Pendahuluan
Refluks Gastroesofageal
(RGE)
sering disebut chalasia, yaitu suatu
keadaan yang sering dijumpai pada
bayi, ditandai oleh regurgitasi berulang
dari isi lambung ke dalam esofagus. Jika
sfingter esofagus bagian bawah (SEB)
tidak berfungsi dengan baik dapat
timbul refluks yang hebat dengan gejala
muntah yang berlebihan. Makanan yang
kembali dari lambung ke esofagus
tersebut dapat masuk kembali ke dalam
lambung dan dikeluarkan lagi melalui
mulut menyerupai muntah.1,2
RGE dapat diklasifikasikan ke
dalam 3 kategori yaitu RGE fungsional,
RGE patogen (Penyakit RGE = PRGE )
dan RGE sekunder. Fungsional RGE
menunjukkan kondisi yang tidak
berbahaya dan tidak memerlukan
evaluasi
atau
pengobatan,
tidak
menyebabkan inflamasi, komplikasi,
gangguan
pertumbuhan
dan
perkembangan.
PRGE memerlukan
183
Epidemiologi Refluks
Gastroesofageal1,2,3
Angka kejadian refluks pada bayi
baru lahir terjadi pada bulan pertama
kelahiran, puncaknya pada bulan ke-4
dengan lebih dari 1 kali episode
regurgitasi. Pada umur 67 bln gejala
berkurang dari 61% menjadi 21% dan
hanya 5% pada bayi berumur 12 bulan
yang masih mengalami RGE.
Penyakit RGE (PRGE) terjadi ketika
RGE menimbulkan komplikasi seperti
esofagitis, striktura, dan pneumonia.
Keadaan ini jarang terjadi tapi akan
meningkat pada anak dengan cerebral
palsy, sindroma Down, cystic fibrosis dan
kelainan anatomi saluran cerna bagian
atas (hiatus hernia, stenosis pilorus).
Tampaknya pada PRGE terdapat faktor
predisposisi genetik.
Gejala Klinis Refluks
Gastroesofageal2,3,4,5
Tanda
dan
gejala
klinis
berhubungan langsung dengan iritasi
epitel esofagus oleh isi lambung.
Gejalanya antara lain:
1. Muntah yang berlebih terjadi pada
85% pasien selama minggu pertama
kehidupan, sedangkan 10% baru
timbul sampai umur 6 minggu,
sisanya setelah umur lebih dari 6
minggu. Bila bayi muntah maka isi
lambung dengan pH yang rendah
akan masuk ke esofagus sehingga
menimbulkan esofagitis, kemudian
184
Pemeriksaan
laboratorium
penunjang diagnosis RGE antara lain:
1. fluoroskopi dengan kontras barium
2. memeriksa pH esofagus; selama
episode refluks pH menurun <4
(normal pH esofagus 5-6)
3. esofageal manometer dipakai untuk
mengevaluasi waktu pengosongan
lambung 3-4 jam setelah makan
4. biopsi
esofagus
menggunakan
esofagoskopi, diperiksa jaringan
secara PA; pada RGE didapatkan
proliferasi lapisan basal epitel
esofagus yang meningkat.
Pendekatan diagnosis RGE pada
bayi dan anak dapat dilihat pada
Gambar 1.
Diagnosis
Banding
Refluks
Gastroesofageal3,4,5
1. Hiatus hernia: kelainan yang terjadi
sejak masa janin dengan insufisiensi
bagian kardia gaster.
2. Akhalasia: suatu keadaan dimana
tidak terjadi relaksasi terminal
esofagus, sehingga menimbulkan
sumbatan partial pada daerah
perbatasan gaster-esofagus.
3. Stenosis pylorus hipertrofi congenital.
185
Penatalaksanaan Refluks
Gastroesofageal1,3,5,6,7,8,9
Penatalaksanaan ditujukan terhadap
gejala
pengurangan
refluks,
menyembuhkan esofagitis (jika terjadi)
dan
untuk
mencegah
terjadinya
komplikasi. Hasil pengobatan lebih baik
pada bayi dari pada anak yang lebih
besar, karena sekitar 60-80% pasien,
gejalanya teratasi dengan intervensi
minimal saja.
Terapi untuk RGE dapat dibedakan
menjadi
dua
yaitu
terapi
nonfarmakologis dan farmakologis.
Pada kasus yang ringan dan tidak
rumit dapat diberikan terapi non
farmakologis seperti tidur dengan posisi
kepala lebih tinggi, mencegah makan 2
jam sebelum tidur, mencegah minum
susu sebelum tidur, menjaga anak untuk
tetap pada posisi telungkup selama 1
jam
sesudah
makan,
pemberian
makanan yang lebih kental dengan
tambahan sereal atau dengan membuat
bayi sendawa saja biasanya sudah cukup
memadai. Pada kasus berat posisi
terlungkup harus dilanjutkan selama 24
jam dengan kepala terangkat bersudut
300.
Untuk penanganan esofagitis yang
berbahaya bagi pasien dapat diberikan
terapi farmakologis antara lain:
1. Antasida: untuk menetralisir asam
lambung seperti obat sodium alginate
atau sukralfat (sukrosa sulfat) atau
yang
mengandung
alumunium.
Obat-obat ini tidak boleh dipakai
pada bayi dan anak.
2. Obat
prokinetik:
untuk
meningkatkan
tekanan
SEB,
memperbaiki
peristaltik,
dan
mempercepat pengosongan lambung.
Obat prokinetik yaitu betanechol,
metoklopramid, domperidon, dan
cisapride. Pemakaian pada anak
dibatasi dan harus hati-hati.
3. Antagonis reseptor histamin H2:
akan menghambat sekresi asam
Simpulan
Pada neonatus,
RGE biasanya
disebabkan oleh tonus otot SEB yang
belum sempurna dan panjang esofagus
yang belum maksimal. RGE dapat pula
terjadi akibat
peningkatan tekanan
186
Daftar Pustaka
1. Sunoto S. Refluks gastroesophagus
(Kalasia). In Markum, Ismael, Alatas,
Akib, Firmansyah, Sastroasmoro, ed.
Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jilid 1.
Jakarta: Penerbit FKUI, 1991; p.420-22.
2. Olsen M, Orenstein S, Peters J, John J
Herbst, Azizkhan RG, Gershman G.
Gastroesophageal reflux. In: Kliegman
RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF,
ed. Nelson textbook of pediatrics 16 ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders, 2007;
p.1124-25.
3. Pramita
W,
Suraatmaja,
Reflux
gastroesofageal. In Sudaryat S, ed. Kapita
selecta gastroenterologi anak ed 1.
Jakarta: Sagung Seto, 2005; p.22941.
187