Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di negara
berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar
kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus,
bakteri, atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare
akut, termasuk sindroma malabsorpsi. Diare karena virus umumnya bersifat self
limiting, sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah
gangguan pertumbuhan akibat diare. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar
air dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan
basa.1,2
Di seluruh dunia dilaporkan 4 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya
akibat diare dan malnutrisi. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang
tinggi di sektor kesehatan oleh karena sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada
di rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare. Selain itu juga di
pelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam 10 penyakit
terbanyak di populasi.1,3
Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode
diare dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dan
berkurangnya kemampuan menyerap sari makanan, sehingga apabila episodenya
berkepanjangan akan berdampak terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak.1
Lebih kurang 10% episode diare menjadi dehidrasi disebabkan oleh
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Bayi dan anak yang lebih kecil
mudah mengalami dehidrasi dibandingkan anak yang lebih besar dan dewasa. 3
Evaluasi anak dengan diare akut memerlukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang hati-hati untuk mengenyampingkan penyakit lain dengan gejala klinis yang
mirip. Pemeriksaan laboratorium sederhana mungkin diperlukan. Tatalaksana
umumnya bersifat suportif yang ditujukan pada pencegahan dan terapi dehidrasi.3
1

Terapi rehidrasi merupakan terapi awal yang sangat penting. Dalam dua
dekade terakhir, diare pada anak telah menjadi perhatian dunia, terutama dalam hal
pengembangan dan promosi cairan rehidrasi oral untuk terapi rehidrasi. Dalam upaya
meningkatkan manfaat tatalaksana diare, telah dibuat pendekatan sederhana terapi
rehidrasi.2,3
1.2 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui patogenesis, diagnosis, dan penatalaksanaan diare akut
dengan dehidrasi berat pada anak.
1.3 Batasan Masalah
Referat ini membahas tentang patogenesis, diagnosis, dan penatalaksanaan
diare akut dengan dehidrasi berat pada anak.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang dipakai adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk kepada
berbagai literature.
1.5 Manfaat Penulisan
Referat ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan
pengetahuan tentang patogenesis, diagnosis, dan penatalaksanaan diare akut dengan
dehidrasi berat pada anak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari, dengan/tanpa darah dan/atau lendir
dalam tinja. Diare akut adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10 ml/kg/hari), menyebabkan
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3x sehari. Diare akut umumnya berlangsung
selama 7 hari, biasanya sembuh sendiri dalam satu atau dua hari (self limiting
disease), hanya 10% yang berlanjut sampai 14 hari. Diare yang menetap lebih dari
dua hari mungkin menandakan masalah yang lebih serius dan berisiko dehidrasi.

1,4,5

2.2 Epidemiologi
Diare sangat umum terjadi pada anak dan memberikan kontribusi terhadap angka
mortalitas dan morbiditas anak di seluruh dunia. Di seluruh dunia dilaporkan 4 juta
anak meninggal dunia setiap tahunnya akibat diare dan malnutrisi. Di Amerika,
diperkirakan 21 juta 37 juta kejadian diare pada 16,5 juta anak-anak di bawah 5
tahun per tahunnya. Tiga juta kunjungan dokter per tahunnya berkaitan dengan diare,
yang mana 163.000 dirawat, atau 13% dari semua rawatan anak-anak berada pada
kelompok umur tersebut.3,6
Diare akut merupakan salah satu penyakit yang paling sering mengenai bayi
dan anak di seluruh dunia termasuk Indonesia. Diperkirakan, anak berumur di bawah
5 tahun menderita diare sebanyak 2 3 episode per tahunnya. Menurut hasil
Riskeldes 2007 diperoleh data bahwa 42% penyebab kematian di Indonesia adalah
karena diare.1,3
Berdasarkan penelitian, distribusi kategori tingkat keparahan adalah : tanpa
dehidrasi 57%, dehidrasi ringan 41%, dehidrasi sedang hingga berat 2%. Diare
mengakibatkan jumlah rawat inap anak di bawah 5 tahun mencapai 220.000 orang per
tahun. 7

Infeksi usus merupakan penyebab tersering awitan diare akut yang sporadis.
Penelitian multisenter selama 1 tahun di beberapa negara Eropa menunjukkan bahwa
65,6% dari 287 anak terinfeksi oleh patogen, dan infeksi terbanyak adalah karena
rotavirus. Rotavirus sebagai patogen penyebab tersering pada usia 6-24 bulan. Infeksi
oleh bakteri lebih sering terjadi pada beberapa bulan awal kehidupan (bayi muda) dan
pada anak usia sekolah.4,8,9
2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi
Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium, kuman-kuman patogen
telah dapat diidentifikasi dari penderita diare, sekitar 80% pada kasus yang datang ke
sarana kesehatan dan sekitar 50% kasus ringan di masyarakat. Pada saat ini telah
dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikrooganisme yang dapat
menyebabkan diare pada anak dan bayi.1
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus
(rotavirus, adenovirus), bakteri (shigella, salmonella, E colli, golongan vibrio) dan
parasit (protozoa, giardia lamblia, entamoeba hystolitica, jamur, cacing). Penyebab
diare yang lain adalah intoleran makanan (pemanis buatan dan laktosa dalam susu),
reaksi obat (antibiotic, sitostatika, antacid, obat anti hipertensi), penyakit intestinal
(Inflammatory Bowel disease, Colitis, Crohns disease), gangguan fungsi usus.1,3,5,10
Beberapa faktor pada pejamu dapat meningkatkan insiden beberapa penyakit
dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah : 2,11
a) Tidak memberikan ASI sampai 2 Tahun.
ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman
penyebab diare seperti : Shigella dan vibrio cholera.
b) Kurang gizi.
Beratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak
yang menderita gangguan gizi terutama pada penderita gizi buruk.

c) Campak.
Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang
menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir hal ini sebagai akibat dari
penurunan kekebalan tubuh penderita.
d)Imunodefesiensi /Imunosupresi.
Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus
(seperti campak) atau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS
(Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Pada anak imunosupresi berat, diare dapat
terjadi karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama.
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.
Terdapat dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja.
Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan minuman, maka
dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.2,11
2.4 Patogenesis dan Patofisiologi
Patogenesis Diare
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan oleh virus secara selektif menginfeksi
dan menghancurkan sel ujung-ujung villus pada usus halus. Virus akan menginfeksi
lapisan epitelium di usus halus dan menyerang villus di usus halus. Hal ini
menyebabkan fungsi absorpsi usus halus terganggu. Villus mengalami atropi dan
tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan
yang tidak terserap akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan terjadi
hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong
keluar usus melalui anus, menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air

dan

nutrient yang tidak sempurna. Infeksi virus selektif sel-sel ujung villus usus
menyebabkan ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan usus terhadap sekresi dan
malabsorpsi karbohidrat kompleks terutama laktosa.1,2,8
5

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen.
Patogenesis terjadinya diare oleh Salmonella, Shigella, E. Coli agak berbeda dengan
patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bakteri ini dapat
menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga dapat menyebabkan reaksi
sistemik. Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga
menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah
dalam tinja yang disebut disentri.1,2,8
Patofisiologi diare
Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu :
1. Gangguan absorpsi atau diare osmotik.
Diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon
lebih besar daripada kapasitas absorpsi. Diare terjadi akibat kelainan di usus halus,
mengakibatkan absorpsi menurun atau sekresi bertambah.1,2,11
Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilewati air dan elektrolit
dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan
ekstraseluler. Diare terjadi apabila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap. Jika bahan itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut di dalamnya
akan lewat tanpa diabsorpsi sehingga terjadi diare.1,2,10

Gambar 1. Diare osmotik 11

2. Gangguan sekresi atau diare sekretorik


Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absorpsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di
sel epitel berlangsung terus atau meningkat.11
Dikenal dua bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin
bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia. Toksin penyebab
diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP,
cGMP, dan Ca dependen yang selanjutnya akan meningkatkan protein kinase.
Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilasi membrane protein sehingga
mengakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl di kripta keluar. Di sisi
lain terjadi peningkatan pompa natrium dan natrium masuk ke dalam lumen usus
bersama Cl.1,2

Gambar 2. diare sekretorik 1

Pada diare terjadi kehilangan air dan elektrolit tubuh melalui tinja. Kehilangan
bertambah bila ada muntah. Kehilangan ini menyebabkan dehidrasi (karena
kehilangan air dan natrium klorida), asidosis (karena kehilangan bikarbonat), dan
kekurangan kalium. Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan hipovolemi, kolaps kardiovaskular, dan kematian.11
Dehidrasi diklasifikasikan menjadi 3, yaitu : 8,11
1. Dehidrasi isotonik
Dehidrasi isotonik adalah dehidrasi yang sering terjadi. Kehilangan air dan natrium
dalam proporsi yang sama dengan keadaan normal dalam cairan ekstraselular.
Gambaran dehidrasi isotonik:

Ada ketidakseimbangan air dan natrium


Konsentrasi natrium serum normal (130-150 mmol/l)
Osmolaritas serum normal (275-295 ml)

Hipovolemi, terjadi akibat kehilangan banyak cairan ekstraseluler

2. Dehidrasi hipertonik (hipernatremik)


Pada keadaan ini didapat kekurangan cairan dan kelebihan natrium. Ini biasanya
akibat dari pemasukan cairan hipertonik pada saat diare (mempunyai kandungan
natrium, gula) yang tidak diabsorpsi secara efisien, dan pemasukan air yang tidak
cukup atau minum cairan yang hipotonik.
Cairan rehidrasi oral sebagai larutan elekrolit untuk mengganti kehilangan
cairan tubuh selama diare adalah hal terpenting dalam terapi penyakit diare. Sejak 35
tahun WHO dan UNICEF merekomendasikan formula tunggal larutan gula elektrolit
untuk

mengobati

atau

mencegah

dehidrasi

selama

diare.

Larutan

yang

direkomendasikan mengandung natrium 90 mmol/L dan osmolaritas total 311


mmol/L dan telah digunakan di seluruh dunia serta menampakkan hasil penurunan
angka kematian secara dramatis. Larutan ini hiperosmolar dibanding plasma sehingga
dapat meningkatkan risiko hipernatremi pada anak bila pengenceran yang dilakukan
tidak tepat.1,4
Hipernatremi

dapat menyebabkan

hipertonisitas

yang

mengakibatkan

peningkatan osmolalitas cairan interstisial pada sistem saraf pusat dan menyebabkan
kehilangan cairan sel otak sehingga mengakibatkan pengerutan sel otak dan kematian.
Hiperosmolalitas berat dapat mengakibatkan kerusakan serebrum dengan
perdarahan dan trombosis serebral luas, serta efusi subdural. Jejas serebri ini dapat
mengakibatkan defisit neurologis menetap. Tanpa adanya lesi patologis yang jelas,
kejang sering terjadi pada penderita hipernatremi berat. Selama masa dehidrasi,
kandungan natrium sel-sel otak meningkat, osmol odiogenik intraseluler terutama
taurin dihasilkan.

Gambaran dehidrasi hipertonik:


9

Terdapat kekurangan air dan natrium, tetapi proporsi kekurangan airnya lebih

besar
Konsentrasi natrium serum meningkat (>150 mmol/l)
Osmolaritas serum meningkat (>295 osmol/l)

3. Dehidrasi hipotonik (hiponatremik)


Anak dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau cairan hipotonik yang
mengandung konsentrasi garam atau bahan terlarut lain yang rendah atau yang
mendapat infuse 5% glukosa dalam air, bisa menderita hiponatremi. Hal ini terjadi
karena air di absorpsi dari usus sementara kehilangan garam tetap berlangsung dan
menyebabkan kekurangan natrium dan kelebihan air.
Gambaran dehidrasi hiponatremik:

Adanya kekurangan air dan natrium, tetapi kekurangan natrium lebih banyak
Konsentrasi natrium serum rendah (< 130 mmol/l)
Osmolaritas serum rendah (275 mOsmol/l)

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala klinis diare tergantung dari penderita dan organisme penyebabnya. Penderita
dengan umur yang lebih muda dan asupan nutrisi yang kurang memiliki gejala klinis
yang lebih berat.1,9
Selain BAB yang encer, terdapat gejala-gejala lainnya. Gejala gastrointestinal
dapat berupa kram perut dan muntah, sedangkan manifestasi sistemik bervariasi
tergantung penyebabnya. Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses
peradangan atau akibat dehidrasi. Panas umum terjadi pada penderita dengan
inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi pada
perut bagian bawah serta rectum menunjukkan terkenanya usus besar.1
Mual dan muntah adalah simptom yang non spesifik, akan tetapi muntah
mungkin disebabkan oleh organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas.
Panas dan muntah memperberat kehilangan air dan elektrolit. Hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolit, dan hipokalemia.1,9

10

Penderita dehidrasi berat mempunyai defisit cairan sama dengan atau lebih
dari 10% BB. Mereka biasanya lethargi, stupor bahkan koma, mata sangat cekung
dan tanpa air mata, mulut dan lidah sangat kering dan pernafasannya cepat dan dalam.
Penderita (yang sadar) sangat haus, namun bila kesadarannya stupor, penderita
mungkin hanya minum sedikit sekali atau tidak sama sekali. Cubitan kulit kembali
sangat lambat (lebih dari 2 detik). Nadi femoral sangat cepat, dan nadi radialis
mungkin sangat cepat dan tidak teraba. Pada bayi ubun-ubun kecil sangat cekung.
Penderita mungkin tidak kencing 6 jam atau lebih. Bila ada syok hipovolemik,
tekanan darah sistolik yang diukur di lengan sangat rendah atau tidak terukur; lengan
dan kaki dingin dan basah, dan kuku jari mungkin biru (sianosis).11
Pada diare dehidrasi berat dengan hipernatremi, otak menghasilkan idiogenic
osmoles untuk meningkatkan osmolaritas intraseluler dan mengelakkan kehilangan
cairan otak. Mekanisme ini tidak tiba-tiba dan paling mencolok apabila hipernatremi
telah terbentuk secara gradual. Jika konsentrasi natrium serum dikurangkan secara
tiba-tiba, akan terjadi pergerakan air dari serum masuk ke dalam sel otak untuk
mengimbangkan osmolaritas didalam 2 kompartemen. Hasilnya akan terjadi edema
otak yang bermanifestasi sebagai koma atau kejang.8
2. 6 Diagnosis
Diagnosis diare akut dengan dehidrasi berat berdasarkan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah lama diare, frekuensi,
jumlahnya, warna, bau, ada atau tidak lendir dan darah, disertai muntah atau tidak,
jumlah muntah dan volumenya, kencing biasa, kurang , jarang atau tidak kencing
dalam 6-8 jam terakhir, makan dan minum yang diberikan selama diare, penyakit lain
yang menyertai, seperti demam, batuk, pilek, otitis media, campak, kejang sebelum,
selama dan setelah diare. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare, obatobat yang diberikan, serta riwayat imunisasi.1,8,12
Pada pemeriksaan fisik harus diperiksa BB, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung, frekuensi pernafasan, tekanan darah, dan juga tanda-tanda dehidrasi.
Berikut ini adalah beberapa skala penilaian derajat dehidrasi :
11

Tabel 1. Penilaian derajat dehidrasi (kriteria WHO) 13


Kondisi

A
Normal

B
Gelisah

C
Letargi

Mata

Normal

Cekung

Sangat cekung

Haus

Normal

Haus

Tidak dapat minum

Turgor kulit
Status dehidrasi :

< 2 detik

2-3 detik

> 3 detik

: Tanpa dehidrasi

: Dehidrasi ringan/sedang (2 gejala di kolom B).

: Dehidrasi berat (2 gejala di kolom C).

Table 2. Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan sistem pengangkaan- Maurice King: 1


Bagian tubuh yang

Nilai gejala yang ditemukan


1

diperiksa
Keadaan umum

Sehat

Gelisah, cengeng, apati, mengantuk

Mengigau, koma, syok

Kekenyalan kulit

Normal

Sedikit kurang

Sangat kurang

Mata

Normal

Sedikit cekung

Sangat cekung

Ubun-ubun besar

Normal

Sedikit cekung

Sangat cekung

Mulut

Normal

Kering

Kering dan sianosis

Denyut nadi permenit Kuat < 120 Sedang (120-140)


Lemah > 140
Hasil yang didapat pada pasien diberi angka 0,1, atau 2, sesuai dengan table, kemudian dijumlahkan.
Catatan : untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit selama 30-60 detik kemudian
dilepas. Jika kulit kembali normal dalam waktu :12

2-5 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan).

5-10 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang).

>10 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat).

Nilai:
0-2

: Dehidrasi ringan

3-6

: Dehidrasi sedang

7-12

: Dehidrasi berat

Tabel 3. Clinical Dehidration Scale 7


Karakteristik
Penampilan umum

Skor 0
Normal

Skor 1
Haus,
letih/letargi,
tetapi rewel.

Skor 2
Mengantuk,
kedinginan
berkeringat,

lemah,
atau

12

letargi/tidak.
Mata

Normal

Sedikit cekung

Sangat cekung

Lidah

Basah

Lengket

Kering

Air mata

Normal

sedikit

Tidak ada

Berikut ini hasil pemeriksaan fisik pada pasien dehidrasi berat berdasarkan
Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR), WHO dan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS). 1
Tabel 4. Hasil pemeriksaan fisik dehidrasi berat menurut Morbidity and Mortality Weekly Report
(MMWR ) 20031
Simptom
Kesadaran
Denyut jantung
Kualitas nadi
Pernafasan
Mata
Air mata
Mulut dan lidah
Cubitan kulit
Capillary refill
Ekstremitas
Kencing

Dehidrasi berat (kehilangan BB>9%)


Apatis, letargi, tidak sadar
Takikardi, bradikardi pada kasus berat
Lemah, kecil, tidak teraba
Dalam
Sangat cowong
Tidak ada
Sangat kering
Kembali > 2 detik
Memanjang, minimal
Dingin, mottled, sianotik
Minimal

Table 5. Dehidrasi berat menurut WHO 1,2


Penilaian
1. Menanyakan
Diare
Muntah
Haus
Kencing
2. Melihat
Keadaan umum
Mata
Air mata
Mulut dan lidah
3. Meraba
Turgor kulit
Nadi
Ubun-ubun
4. Menimbang

Hasil
>10x hari
Sering
++ atau tak dapat minum
Anuria ( - selama 6 jam)
Lesu, lunglai, atau tidak sadar
Sangat cekung
Kering
Sangat kering
Kembali sangat lambat
Sangat cepat lemah
(>140x/menit)
Sangat cekung

atau

tak

teraba

13

Berat badan

Turun >100g/kgbb

Penilaian dehidrasi berat menurut Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)


adalah:14,12
-

Letargis atau tidak sadar

Mata cekung

Tidak bisa minum atau malas minum

Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat


Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak

diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab


dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urin
dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih.1
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut :
1. Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisis gas darah, glukosa darah, kultur
dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
2. Urine: urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
3. Tinja

Pemeriksaan makroskopis : tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah,
tinja yang mengandung darah atau mukus bias, atau berbau busuk didapatkan
pada infeksi salmonella, giardia, cryptosporidium, dan strongloides.

Pemeriksaan mikroskopis : dilakukan untuk menemukan leukosit, yang dapat


memberikan informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya
peradangan mukosa.

Kultur tinja negatif:


-

Pada infeksi enteropatogen

Diare lebih dari 1 minggu

Pasien imunocompromised

14

2. 7 Penatalaksanaan
Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana
Pengobatan Diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Tata laksana ini sudah mulai
diterapkan di rumah sakit-rumah sakit. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi dalam
penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga
menjadi cara untuk mengobati pasien.1,9
Untuk itu, Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan
diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah
maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:1,2,9
1. Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit
formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan yang
terutama disebabkan karena disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih banyak
elektrolit tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak terjadi akhirakhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan virus. Diare
karena virus tersebut tidak menyebabkan kekurangan elektrolit seberat pada disentri.
Olehkarena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat
osmolarits yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih mendekati osmolaritas
plasma, sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia. 1,2,3
Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan oralit
ini sama dengan oralit yang selama ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik
daripada oralit formula lama. Oralit baru dengan low osmolaritas ini juga
menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran
tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%. Selain itu, oralit
baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk diare akut nonkolera pada anak.1,15
Tabel 6. Komposisi Oralit Baru 1
Oralit Baru Osmolaritas Rendah

Mmol/liter

15

Natrium
Klorida
Glucose, anhydrous
Kalium
Sitrat
Total Osmolarkas

75
65
75
20
10
245

Ketentuan pemberian oralit formula baru:1, 15


a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan
24 jam.
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan
sebagai berikut:
- Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB
- Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan
harus dibuang.
e. Cara pemberian :

infant diberikan dengan menggunakan spuit yang tidak berjarum.

Anak di bawah 2 tahun dengan menggunakan sendok setiap 12


menit.

Anak di atas 2 tahun dengan menggunakan gelas, diminum sedikit


demi sedikit tetapi sering.

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.1,15


Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu
makan anak. Penggunaan zinc ini memang popular beberapa tahun terakhir karena
memiliki evidence based yang bagus. Beberapa penelitian telah membuktikannya.
Pemberian zinc yang dilakukan di awal masa diare selama 10 hari ke depan secara
signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien.
Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara
kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologis,

16

zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti oksidan, perkembangan
seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan. Zinc juga
berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial
pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan
pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna
dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada
diare dapat meningkatkan aborpsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan
kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan
meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dan usus.
Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga
dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosis zinc untuk anak-anak:
-Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
-Anak di atas umur 6 bulan 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari
diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit.
Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air
matang atau oralit.
3. ASI dan makanan
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi
yang hilang.1,8
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah
sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak anak mampu
menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makannya timbul kembali
setelah dehidrasi teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat
kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kernampuan menerima dan
mengabsorbsi berbagai nutrien, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau
17

paling tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan makanan akan menyebabkan


penurunan berat badan sehingga diare menjadi lebih lama dan kembalinya fungsi usus
akan lebih lama.1,8
Makanan yang diberikan pada anak diare tergantung kepada umur, makanan
yang disukai dan pola makan sebelum sakit serta budaya setempat. Pada umumnya
makanan yang tepat untuk anak diare sama dengan yang dibutuhkan dengan anak
sehat, Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering mungkin dan selama anak
mau, Bayi yang tidak minum ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak
setiap 3 jam. Pengenceran susu atau penggunaan susu rendah atau bebas laktosa
secara rutin tidak diperlukan. Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa
mungkin diperlukan untuk sementara bila pemberian susu menyebabkan diare timbul
kembali atau bertambah hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi, atau dibuktikan dengan
pemeriksaan terdapat tinja yang asam (pH <6) dan terdapat bahan yang mereduksi
dalam tinja > 0,5%,. Setelah diare berhenti, pemberian tetap dilanjutkan selama 2 hari
kemudian coba kembali dengan susu atau formula biasanya diminum secara bertahap
selama 2-3 hari.1,8
Selain itu, selama diare juga dianjurkan untuk menghindari
mengkonsumsi kafein, makanan berminyak, makanan tinggi serat,
atau makanan yang terlalu manis. Dianjurkan menambah makanan
lunak dan tanpa penyedap makanan, meliputi pisang, nasi putih,
kentang rebus, roti bakar, biscuit, wortel rebus, ayam panggang
tanpa

kulit

dan

lemak.

Untuk

anak-anak,

dokter

anak

merekomendasikan diet tanpa penyedap makanan. Bila diare telah


berhenti, dokter juga menganjurkan anak-anak untuk ke diet normal
dan sehat jika dapat ditoleransi.

4. Terapi medikamentosa
Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare seperti: antibiotika,
antidiare, adsorben, antiemetik dan obat yang mempengaruhi mikroflora usus.
Beberapa obat mempunyai lebih dari satu mekanisme kerja, banyak diantaranya
18

mempunyai efek toksik sistemik dan sebagian besar tidak direkomendasikan untuk
anak umur kurang dari 2-3 tahun. Secara umum dikatakan bahwa obat-obat tersebut
tidak diperlukan untuk pengobatan diare akut.1,3
a. Antibiotik
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat
dibunuh dengan antibiotika.1,3
Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti
V cholera, Shigella, Enterotoksigenik E. coli, Salmonella, Camphylobacter dan
sebagainya.
Tabel 7. Antibiotik pada diare1,12
Penyebab

Antibiotik Pilihan
Tetracycline
12,5 mg/kgBB
4 x sehari selama 3 hari

Alternatif
Erythromycin
12,5 mg/kgBB
3 x sehari selama 3 hari

Shigella dysentery

Ciprofloxacin
15 mg/kgBB
2 x sehari selama 3 hari

Pivmecillinam
20 mg/kgBB
4 x sehari selama 5 hari
Ceftriaxone
50-100 mg/kgBB
1 x sehari IM selama 2-5 hari

Amoebiasis

Metronidazole
10 mg/kgBB
4 x sehari selama 5 hari (10
hari pada kasus berat

Giardiasis

Metronidazole
5 mg/kg
3 x sehari selama 5 hari

Kolera

b. Obat antidiare1,3
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis dan
tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa dari obat-obat
ini berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:

19

1.

Adsorben1,12

Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholestyramine). Obat-obat


ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar kemampuannya untuk mengikat
dan menginaktifasi toksin bakteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta
dikatakan mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus. Walaupun demikian,
tidak ada bukti keuntungan praktis dan penggunaan obat ini untuk pengobatan rutin
diare akut pada anak.
2.

Antimotilitas1

Contoh: loperamide hydrochloride, diphenoxylate dengan atnopine, tinctura opii,


paregoric, codein. Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare pada orang
dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak. Lebih dari itu dapat
menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat fatal atau dapat memperpanjang
infeksi dengan memperlambat eliminasi dan organisme penyebab. Dapat terjadi efek
sedatif pada dosis normal. Tidak satu pun dan obat-obatan ini boleh diberikan pada
bayi dan anak dengan diare.
3. Bismuth subsalicylate1
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada anak
dengan diare akut sebanyak 30%, akan tetapi cara ini jarang digunakan.
4. Kombinasi obat
Banyak produk kombinasi adsorben, antimikroba, antimotilitas atau bahan lain.
Produsen obat mengatakan bahwa formulasi ini baik untuk digunakan pada berbagai
macam diare. Kombinasi obat semacam ini tidak rasional, mahal dan lebih banyak
efek samping daripada bila obat ini digunakan sendiri-sendiri. Oleh karena itu tidak
ada tempat untuk menggunakan obat ini pada anak dengan diare.

5. Nasihat kepada orang tua1


Nasihat pada ibu atau pengasuh: Kembali segera jika demam, tinja berdarah,
berulang, makan atau minum sedikit., sangat haus, diare makin sering, atau belum
membaik dalam 3 hari.
20

Berdasarkan data diatas, sesuai dengan panduan WHO, pengobatan diare akut
dapat dilaksanakan secara sederhana yaitu dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral
serta melanjutkan pemberian makanan, sedangkan terapi non spesifik dengan anti
diare tidak direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya diberikan bila ada indikasi.
Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral hanya untuk kasus dehidrasi berat.1
Sebagai tambahan, saat ini juga digunakan probiotik dalam penatalaksanaan
diare. Menurut penelitian terbaru terhadap penyakit diare akut, probiotik ternyata
sangat baik untuk mengobati diare yang disebabkan oleh infeksi. Penelitian terbanyak
dilakukan terhadap Lactobacillus Casei Subspecies Rhamnosus (LGG). Organisme
ini meningkatkan fungsi sistem imun dan sekresi mukus. Kedua mekanisme ini akan
mencegah cedera yang terus-menerus sehingga akan tercapai penyembuhan yang
cepat dari proses inflamasi.13
Pengobatan diare dehidrasi berat secara TRP (Terapi Rehidrasi Parenteral)1,3,16
Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di puskesmas atau Rumah Sakit karena
pengobatan yang terbaik adalah dengan terapi rehidrasi parenteral. Pasien yang masih
dapat minum meskipun hanya sedikit harus diberi oralit sampai cairan infus
terpasang. Disamping itu, semua anak harus diberi oralit selama pemberian cairan
intravena ( 5 ml/kgBB/jam), apabila dapat minum dengan baik, biasanya dalam 3-4
jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk anak yang lebih besar). Pemberian tersebut
dilakukan untuk memberi tambahan basa dan kalium yang mungkin tidak dapat
disuplai dengan cukup dengan pemberian cairan intravena. Untuk rehidrasi parenteral
digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis 100 ml/kgBB.

Cara pemberiannya :

untuk < 1 tahun 1 jam pertama 30 cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam berikutnya 70


cc/kgBB.

Diatas 1 tahun jam pertama 30 cc/kgBB dilanjutkan 2 jam berikutnya 70


cc/kgBB.
21

Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat
dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan
evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu pengobatan diare dengan
dehidrasi ringan sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi.
Table 8. Panduan terapi intravena untuk anak-anak dan dewasa dengan dehidrasi berat.17
Mulai cairan intravena dengan segera. Jika pasien bisa minum berikan ORS per oral sampai infus
terpasang. Beri 100 mg/kgBB Ringer Laktat Solutiona dibagi :
Age
pemberian awal 30 mg/kgBB
Bayi(<12 bulan)

1 jam

kemudian beri 70 mg/kgBB

5 jam

>12 bulan
30 menitb
2,5 jam
-nilai ulang pasien setiap jam. Jika hidrasi tidak meningkat beri IV lebih cepat.
-setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (>12 bulan), evaluasi pasien dengan menggunakan lembar penilaian.
Kemudian pilih terapi yang sesuai rencana (A,B, dan C) kemudian lanjutkan terapi.
a. Jika Ringer Laktat Solution tidak tersedia, dapat digunakan saline.
b.

Ulangi 1x jika denyut nadi radialis masih sangat rendah atau tidak teraba

Pengobatan diare dehidrasi berat dengan hipernatremi 8


Pada diare dehidrasi berat dengan hipernatremi, tidak bisa dikoreksi secara tiba-tiba
(rapid), tetapi untuk mengurangi natrium serum hingga 0,5 mEq/L/jam dan tidak
melebihi 12 mEq/L dalam 24 jam. Komponen paling penting waktu mengkoreksi
hipernatremi adalah monitoring kadar natrium serum supaya terapi cairan bisa
dipantau untuk memberikan koreksi yang mencukupi, tidak terlalu cepat atau pelan.
Jika terjadi kejang pada anak akibat udem otak yang disebabkan oleh koreksi yang
tiba-tiba, pemberian cairan hipotonik harus dihentikan. Infus saline 3% dapat
meningkatkan kadar natrium serum dengan cepat dan menghentikan edema serebral.
Pada anak dengan dehidrasi hipernatremik, prioritas utama adalah
memulihkan volume intravaskuler dengan cairan isotonik. NaCl fisiologis (saline)
merupakan pilihan utama dibandingkan Ringer Lactate (RL) karena konsentrasi
natrium yang lebih rendah pada RL bisa menyebabkan konsentrasi natrium serum
berkurang mendadak. Bolus saline (10-20mL/kg) diperlukan untuk penatalaksanaan
hipotensi, takikardi, dan tanda-tanda perfusi yang tidak baik.

22

Konsentrasi sodium pada cairan pengganti, kadar pemberian cairan, dan


kehilangan air terus-menerus dapat menyebabkan penurunan kadar konsentrasi
natrium. Rumus ini dipakai untuk menghitung defisit cairan :
Defisit cairan = BB x 0,6 (1-145/[natrium sewaktu])
Kehilangan cairan dan natrium yang berlebihan juga harus diganti. Jika tanda
dan gejala kekurangan volume terjadi, pasien diberikan bolus tambahan saline
isotonik. Monitoring pada kadar penurunan konsentrasi natrium serum bisa
membantu perubahan pada kecepatan dan konsentrasi natrium pada cairan yang
diterima pasien, menghindari koreksi tiba-tiba pada hipernatremi. Pasien dengan
dehidrasi hipernatremik yang ringan hingga sedang akibat gastroenteritis bisa
ditatalaksana dengan rehidrasi oral.
Hipernatremik berat yang akut biasanya sekunder akibat pemberian natrium,
harus dikoreksi lebih cepat karena belum terjadi akumulasi idiogenic osmoles.
Apabila hipernatremi berat dan karena intoksikasi natrium, sulit untuk pemberian
cairan yang cukup untuk mengkoreksi hipernatremi dengan cepat tanpa memperburuk
overload cairan. Pada situasi ini, dialisis peritoneal bisa digunakan untuk
mengeluarkan natrium yang berlebihan. Ini memerlukan cairan dialisis dengan
konsentrasi glukosa tinggi dan konsentrasi natrium rendah. Pada kasus yang ringan,
penambahan diuretik kuat menambahkan pengeluaran natrium berlebihan dan air,
menurunkan resiko overload cairan. Pada overload natrium, hipernatremia dikoreksi
dengan cairan intravena bebas natrium (D5W).

Hiperglikemia akibat hipernatremia tidak ditatalaksana dengan insulin karena


penurunan glukosa yang akut bisa memperburuk udem serebral dengan mengurangi
osmolaritas plasma. Jadi, konsentrasi glukosa pada pemberian IV harus dikurangi
(dari D5W ke D2,5W).
Tabel 9. Tatalaksana dehidrasi hipernatremi
Tatalaksana Dehidrasi Hipernatremik
a) Restorasi volume intravaskular:

23

Normal Saline (NS) 20ml/kgBB dalam 20 menit, diulang sehingga volume intravaskular terpenuhi.
b) Menentukan lama koreksi berdasarkan nilai sodium inisial (yang pertama):
145-157 mEq/L :24 jam
158-170 mEq/L : 48 jam
171-183 mEq/L : 72 jam
184-196 mEq/L : 84 jam
c) Administrasi cairan pada kadar tetap berbanding waktu:
D5%1/2 NS 1,25-1,5 kali dosis maintenance.
d) Monitor konsentrasi sodium serum:
Jika natrium kurang terlalu cepat, ditambahkan konsentrasi sodium IV atau mengurangkan laju drip IV.
Jika natrium kurang dengan perlahan, dikurangkan konsentrasi sodium, atau tambahkan laju drip IV.

Prinsip khusus rekomendasi praktis untuk penatalaksanaan di lapangan : 18

Anak harus dievaluasi derajat dehidrasi dengan hasil pemeriksaan fisik.

Untuk anak dengan dehidrasi ringan hingga sedang, lebih baik digunakan
terapi dengan ORT.

Gangguan elektrolit pada anak-anak akibat diare dapat dikoreksi dan dicegah
dengan ORT yang sesuai.

Untuk anak-anak dengan dehidrasi, dosis tunggal ondansetron dapat


mendampingi ORT dengan mengurangi insiden dan frekuensi muntah.

2.8

Komplikasi 1,12

Beberapa masalah mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi. Beberapa


diantaranya membutuhkan pengobatan khusus.
a.Gangguan elektrolit

Hipernatremia : kadar natrium plasma > 150 mmol/L

24

Hiponatremia : kadar natrium plasma < 130 mmol/L. Sering terjadi


pada anak dengan shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan
edema.

Hiperkalemia : kadar K > 5 mEq/L.

Hipokalemia : kadar K < 3,5 mEq/L.

Asidosis metabolik : pada saat diare, sejumlah besar bikarbonat dapat


hilang melalui tinja. Bila ginjal berfungsi normal, kehilangan
bikarbonat banyak diganti dan kehilangan basa yang berat tidak akan
terjadi. Bila mekanisme kompensasi ini gagal karena fungsi ginjal
menurun (terjadi bila aliran darah ke ginjal kurang karena
hipovolemi), kemudian kekurangan basa dan asidosis terjadi akibat
produksi asam laktat yang berlebihan ketika penderita mengalami syok
hipovolemik.

b.Kegagalan upaya rehidrasi oral


Kegagalan upaya rehidrasi oral dapat terjadi pada keadaan tertentu misalnya
pengeluaran tinja cair yang sering dengan volume yang banyak, muntah yang
menetap, tidak dapat minum, kembung, dan ileus paralitik, serta malabsorpsi glukosa.
Pada keadaan-keadaan tersebut mungkin penderita perlu diberikan cairan intravena.
Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu, dapat terjadi
kejang sebelum atau selama pengobatan rehidrasi. Kejang tersebut dapat disebabkan
oleh karena: hipoglikemi, kebanyakan terjadi pada anak yang gizinya buruk,
hiperpireksia, panas tinggi misalnya melebihi 40o C , hipernatremi atau hiponatremi.

2.9 Prognosis1
Beberapa anak mempunyai risiko yang lebih tinggi dan harus diawasi karena
mempunyai prognosis kurang baik, yaitu : bayi, anak kurang gizi, anak yang tidak
mendapat ASI, dan yang mengalami dehidrasi.

25

BAB III
PENUTUP

26

3.1 Kesimpulan
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari, dengan/tanpa darah dan/atau lendir
dalam tinja. Diare Akut adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba
akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10 ml/kg/hari), menyebabkan
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3x sehari. Diare akut umumnya berlangsung
selama 7 hari, dan biasanya sembuh sendiri (self limiting disease), hanya 10% yang
melanjut sampai 14 hari.
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau
parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut,
termasuk sindroma malabsorpsi.
Manifestasi klinis diare akut dengan dehidrasi berat, antara lain :
letargis/tidak sadar, mata cekung, tidak bisa/malas minum, turgor kulit kembalinya
sangat lambat. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium.
Secara umum penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita
anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:
rehidrasi dengan menggunakan oralit baru, zinc diberikan selama 10 hari berturutturut, ASI dan makanan tetap diteruskan, antibiotik selektif, nasihat kepada orang tua.
3.2 Saran
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Terdapat dua
faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini
akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia apabila faktor lingkungan tidak
sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang
tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan minuman sehingga dapat menimbulkan
kejadian penyakit diare.
Maka, penatalaksanaan

diare akut sebaiknya lebih ditujukan ke arah

promotif/preventif , yaitu : upayakan ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun,


kebersihan perorangan, seperti mencuci tangan sebelum makan, kebersihan
lingkungan, seperti buang air besar di jamban, imunisasi campak, memberikan
27

makanan penyapihan yang benar, penyediaan air minum yang bersih, dan selalu
memasak makanan.

28

Anda mungkin juga menyukai