Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK IV

ANALISA INVESTASI
EKONOMI MANAJERIAL
(Dr.H.WARDOYO, M.F)

DI SELESAIKAN OLEH,

PRASETIA ADI N
RAHMAT SYAH
SUTRIONO
MAHFUDIN
WAHYU MANURIAN

(1361.101.065)
(1361.101.059)
(1361.101.043)
(1361.101.057)
(13.61101.071)

PROGRAM PASCA SARJANA S-2 MANAJEMEN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
TANGERANG
2014

ANALISIS INVESTASI

1. Pendahuulan
Analisis proyek industri pada dasarnya merupakan suatu studi ekonomi
manajerial yang dilakukan secara komprehensif mencakup analisis, studi
teknik, dan analisis ekonomi. Pada dasarnya alternatif proyek industri terdiri
atas dua aspek utama yang perlu dipertimbangkan, yaitu : aspek teknik dan
aspek ekonomi. Aspek teknik meliputi studi yang berkaitan dengan proses
produksi, karekteristik produksi, sistem usaha, dan lokasi dari unit produksi.
Faktor-faktor teknik ini perlu diperhatikan pada awal melakukan proyek
industri seperti; memilih proses produksi yang tepat diantara beberapa
kemungkinan cara memproduksi produk industri yang sama. Perlu
diperhatikan pemilihan mesin-mesin dan peralatan yang sesuai dengan
karakteristik pekerjaan, yang tentunya berkaitan dengan proses produksi dan
skala output dalam produksi (retruns scale). Manajer proyek industri harus
memperhatikan secara terperinci tentang kebutuhan pabrik, peralatan,
kebijaksanaan

inventori,

dan

lain-lain

pada

akhirnya

perlu

pula

memperhatikan pemilihan lokasi industri yang tepat. Lokasi dari suatu


industri berbeda antara industri yang satu dan industri lainnya, tergantung
sifat karakteristik industri itu.
Aspek ekonomi dari proyek industri berkaitan dengan pendugaan
penerimaan total dan biaya total per satuan waktu. Pendugaan penerimaan
total dan biaya total pada masa mendatang dapat menggunakan pendekatan
peramalan (forecasting) atau metode lainnya seperti : unit engineering costing.
Analisis investasi proyek inudstri bertujuan untuk memilih aktivitas investasi
yang paling menguntungkan. Dengan demikian metode analisis investasi
proyek industri yang akan dibahas adalah: nilai bersih sekarang (Net Present
Value = NPV), rasio manfaat biaya (Benefit Cost Ratio = BCR), tingkat
pengembalian hasil internal (Internal Rate of Return = IRR), analisis break
even (Break-Even Analysis), dan metode lainnya yang banyak diterapkan
dalam analisis investasi proyek industri.

TUJUAN
PROYEK INDUSTRI:
KEUNTUNGAN EKONOMIS

IDENTIFIKASI SUMBER
DAYA YANG DIMILIKI
ATAU YANG DAPAT
DIJANGKAU

ALTERNATIF
PROYEK INDUSTRI

KESEMPATAN:
PERMINTAAN PASAR

PERTIMBANGAN:
1. TEKNIK
2. EKONOMI

KRITERIA EVALUASI:
TINGKAT KEUNTUNGAN
EKONOMIS (PROFITABILITY)

ALTERNATIF TERPILIH:
PROYEK INDUSTRI YANG
FISIBEL

2. Pengaruh Waktu Terhadap Nilai Uang


Proyek industri merupakan suatu aktivitas yang bersifat jangka panjang,
sehingga aliran kas (csh flow) akan terdiri dari beberapa waktu sesuai dengan
umur ekonomis dari proyek industri itu. Dalam hal ini perlu diperhatikan
bahwa nilai uang sebagai manfaat ekonomi dari proyek yang diperkirakan
akan diterima pada masa mendatang tidak sama dengan nilai uang yang
diterima pada saat sekarang, karena adanya faktor interst rate tertentu.
Dengan demikian semua nilai yang apakah sebagai penerimaan total atau
biaya total sepanjang waktu, harus dievaluasi pada nilai sekarang (present
value of money). Dalam ekonomi manajerial, pengaruh waktu dan interest rate
memperoleh perhatian utama dan merupakan topik penting dalam analisis
investasi proyek industri.
Jika uang sejumlah P diinvestasikan sekarang dengan interest rate sebesar i
per tahun, nilai uang itu akan bertambah setiap tahun.

Apabila investasi awal sebesar P, sedangkan (pada akhir tahun ke-n) adalah :
F = P(1 + i)n
Dimana:
F

= nilai uang pada masa yang akan datang (future value of money)

= nilai uang pada saat sekarang (present value of money)

(1+i)n

= faktor pengganda (compound factor = CF).

Berdasarkan persamaan nilai uang pada masa yang akan datang, F, yang
dihitung berdasarkan investasi awal sebesar P, dengan interest rate sebesar 1
per tahun, kita dapat juga menghitung nilai uang pada masa sekarang, P,
berdasarkan perkiraan penerimaan total atau biaya total pada masa yang
akan datang, F, apabila interest rate sebesar i per tahun, sebagai berikut:
P = F [ 1/(1 + i)n]
Dimana:
F = nilai yang akan datang dari uang yang diperkirakan akan diterima atau
dikeluarkan.
P = nilai uang yang diperhitungkan sebagai penerimaan sekarang atau biaya
sekarang berdasarkan perkiraan penerimaan total atau biaya total pada masa
yang akan datang.
[ 1/(1 + i)n]= faktor nilai sekarang (present worth factor = PF) atau sering juga
disebut sebagai faktor diskon (discount factor = DF).
Sebagai contoh, jika kita menginvestasikan uang pada saat sekarang sebesar
1.000.000, dengan interest rate 18% per tahun, maka setelah 5 tahun, nilai
uang itu akan menjadi:
F = P(1 + i)n = Rp. 1.000.000 (1 + 0,18)5 = Rp. 2.287.800.Dalam kasus ini faktor penggada (CF) adalah sebesar: (1 + 0,18)5 = 2,2878.

Dengan cara yang sama juga dapat ditentukan nilai sekarang dari sejumlah
uang yang direncanakan diterima atau dikeluarkan pada waktu yang akan
datang. Misalkan pada 5 tahun yang akan datang dari saat sekarang
direncanakan akan diterima uang sejumlah 5.000.000, apabila interest rate
diperhitungkan sebesar 18% per tahun, maka nilai sekarang dari uang
tersebut adalah:
P = F [1/(1 + i)n] = Rp. 5.000.000 [1/ (1 + 0,18)5] = Rp. 2.185.500
Dalam kasus ini faktor nilai sekarang (DF) atau faktor diskon (DF) adalah
sebesar : [ 1/(1 + 0,18)5] = 0,4371.

3. Kriteria Evaluasi Proyek Industri


Berdasarkan konsep ekonomi manajerial, suatu aktivitas dikatakan memiliki
keuntungan ekonomis (economic profit) apabila memenuhi persamaan berikut:
= TR TC > 0
Dimana:

= keuntungan ekonomis

TR = penerimaan total (total revenue)


TC = biaya total (total costs),
Rate of interest atau rate of return merupakan konsep periodik yang mengukur
tingkat pengembalian investasi (return on investement = ROI) relatif terhadap
jumlah investasi selama periode waktu tertentu. Dengan demikian interest
rate merupakan rasio antara hasil yang diterima dan jumlah dana yang
diinvestasikan. Jika seorang investor menginvestasikan Rp. 10.000.000.000,
dan setelah satu tahun ia memperoleh hasil sebesar Rp, 1.000.000.000,
dikatakan bahwa interest rate dari aktivitas investasi itu adalah sebesar : Rp.
1.000.000.000/Rp. 10.000.000.000 = 0,10 = 10%.

4. Analisa Investasi Proyek Industri Untuk Pilihan Tunggal


Apabila kita hanya memiliki satu alternatif pilihan seperti: apakah industri
yang direncanakan perlu dilaksanakan atau tidak perlu, apakah kapasitas
pabrik perlu diperluas melalui penambahan mesin baru atau tidak perlu
tanpa ada alternatif pilihan lain yang dijadikan pembanding, maka kita
mengatakan

bahwa

investor

itu

memiliki

pilihan

tunggal

dalam

melaksanakan investasi.
1.1.

Kriteria Nilai Bersih Sekarang (NPV)


Kriteria nilai bersih sekarang (Net Present Value = NPV) untuk
menganalisis investasi proyek industri yang memiliki umur ekonomis
t (t = 1,2,3,,n) tahun dilakukan berdasarkan formula berikut:
NPV(i) = {{Bt / (1 + i)t}} {C0 + {Ct/(1 + i)t}}
Dimana:
NPV(i) =
Bt

Nilai bersih sekarang pada tingkat interest rate i per tahun


Penerimaan total (manfaat ekonomi) dari proyek industri
pada periode waktu ke-t (t = 1,2,3, ,n).

C0

Biaya investasi awal dari proyek industri.

Ct

Biaya total yang dikeluarkan untuk proyek industri pada


periode waktu ke t (t = 1,2,3,n).

(1 + i)t =

Faktor nilai sekarang (PF) atau fasktor diskon (DF) yang


merupakan faktor koreksi pengaruh waktu terhadap nilai
uang yang pada periode ke-t dengan interest rate i per
tahun.

Formula NPV(i) di atas dapat juga dinyatakan dalam bentuk lain, sebagai
berikut:
NPV (i) = {PFt(B)t)} {PFt(Ct)}
Disini t = 0,1,2,,n, sedangkan PFt adalah faktor nilai sekarang, yaitu: PFt =
(1 + i)t
Suatu proyek industri dikatakan memiliki keuntungan ekonomis, sehingga
layak untuk dilaksanakan, apabila nilai NPV(i) lebih besar daripada nol. Jika
nilai NPV(i) lebih kecil daripada nol,. Proyek industri akan mendatangkan
kerugian ekonomis apabila dilaksanakan. Dalam kondisi ini, tentu saja

manajer yang berada dala manajemen bisnis total harus menolak proyek
industri yang memiliki keuntungan ekonomis negatif.
Tabel 1
Perkiraan Aliran Kas
Penambahan Sebuah Mesin Baru Dengan
Tingkat Bunga Kredit 18 %
PTX dari

Tahun

Biaya Total, C,
(Rp.1.000.000)

Penerimaan Total, B,
(Rp.1.000.000)

50

15

25

20

30

10

65

10

75

50

Tabel 2
Lembar Kerja Perhitungan NPV(i = 0,18)
Tahun
(1)

DFt
(2)

Ct
(3)

Bt
(4)

PFt (Ct) (5) =


(2) x (3)

PFt (Bt) (6) =


(2) x (4)

NPVt
(7) =
(6) (5)

1,0000

50

50,00

0,00

-50,00

0,8475

15

25

12,71

21,19

8,48

0,7182

20

30

14,36

21,55

7,19

0,6086

10

65

6,09

39,56

33,47

0,5158

10

75

5,16

38,69

33,53

0,4371

50

2,19

21,86

19,67

NPV(i = 0,18) = NPVi = 52,34

1.2.

Kriteria Rasio Manfaat-Biaya (BCR)


Kriteria rasio manfaat-biaya (Benefit-Cost Ratio = BCR) untuk

menganalisis investasi proyek industri yang memiliki umur ekonomis t (t =


1,2,3,n) tahun dilakukan berdasarkan formula berikut :
BCR(i)

= {{Bt / (1 + i)t}} : {C0 + {Ct/(1 + i)t}}

Dimana:
BCR(i)

= Nilai rasio manfaat biaya pada tingkat interest rate (i) per tahun

Bt

= penerimaan total (manfaat ekonomi) dari proyek industri pada


periode waktu ke-t (t = 1,2,3, ,n)

C0

= biaya investasi awal dari proyek industri

Ct

= biaya total yang dikeluarkan untuk proyek industri pada periode


waktu ke t (t = 1,2,3,n)

(1 + i)t

= faktor nilai sekarang (PF) atau fasktor diskon (DF) yang


merupakan faktor koreksi pengaruh waktu terhadap nilai uang
yang pada periode ke-t dengan interest rate i per tahun.

Formula BCR(i) di atas dapat juga dinyatakan dalam bentuk lain, sebagai
berikut
BCR (i)

= {PFt(B)t)} {PFt(Ct)}

Disini t

= 0,1,2,,n, sedangkan PFt adalah faktor nilai sekarang, yaitu: PFt =


(1 + i)t

Suatu proyek industri dikatakan memiliki keuntungan ekonomis, sehingga


layak untuk dilaksanakan, apabila nilai BCR(i) lebih besar daripada satu. Jika
nilai BCR(i) lebih kecil daripada satu.
Apabila kasus hipotesis dari PT. ELEKTRO tentang studi kelayakan
pembelian sebuah mesin baru dilakukan dengan menggunakan konsep BCR,
maka perhitungan adalah sebagai berikut:
PFt(Bt)

= 21,19 + 21,55 + 39,56 + 38,69 + 21,86 = 142,85

PFt(Ct)

= 50,00 + 12,71 + 14,36 + 6,09 + 5,16 + 2,19 = 90,51

BCR(i)

= {PFt(Bt)} /{PFt(Ct)}= 142,85/90,51 = 1,58

1.3.

Kriteria Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) atau sering juga disebut secara singkat sebagai
rate of return merupakan suatu indeks keuntungan (profitability index) yang
telah dipergunakan secara luas dalam analisis investasi proyek industri.
Internal Rate of Return (IRR) dapat didefinisikan sebagai suatu interest rate
(i) yang membuat nilai sekarang dari aliran kas proyek industri menuju nol.
Dengan demikian IRR merupakan suatu intrest rate yang membuat nilai NPV
sama dengan nol. Dalam analisis invetasi proyek industri, nilai IRR dapat
dijadikan sebagai suatu kriteria untuk menunjukkan sejauhmana nilai IRR
dari proyek industri itu berbeda dengan MARR yang diharapkan (expected
minimum attractive of return) oleh investor. Suatu proyek industri dianggap
memenuhi kelayakan ekonomi, dalam arti mampu memberikan keuntungan
ekonomis, apabila nilai IRR lebih besar daripada MARR yang diharapkan
oleh investor. Apabila semua data untuk membiayai proyek industri
diperoleh berdasrakan pinjaman dari Bank, proyek industri itu dianggap
memenuhi kelayakan ekonomi apabila nilai IRR dari proyek itu lebih besar
daripada tingkat bunga pinjaman dari bank.
Perhitungan nilai IRR dari suatu proyek industri dilakukan secara coba-coba
(trial and error) melalui suatu proses bertahap, bukan secara langsung
sebagaimana perhitungan NPV dan BCR. Hal ini disebabkan karena kita
tidak mengetahui secara pasti interest rate yang membuat nilai NPV sama
dengan nol, sehingga perhitungan harus dilakukan secara bertahap melalui
perubahan nilai interest rate sampai memperoleh nilai NPV sama dengan nol.
Penerapan konsep IRR dalam analisis investasi pembelian mesin baru oleh
PT. ELEKTRO dilakukan secara bertahap, sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan pada interest rate sebesar 18%, diketahui bahwa
nilai NPV = 52,34 (juta rupiah). Nilai ini jauh lebih besar daripada nol,
sedangkan IRR adalah interest rate yang membuat nilai NPV sama dengan
nol. Hal ini berarti nilai interest rate yang membuat nilai NPV = 0, harus lebih
besar daripada 18%.

NPV (i = 0,18) = 52,34


NPV (i = 0,24) = 36,22
NPV (i = 0,36) = 13,30
NPV (i = 0,45) = 1,42
NPV (i = 0,48) = -1,83
Karena nilai NPV (i = 0,48) telah negatif, selang atau interval nilai interset
rate 45% dan 48% telah mencakup nilai IRR proyek industri yang membuat
NPV = 0. Dengan demikian perkiraan terhadap IRR proyek pembelian mesin
baru dilakukan melalui menetapkan satu nilai diantara selang interest rate
45% dan 48%. Dengan menggunakan interpolasi linear, nilai IRR dapat
diperkirakan, sebagai berikut:
i = 0,45

NPV = 1,42

i = 0,48

NPV = -1,83

IRR

= 0,45 + {(1,42 0) / (1,42 (-1,83))} (0,48-0,45)


= 0,45 + 0,0131= 0,4631 = 46,31%

Dengan demikian berdasarkan kriteria IRR diketahui bahwa pembelian


mesin baru akan memberikan IRR = 46,31%, dan karena nilai ini lebih besar
daripada MARR yang diharapkan yaitu sesuai tingkat bunga pinjaman dari
Bank sebesar 18%, maka disimpulkan bahwa pembelian mesin baru oleh PT.
ELEKTRO adalah layak berdasarkan pertimbangan ekonomi. Berdasrakan
analisis kelayakan ekonomi terhadap rencana investasi pembelian mesin baru
dari PT. ELEKTRO diperoleh nilai-nilai NPV
0,18)

(i = 0,18)

= Rp. 52.340.000, BCR

(i =

= 1,58 dan IRR = 46,31%. Semua kriteria menunjukkan bahwa pembelian

mesin baru adalah layak berdasarkan pertimbangan ekonomi, sehingga


manajer PT. ELEKTRO seyogyanya melaksanakan keputusan pembelian
mesin baru itu.

10

Anda mungkin juga menyukai