ANALISA INVESTASI
EKONOMI MANAJERIAL
(Dr.H.WARDOYO, M.F)
DI SELESAIKAN OLEH,
PRASETIA ADI N
RAHMAT SYAH
SUTRIONO
MAHFUDIN
WAHYU MANURIAN
(1361.101.065)
(1361.101.059)
(1361.101.043)
(1361.101.057)
(13.61101.071)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
TANGERANG
2014
ANALISIS INVESTASI
1. Pendahuulan
Analisis proyek industri pada dasarnya merupakan suatu studi ekonomi
manajerial yang dilakukan secara komprehensif mencakup analisis, studi
teknik, dan analisis ekonomi. Pada dasarnya alternatif proyek industri terdiri
atas dua aspek utama yang perlu dipertimbangkan, yaitu : aspek teknik dan
aspek ekonomi. Aspek teknik meliputi studi yang berkaitan dengan proses
produksi, karekteristik produksi, sistem usaha, dan lokasi dari unit produksi.
Faktor-faktor teknik ini perlu diperhatikan pada awal melakukan proyek
industri seperti; memilih proses produksi yang tepat diantara beberapa
kemungkinan cara memproduksi produk industri yang sama. Perlu
diperhatikan pemilihan mesin-mesin dan peralatan yang sesuai dengan
karakteristik pekerjaan, yang tentunya berkaitan dengan proses produksi dan
skala output dalam produksi (retruns scale). Manajer proyek industri harus
memperhatikan secara terperinci tentang kebutuhan pabrik, peralatan,
kebijaksanaan
inventori,
dan
lain-lain
pada
akhirnya
perlu
pula
TUJUAN
PROYEK INDUSTRI:
KEUNTUNGAN EKONOMIS
IDENTIFIKASI SUMBER
DAYA YANG DIMILIKI
ATAU YANG DAPAT
DIJANGKAU
ALTERNATIF
PROYEK INDUSTRI
KESEMPATAN:
PERMINTAAN PASAR
PERTIMBANGAN:
1. TEKNIK
2. EKONOMI
KRITERIA EVALUASI:
TINGKAT KEUNTUNGAN
EKONOMIS (PROFITABILITY)
ALTERNATIF TERPILIH:
PROYEK INDUSTRI YANG
FISIBEL
Apabila investasi awal sebesar P, sedangkan (pada akhir tahun ke-n) adalah :
F = P(1 + i)n
Dimana:
F
= nilai uang pada masa yang akan datang (future value of money)
(1+i)n
Berdasarkan persamaan nilai uang pada masa yang akan datang, F, yang
dihitung berdasarkan investasi awal sebesar P, dengan interest rate sebesar 1
per tahun, kita dapat juga menghitung nilai uang pada masa sekarang, P,
berdasarkan perkiraan penerimaan total atau biaya total pada masa yang
akan datang, F, apabila interest rate sebesar i per tahun, sebagai berikut:
P = F [ 1/(1 + i)n]
Dimana:
F = nilai yang akan datang dari uang yang diperkirakan akan diterima atau
dikeluarkan.
P = nilai uang yang diperhitungkan sebagai penerimaan sekarang atau biaya
sekarang berdasarkan perkiraan penerimaan total atau biaya total pada masa
yang akan datang.
[ 1/(1 + i)n]= faktor nilai sekarang (present worth factor = PF) atau sering juga
disebut sebagai faktor diskon (discount factor = DF).
Sebagai contoh, jika kita menginvestasikan uang pada saat sekarang sebesar
1.000.000, dengan interest rate 18% per tahun, maka setelah 5 tahun, nilai
uang itu akan menjadi:
F = P(1 + i)n = Rp. 1.000.000 (1 + 0,18)5 = Rp. 2.287.800.Dalam kasus ini faktor penggada (CF) adalah sebesar: (1 + 0,18)5 = 2,2878.
Dengan cara yang sama juga dapat ditentukan nilai sekarang dari sejumlah
uang yang direncanakan diterima atau dikeluarkan pada waktu yang akan
datang. Misalkan pada 5 tahun yang akan datang dari saat sekarang
direncanakan akan diterima uang sejumlah 5.000.000, apabila interest rate
diperhitungkan sebesar 18% per tahun, maka nilai sekarang dari uang
tersebut adalah:
P = F [1/(1 + i)n] = Rp. 5.000.000 [1/ (1 + 0,18)5] = Rp. 2.185.500
Dalam kasus ini faktor nilai sekarang (DF) atau faktor diskon (DF) adalah
sebesar : [ 1/(1 + 0,18)5] = 0,4371.
= keuntungan ekonomis
bahwa
investor
itu
memiliki
pilihan
tunggal
dalam
melaksanakan investasi.
1.1.
C0
Ct
(1 + i)t =
Formula NPV(i) di atas dapat juga dinyatakan dalam bentuk lain, sebagai
berikut:
NPV (i) = {PFt(B)t)} {PFt(Ct)}
Disini t = 0,1,2,,n, sedangkan PFt adalah faktor nilai sekarang, yaitu: PFt =
(1 + i)t
Suatu proyek industri dikatakan memiliki keuntungan ekonomis, sehingga
layak untuk dilaksanakan, apabila nilai NPV(i) lebih besar daripada nol. Jika
nilai NPV(i) lebih kecil daripada nol,. Proyek industri akan mendatangkan
kerugian ekonomis apabila dilaksanakan. Dalam kondisi ini, tentu saja
manajer yang berada dala manajemen bisnis total harus menolak proyek
industri yang memiliki keuntungan ekonomis negatif.
Tabel 1
Perkiraan Aliran Kas
Penambahan Sebuah Mesin Baru Dengan
Tingkat Bunga Kredit 18 %
PTX dari
Tahun
Biaya Total, C,
(Rp.1.000.000)
Penerimaan Total, B,
(Rp.1.000.000)
50
15
25
20
30
10
65
10
75
50
Tabel 2
Lembar Kerja Perhitungan NPV(i = 0,18)
Tahun
(1)
DFt
(2)
Ct
(3)
Bt
(4)
NPVt
(7) =
(6) (5)
1,0000
50
50,00
0,00
-50,00
0,8475
15
25
12,71
21,19
8,48
0,7182
20
30
14,36
21,55
7,19
0,6086
10
65
6,09
39,56
33,47
0,5158
10
75
5,16
38,69
33,53
0,4371
50
2,19
21,86
19,67
1.2.
Dimana:
BCR(i)
= Nilai rasio manfaat biaya pada tingkat interest rate (i) per tahun
Bt
C0
Ct
(1 + i)t
Formula BCR(i) di atas dapat juga dinyatakan dalam bentuk lain, sebagai
berikut
BCR (i)
= {PFt(B)t)} {PFt(Ct)}
Disini t
PFt(Ct)
BCR(i)
1.3.
Internal Rate of Return (IRR) atau sering juga disebut secara singkat sebagai
rate of return merupakan suatu indeks keuntungan (profitability index) yang
telah dipergunakan secara luas dalam analisis investasi proyek industri.
Internal Rate of Return (IRR) dapat didefinisikan sebagai suatu interest rate
(i) yang membuat nilai sekarang dari aliran kas proyek industri menuju nol.
Dengan demikian IRR merupakan suatu intrest rate yang membuat nilai NPV
sama dengan nol. Dalam analisis invetasi proyek industri, nilai IRR dapat
dijadikan sebagai suatu kriteria untuk menunjukkan sejauhmana nilai IRR
dari proyek industri itu berbeda dengan MARR yang diharapkan (expected
minimum attractive of return) oleh investor. Suatu proyek industri dianggap
memenuhi kelayakan ekonomi, dalam arti mampu memberikan keuntungan
ekonomis, apabila nilai IRR lebih besar daripada MARR yang diharapkan
oleh investor. Apabila semua data untuk membiayai proyek industri
diperoleh berdasrakan pinjaman dari Bank, proyek industri itu dianggap
memenuhi kelayakan ekonomi apabila nilai IRR dari proyek itu lebih besar
daripada tingkat bunga pinjaman dari bank.
Perhitungan nilai IRR dari suatu proyek industri dilakukan secara coba-coba
(trial and error) melalui suatu proses bertahap, bukan secara langsung
sebagaimana perhitungan NPV dan BCR. Hal ini disebabkan karena kita
tidak mengetahui secara pasti interest rate yang membuat nilai NPV sama
dengan nol, sehingga perhitungan harus dilakukan secara bertahap melalui
perubahan nilai interest rate sampai memperoleh nilai NPV sama dengan nol.
Penerapan konsep IRR dalam analisis investasi pembelian mesin baru oleh
PT. ELEKTRO dilakukan secara bertahap, sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan pada interest rate sebesar 18%, diketahui bahwa
nilai NPV = 52,34 (juta rupiah). Nilai ini jauh lebih besar daripada nol,
sedangkan IRR adalah interest rate yang membuat nilai NPV sama dengan
nol. Hal ini berarti nilai interest rate yang membuat nilai NPV = 0, harus lebih
besar daripada 18%.
NPV = 1,42
i = 0,48
NPV = -1,83
IRR
(i = 0,18)
(i =
10