk menemukannya.
Klasifikasi I
Klasifikasi II
Klasifikasi III
Klasifikasi IV
Klasifikasi V
Dicurigai TBC
DIAGNOSIS
Pasien sputum BTA tetap (+) setelah mendapat obat TB lebih dari 5
bulan
Pasien yang menghentikan pengobatannya setelah mendapat obat
anti TB 1-5 bulan dan sputum BTA masih (+)
Kasus kronik : pasien yang sputum BTA (+) setelah mendapat pengobatan
ulang (retreatment) lengkap yang disupervisi dengan baik.
CRIPTIC TUBERCULOSIS :
*
*
*
*
Jarang ditemukan
Radiologis dan laboratorium (sputum) : (-)
Kelainan klinis : minimal (demam saja)
Diagnosis berdasarkan percobaan terapi dengan obat TB seperti INH dan
etambutol selama 2 minggu (kalau membaik maka obat diteruskan,kalau
tidak maka di berhentikan)
Komplikasi
arthropathy
Aktivitas bakterisid
Obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh
(metabolismenya masih aktif). Diukur dari kecepatan obat membunuh
atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan
hasil yang negatif.
Aktivitas sterilisasi
Obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat
(metabolism kurang aktif). Diukur dari angka kekambuhan setelah
pengobatan dihentikan.
Kedua
Bahwa penyembuhan penyakit membutuhkan pengobatan yang baik setelah
perbaikan gejala klinisnya, perpanjangan lama pengobatan diperlukan untuk
mengeleminasi basil yang persisten. Basil persisten ini merupakan suatu
Kategori 1
Pasien tuberkulosis paru (TBP) dengan sputum BTA positif dan kasus baru,
TBP lainnya dalam keadaan TB berat, seperti meningitis tuberculosis,
miliaris, perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau bilateral, spondilitis
dengan gangguan neurologic, sputum BTA negative tetapi kelainan diparu
luas, tuberkulosis usus dan saluran kemih. Pengobatan fase inisial
resimennya terdiri dari 2 HRZS (E), setiap hari selama 2 bulan obat H, R, Z
dan S atau E. sputum BTA awal yang positif setelah 2 bulan diharapkan
menjadi negative dan kemudian dilanjutkan ke fase lanjutan 4HR atau
4H3R3 atau 6HE. Apabila sputum BTA masih tetap positif setelah 2 bulan,
fase intensif diperpanjang dengan 4 minggu lagi, tanpa melihat apakah
sputum sudah ngatif atau tidak.
Kategori 2
Pasien kasus kambuh atau gagal dengan sputum BTA positif. Pengobatan
fase inisial terdiri dari 2HRZES/1HRZE, yaitu R dengan H,Z,E setiap hari
selama 3 bulan, ditambah dengan S selama 2 bulan pertama. Apabila
sputum BTA menjadi negative, fase lanjutan bias segera dimulai. Apabila
sputum BTA masih positif pada minggu ke 12, fase inisial dengan 4 obat
dilanjutkan 1 bulan lagi. Bila akhir bulan ke 4 sputum BTA masih positif,
semua obat dihentikan selama 2-3 hari dan dilakukan kultur sputum untuk
uji kepekaan. Obat dilanjutkan memakai resimen fase lanjutan, yaitu
5H3R3E3 atau 5HRE.
Kategori 3
Pasien TBP dengan sputum BTA negative tetapi kelainan paru tidak luas
dan kasus ekstra-pulmonal (selain dari kategori 1). Pengobatan fase inisial
terdiri dari 2HRZ atau 2H3R3E3Z3 yang diteruskan dengan fase lanjutan
2HR atau H3R3.
Kategori 4
Tuberkulosis kronik. Pada pasien ini mungkin mengalami retensi ganda,
sputumnya harus di kultur dan uji kepekaan obat. Untuk seumur hidup
diberi H saja (WHO) atau sesuai rekomendasi WHO untuk pengobatan TB
retensi ganda (MDR-TB).
Kategor
i
Pasien TB
Resimen pengobatan
Fase awal
Fase lanjutan
2 SHRZ (EHRZ)
6 HE
2 SHRZ (EHRZ)
4 HR
2 SHRZ (EHRZ)
4 H3R3
Relaps
Kegagalan pengobatan
kembali ke default
2 SHZE/ 1 HRZE
5 H3R3E3
2 SHZE/ 1 HRZE
5 HRE
2 HRZ/ 2 H3R3Z3
6 HE
2 HRZ/ 2 H3R3Z3
2 HR/ 4H
2 HRZ/ 2 H3R3Z3
2 H3R3/ 4 H
pengobatan. PAS mudah diserap oleh saluran cerna. Obat ini mencapai kadar
tinggi dalam berbagai cairan tubuh kecuali dalam cairan otak. Pasien dengan
insufisiensi ginjal tidak dianjurkan menggunakan PAS karena ekskresinya dapat
terganggu. Gejala efek samping yang paling menonjol adalah mual dan
gangguan saluran cerna lainnya. Pasien tukak peptic tidak dianjurkan
menggunakan obat ini. PAS terdapat dalam bentuk tablet 500 mg yang diberikan
dengan dosis oral 8-12 g sehari, dibagi dalam beberapa dosis.
Sikloserin
Sikloserin merupakan antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces orchidaceus.
In vitro, sikloserin menghambat pertumbuhan M. tuberculosis pada kadar 5-20
g/mL melalui penghambatan sintesis dinding sel. Distribusi dan difusi obat ini
ke seluruh cairan dan jaringan tubuh baik sekali. Sawar darah otak dapat dilintasi
dengan baik. Karena obat ini terkonsentrasi di urin, tidak diperlukan dosis besar
untuk mengobati tuberkulosis saluran kemih. Bila ada insufisiensi ginjal, terjadi
akumulasi obat dalam tubuh sehingga memperbesar kemungkinan reaksi toksik.
Sikloserin dalam bentuk kapsul 250 mg, diberikan 2 kali sehari. Sikloserin dosis
besar (250-500mg tiap 6 jam) dapat digunakan dengan aman bila diberikan
bersama piridoksin atau depresan SPP. Efek samping yang paling sering adalah
pada SSP, gejalanya ialah somnolen, sakit kepala, tremor, disartia, vertigo,
gangguan tingkah laku, paresis. Karena efek pada SSP tersebut sikloserin
dikontraindikasikan bagi pasien epilepsy, dan mungkin berbahaya pada orang
yang sedang depresi atau yang mengalami ansietas.
Etionamid
Etionamid merupakan turunan tioisonikotinamid. Zat ini berwarna kuning dan
tidak larut dalam air. Etionamid menghambat pertumbuhan M. tuberculosis. Basil
yang sudah resistan terhadap bakteriostatik lain masih sensitive terhadap
etionamid. Resistensi mudah terjadi bila dosis kurang tinggi atau bila obat ini
digunakan sendiri, dan timbul lebih lambat jika dikombinasi dengan streptomisin
atau INH. Distribusi obat ini cepat, luas, dan merata ke seluruh cairan dan
jaringan tubuh. Efek samping yang paling sering dijumpai adalah anoreksia,
mual, dan muntah. Dapat pula terjadi rasa kecap metalik, sedangkan kejang dan
neuropati primer jarang terjadi. Hepatitis terjadi pada sekitar 5% yang
menggunakan obat ini. Gejala hepatotoksik hilang bila pengobatannya
dihentikan.etionamid terdapat dalam bentuk tablet 250 mg. obat ini sebaiknya
diberikan pada waktu makan untuk mengurangi iritasi lambung.
Kanamisin dan Amikasin
kanamisin dan amikasin bersifat bakterisid dengan menghambat sintesis protein
bakteri. Efeknya pada M. tuberculosis hanya bersifat supresif. Kanamisin
digunakan pada pasien yang sudah resistensi terhadap streptomisin. Peran
amikasin sebagai antituberkulosis lini kedua meningkat dengan bertambahnya
kejadian dan prevalensi timbulnya tuberkulosis yang multidrug-resistant. Dosis
dewasa yang dianjurkan 15 mg/kgBB/hari intramuscular atau intravena selama 5
hari/minggu selama 2 bulan kemudian dilanjutkan dengan 1-1,5 mg dua atau
tiga kali/minggu selama 4 bulan.
Kapreomisin
Obat ini digunakan terutama pada infeksi paru oleh M. tuberculosis yang resisten
terhadap antituberkulosis primer. Efektivitasnya hamper sama dengan
streptomisin, dank arena tidak ada resistensi silang dengan streptomisin, obat ini
dapat digunakan untuk kuman yang telah resisten terhadap streptomisin.
Kapreomisin memperlihatkan nefrotoksisitas dengan gejala naiknya BUN,
menurunnya kliren kreatinin, dan albuminuria. Kalau terjadi harus segera
dihentikan penggunaannya. Kapreomisin juga merusak saraf otak VIII, oleh
karena itu perlu dilakukan audiometric dan pemeriksaan fungsi vestibuler
sebelum mulai pemberiannya. Kapreomisin hanya digunakan dalam kombinasi
dengan antituberkulosis lain.
5.7Evaluasi Pengobatan
1. Klinis
biasanya pasien dikontrol dalam 1 minggu pertama, selanjutnya setiap
2minggu selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai
akhir pengobatan. Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan
pasien sepertibatuk-batuk berkurang, batuk darah hilang, nafsu makan
bertambah dan beratbadan bertambah.
2 . b a k t e r i o l o g i s
Biasanya setelah 2-3 minggu pengobatan sputum BTA mulai menjadi
negative.Pemekrisaan kontrol sputum dilakukan sekali sebulan. Bagi
pasien BTA positif setelah tahap intensif akan mendapatkan
pengobatan ulang. Bila sudah negative,sputum diperiksa tiga kali
berturut-turut dan harus di kontrol agar tidak terjadi silent bacterial
shedding y a i t u t e r d a p a t s p u t u m B TA p o s i t i f t a n p a
d i s e r t a i keluhan-keluhan tubercolusis yang relevan pada kasus-kasus 3
kali pemeriksaan(3 bulan), berarti pasien mulai kambuh.
3 .
R a d i o l o g i s
Rifampisin (RIF)
Pirazinamid (PZA)
5-15 (300mg)
10-20 (500mg)
Gastrointestinal, erupsi
kulit, hepatitis,
25-35 (2 gr)
trombositopenia, cairan
tubuh oranye
Streptomisin (parenteral)
15-40 (1 gr)
Hepatootksik, atralgia,
gastrointestinal
Etambutol (EMB)
15-25 (1gr)
Ototoksik, nefrotoksik
bertambahnya usia. Efek toksik lain yang dapat timbul adalah reaksi
hipersensitifitas.
Rifampisin bersifat bakteriosidal pada intrasel dan ekstrasel, dapat
memasuki semua jaringan, dapat membunuh kuman semidorman yang tidak
dapat dibunuh oleh INH. Rifampisin diabsorbsi dengan baik pada perut dalam
keadaan kosong. Selain itu, obat ini tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan
obat anti TB yang lain karena dapat mengganggu bioavailabilitas rifampisin.
Distribusi rifampisisn ke dalam cairan serebrospinal lebih baik dalam keadaan
meningen yang sedang mengalami peradangan dibanndingkan dalam keadaan
normal. Efek samping obat ini adalah gangguan gastrointestinal (mual dan
muntah), hepatitis, trombositopenia, peningkatan enzim hati, reaksi kulit, dan
cairan tubuh berwarna oranye kemerahan.
Pirazinamid berpenetrasi baik pada cairan dan jaringan tubuh termasuk
SSP, cairan serebrospinal, bakterisid hanya pada intrasel pada suasana asam,
dan diresorbsi baik pada saluran pencernaan. Obat ini baik diberikan ketika
jumlah kuman masih sangat banyak di mana suasananya menjadi asam. Efek
samping obat ini adalah arthralgia, arthritis, atau gout akibat hiperurisemia.
Namun manifestasi klinis hiperurisemia sangat jarang terjadi pada anak. Efek
samping lain adalah hepatotoksik, anoreksia, dan iritasi saluran cerna,
sedangkan reaksi hipersensitivitas jarang timbul pada anak10.
Etambutol memiliki aktivitas bakteriostatik jika diberikan dengan dosis
tinggi pada terapi intermiten. Etambutol tidak berpenetrasi baik pada SSP,
demikian juga pada keadaan meningitis. Efek toksik obat ini adalah neuritis
optik, ketajaman mata berkurang, buta warna merah hijau, hipersensitifitas, dan
gastrointestinal10.
Streptomisin bersifat bakteriosidal dan bakteriostatik kuman ekstraseluler
pada keadaan basa atau netral. Obat ini sangat baik melewati selaput otak yang
meradang. Streptomisin berdifusi dengan baik pada jaringan dan cairan pleura.
Penggunaan utamanya saat ini adalah jika terdapat kecurigaan resistensi awal
terhadap INH atau jika anak menderita TB berat. Efek toksik obat ini adalah
gangguan keseimbangan pendengaran berupa telinga mendengung dan pusing
karena terganggunya nervus VIII. Kontraindikasi pemberian obat ini adalah pada
wanita hamil karena obat ini dapat menemus plasenta yang nantinya dapat
merusak saraf pendengaran janin.
Pengobatan TB minimal menggunakan 2 macam obat dan digunakan
dalam waktu relatif lama (6-12 bulan). Pengobatan TB dibagi dalam 2 fase yaitu
fase intensif (2 bulan pertama) dan sisanya sebagai fase lanjutan. Pemberian
paduan obat seperti ini bertujuan mencegah terjadinya resistensi terhadap obat
dan membunuh kuman intra maupun ekstraseluler. Sedangkan pemberian obat
jangka panjang bertujuan mengurangi kemungkinan terjadinya relaps.
Obat anti TB pada anak diberikan setiap hari untuk mengurangi
ketidakteraturan minum obat. Paduan obat yang baku untuk sebagian besar
kasus TB pada anak adalah rifampisin, INH, dan pirazinamid, sedangkan fase
lanjutannya hanya diberikan rifampsin dan INH.
Pada TB berat seperti TB milier, meningitis TB, TB tulang pada fase intensif
diberikan minimal 4 macam obat (rifampisi, INH, pirazinamid, etambutol, atau
streptomisin). Sedangkan pada fase lanjutan diberikan rifampisin dan INH selama
10 bulan. Untuk kasus TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB
endobronkial, meningitis TB, dan peritonitis TB, diberikan kortikosteroid
(prednison) dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Lama
pemberian kortikosteroid adalah 2-4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan
tappering off dalam jangka waktu yang sama.
Terapi TB terdiri dari:
1. Tuberkulostatika jangka pendek
Tabel 3. Jenis obat tuberkulostatika dan dosis berdasarkan berat badan.
Nama
Obat
INH :
5-15
mg/kg/hr,
maks. 300
g/hr
Rifampisin:
10-15
mg/kg/hr,
maks. 600
g/hr
PZA :
2535mg/kg/hr,
maks. 2 g/hr
BB < 10 kg
BB 10-20 kg
BB 20-30 kg
BB 30-40 kb
50 mg
100 mg
200 mg
300 mg
75 mg
150 mg
300 mg
450 mg
5 mg : 100 mg
10 kg : 150
mg
300 mg
450 mg
750 mg
Lama pengobatan
TB ringan
Lama : 6 bulan 2 bulan pertama : INH, rifampisin, PZA 4 bulan
berikutnya : INH dan rifampisin (2HRZ/4HR).
5.8Pasien Kambuh
Pasien kambuh adalah pasien yang telah menjalani pengobatan secara teratur
dan adekuat sesuai dengn rencana, tetapi dalam control ulangan ternyata
sputum BTA kembali positif baik secara mikroskopik langsung ataupun secara
biakan. Umumnya kekambuhan terjadi pada tahun pertama setelah pengobatan
selesai, dan sebagian besar kumannya masih sensitive terhadap obat-obat yang
dipergunakan semula. Penanggulangan terhadap pasien kambuh ini adalah :
5.9Pengobatan Pembedahan
Pasien kambuh adalah pasien yang telah menjalani terapi TB adekuat dan
sudah dinyatakan sembuh oleh dokter secara klinis, mikrobiologis maupun
radiologis, kemudian pada evaluasi berikutnya terdapat gejala klinis tuberkulosis
positif (mikrobiologis positif). Terapi bedah, banyak dilakukan dalam upaya
penuyembuhan pasien tuberkulosis paru yang kambuh. Pada saat ini dengan
banyaknya obat-obat yang bersifat bakterisid, terapi bedah jarang sekali
dilakukan terhadap pasien tuberkulosis paru.
Indikasi terapi bedah saat ini adalah:
a. Pasien dengan sputum BTA tetap positif (persisten) setelah pengobatan
diulang;
b. Pasien dengan batuk berdarah masif atau berulang;
c. Terapi fistula bronkopleura,
d. Drainase empiema tuberkulosis,